Biodiversitas Ekosistem Gua Anjani di Kawasan Karst Menoreh (Tinjauan khusus Artrhopoda)

ISBN: 978-602-72412-0-6

  

Biodiversitas Ekosistem Gua Anjani di Kawasan Karst Menoreh

1*

(Tinjauan khusus Artrhopoda)

1 Tatag Bagus Putra Prakarsa , Rizal Budi Margani , 1 2 2 1 Fauzan Rizky Pamungkas Frendi Budiatmoko , Arjunanda BSG Biospeleologi Studien Gruppen, Kelompok Studi Biospeleologi, 2 Biologi UNY * Prodi Pendidikan Biologi FKIP UAD

  Email: b46us_moslem@yahoo.co.id

Abstrak

  Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap biodiversitas di dalam ekosistem gua

Anjani di kawasan karst Menoreh khususnya Arthropoda gua.. Penelitian ini merupakan

penelitian ekologi dengan jenis penelitian Nature Snapshot Experiment (NSE). Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan April

  • – Agustus 2014. Penelitian ini bertempat di gua Anjani

    di kawasan karst Menoreh, yang masuk dalam wilayah administrasi kabupaten Purworejo

    Jawa Tengah. Hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Biodiversitas terestrial di

    dalam ekosistem gua dikelompokan menjadi trogloxene, troglobite, dan troglophile. Di

    F

    gua Anjani kelompok Atrhopoda trogloxene terdiri dari Formicidae . Kelompok troglobite

    F

    terdiri dari Amauropelma matakecil dan Philosciidae . Kelompok troglophile terdiri dari

    Thelyphonidae (Uropygi), Opiliones, Cambalopsidae,

  Heteropoda sp., S.dammermani,.,

Geophilomorpha, dan Raphidophora sp. Melimpahnya nutrisi di zona gelap total membuat

keanekaragaman Arthropoda di zona ini paling tinggi dibandingkan zona lainya.

  

Arthropoda gua memiliki peranan dominan dalam jaring-jaring makanan pada ekosistem

gua.

  Kata kunci: Biodiversitas, Arthropoda, Ekosistem, Gua Anjani, Biospeleologi I.

   PENDAHULUAN

  Kajian ekosistem dalam ekologi di kebanyakan sekolah dan universitas umumnya terbatas, misalnya ekosistem hutan, rawa, sawah, sungai, intertidal, pantai, dan danau. Umumnya ekosistem tersebut adalah bagian dari Paraepigean, Epigean, dan Endogean (Hazelton and Glennie, 1962). Beberapa ekosistem masih jarang sekali dikaji, misalnya ekosistem sand dunce, gambut, makroekosistem karst yang di dalamnya terdapat ekosistem gua. Ekosistem karst memiliki biodiversitas dan tingkat endemisitas yang sangat tinggi. Biodiversitas di endokarst membentuk ekosistem tersendiri yang kita kenal dengan ekosistem gua. Organisme di dalam gua dikelompokan menjadi organisme terrestrial dan akuatik. Organisme terrestrial dikategorikan menjadi menjadi 3 yaitu trogloxene, troglobite, dan

  

troglophile, sedangkan organisme akuatik di kategorikan menjadi stygoxen, stygobite, dan

stygophile (Culver dan White, 2005; Fereira dan Horta, 2001). Banyak ahli yang menyebut

  gua sebagai close ecosystem, artinya gua sebagai ekosistem yang tidak behubungan dengan ekosistem lain di luar gua. Namun, pada kenyataanya ekosistem gua sangat terkait dengan ekosistem di sekitarnya khususnya dalam hal pemenuhan sumber energi utama. Permasalahn lain di samping minimnya kajian tentang ekosistem gua, adalah ekosistem gua dan karst pada umumnya menghadapi ancaman pengrusakan yang semakin masif. Ancaman datang dari pertambangan batuan gamping di permukaan dan tambang fosfat di dalam gua. Oleh karena

  

Biodiversitas Ekosistem Gua Anjani di Kawasan Karst Menoreh

  itulah, mengkaji ekosistem karst dan gua pada umumnya menjadi sangat penting, sehingga dapat dikenalkan, dipelajari, dan di teliti manfaatnya baik secara ekologi maupun manfaat secara ekonomi bagi masyarakat tanpa harus merusaknya.

II. METODE

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen ekologi dengan jenis penelitian Nature

  

Snapshot Experiment (NSE) Skala spasial yang digunakan adalah skala populasi lokal dan

  skala temporal yang digunakan adalah skala satu generasi (Diamond, 1986). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2014 sampai Agustus 2014 bertempat di gua Anjani (S ) di kawasan karst Menoreh yang masuk dalam wilayah

  07°43’53,6” ; E 110°06’56,4” administrasi kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Peta lokasi penelitian dan gua Anjani disajikan dalam Gambar 1 dan 2.

  

Gambar 1. Peta Lokasi Gua Anjani

Gambar 2. Peta Gua Anjani (Plan Section)

ISBN: 978-602-72412-0-6

  Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: GPS Garmin 76 CSX,

  

Handnet , Mistnet mono ply yang memiliki mesh 30 mm, 4 kantong dengan ukuran 6 x 2

  meter, Botol flacon, Alat penelusuran gua standart (coverall, helm speleo, head lamp, sepatu boot) Termometer tanah dan udara, Higrometer, Soil tester, Lux meter, Caliper, Pisau scalpel, Neraca digital , Kamera DSLR Nikkon D3000, lensa 18

  • – 55 mm dan lensa 70 – 300 mm, Syring, Gliserin, dan Alkohol 70 %.

  Prosedur Penelitian ini terbagi menjadi dua tahap yaitu koleksi lapangan dan penanganan laboratorium. Koleksi Arthropoda yang relatif besar dilakukan dengan tangkap langsung, sedangkan Arthropoda yang ukuran kecil disampling dengan pitfall trap. Pitfall

  

trap menggunukan botol flacon berisi larutan atractant sekaligus pengawet yang menarik

  arthropoda tanah mendekat dan masuk (McEwen, 1997; Michael, 1984). Botol ini ditanam dilantai gua yang dilakukan berdasarkan zonasi gua. Di zona mulut/terang, zona remang, dan zona gelap total di tanam masing-masing 3 pitfall traps. Penyusunan pitfall dilakukan dengan modifikasi metode line transek. Penanganan laboratorium merupakan langkah lanjutan yang berupa identifikasi spesies yang dikoleksi dari lapangan. Penamaan spesies Arthropoda mengacu pada kunci identifikasi Boror et al. (1994), Ruppert et al. (2004), Weygoldt (2000), dan Whitaker jr. et al. (2009), Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

  Organime terestrial penghuni gua dibedakan menjadi 3 kategori menurut adaptasi pada habitat yang ditempatinya. Tiga kategori tersebut meliputi troglobite. trogloxene,dan

  

troglophile . Troglobite yaitu biota gua yang hidupnya telah menetap di gua dan telah

  mengalami proses adaptasi dengan kondisi gua yang gelap total. Biota ini ditemukan di zona gelap total dan tidak ditemukan di habitat lain. Troglophile yaitu biota gua yang menetap di gua namun ditemukan juga di luar gua, belum mengalami modifikasi khusus. Trogloxene yaitu biota tamu di suatu gua. Gua ditempati secara periodik. (Culver dan White, 2005). Arthropoda terestrial pada ekosistem gua Anjani disajikan dalam Tabel 1.

  Tabel 1. ArthropodaTerestrial penghuni Gua Anjani Group Spesies* Kategori Endemik C Arachnida

  O

  Araneae Amauropelma matakecil Troglobite Jawa

  • - Heteropoda sp. Troglophile

  O

  Amblypygi Stygophrynus dammermani Troglophile Jawa

  O F

  Uropygi

  • - Thelyphonidae Troglophile

  O O

  Opiliones Opiliones Troglophile -

  C Crustacea O F

  • - Isopoda Philosciidae Troglobite

  C Diplopoda SO F

  • - Colobognatha Cambalopsidae Troglophile

  C Chilopoda O O

  Geophilomorpha Geophilomorpha Troglophile -

  

Biodiversitas Ekosistem Gua Anjani di Kawasan Karst Menoreh

C Insecta

  O

  • - Orthoptera Rhaphidophora sp Troglophile

  O F

  Hymenoptera Formicidae Trogloxene -

  Keterangan: : Jika identifikasi tidak sampai pada spesies maka sampai pada tingkat takson terendah * C yang digunakan SO : Takson tingkat Class O : Takson tingkat Super Ordo F : Taxon tingkat Ordo : Takson tingkat Famili

  Arthropoda di dalam ekosistem gua Anjani terdiri dari kategori trogloxene, troglobite dan troglophile. Trogloxene hanya terdiri dari Formicidae, troglobite terdiri dari A.matakecil dan Philosciidae (Isopoda), sedangkan troglophile terdiri dari Heteropoda sp.,

  Thelyphonidae (Uropygi), Opiliones, Cambalopsidae, Geophilomorpha, dan

  S.dammermani,.,

Raphidophora sp . Organisme tersebut sebagian besar ditemukan di zona gelap total gua

  Anjani, Hanya beberapa yang dijumpai di zona remang dan terang. Misalnya Formicidae yang ditemukan juga di zona terang, serta Heteropoda sp. dan Rhaphidopora sp. yang ditemukan juga di zona remang. Kondisi yang demikian berbeda dengan yang diungkapkan Odum (1994) dan Fagan et al. (2003) yang menyatakan bahwa suatu daerah transisi dua atau lebih komunitas seringkali mempunyai tingkat keanekaragaman lebih tinggi dari komunitas yang mengapitnya. Teori tersebut hanya berlaku pada ekosistem luar gua (Paraepigean, Epigean, dan Endogena). Pada ekosistem gua Anjani justru daerah gelap total memiliki biodiversitas tertinggi dibandingkan dengan daerah peralihan dan terang. Hal ini karena faktor ketersediaan mangsa/pakan utamanya. Sumber energi utama di dalam gua bukan produsen seperti pada ekosistem di luar gua, melainkan guano/kotoran kelelawar. Guano melimpah pada zona gelap karena kelelawar sebagian besar roosting di zona ini. Di zona terang dan remang sangat sedikit dijumpai guano. Nutrien yang banyak didapatkan organisme di zona ini dari luar gua, baik terbawa manusia, angin, maupun organisme lainya yang masih memegang peranan dalam jaring-jaring makanan di luar gua. Sehingga keberadaan organisme mengikuti naluri dan efisiensi penggunaan energi untuk memanfaatkan areal mangsa yang tersedia (Tristiani et al. 2003, Campbell et al. 2007).

  Vermaullen dan Whitten (1999) serta Denharveng dan Bedos (2000) yang menyatakan Atrhropoda gua adalah takson terbesar penyumbang biodiversitas di dalam gua. Disamping itu, Atrhropoda gua berperan penting dalam jaring-jaring makanan di dalam ekosistem gua.

  Peranan tersebut mulai dari konsumen pertama hingga top predator. Secara umum Arthropoda di dalam gua dibedakan menjadi dua kelompok, kelompok predator dan kelompok perombak (Rahmadi, 2002). Kelompok predator menempati konsumen kedua hingga top predator. Kelompok perombak merupakan kelompok yang memakan material organik (guano) dan berperan sebagai konsumen pertama. Kelompok predator di gua Anjani meliputi A.matakecil, Heteropoda sp., S.dammermani, Thelyphonidae (Uropygi), dan Opiliones. Kelompok perombak terdiri dari Philosciidae (Isopoda), Cambalopsidae, dan Raphidophora sp.

  Arthropoda pada ekosistem gua sangat rentan dengan gangguan. Gangguan sekecil apapun terhadap ekosistem gua akan mengganggu keseimbangan jaring-jaring makanan.

ISBN: 978-602-72412-0-6

  York.

Denharveng, L. and A. Bedos. 2000. The Cave Fauna of East Asia: Origin, Evolution, and Ecology in

Wilkens, H., Culver, D.C., and W.F. Humpreys. (ed). Ecosystem in the World vol, 30:

  Vermaullen, J. and T. Whitten. 1999. Biodiversity and Cultural Property in the Management of Limestones Resources. The World Bank, Washington. Weygold, P. 2000. Whip Spider (Chelicerata: Amblypygi) Their Biology, Morphology, and Systematics. Apollo Books, Stenstrup, Denmark.

  

Tristiani, H., Murakami, O., and H. Watanabe. 2003. Ranging and nesting behavior of the ricefield rat

Rattus argentiventer (Rodentia: Muridae) in West Java, Indonesia. Journal of Mammalogy

84(4): 1228-1236.

  Ltd. New Delhi

Odum, HT. 1994. Ecological and General Systems: An Introduction to Systems Ecology. University

Press of Colorado, Niwot, CO.

Rahmadi, C. 2002. Keanekaragaman Fauna Gua, Gua Ngerong Tuban, Jawa Timur, Tinjauan khusus

pada Arthropoda. Zoo Indonesia-Jurnal Fauna Tropica. 29: 19

  

Michael,P. 1984. Ecological Methods for fields & Laboratories Investigation. McGraw-Hill Publ.Co.

  Fagan, WF., Fortin, MJ., and C. Soykan. 2003. Integrating edge detection and dynamic modeling in quantitative analyses of ecological boundaries. BioScience 53: 730-738. Fereira, RL. and LCS. Horta. 2001. Natural and Human Impact on Invertebrate Communities in Bazilian Caves. Rev. Brazil Biol. 61 (1): 7

  Subterranean Ecosystem. Elsevier, Amterdam: 603-631.

  Culver, D. and W. White. 2005. Encyclopedia of caves: Elsevier Academic Press, Burlington, MA.

Diamond, J. 1986. Overview: Laboratory Experiment, Field Experiments, and Natural Experiment. In

Diamond, J. and T.J. Case (eds). Community Ecology. Harper and Row Publisher Inc, New

  Kelompom perombak akan mendapatkan dampak secara langsung dari gangguan tersebut. Jika gangguan terjadi secara terus menerus akan mengancam kehidupan seluruh Arthropoda di dalam ekosistem gua. Upaya pelestarian gua sebagai habitat sangat penting, mengingat gua sebagai tempat evolusi yang efektif bagi Arthropoda di dalamnya. Menjaga kelestarian gua berarti menjaga seluruh penghuni ekosistem gua.

  Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Campbell, P., Schneider, CJ.,. Zubaid, A., Adnan, AM., and TH. Kunz. 2007. Morphological and ecological correlates of coexistence in malaysian fruit bats (Chiroptera: Pteropodidae). Journal of Mammalogy 88(1): 105-118.

  V. DAFTAR PUSTAKA

Boror, DJ., Triplehorn, CA., dan NF. Johnson. 1994. Johnson. Pengenalan Pelajaran Serangga. Ed. 6.

  Cambalopsidae, Geophilomorpha, dan Raphidophora sp. Diversitas Arthropoda tertinggi pada ekosistem gua Anjani terdapat di zona gelap total.

  

troglophile terdiri dari Heteropoda sp., S.dammermani, Thelyphonidae (Uropygi), Opiliones,

  Arthropoda di gua Anjani meliputi trogloxene, troglobite dan troglophile. Trogloxene terdiri dari Formicidae, troglobite terdiri dari A.matakecil dan Philosciidae (Isopoda), serta

  IV. KESIMPULAN

  • – 17.

    Hazelton, M. and EA. Glennie. 1962. Cave Fauna and Flora. British Caving, London.

    McEwen P. 1997. Sampling, handling and rearing insect, In Dent DR & Walton MP(eds) Methods in

    Ecological & Agricultural Entomology. University Press, Cambridge.
  • – 27. Ruppert, EE., Fox, RS., and RD. Barnes. 2004. Invertebrate Zoology, a functional evolutionary aproach. Seventh ed. Thomson Learning, Singapore.