STUDI PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT (PSAK NO. 109 AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAQ/SEDEKAH) PADA YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH (YDSF) SURABAYA - Perbanas Institutional Repository

  (P PAD S PSAK NO. DA YAYA SEKO STUDI PE . 109 AKU ASAN DAN A

  OLAH TIN NERAPA UNTANSI NA SOSIA ARTIKE O SITI W

  2009 NGGI ILM SUR

  2 AN AKUNT ZAKAT D AL AL-FA EL ILMI

Oleh :

  WASILA 9310159 MU EKON

RABAYA

2013

  TANSI ZA DAN INF ALAH (YD

  IAH NOMI PER AKAT AQ/SEDE DSF) SUR

  RBANAS EKAH) RABAYA

AN AKUNT

TANSI ZA DAN INF ALAH (YD

   (P PAD S PSAK NO DA YAYA SEKO STUDI PE . 109 AKU ASAN DAN A

  O SITI W 2009 NGGI ILM SUR

  2

i

  I ZAKAT AL AL-FA EL ILMI

Oleh

  :

WASILA 9310159 MU EKON

NOMI PER AKAT FAQ/SEDE DSF) SUR

  

RABAYA

2013

  IAH

OLAH TIN NERAPA UNTANSI NA SOSIA ARTIKE

  

PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

  Nama : Siti Wasila Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 20 Februari 1991 N.I.M : 2009310159 Jurusan : Akuntansi Program Pendidikan : Strata 1 Konsentrasi : Akuntansi Perbankan Judul : Studi Penerapan Akuntansi Zakat (PSAK NO. 109

  Akuntansi Zakat, Infaq / Sedekah) Pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya

  

Disetujui dan diterima baik oleh :

  Dosen Pembimg Co.Dosen Pembimbing Tanggal : Tanggal : Nanang Shonhadji,SE.,Ak.,M.Si. Nurul Hasanah Uswati Dewi, SE, M.Si.

  Ketua Program Studi S1 Akuntansi Tanggal :

  Supriyati,SE.,M.Si.,Ak

  

ii

  STUDI PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT (PSAK NO. 109 AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAQ/SEDEKAH) PADA YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH (YDSF) SURABAYA Siti Wasila

  STIE Perbanas Surabaya Email: 2009310159@students.perbanas.ac.id

  Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

  ABSTRACT This study aims to determine the evaluation and implementation of accounting reporting and the effectiveness of the application of accounting zakat charity by PSAK No. 109 on the foundations of social funds al-Falah. In this study the researchers used a method of primary and secondary data. The primary data obtained through interviews in the accounting and financial reports look at the foundation. The results showed that accounting based on the Islamic Sharia has brought consequences on the humanitarian aspect of the accounting and infaq zakat / charity. Thus, accounting and infaq charity/alms to stimulate behaviors of individuals around the environment is always a transformation. And accountability are established within the organization include the physical, moral and spiritual. The physical aspect of this research in the form of financial statements while the moral and spiritual aspects of the realization of the organization's accountability to God by trying to run its activities ethically Shari'ah. Suggestions in this study for further research is that further research is not only focused on one foundation course in research. In order to know the foundations of social funds in addition to al-Falah surabaya as alms houses, dhuafah wallets, etc.. It has also been adopted PSAK No., 109 in financial report. And to further research the information should be in a long period of time in order to obtain better results and information efektive and efficient. Keywords: moral principles, ethics and the law of God PENDAHULUAN berupa dana zakat kepada mereka yang

  Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi kekurangan. Zakat merupakan salah satu umat manusia dan tidak sedikit Umat yang dari lima nilai instrumental yang strategis jatuh peradabannya hanya karena dan sangat berpengaruh pada tingkah laku kefakiran. Karena itu seperti Sabda Nabi ekonomi manusia dan masyarakat serta yang menyatakan bahwa kefakiran itu pembangunan ekonomi umumnya mendekati pada kekufura. Islam sebagai (Sartika:2008). Besarnya nilai zakat adalah

  Ad-diin telah menawarkan beberapa 2,5% dari jumlah penghasilan net dari doktrin bagi manusia yang berlaku secara setiap penghasilan umat.

  universal dengan dua ciri dimensi, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di Islam telah menerapkan konsep dunia ini serta kebahagiaan dan akuntansi yang harus diikuti oleh para kesejahteraan hidup di akhirat. Salah satu pelaku bisnis atau pembuatan laporan cara mengatasi kemiskinan adalah akuntansi menekankan pada konsep dukungan orang yang mampu untuk pertanggungjawaban atau accountability, mengeluarkan harta kekayaan mereka yang tertera dalam Surat Al-Baqarah ayat

  282. Akuntansi berbasis syariah harus memiliki orientasi sosial, sehingga memiliki arti bahwa akuntansi tidak hanya digunakan sebagai alat untuk menterjemahkan fenomena ekonomi dalam bentuk ukuran moneter tetapi juga sebagai suatu metode untuk menjelaskan tentang bagaimana fenomena ekonomi itu berjalan dalam masyarakat Islam (Muhamad:2002). Perkembangan akuntansi syariah di Indonesia sangat pesat, dikarenakan dalam ilmu akuntansi tersebut tidak hanya mempelajari hubungan antar manusia

  (hablum minannas) dengan Tuhan (hablum minaallah).

  Indonesia merupakan negara dengan mayoritas pemeluk agama Islam untuk itu dibutuhkan sistem ekonomi syariah dalam menunjang perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan bahwa penghambaan manusia terhadap Tuhannya bukan hanya menyangkut hubungan secara vertikal antara hamba dengan Tuhannya tetapi juga hubungan antara sesama manusia (muamalat). Kegiatan Muamalat yang termasuk didalamnya penerapan sistem akuntansi syariah adalah merupakan bagian integral yang tidak bisa dipisahkan dengan pengabdian hamba terhadap Tuhannya. Menurut Hasyshi (1986), Bydoun dan Willet (2000) serta Harahap (2001) menyatakan bahwa akuntansi syariah dapat dipandang sebagai konstruksi sosial masyarakat Islam agar dapat diterapkan ekonomi sosial dalam kegiatan ekonomi. Akuntansi syariah merupakan subsistem dari sistem ekonomi dan keuangan Islam yang dipakai sebagai alat pendukung nilai-nilai Islami dalam lingkup akuntansi yang berfungsi sebagai alat manajemen yang menyediakan informasi keuangan kepada pihak eksternal dan internal.

  Akuntansi syariah adalah alat pertanggungjawaban, yang diwakili informasi akuntansi syariah dalam bentuk laporan keuangan yang sesuai dengan syariah yaitu mematuhi prinsip full

  disclousure . Dimana laporan keuangan

  akuntansi syariah tidak lagi berorientasi pada maksimasi laba, akan tetapi membawa pesan modal dalam menerapkan perilaku etis dan adil terhadap semua pihak. Menurut Gaffikin dan Triyuwono (1996) akuntansi adalah refleksi dari sebuah realitas yang idealnya dibangun dan dipraktikan berdasarkan nilai-nilai dan etika. Nilai-nilai dan etika orang Muslim adalah syariah, maka alternative terbaik pengembangan akuntansi syariah adalah menggunakan pemikiran yang sesuai dengan syariah. Untuk memahami pengertian akuntansi syariah, dapat mengacu pada definisi akuntansi syariah yang dikemukakan oleh Hameed (2003) yaitu: Berangkat dari definisi-definisi akuntansi tersebut di atas, akuntansi syariah dalam arti sempit dapat didefinisikan sebagai berikut: “Akuntansi syariah adalah suatu proses, metode, dan teknik pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran transaksi, dan kejadian- kejadian yang bersifat keuangan dalam bentuk satuan uang, guna mengidentifikasi, mengukur, menyampaikan informasi suatu entitas ekonomi yang pengelolaan usahanya berlandaskan syariah, untuk dapat digunakan sebagai bahan mengambil keputusan-keputusan ekonomi dan memilih alternatif-alternatif tindakan bagi para pemakainya”. Perkembangan akuntansi sebagai salah satu cabang ilmu sosial telah mengalami pergeseran nilai yang sangat mendasar dituntut mengikuti perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Kam (1990:3) mengemukakan bahwa selama ini yang digunakan sebagai dasar konstruksi teori akuntansi lahir dari konteks budaya dan idiologi.

  Tujuan laporan keuangan syariah adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, tujuan lainnya adalah: (1) Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam setiap transaksi dan kegiatan usaha. (2) Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah serta informasi asset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada yang dalam perolehan dan penggunaannya. (3) Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas dan syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak. (4) Informasi mengenai keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban. (obligation) fungsi sosial entitas syariah. Termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah dan wakaf. Zakat menempati rukun Islam yang ketiga setelah syahadat dan shalat. Jika shalat merupakan ibadah yang bersifat vertikal (dengan Tuhan). Maka zakat merupakan ibadah yang bersifat horizontal (dengan manusia).

  Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditarik permasalahan penelitian ini yaitu bagaimana pelaporan dan implementasi akuntansi zakat yang ditinjau dari PSAK No. 109 dan apakah penerapan akuntansi zakat berdasarkan PSAK No. 109 telah berjalan dengan efektif di Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya? Tujuan yang ingin di raih dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaporan dan implementasi akuntansi zakat menurut PSAK No. 109 dan untuk mengevaluasi efektifikasi penerapan akuntansi zakat berdasarkan PSAK No. 109 pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya.

  RERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI DAN HIPOTESIS Pengertian zakat

  Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh, dan terpuji. Sedangkan dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan allah diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri (Qardlawi, 1999:34). Menurut terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (Hafidhhuddin:2002).

  “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah: 10).

  Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq) (PSAK 109, 2010:109.3). Dan zakat merupakan salah satu rukun Islam, yang merupakan salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.

  Pengertian Infaq / Sedekah

  Kata (infaq), yang huruf akhirnya mestinya “Qaf”, oleh orang Indonesia dirubah menjadi huruf “Kaf”, sehingga menjadi (infak). Maka , Infaq juga bisa diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan yang baik, maupun kepentingan yang buruk. Ini sesuai dengan firman Allah yang menyebutkan bahwa orang-orang kafir pun meng “infak” kan harta mereka untuk menghalangi jalan Allah: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir

  menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu,

  kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan ” (Qs. Al Anfal: 36).

  Sedangkan Infak secara istilah adalah: Mengeluarkan sebagian harta untuk sesuatu kepentingan yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala, seperti: menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Infaq/sedekah adalah harta yang diberikan secara sukarela oleh pemiliknya, baik yang peruntukannya ditentukan maupun tidak ditentukan (PSAK 109, 2010:109.2).

  Sedangkan “Sedekah“ secara bahasa berasal dari akar kata (shodaqah) yang terdiri dari tiga huruf: Shod-dal-qaf, berarti sesuatu yang benar atau jujur. Kemudian orang Indonesia merubahnya menjadi Sedekah. Sedekah bisa diartikan mengeluarkan harta di jalan Allah, sebagai bukti kejujuran atau kebenaran iman seseorang. Maka Rasulullah menyebut sedekah sebagai

  burhan (bukti). Dari Abu Malik Al harits

  Bin Ashim Al as’ariy ra ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Suci adalah

  sebagian dari iman, membaca alhamdulillah dapat memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah dapat memenuhi semua yang ada diantara langit dan bumi, salat adalah cahaya, sedekah itu adalah bukti iman, sabar adalah pelita dan AlQuran untuk berhujjah terhadap yang kamu sukai ataupun terhadap yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang membinasakan dirinya. ” (HR.

  Muslim).

  Mustahiq dan Muzakki

  Pengertian muzakki dan mustahiq adalah:

  Muzakki adalah individu muslim yang

  secara syariah wajib membayar (menunaikan) zakat. Sedangkan Mustahiq adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. Mustahiq terdiri dari, Fakir, Miskin, Riqab, Ghorim, Muallaf, Fasabilillah, Ibnu sabil, dan Amil.

  Dasar-dasar akuntansi Zakat

  Dasar akuntansi zakat terdiri dari: Harta wajib zakat yaitu setiap harta yang memenuhi semua kriteria dan persyaratan harta zakat yang dibagi menjadi dua yaitu harta berwujud dan harta tak berwujud, Beban harta zakat yaitu biaya-biaya yang menjadi beban tanggungan muzakki yang harus diambil terlebih dahulu dari harta wajib zakat, seperti nafkah keluarga, gaji pegawai, atau hutang jatuh tempo, Harta zakat setelah beban kewajiban adalah jumlah harta wajib zakat setelah dikurangi dan di potong beban kewajiban yang menjadi tanggungan muzakki, Nishab zakat adalah nilai minimal zakat, seperti 85 gram emas 21 karat untuk harta seperti uang dan emas, Tarif zakat adalah suatu prosentase tertentu dari jumlah harta wajib zakat yang harus ditunaikan sebagai zakat oleh muzakki setelah dikurangi kewajiban yang menjadi beban dan tanggungannya, Jumlah zakat adalah jumlah harta zakat yang harus dibayarkan oleh muzakki dengan cara mengalikan harta zakat setelah di potong beban kewajiban dengan tarif zakat, Tahun zakat adalah masa di mana kepemilikan harta wajib zakat telah mencapai satu tahun (haul), kecuali harta pertanian, harta karun, dan barang tambang mentah yang terkena kewajiban zakat langsung setelah panen atau eksploitasi, Kemandirian satu tahun zakat adalah bahwa setiap tahun zakat berdiri sendiri serta tidak terkait dengan tahun yang sudah berlalu, Pertumbuhan harta adalah harta wajib zakat adalah harta yang dapat berkembang dan bertambah jumlahnya, baik secara kasat mata seperti binatang ternak, uang yang diinvestasikan dalam berbagai macam sektor usaha dan harta perniagaan, atau bertambahnya secara perkiraan seperti uang yang disimpan (idle), karena uang tersebut dapat berkembang bila diinvestasikan, Perhitungan zakat terhadap keseluruhan harta atau keuntungan harta saja adalah harta yang menjadi objek zakat terbagi menjadi dua yaitu objek zakat berupa harta yang terkena zakat atas harta dan pertambahannya (hasil keuntungan) seperti zakat uang dan objek zakat berupa harta yang terkena zakat atas pertambahan dan hasil keuntungan saja dari pengembangan harta tersebut, seperti zakat usaha jasa, Harga pasar dalam ilmu akuntansi sering di sebut sebagai biaya pengganti (replacement cost), yaitu harga saat dilakukan penilaian terhadap nilai suatu barang yang belum dapat di jual atau belum berupa uang, Penggabungan harta wajib zakat yang sejenis adalah bahwa harta zakat yang sama dalam segi: jenis haul, nishab, dan tarif zakat, harus digabungkan dalam satu kesatuan harta wajib zakat setelah di potong beban kewajiban, Pemotongan beban kewajiban harta wajib zakat adalah bahwa semua beban kewajiban (expenses) yang menjadi tangungan muzakki dalam satu tahun zakat (haul), seperti nafkah keluarga, hutang jatuh tempo, dan cicilan kredit jatuh tempo, harus dikeluarkan terlebih dahulu dari jumlah seluruh harta wajib zakat.

  Pengakuan dan Pengukuran Zakat

  3. Penyaluran Zakat Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar: a.

  Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas b.

  Pengakuan Awal Infaq/sedekah yang diterima diakui sebagai dana infaq/sedekah terikat atau tidak terikat sesuai dengan tujuan pembeti infaq/sedekah sebesar: a.

  Berdasarkan PSAK No. 109 (2010) tentang pengakuan dan pengukuran infaq/sedekah yaitu: 1.

  Pengakuan dan Pengukuran Nilai Infaq/Sedekah

  Jumlah tercatat, jika dalam bentuk asset nonkas.

  Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas b.

  Berdasarkan PSAK No. 109 (2010) tentang penyaluran zakat yaitu:

  Berdasarkan PSAK No. 109 (2010) tentang pengakuan dan pengukuran zakat yaitu : 1.

  Kerugian dan pengurangan dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil

  Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil b.

  Penurunan nilai asset zakat diakui sebagai berikut: a.

  2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut.

  Jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar aset nonkas tersebut. penentuan nilai wajar asset non kas yang diterima menggunakan harga pasar, jika harga pasar tidak tersedia maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK. Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk bagian nonamil. Penentuan jumlah presentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil. Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil maka asset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat.

  Jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang di terima b.

  Pengakuan Awal Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau asset lainnya diterima. Sedangkan zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambahan dana zakat: a.

  Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk nonkas Penentuan nilai wajar asset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar untuk asset nonkas tersebut. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai diatur dalam PSAK yang relevan. Infaq/sedekah yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana infaq/sedekah untuk bagian penerima infaq/sedekah. Berdasarkan PSAK No. 109 (2010) tentang pengukuran infaq/sedekah yaitu: 2. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal

  Infaq/sedekah yang diterima dapat berupa kas atau nonkas. Aset nonkas dapat berubah aset lancar atau aset tidak lancar. Aset yang tidak lancar yang diterima oleh amil dan diamanahkan untuk dikelola dinilai sebesar nilai wajar saat penerimaannya dan diakui sebagai aset tidak lancar infaq/sedekah. Penyusutan asset tersebut diperlakukan sebagai pengurang dana infaq/sedekah terikat apabila penggunaan atau pengelolaan aset tersebut sudah ditentukan oleh pemberi. Amil dapat pula menerima aset nonkas yang dimaksudkan oleh pemberi untuk segera disalurkan. Aset seperti ini diakui sebagai aset lancar. Aset ini dapat berupa bahan habis pakai atau aset yang memiliki umur panjang. Aset nonkas lancar dinilai sebagai nilai perolehan sedangkan aset nonkas tidak lancar dinilai sebagai nilai wajar sesuai dengan PSAK yang relevan Penurunan nilai aset infaq/sedekah tidak lancar diakui sebagai: a.

  Pengurang dana infaq/sedekah, jika terjadi bukan disebabkan oleh kelalaian amil b. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil

  Berdasarkan PSAK No. 109 (2010) tentang penyaluran dana infaq/sedekah yaitu: 3. Penyaluran Dana Infaq/Sedekah

  Penyaluran dana infaq/sedekah diakui sebagai pengurang dana infaq/sedekah sebesar: a.

  Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas b.

  Nilai tercatat aset yang diserahlan, jika dalam bentuk aset nonkas.

  4. Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai: a.

  Pengurang dana zakat, jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil.

  b.

  Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.

  Lembaga Zakat

  Lembaga zakat merupakan organisasi yang mendapat tanggung jawab (amanah) dari para muzaki untuk menyalurkan zakat yang telah mereka bayarkan kepada masyarakat yang membutuhkan secara efektif dan efisien. Penyaluran secara efektif adalah penyaluran zakat yang sampai pada sasaran masyarakat dan mencapai tujuan. Sementara itu, penyaluran zakat yang efisien adalah terdistribusikannya zakat dengan baik. Sebagai lembaga pemegang amanah, lembaga zakat berkewajiban untuk mencatat setiap setoran zakat dari muzaki baik kuantitas maupun jenis zakat, kemudian melaporan pengelolaan zakat tersebut kepada masyarakat. Untuk melaksanakan fungsi ini diperlukan akuntansi. Jadi secara sederhana akuntansi zakat berfungsi untuk melakukan pencatatan dan pelaporan atas penerimaan dan pengalokasian zakat.

  Gambar 1 Rerangka Pemikiran

  Gambaran tentang akuntansi zakat yang dilakukan oleh Yayasan Dana Sosial Al- Falah yaitu :

  Teknis akuntansi zakat didasarkan pada prinsip-prinsip perhitungan zakat

  Aspek teknis akuntansi zakat terkait dengan konstruksinya dalam melakukan pengukuran dan pengungkapan untuk tujuan zakat,sedangkan zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Dan zakat merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah, yaitu ibadah dibidang harta yang didalamnya mengandung prinsip-prinsip perhitungan zakat yang baik dan benar.

  Penerapan akuntansi zakat dilandasi oleh nilai-nilai humanis-spiritual zakat

  Zakat mengandung dua di mensi, yakni vertikal (hablum minallah) dan horisontal (hablum minannas). Ibadah zakat jika ditunaikan dengan baik, akan meningkatkan kualitas keimanan,membersihkan dan menyucikan jiwa, dan mengembangkan serta memberkahkan harta yang dimiliki jika dikelola dengan baik dan amanah, zakat akan mampu meningkatkan kesejahteraan umat, mampu meningkatkan etos kerja, dan etika kerja umat, serta sebagai institusi pemerataan ekonomi (hafidhuddin, 2002:5).

  Akuntabilitas meliputi tanggung jawab kepada Tuhan (haqqu-Allah) dan kepada sesama dan masyarakat

(haqqul-Ibad)

  Ada dua aspek fundamental dari konsep tanggung jawab. Pertama, Yayasan Dana Sosial

  Memiliki kriteria : Amanah

  Profesional Transparan

  Mengandung Prinsip- prinsip Mu’amalah: Tauhid, ibadah, halal- haram, ummah, maslahah

  Mu’amalah Akuntansi Zakat

  Humanis-spiritual Terciptanya akuntabilitas

  Nilai-nilai Zakat Prinsip Akuntansi

  Haqqu-Allah (Spiritual) Haqqul-Ibid (Fisik-Moral) tanggung jawab menyatu dengan status kekhalifahan manusia. Keberadaannya sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Sebagai Khalifah Al-Qur’an telah membagi fungsi manusia pada Haqqu-

  Allah (kewajibannya kepada Tuhan), dan Haqqul-Ibad (kewajibannya kepada

  sesama dan masyarakat). Kedua, tanggung jawab dalam islam pada dasarnya bersifat sukarela dan tidak ada “pemaksaan”.

  METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dengan metode studi kasus (case study). Dalam penelitian jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memenuhi nilai variabel mandiri atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiono, 2000:11). Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena yang terjadi pada masa sekarang, serta untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau sifat- sifat dan hubungan antara fenomena yang di teliti.

  Instrumen Penelitian

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung dengan pengurus maupun karyawan Yayasan Dana Sosial Al-Falah. Pertanyaan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Yayasan Dana Sosial Al-Falah menyelenggarakan praktik akuntansi Zakat dan Infaq/sedekah, Apakah karakteristik organisasi pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah mempengaruhi akuntansi yang dipraktikkan, Bagaimana bentuk akuntabilitas yang dipraktikkan pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah, Apakah metode Akuntasi Zakat dan Infaq/sedekah yang digunakan pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah, dan Bagaimana bentuk pelaporan zakat dan infaq/sedekah saat ini pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa data yang diperoleh dari sumber secara langsung dengan cara wawancara terhadap bagian akuntansi untuk mengetahui kebijakan yang digunakan yayasan dana sosial terhadap dana zakat muzakki. Key

  informan pada wawancara ini adalah

  Bapak Affi Nurhadian. Melihat dokumentasi atas pengukuran, penilaian, pengungkapan dan penyajian aktiva

  muzakki yang dikenai zakat. Data sekunder

  yang diperlukan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dan data yang menerangkan tentang kebijakan dalam pengukuran, penilaian, pengungkapan dan penyajian besarnya aktiva yang dikeluarkan oleh nasabah dalam memenuhi kewajiban zakatnya.

  Teknik Analisis Data

  Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi analisa terhadap pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan pelaporannya yang terdiri dari, Mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian penerapan akuntansi zakat (PSAK No. 109 Akuntansi Zakat Dan Infaq/Sedekah) pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah, Melakukan analisa data dan informasi penelitian yang ditinjau dari pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan pelaporan akuntansi zakat pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah, Memberi usulan perbaikan apabila terdapat kelemahan dalam pengakuan, pengukuran, pengungkapan dan pelaporan akuntansi zakat pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah. Menarik simpulan dan saran atas perbaikan di YDSF Surabaya.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

  Penelitian dilakukan pada organisasi pengelola zakat yaitu Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya. Yang dimana yayasan tersebut bertujuan untuk mengumpulkan dana masyarakat/ummat baik dalam bentuk zakat, infaq, shadaqah, maupun lainnya dan menyalurkannya dengan amanah, serta secara efektif dan efisien untuk kegiatan-kegiatan: 1.

  Meningkatkan kualitas sekolah- sekolah Islam

  2. Menyantuni dan memberdayakan anak yatim, miskin, dan terlantar

  3. Memberdayakan operasional dan fisik masjid, serta memakmurkannya

  4. Membantu usaha-usaha dakwah dengan memperkuat peranan para da’i khususnya yang berada di daerah pedesaan/terpencil

  5. Memberikan bantuan kemanusiaan bagi anggota masyarakat yang mengalami musibah

  Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) menggunakan PSAK No. 109 dalam praktikanya maupun dalam laporan keuangan.

  Praktik Akuntansi pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF)

  Praktik akuntansi mengacu pada bagaimana melaksanakan standar akuntansi yang telah ditetapkan. Praktik ini tidak terjadi begitu secara alamiah tetapi dirancang dan dikembangkan secara sengaja untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Praktik akuntansi dipengaruhi oleh faktor lingkungan (sosial, ekonomik, dan politis) tempat akuntansi dijalankan (Suwardjono, 2005:1). Berikut adalah gambaran praktik akuntansi Yayasan Dana Sosial Al-Falah yaitu: a.

  Standarisasi Pedoman Standar akuntansi adalah peraturan- peraturan khusus yang dijabarkan dari prinsip dasar akuntansi, yang mengatur tentang bagaimana standar perlakuan pencatatan tertentu yang dialami oleh suatu lembaga (entity), organisasi atau perusahaan (Harahap, 2004:68). Maka, standar akan memberikan pedoman perlakuan akuntansi terhadap suatu kejadian agar kondisi yang ingin dicapai oleh tujuan akuntansi dapat terealisasi. Pedoman ini biasanya direfleksikan dalam pendefinisian, pengukuran, penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen- elemen atau pos-pos laporan keuangan

  (Suwardjono, 2001:1). Sejak tahun 2008- 2010 Yayasan Dana Sosial Al-Falah telah menerapkan PSAK 45 dalam praktik akuntansi yang dijalankan dalam pembuatan laporan keuangan.

  b.

  Praktik Akuntansi yang Dimodifikasi Landasan syari’ah berdirinya organisasi pengelola zakat adalah QS. At-

  Taubah (9):103 yang artinya “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka...”. Oleh banyak ulama, ayat tersebut dimaknai bahwa zakat itu diambil dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (Muzakki) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya (Mustahiq), sedangkan yang mengambil dan menjemput adalah para petugas (Amil). Iman Qurtubi (1993) menafsirkan amil yang dinyatakan dalam QS. At-Taubah (9):60 sebagai orang-orang yang ditugakan (diutus oleh Imam atau perintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung, dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya. Menurut Triyuwono (2000:21) akuntansi harus diisi dengan nilai-nilai yang mendasari organisasi. Hasil wawancara yang diterima oleh peneliti, Yayasan Dana Sosial Al-Falah sejak tahun 2010 telah beralih penerapan akuntansi yang awalnya menggunakan PSAK 45 berpindah dengan berpedoman pada PSAK syari’ah yaitu PSAK 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah. Dengan mengacuh pada PSAK 109 maka Yayasan Dana Sosial Al-Falah dapat membedakan dana-dana yang diterima dari donatur seperti dana zakat, dana infaq/sedekah, dana waqof dan dana non- halal/bunga bank.

  Karakteristik Organisasi Yayasan Dana Sosial Al-Falah

  Organisasi pengelola zakat adalah lembaga yang pendiriannya dilandasi syari’ah Agama (Surat At-Taubah ayat 103) dan secara formal dikukuhkan melalui Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Zakat merupakan perintah agama sehingga pengelolaannya harus mencerminkan nilai- nilai ajaran-Nya. Menurut UU tersebut, pengelolaan zakat bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai tuntunan agama, meningkatkan fungsi dan peranan pratana keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, dan meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Menurut Sudewo (2004:99) tujuan yang hendak dicapai dalam pengelolaan zakat adalah memudahkan muzakki menunaikan kewajiban berzakat, menyalurkan zakat yang terhimpun kepada mustahiq yang berhak menerimanya, memprofesionalkan organisasi zakat itu sendri, dan terwujudnya kesejahteraan sosial. Hasil wawancara peneliti mengenai karakteristik Yayasan Dana Sosial Al- Falah yaitu organisasi memiliki sifat amanah. Karena yang diamanahkan merupakan bagian dari ajaran yang diperintahkan oleh agama maka pengelolaannya juga harus sesuai dengan perintah agama. Pengidentifikasian seperti ini penting untuk menetapkan tujuan akuntansi zakat sehingga tujuannya sejalan dengan tujuan organisasi. Pihak yang berkepentingan di Yayasan Dana Sosial Al-Falah di kategorikan menjadi tiga yaitu donatur (muzakki, munfiq, musaddiq), mustahiq, dewan pengawas dan masyarakat luas.

  Bentuk Akuntabilitas yang Komprehensif

  Akuntabilitas disajikan dalam bentuk laporan fisik, baik berupa laporan kualitatif maupun kuantitatif. Laporan kuantitatif menyajikan semua informasi mengenai berbagai hasil kinerja manajemen (pengelolaan dana sumbangan) selama ini. Laporan ini akan di audit oleh eksternal auditor dan hasilnya akan disampaikan kepada donaturt melalui media cetak. Sedangkan laporan kualitatif menyampaikan berbagai informasi terkait dengan pelaksanaan program-program kualitatif yang telah direncanakan oleh organisasi. Selanjutnya, kedua laporan itu akan digunakan sebagai media pertanggungjawaban pihak manajemen kepada Dewan Penasehat.

  Secara periodik Yayasan Dana Sosial Al-Falah menerbitkan laporan keuangan guna mempertanggungjawabkan kinerja organisasi selama periode yang bersangkutan. Seperti organisasi umumnya, laporan akan diperiksa oleh pemeriksa independen guna menguji keabsahan laporan sekaligus membangun dan meningkatkan kepercayaan publik.

  Hasil pemeriksaan diinformasikan kepada masyarakat melalui majalah atau buletin. Yayasan Dana Sosial Al-Falah merupakan organisasi syari’ah sehingga sesuai syari’ah Islam pertanggungjawabannya tidak sebatas duniawi saja. Opini syari’ah ini penting karena akan menunjukkan bahwa organisasi telah melaksanakan aktivitas mua’malahnya sesuai aturan syari’ah yang merupakan salah satu wujud dari pertanggungjawaban organisasi kepada Allah SWT sebagai The Ultimate

  Stakehoder.

  Dalam konteks ke-ukhrowian, bentuk pertanggungjawaban kepada The

  Ultimate Stakehoder Allah SWT memang

  tidak disajikan dalam bentuk laporan fisik, melainkan dengan menerapkan prinsip

  Spiritualitas Corporate Governance

  (SCG) yaitu menempatkan pertanggungjawaban spiritual sebagai landasannya (Ghani, 2005:139). Sebagai wujud dari penerapan SCG adalah dengan meletakkan profesi sebagai ibadah, penggambaran makhluk menuju jalan yang diridhai Allah (mardhatilah). Prinsip manajemen SCG adalah mengikuti teladan Rasulullah SAW dan Kitabullah sebagai patronnya.

  Kebijakan Akuntansi

  Menurut PSAK No. 1, kebijakan akuntansi adalah prinsip khusus, dasar, konvensi, peraturan dan praktik yang diterapkan perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Manajemen memilih dan menetapkan kebijakan akuntansi agar laporan keuangan memenuhi ketentuan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jika belum diatur dalam PSAK, maka manajemen harus menetapkan kebijakan untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi yang relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan dan dapat diandalkan. Apabila belum ada peraturan dalam PSAK, maka manajemen menggunakan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan akuntansi yang memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.

  Kebijakan akuntansi Yayasan Dana Sosial Al-Falah untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut: Laporan keuangan Yayasan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yaitu berupa PSAK yang berlaku umum di Indonesia berikut ini adalah ikhtisar kebijakan akuntansi penting yang diterapkan Yayasan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010. Yayasan Dana Sosial Al-Falah menyajikan laporan keuangan atas dasar penerimaan dan pengeluaran uang dengan cara cash basic pada bagian penghimpunan sedangkan pada bagian penyaluran menggunakan cara

  Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai dengan SAK yang relevan.

  1. Pengurang dana zakat, jika tidak disebabkan oleh kelalaian amil

  Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai:

  f.

  Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, maka jumlah kerugian yang ditanggung diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil bergantungan pada penyebab kerugian tersebut.

  e.

  Jika muzakki menentukan mustahiq yang menerima penyaluran zakat melalui amil, maka tidak ada bagian amil atas zakat yang diterima. Amil dapat memperoleh ujrah atas kegiatan penyaluran tersebut. Ujrah ini berasal dari muzakki, di luar dana zakat. Ujrah tersebut diakui sebagai penambah dana amil.

  d.

  2. Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas c.

  acrual basic . Laporan arus kas yang

  Jumlah yang diterima, jika dalam bentuk kas

  Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat sebesar: 1.

  2. Pengakuan dan Pengukuran Penerimaan Zakat a. Penerimaan zakat akui pada saat kas atau aset nonkas diterima b.

  Sedangkan dana amil adalah bagian amil atas dana zakat dan infaq/sedekah serta dana lain yang oleh pemberinya diperuntukkan bagi amil. Dana amil digunakan untuk pengelolaan amil.

  Dana zakat merupakan dana yang berasal dari penerimaan zakat. Dana infaq/sedakah adalah dana yang berasal dari penerima infaq/sedekah.

  Definisi Definisi-definisi menurut PSAK No, 109 yang termasuk dalam akun-akun laporan aktivas terdiri dari dana zakat, dana infaq/sedekah, dan dana amil.

  Penerimaan dan Penyaluran pada PSAK No. 109 (2010) 1.

  disusun dengan menggunakan metode langsung, dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan yang disajikan secara terpisah antara penerimaan dan pengeluaran.

  2. Kerugian dan pengurang dana amil, jika disebabkan oleh kelalaian amil.

  Laporan Aktivitas Pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH SURABAYA LAPORAN AKTIVITAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2011 DAN 2010 CATATAN TAHUN 2011 TAHUN 2010 KETERANGAN

NOMOR (Rp) (Rp)

Dana Zakat

  1.4.4.1 Penerimaan Terikat Temporer 4.468.529.499 3.712.291.602 Penyaluran Terikat Temporer (4.346.312.519) (4.349.007.501)

  Kenaikan (Penurunan) 122.216.980 (636.715.899) Dana Zakat Awal Tahun 2.119.042.833 2.755.758.732

  Dana Zakat Akhir Tahun 2.241.259.813 2.119.042.833

  Dana Infaq

  1.4.4.2 Penerimaan Terikat Temporer 6.617.700.288 6.554.955.202 Penerimaan Tidak Terikat 18.270.093.657 17.089.637.666

  24.887.793.945 23.644.592.868 Penyaluran Terikat Temporer (8.294.043.983) (6.681.695.340)

  Penyaluran Tidak Terikat (17.600.608.331) (14.185.832.239) (25.894.652.314) (20.867.527.579)

  Kenaikan (Penurunan) (1.006.858.369) 2.777.065.289 Dana Infaq Awal Tahun 3.014.289.782 237.224.493

  Dana Infaq Akhir Tahun 2.007.431.413 3.014.289.782

  Dana Amil

  1.4.4.3 Penerimaan Bagian Amil 5.131.143.439 5.937.491.491 Penggunaan Beban Gaji &

  (4.007.198.214) (4.027.687.584) Tunjangan

  Penggunaan Beban (893.076.117) (818.068.138)

  Administrasi & Umum Penggunaan Beban Promosi

  (310.920.751) (359.322.984) dan Publikasi Penggunaan Beban Penyusutan

  (351.225.675) (422.567.424) Aset Tetap

  (5.562.420.757) (5.627.646.130) Kenaikan (Penurunan) (431.277.318) 309.845.361

  Dana Amil Awal Tahun 1.502.178.861 1.192.333.500 Dana Amil Akhir Tahun 1.070.901.543 1.502.178.861

  Penggunaan (29.154.888) (13.915.661) Kenaikan 46.235.253 41.491.646 Dana Bagi Hasil dan Non Halal

  175.680.646 134.189.000 Awal Tahun Dana Bagi Hasil dan Non Halal

  221.915.899 175.680.646 Akhir Tahun

  Penerimaan dan penyaluran pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah

  Penerimaan dana oleh organisasi hanya dapat dilakukan melalui rekening bank lembaga atau oleh petugas yang telah ditentukan. Penerima dana oleh petugas yang telah ditentukan ini dapat beruba uang tunai, giro bilyet, cek atau wesel pos. Setiap penerimaan dana oleh petugas yang telah ditentukan harus dibuatkan bukti penerimaan yang sah dan disetor berdasarkan asas bruto. Artinya setiap penerimaan harus disetor penuh tanpa pengurangan biaya terkait. Dana masyarakat di Yayasan Dana Sosial Al- Falah dicatat dalam kategori zakat, infaq/sedekah, waqof, amil dan bagi hasil. Pengeluaran dana pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) terdiri dari: a.

  Zakat digunakan untuk kepnetingan mustahiq melalui program atau kegiatan yang bersifat bantuan sesaat dan pemberdayaan.

  Pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah telah menerapkan PSAK No.109 sejak tahun 2011. Namun, kesesuaian tersebut harus tetap berpedoman dengan PSAK No. 109 yang dimana awalnya Yayasan Dana Sosial Al-Falah berpedoman pada PSAK No. 45 dalam menyusun laporan aktivitasnya.

  Evaluasi Laporan Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah Berdasarkan PSAK No. 109

  Pembiayaan investaris kantor f. Investasi

  e.

  Biaya umum dan administrasi.

  d.

  Biaya sosialisasi zakat dan pelayanan muzakki.

  c.

  Transportasi dan akomodasi yang tidak terikat langsung dengan penyaluran dana masyarakat.

  b.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

  Dana masyarakat tidak boleh untuk pembangunan fisik yang berasal dari permintaan pihak luar. Sedangkan pengeluaran dana pengelolaan/amil zakat adalah untuk: a.

  f.

  Solidaritas kemanusiaan digunakan sesuai peruntukan dari donatur dan hal- hal yang terkait dengan penyaluran dana tersebut serta tidak boleh dialihkan untuk keperluan lain walaupun hanya sesaat.

  e.

  Waqof digunakan sesuai akad yang dibuat antara lembaga dan muwakif.

  d.

  Ruang lingkup bidang pemberdayaan beserta besar alokasi dananya ditetapkan lebih lanjut dalam kebijakan keuangan tahunan lembaga.

  c.

  Golongan mustahiq yang menerima dan beserta besar alokasi dananya ditetapkan lebih lanjut dalam kebijakan keuangan tahunan lembaga.

  b.

  Infaq/sedekah digunakan untuk kepentingan mustahiq melalui program atau kegiatan yang bersifat pemberdayaan.

  a.

  Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan Antara lain : 1.

  Akuntansi yang dilandasi dengan Syari’ah Islam telah membawa konsekuensi bahwa aspek kemanusiaan dari akuntansi zakat dan infaq/sedekah, yakni hal yang terkait dengan pelaksanaan dan penerapannya harus didasarkan pada prinsip moral, etika dan hukum Tuhan, seperti kebajikan, kebenaran, dan akuntabilitas. Dalam hal ini akuntansi zakat dan infaq/sedekah mampu menstimulasi perilaku individu- individu disekitarnya untuk menjadi individu yang selalu melakukan transformasi.

  2. Akuntabilitas yang dibentuk dalam organisasi meliputi aspek fisik, moral dan spiritual. Aspek fisik yang berupa laporan keuangan maupun laporan kinerja manajemen itu dilaporkan kepada para muzakki, munfiq, dan musaddiq maupun dewan penasehat. Sedangkan aspek moral dan spiritual merupakan wujud dari pertanggungjawaban organisasi kepada Tuhan dengan berusaha

  Gaji, honor dan tunjangan karyawan lembaga. menjalankan aktivitasnya sesuai etika syari’ah. Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan secara optimal, namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih ada beberapa keterbatasan antara lain: 1.

  Keterbatasan dalam jenis data untuk mencari informasi, peneliti hanya melakukan wawancara pada bagian akuntansi saja. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan wawancara pada bagian komite penyaluran juga agar informasi yang diterima menjadi efisien dan efektif.

  Http://www.pkpu.online .

  Vol.3, No.1, Muharram 1423 H / Maret 2002. Mth Asmuni.2007, “Zakat Profesi dan

  IQTISAD Journal of Islamic Economics

  Akuntansi Syariah : Perspektif Akuntansi Sosial dan pertanggungjawaban.”

  109: “ Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah “ . Muhamad, 2002, “Penyesuaian Teori

  101: “ Penyajian laporan Keuangan Syariah “. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2010. PSAK

  RePEc Archive (MPRA) Paper No.12539. Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009. PSAK

  dipublikasikan. Munich Personal

  IFRS vs AAOIFI: “The Clash of standards’’. Karya Ilmiah tidak

  Ibrahim, Mohamed Shanul Hameed, 2009,

  Perumusan Teori Akuntansi Islam, Penerbit Quantum, Jakarta.

  Harahap, Sofyan dan Sayfri. 2001. Menuju

  Hafiduddin, D. 1982. Zakat sebagai Implementasi Syari’ah .

  2. Kendala yang bersifat situasional, yaitu berupa situasi yang dirasakan peneliti pada saat wawancara pada bagian akuntansi dengan waktu yang sangat terbatas. Dari hasil penelitian ini, maka dapat diajukan saran penelitian yaitu Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah Yayasan dengan topik penelitian Studi Penerapan Akuntansi Zakat (PSAK No. 109 Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah) pada Yayasan Dana Sosial Al-Falah Surabaya, selain yayasan yang diteliti yang memungkinkan berpedoman pada PSAK No. 109.

  dan Waqof Teori dan Prakteknya di Indonesia. UI Press. Jakarta.

  Farida Prihatin. 2005. Hukum Islam Zakat

  “Intermediate Accounting”.

  Baydoun dan Willet,2000. ‘Islamic Corporate Report’.Abacus Vol.36.No.1. Donald kieso weygand kimmel. 2011.

  Perspective: Case In Yemen Journal Of Global Management. JULY 2011. VOLUME 2. NUMBER 1.