Potensi Sumber Daya Air Sungai untuk Pen

TUGAS AKHIR SEMESTER
HIDROLOGI

Disusun Oleh :
Rizki Purnama Sari
3336130879

JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON - BANTEN
2014
1

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................…..i
DAFTAR ISI.............................................................................................….ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Landasan Teori ....................................................................3

BAB II

PEMBAHASAN
A. Potensi Sumber Daya Air Sungai Untuk Pengairan.............8
B. Permasalahan Sumber Daya Air Sungai Untuk Pengairan...10
C. Upaya Konservasi Air Sungai..............................................17

BAB II

PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................18
B. Saran ....................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2


BAB I
PENDAHULUAN

A. Landasan Teori
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat. 1 Air adalah senyawa yang penting bagi
semua bentuk kehidupan dan air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.
Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air sebagian
besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncakpuncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka
air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak
mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas
permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut.
Air merupakan kebutuhan utama bagi kehidupan manusia, untuk memenuhi
kelangsungan hidup, manusia harus memenuhi kebutuhannya, terutama pada
kebutuhan sandang yang dihasilkan dari pertanian, dan hal tersebut erat kaitannya
dengan jumlah air yang dibutuhkan. maka seiring dengan kebutuhan air yang
berkesinambungan, sumber air untuk pengairan khususnya dibidang pertanian
mulai meluas hingga menggunakan air sungai. Bahkan pada saat ini telah
dibangun berbagai sarana irigasi untuk mempermudah dan menjamin penyaluran

ataupun ketersediaan air, melalui pembangunan saluran-saluran irigasi dan waduk.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia, maka terjadi peningkatan
pula pada kebutuhan air disegala aspek kehidupan, terutama dalam bidang
pengairan untuk lahan pertanian, banyak dilakukan pembukaan areal persawahan
dan perkebunan baru. Dengan semakin besarnya kebutuhan pangan, maka akan
1

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

3

semakin banyak pula air yang diperlukan untuk pengairan pada areal perkebunan
maupun areal pesawahan. maka pengelolaan air harus dilakukan dengan seefektif
mungkin.
Pengelolaan sumber daya air di Indonesia diatur dalam UU No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air (UUSDA) yang merupakan revisi terhadap UU No. 11
Tahun 1974 tentang Pengairan. Pemanfaatan sumber daya air dapat dilakukan
hampir pada semua lini kehidupan manusia baik untuk keperluan hidup seharihari maupun untuk usaha yang menggunakan bahan dasar air atau sebagai
penunjang, termasuk usaha di bidang pertanian. Pada Pasal 41 UUSDA
disebutkan bahwa pemenuhan air baku untuk pertanian dilakukan dengan

pengembangan sistem irigasi. Menurut Grigg sebagaimana yang dikutip dalam
Kodoatie, pengelolaan sumber daya air adalah aplikasi dari cara structural dan non
struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan manusia
untuk kepentingan/manfaat manusia dalam tujuan-tujuan lingkungan.2
Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan
kekurangan air dan dapat pula terjadi pencemaran. Salah satu peraturan
pelaksanaan undang-undang ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2011 Tentang Sungai. Peraturan pemerintah ini mengatur mengenai ruang sungai,
pengelolaan sungai, perizinan, sistem informasi, dan pemberdayaan masyarakat.
UUSDA berkaitan erat dengan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UUPPLH).
Salah satu wilayah di Indonesia dengan jumlah aliran sungai yang luas adalah
Provinsi Banten. Provinsi ini merupakan sebuah provinsi di Pulau Jawa, terletak
diantara 5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur Timur,
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2000 luas
wilayah Banten adalah 9.160,70 km². Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4
kabupaten, 154 kecamatan, 262 kelurahan dan 1.273 desa.

2


Robert J. Kondoatie, 2005, Kajian Undang-Undang Sumber Daya Air, Andi, Yogyakarta, hlm. 29

4

Provinsi banten merupakan salah satu penghasil pangan dan lumbung padi
dengan hasil pertanian yang cukup besar. Keadaan tersebut didukung oleh potensi
air (sungai) dan kondisi tanah di wilayah banten sangat mendukung untuk
pengelolan pertanian dan ketahanan pangan. Adanya usaha pertanian tersebut
tentunya memerlukan air untuk pengairan tanaman, hingga saat ini air sungai
merupakan penyumbang utama kebutuhan air untuk pengairan tanaman,
khususnya didaerah pesawahan. Untuk menjamin ketersediaan air untuk pengairan
secara berkesinambungan, diperlukan suatu perhitungan dan elevasi potensi dan
kebutuhannya.
Kondisi air di Provinsi Banten, khususnya sungai saat ini sangat
menghawatirkan sehingga dapat berdampak kepada penurunan hasil pertanian dan
akan mengganggu ketahanan pangan. Dari tujuh sungai besar yang ada di Banten,
tiga sungai sudah tercemar. Pencemaran di tiga sungai tersebut sudah masuk
dalam kategori kritis. Tiga sungai itu adalah Sungai Cisadane di Tangerang,
Sungai Ciujung dan Sungai Cibanten di Serang. Ketiga sungai tersebut masingmasing sudah tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Karimil Fatah
mengungkapkan bahwa penyebab pencemaran di tiga sungai itu beragam,

pencemaran sungai Cisadane dan sungai Ciujung disebabkan oleh limbah industri,
sedangkan pencemaran sungai Cibanten disebabkan penggalian pasir.
Ditinjau dari segi potensi terhadap suatu negara, fungsi dan manfaat sungai
merupakan suatu modal dasar dari pembangunan nasional sesuai Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945, berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat.”
Potensi sumber daya air wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di
Kabupaten Lebak, sebab sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan hutan
lindung dan hutan produksi terbatas. Berdasarkan Dokumen RPJM Prov. Banten
Tahun 2007 – 2012, bahwa pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi
Banten dibagi menjadi enam DAS, yaitu :

5

1. DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang
(Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya);
2. DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten
Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;
3. DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten
Pandeglang;

4. DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan
Kabupaten Pandeglang;
5. DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan
Kota Cilegon;
6. DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten
Tangerang dan Kota Tangerang.
Daerah aliran sungai (DAS) atau sungai adalah alur atau wadah air alami
dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari
hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. 3 Sungai
mempunyai arti penting bagi kehidupan masyarakat, baik dulu, kini dan masa
depan. Manusia tidak dapat lepas dari sungai dengan airnya yang merupakan
sumber kehidupan dan penghidupan. Namun demikian sungai dapat juga menjadi
sumber malapetaka apabila tidak dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, masalah
pengelolaan dan pelestarian fungsi sungai sebagai sumber daya air sangat penting
dalam pembangunan masa kini dan masa depan.
Menurut

Departemen

Pekerjaan


Umum

penanganan

permasalahan

persungaian di Indonesia sesuai dengan prioritasnya, dibagi dalam 3 golongan
yaitu golongan A (Proyek Pengembangan Wilayah Sungai); golongan B (Proyek
Pengaturan dan Pengamanan Sungai); dan golongan C (Proyek Perbaikan dan
Pengaman Sungai). Untuk sungai-sungai golongan A dan B ditangani langsung
oleh Pemerintah Pusat melalui Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal
Pengairan. Sedangkan sungai-sungai golongan C penanganannya oleh masingmasing provinsi . Berdasarkan penilaian terhadap faktor-faktor yang menentukan
kemampuan fungsi lahan disuatu Daerah Aliran Sungai antara lain ditentukan oleh
3

Pasal 1 angka 1 PP Tentang Sungai.

6


kemiringan tanah, jenis tanah menurut kepekaan erosi, intensitas hujan harian
rata-rata, dan tujuan khusus (Joetata Hadihardaja, 1990).
Pembangunan pada DAS di dalam perencanaannya perlu memperhatikan
masalah kelestarian, keseimbangan dan pemanfaatannya sehingga merupakan
pembangunan yang berwawasan lingkungan yang merupakan upaya sadar dan
berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup.
Aspek pemanfaatan sungai untuk memenuhi kepentingan hidup dan
perikehidupan antara lain untuk irigasi, tenaga listrik, penyediaan air bersih
(water suply), perhubungan dan kelembaban dan suhu udara diatasnya. Kebutuhan
akan air, khususnya melalui penggunaan sungai sebagai penggerak pertanian dan
perikanan di wilayah banten cukup mendukung upaya terciptanya ketahanan
pangan sesuai dengan kebijakan pangan nasional.

BAB II
PEMBAHASAN

7

A.


Potensi Sumber Daya Air Sungai untuk Pengairan
Provinsi Banten merupakan salah satu penghasil pangan dan lumbung padi

dengan hasil pertanian yang cukup besar. Keadaan tersebut didukung oleh potensi
air (sungai) dan kondisi tanah di wilayah banten sangat mendukung untuk
pengelolan pertanian dan ketahanan pangan. Adanya usaha pertanian tersebut
tentunya memerlukan air untuk pengairan tanaman, hingga saat ini air sungai
merupakan penyumbang utama kebutuhan air untuk pengairan tanaman,
khususnya didaerah pesawahan. Untuk menjamin ketersediaan air untuk pengairan
secara berkesinambungan, diperlukan suatu perhitungan dan elevasi potensi dan
kebutuhannya.
Berdasarkan Dokumen RPJM Prov. Banten Tahun 2007 – 2012, bahwa
pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi menjadi enam
DAS, yaitu DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten
Pandeglang (Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya); DAS CibaliungCibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan bagian
selatan wilayah Kabupaten Lebak; DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat
wilayah Kabupaten Pandeglang; DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah
Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang; DAS Teluklada, meliputi bagian
Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon; dan DAS Cisadane-Ciliwung,

meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.
Potensi sumber daya air sungai pada DAS Cisadane-Ciliwung yang terdapat
di wilayah Tangerang, Bekasi dan Bogor merupakan potensi sumberdaya air
sungai yang cukup tinggi, karena selain meliputi Provinsi Jawa Barat, DAS ini
juga meliputi wilayah DKI Jakarta. Salah satu sungainya yaitu Sungai Ciliwung,
namun meskipun demikian, sebenarnya potensi sungai ini masih lebih rendah
daripada Sungai Cisadane yang terletak disebelah baratnya, namun keduanya

8

merupakan DAS dengan potensi yang cukup besar, DAS ini mempunyai peranan
penting dalam mendukung kegiatan pertanian di Provinsi Banten.
DAS Labuhan Merak terdapat di Provinsi Banten bagian barat yang meliputi
Kota Cilegon dan sebagian Kabupaten Pandeglang. Ada tiga sungai yang tercakup
dalam DAS ini, yaitu dari yang paling selatan Sungai Ciliman, Cibungur dan yang
paling utara Sungai Cidano. Ketiga sungai tersebut bermuara di Selat Sunda.
Meskipun potensi airnya tidak begitu tinggi, namun keberadaan ketiga sungai
tersebut sangat penting dalam mendukung ketersediaan air di daerah Banten
bagian barat.
DAS Ciujung yang terdapat di ibukota Provinsi Banten, yaitu Serang.
Mencakup tiga sungai yang termasuk dalam DAS ini yaitu Cibanten, Ciujung dan
Cidurian. DAS Cisadeg-Cikuningan yang terdapat di Provinsi Banten bagian
selatan, diantara DAS lainnya, DAS ini mempunyai luas wilayah yang paling luas.
Ada tiga buah sungai yang tercakup dalam DAS ini, yaitu Sungai Cibuhi yang
mempunyai potensi sumberdaya air yang paling besar.
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat khususnya di Provinsi Banten,
maka terjadi peningkatan pula pada kebutuhan air disegala aspek kehidupan,
ketersediaan air yang bersumber dari air sungai merupakan alternative utama
untuk menunjang dan memenuhi kebutuhan air terutama dalam bidang pengairan
untuk lahan pertanian, meningkatnya kebutuhan air dalam hal ini akan berdampak
pada meningkatnya pula ketersedian air.
Ketersedian air sungai dihitung berdasarkan data debit sungai pada setiap
DAS yang terdapat di Provinsi Banten. Data debit sungai didapatkan dari Balai
Pengelolaan Sumberdaya Air (PSDA) Provinsi Banten yang memuat rinciat debit
air yang terdapat pada DAS yang berada di wilayah Banten, memuat rincian
kebutuhan dan ketersedian air yaitu defisit dan surplus yang dialami pada setiap
DAS. Misalnya untuk DAS Labuhan Merak defisit air terjadi pada bulan Juli,
Agustus dan Oktober. Defisit air terbesar terjadi pada bulan Oktober sebesar 78,67

9

juta m3/bulan dan surplus air terbesar terjadi pada bulan Januari sebesar 58,34 juta
m3/bulan.
Berbeda dengan DAS Labuhan Merak dan DAS yang lainnya, hanya DAS
Ciujung yang memang tidak pernah mengalami defisit air diseluruh bulannya,
surplus air terbesar terjadi pada bulan Febuari sebebsar 446,37 juta m 3/bulan dan
surplus air terkecil terjadi pada bulan Maret sebesar 41,93 juta m3/bulan.
Berdasarkan PSDA Provinsi Jawa Barat dan Banten serta hasil perhitungan. 4
Menunjukan bahwa hampir semua DAS yang berada di Provinsi Banten ini dapat
mengalami defisit air pada bulan-bulan tertentu. Hal ini menunjukan bahwa hasil
ketersediaan atau potensi sumber daya air sungai untuk pengairan di Provinsi
Banten masih belum terpenuhi seluruhnya.
B.

Permasalahan Sumber Daya Air Sungai untuk Pengairan
Air merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan di bidang pertanian

dalam penyediaan air irigasi. Sumber air permukaan sampai saat ini masih
menjadi andalan dalam penyediaan air irigasi terutama pada musim kemarau.
Namun sayangnya, dengan semakin meningkatnya pembangunan di segala bidang
menyebabkan kuantitas dan kualitas air tidak lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pembangunan yang semakin meningkat diikuti dengan peningkatan pencemaran
lingkungan, yang salah satunya berasal dari limbah industri.
Permasalahan sumber daya air sungai di Provinsi Banten memang bukan hal
yang disepelekan lagi, peningkatan pencemaran lingkungan sudah sejak lama
terjadi di Provinsi Banten. Pencemaran lingkungan ini diakibatkan oleh
pembuangan limbah dari perusahaan-perusahaan industri yang semakin marak
dibangun di Provinsi ini. Dampak negatif dari pencemaran sungai ini sudah
banyak dirasakan masyarakat, terutama masyarakat di daerah hilir yang
memanfaatkan sungai tersebut sebagai sumber pasokan air irigasi bagi pertanian.

4

Berdasarkan PSDA Provinsi Jawa Barat dan Banten serta hasil perhitungan

10

Apabila air sungai yang telah tercemar digunakan sebagai sumber pengairan
lahan pertanian, maka ada akibat yang ditimbulkan secara langsung maupun tidak
langsung yang akan mempengaruhi hasil produksi pertanian yang nantinya juga
ikut mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat petani (Nooordwijk dkk,
2004). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Poniman (2004) yang
menyatakan bahwa air yang mengandung limbah cair mampu menurunkan hasil
Gabah Kering Giling (GKG) hingga 47,15%. Lahan sawah yang dialiri limbah
secara terus-menerus akan menurunkan sifat fisik, kimia dan biologis tanah. Hal
ini jelas menunjukan betapa berbahaya dan besarnya dampak negatif yang akan
ditimbulkan terhadap lahan pertanian akibat adanya pengairan yang bersumber
dari sungai yang tercemar.
Kondisi ketersediaan air yang semakin kritis sebagian besar disebabkan
akibat terjadinya pencemaran. Bintang Krisanti (2012:12) berkaitan dengan
kondisi air ini mengungkapkan sebagai berikut, “Ketersediaan air bersih semakin
kritis”.5 Berkaitan dengan pencemaran sungai, Bintang Krisanti (2012: 12)
mencatat bahwa: “Banyak limbah tidak dikelola dengan baik. Sebagian besar
limbah dibuang kegitu saja ke badan air, seperti sungai, atau dibiarkan merembes
ke tanah hingga mencemari air di dalamnya. Hanya sekitar 15%-20% limbah
yang melalui pengolahan sebelum dibuang kesaluran umum. Limbah yang lain
dibuang begitu saja dengan banyak kandungan polusi dan racun.”
Senada dengan uraian di atas, Nuhfil Hanani menjelaskan kondisi air di
Indonesia, sebagai berikut:6 “Kondisi sumber air di Indonesia cukup
memperihatinkan, daerah tangkapan air yakni daerah aliran sungai (DAS)
kondisi lahannya sangat kritis akibat pembukaaan hutan yang tidak terkendali.
Defisit air di Jawa sudah terjadi sejak tahun 1995 dan terus bertambah hingga
tahun 2000 telah mencapai 52,8 milyar m3 per tahun. Di Jawa dan banyak
5

Bintang Krisanti, Pencemaran Perparah Krisis Air.
Nuhfil Hanani AR, Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan, Tantangan dan Harapan dalam
Pembangunan Pertanian di Indonesia; Pembangunan Pertanian dan kemiskinan. Makalah
disampaikan pada Seminar Pemantapan Ketahanan pangan Nasional dengan Dukungan Pertanian
Berkelanjutan di Dewan Pertimbangan Presiden Tgl 11 Desember 2008.
6

11

daerah lainnya luas hutan tinggal 15% dari luas daratan (untuk kelestarian
minimal 30 %), seta banyaknya dijumpai lahan kritis. Sejak 10 tahun terakhir
terjadi banjir dengan erosi hebat dan ancaman tanah longsor pada musim hujan
bergantian dengan kekeringan hebat pada musim kemarau. Bila laju degradasi
terus berjalan maka tahun 2015 diperkirakan defisit air di Jawa akan mencapai
14,1 miliar m³ per tahun.”
Pencemaran air terjadi apa bila terdapat bahan-bahan yang masuk kedalam
tanah, atau aliran air (sungai) yang dapat menyebabkan penurunan kualitas air
sehingga tidak memenuhi baku mutu atau tidak dapat digunakan untuk keperluan
tertentu seperti baku mutu air minum, keperluan perikanan, pertanian, industri,
dan lain lain.
Limbah masuk ke dalam perairan yang mengandung bahan pencemar dapat
mengganggu keperluan pertanian misalnya dapat berupa limbah domestik,
kotoran hewan, dan beberapa limbah industri yang masuk keperairan dalam
jumlah yang besar (overloaded), dapat menyebabkan perairan kekurangan
oksigen, sehingga dapat membunuh ikan dan hewan akuatik lainnya. Limbah
industri anorganik seperti asam, garam, logam berat bahkan radioaktif, limbah
industry sintetik seperti plastic, deterjen, pestisida, nitrat, pospat atau akibat
penambangan pasir berupa sedimen tanah liat dan bahan padat lainnya yang
berasal dari erosi daratan.
Alih fungsi wilayah besar-besaran terjadi dibeberapa wilayah di Banten,
selain Cilegon dan Tanggerang yang memang sejak semula sudah menjadi
kawasan Industri, kini giliran wilayah Serang Utara juga disulap menjadi
Kawasan industri. Sejak tahun 90-an, telah didirikan sekitar sebelah kawasan
industri yang tentunya sedikit banyak akan mengakibatkan permasalahan
lingkungan dan pada gilirannya melanggar Hak-hak Azasi masyarakat.
Kerusakan, pencemaran lingkungan, kualitas dan kuantitas air yang menurun
adalah konsekwensi yang dialami masyarakat bersamaan dengan perkembangan

12

industri. Pada prosesnya juga melanggar Hak-hak Masyarakat untuk mendapatkan
kehidupan dan penghidupan yang layak.
Dampak nyata kebijakan-kebijakan pembangunan yang tidak berwawasan
lingkungan adalah rusak dan tercemarnya sejumlah DAS yang ada di Banten,
menurunnya kuantitas dan kualitas air, sehingga tidak lagi layak konsumsi. Di
sejumlah daerah di sepanjang pantai utara Kabupaten serang telah merasakan
imbasnya, diantaranya petani gagal panen dan atau produksinya menurun.
Pencemaran air sungai yang terjadi di Provinsi Banten sudah berada ditahap
yang sangat mengkhawatirkan, sehingga dapat berdampak kepada penurunan hasil
pertanian dan akan mengganggu ketahanan pangan. Hampir seluruh sungai
diprovinsi ini telah mengalami pencemaran, dan pencemaran sungai tersebut
sudah termasuk dalam kategori kritis. Tiga sungai itu adalah Sungai Cisadane di
Tangerang, Sungai Ciujung dan Sungai Cibanten di Serang. Ketiga sungai tersebut
masing-masing sudah tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Karimil Fatah
mengungkapkan bahwa penyebab pencemaran di tiga sungai itu beragam,
pencemaran sungai Cisadane dan sungai Ciujung disebabkan oleh limbah industri,
sedangkan pencemaran sungai Cibanten disebabkan penggalian pasir.
Sungai Cibanten yang membelah Kota Serang tercemar akibat penambangan
pasir milik tiga pengusaha di Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang dan
akibatnya masyarakat tidak dapat lagi menggunakannya karena airnya keruh. Tak
hanya itu, warga Kota Serang terancam banjir pada musim penghujan. Kasus ini
kemudian diteliti oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi
Banten. Penelitian dilakukan untuk memastikan apakah Sungai Cibanten benarbenar

tercemar

oleh

penambangan

pasir.

Penelitian

dilakukan

dengan

mengumpulkan keterangan dan data-data serta menghitung nilai erosi, lahan kritis
di sekitar sungai, tara ruang, dan water treatment di penambangan pasir.
Berdasarkan hasil laboratorium air Sungai Cibanten di bagian hulu, air
tersebut mengandung zat padat terlarut (TSS) 101 miligram per liter dari batas

13

baku mutu 50 miligram per liter, zat padat tersuspensi 78 miligram per liter dari
ambang baku mutu 1.000 miligram per liter, zat felium (FE) 1,2 miligram per liter
dari batas baku mutu 0,3 miligram per liter, biological oxygen demand (BOD) 2
miligram per liter dari batas baku mutu 2 miligram per liter, dan chemical oxygen
demand (COD) 14 miligram per liter dari batas baku mutu 10 miligram per liter.
Sedangkan di bagian hilir, TSS 1.323 miligram per liter, TDS 105 miligram per
liter, FE 1,22 miligram per liter, BOD 4 miligram per liter, dan COD 28 miligram
per liter. Berdasarkan kondisi ini warga dan petani mengeluhkan kondisi air
Sungai Cibanten dan Irigasi Cibanten yang keruh. Warga menduga, air sungai dan
irigasi yang biasa digunakan oleh warga untuk mencuci dan mengairi sawah
tercemar.7
Pencemaran

Sungai

Cibanten

yang

disebabkan

penambangan

pasir

diindikasikan telah menyebabkan kerugian bagi para petani, disinyalir hampir
sekitar 100 hektar sawah sudah rusak, bahkan pencemaran sudah merusak ekologi
dan ekosistem sungai, sehingga warga masyarakat tidak dapat menggunakan
karena airnya keruh, kondisi air sungai sudah tidak jernih lagi karena bercampur
lumpur dan tercemar oleh limbah yang berasal dari galian pasir.
Dari hasil test laboratorium yang dilakukan KLH Kota Serang, air Sungai
Cibanten dinyatakan tercemar dan tidak layak untuk digunakan karena zat yang
terkandung dalam air sudah melebihi ambang batas baku mutu. Tak hanya itu,
endapan sungai tinggi sehingga dapat mengakibatkan pendangkalan sungai, untuk
itu pencemaran perlu dicegah dan sungai harus dinormalkan.
Masalah ini harus segera diselesaikan, mengingat pengaruh limbah tersebut
cukup besar. Selain akan membuat pendangkalan di sepanjang Sungai Cibanten,
juga memperpendek usia bendungan. Apabila dibiarkan, maka biaya pemeliharaan
irigasi akan semakin meningkat. Menurut Ketua RT 04/02 Kampung Tembong
Gudang, Kelurahan Tembong, Sapturi dampak dari limbah itu sawahnya yang
seluas 510 meter persegi mengalami gagal panen karena tidak bisa teraliri air.
7

.

14

Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Cibanten

Jaya

Muhammad Misna AS menegaskan bahwa pencemaran itu sudah bukan barang
baru, dan selama ini yang dirugikan itu bukan hanya petani, tetapi juga
masyarakat yang menggunakan air, mulai dari Kelurahan Tembong, Gelam,
Dalung, Karundang, Cipare, Kota Baru, hingga beberapa desa di Kasemen,”
ungkapnya.8
Selain sungai Cibanten, warga yang tinggal di bagian hilir sungai Cisimeut
mengeluhkan kondisi air yang belakangan ini berubah warna menjadi keruh dan
bercampur lumpur. Warga menduga keruhnya air yang bisa mereka gunakan untuk
berbagai keperluan itu tercemar limbah pencucian galian pasir di Blok Pasir Roko,
Kecamatan Cimarga (hhtp://bantenpos-online.com, unduh 12/3/2012).
Dampak pencemaran sungai Cisimeut menyerang kesehatan masyarakat yang
menggunakan air sungai tersebut. Masyarakat sangat tergantung pada kebutuhan
air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan lain-lain.
Warga yang menggunakan air sungai untuk keperluan mandi banyak yang
terserang penyakit gatal dan bintik-bintik merah.
Selain kedua sungai tersebut di atas, sungai Ciujung Banten pun tercemar
limbah industri. Sungai Ciujung sejak dari hulu hingga hilir menjadi sarana
pembuangan limbah, sehingga pencemaran air terjadi yang tentu saja
kepekatannya akan semakin menjadi-jadi di daerah hilir. Sumber limbahnya
bermacam mulai dari erosi alamiah, rumah tangga, rumah sakit, industri kecil
hingga besar dan jasa bentuknya pun beragam dari cair hingga padat. Bukan saja
kualitas airnya yang menurun namun juga membawa dampak bagi kehidupan
biota air, baik di sungai tersebut maupun yang dialiri air dari sungai tersebut.
Bahkan disebutkan bahwa sungai Ciujung merupakan sungai dengan tingkat
pencemarannya tertinggi di Indonesia. Bahkan dibandingkan dengan sungai yang
ada di benua Eropa dan Afrika, kadar pencemarannya masih terhitung tinggi. Hal
8



15

tersebut dikemukakan oleh Rusdi Tagaroa Koordinator Wahana Lingkungan
Hidup (Walhi) Provinsi Banten. Menurut penelitian yang dilakukan BMKG
sungai Ciujung merupakan sungai dengan kandungan emitter yang tertinggi dari
sungai-sungai lain yang mereka teliti. BMKG mencatat akibat kandungan emitter
itu, tingkat pencemaran karbon organik tertinggi terjadi di hilir sungai Ciujung
yakni mencapai 44 ton per kilometer persegi pertahun. Emiter adalah zat kimia
yang mengandung karbon dan merusak lapisan ozon sehingga menyumbang
terhadap pemanasan global. Emitter itu dihasilkan dari limbah cair yang berasal
dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sepanjang kawasan tersebut.
Akibat pencemaran tersebut ribuan ikan mati keracunan limbah. Air sungai
Ciujung kini berwarna hitam dan berminyak. Hampir tidak ada warga yang berani
memakai air sungai ini untuk keperluan mandi dan mencuci. Sementara itu ribuan
ikan di sungai ini mati mendadak. Akibat pencemaran air ini, warga Kecamatan
Pontang Tirtayasa, Tanara dan Cirenang tidak berani mengkonsumsi dan juga
memakai air sungai Ciujung untuk mandi dan mencuci.
Kemudian di wilayah kabupaten Tangerang, ditemukan fakta bahwa sebanyak
tiga sungai sudah tercemar limbah industri. Ketiga sungai tersebut adalah sungai
Ciracab di Mauk, Sungai Cimanceuri di Balarha dan Sungai Cisadane. Dari
ketiganya, kondisi sungai Ciracab di Mauk, dapat dikatakan paling parah.
Pencemaran industri di kawasan tersebut kurang mendapat pengawasan, sehingga
pencemaran limbah di kawasan tersebut sudah memperihantinkan dan
menyebabkan kondisi sungai Ciracab tidak terurus. Hasil pemantauan yang
dilakukan oleh Wahana Hijau Fortuna, ditemukan bahwa pembuangan limbah dari
pabrik ke sungai, sudah terjadi dalam kurun waktu lama. Tak hanya itu,
pengawasan dari pemerintah pun tidak begitu ketat.

C.

Upaya Konservasi Air Sungai

16

Upaya konservasi air sungai adalah bagian dari kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yaitu suatu upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.9
Sungai dikuasai oleh negara dan merupakan kekayaan negara. Pengelolaan
sungai dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan
dengan

tujuan

untuk

mewujudkan

kemanfaatan

fungsi

sungai

yang

berkelanjutan.10 Pengelolaan sungai dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Pengelolaan sungai meliputi konservasi sungai, pengembangan sungai, dan
pengendalian daya rusak air sungai, dilakukan melalui tahap penyusunan program
dan kegiatan, pelaksanaan kegiatan dan pemantauan dan evaluasi. Konservasi
sungai dilakukan melalui kegiatan perlindungan sungai dan pencegahan
pencemaran air sungai.11
Maka dengan semakin meningkatnya pencemaran air sungai tersebut, sudah
sepatutnyalah kita sebagai manusia yang menggantungkan kehidupan pada air
turut menjaga dan memperbaiki ekosistem air yang telah rusak. Dibutuhkan
pengendalian dan hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan
manusia, agar terciptanyanya kelestarian ekosistem dalam lingkungan hidup dan
terpenuhinya kebutuhan manusia yang berkelanjutan.

BAB III
PENUTUP
9
10
11

Pasal 1 angka 2 UU PPLH.
Pasal 2 PP Tentang Sungai
Sesuai dengan ketentuan Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 Tentang
Sungai.

17

A.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
ketersediaan atau potensi sumber daya air sungai untuk pengairan di Provinsi
Banten masih belum terpenuhi seluruhnya, dikarenakan hampir semua DAS
yang berada di Provinsi Banten ini dapat mengalami defisit air.
Permasalahan sumber daya air sungai untuk pengairan di Provinsi
Banten sebagian besar disebabkan oleh pencemaran air sungai. Hampir
seluruh sungai diprovinsi ini telah mengalami pencemaran. Pencemaran
sungai tersebut sudah termasuk dalam kategori kritis yang terjadi disebabkan
karena beberapa faktor diantaranya pencemaran limbah industri dan
penambangan pasir. Sehingga dapat berdampak kepada penurunan hasil
pertanian yang disebabkan tercemarnya sumber air sungai yang digunakan
untuk pengairan, maka hal tersebut akan mengganggu ketahanan pangan.
Penanggulangan pencemaran air sungai salah satunya dapat dilakukan
melalui konservasi sungai yang merupakan bagian dari kegiatan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup terhadap kondisi sungai.

B.

Saran
1) Melakukan upaya normalisasi saluran sungai-sungai dan saluran
irigasi yang terkena pencemaran sumber daya air sungai.
2) Tegaskan hukum dan sanksi kepada perusahaan-perusahaan penghasil
limbah yang menyebabkan pencemaran.
3) Mengembangkan infrastruktur perairan yang lebih efisien secara
ekologis, misalnya melalui pembuatan fasilitas pengolahan limbah
terdesentralisasi, penggunaan kembali air limbah (daur ulang air), dan
rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) melalui konservasi air.
DAFTAR PUSTAKA

18

Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman Provinsi Banten. Profil Sungai Di
Provinsi Banten.
( http://www.dsdap.bantenprov.go.id/read/page-detail/profilsungai/126/Profil-Sungai-di-Provinsi-Banten.html. diakses ada jum’at 26
Desember 2014 )
Emirhadi Suganda, Yandi Andri Yatmo, Paramita A. 2009. Pengelolaan
Lingkungan Dan Kondisi Masyarakat pada Wilayah Hilir Sungai. Jurnal (Online)
(http://journal.ui.ac.id/index.php/humanities/article/viewFile/255/251.
diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )
Hery Listyawati, Triyanto Suharsono. Pengawasan Dan Pengendalian
Pemanfaatan Sumber Daya Air Untuk Irigasi Di Kabupaten Sleman. Jurnal
(Online)
(http://mimbar.hukum.ugm.ac.id/index.php/jmh/article/viewFile/375/225.
diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )
Ig. Setyawan Purnama, 2008. Evaluasi potensi sumberdaya Air Sungai untuk
Pengairan di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Jurnal (Online)
(http://geo.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/Evaluasi-PotensiSumberdaya-Air-Sungai-Untuk.pdf. diakses pada jum’at 26 Desember
2014)
Jurnal Kajian LEMHANNAS RI Edisi 15, Mei 2013. Jurnal (Online)
(http://www.lemhannas.go.id/portal/images/stories/humas/jurnal/edisi15/jur
nal%20edisi%2015_materi%206.pdf. diakses pada jum’at 26 Desember
2014 )
Kualitas Air Irigaso Ditinjau dari Parameter DHL, TDS, PH pada LAhan Sawah
Desa Bulumanis Kidul kecamatan Margoyoso
(http://litbang.patikab.go.id/index.php/jurnal/247-kualitas-air-irigasiditinjau-dari-parameter-dhl-tds-ph-pada-lahan-sawah-desa-bulumanis-kidulkecamatan-margoyoso. diakses pada jum’at 26 Desember 2014)
Mochamad Arifinal, Penanggulangan Pencemaran Air Sungai Dengan Konservasi
Guna Menunjang Ketahanan Pangan Di Provinsi Banten. Jurnal (Online)
(https://www.academia.edu/Download. diakses pada jum’at 26 Desember
2014)
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, M.T. Upaya Konservasi untuk Kesinambungan
Ketersediaan Sumber Daya Air. Jurnal (Online)
(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/1964060319
89031-DEDE_ROHMAT/Paper_Seminar-Air__di_DAS_Citarum.pdf.
diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )

19

Radar Banten. Menyoal Sungai Ciujung
(http://www.radarbanten.com/read/berita/10/12032/Menyoal-SungaiCiujung.html. diakses pada jum’at 26 Desember 2014 )

LAMPIRAN

20

Sumber :Keppres RI No. 12 Tahun 2012

Gambar 1.1
Peta Wilayah Sungai di Provinsi Banten

21

Sumber : Berdasarkan PSDA Provinsi Jawa Barat dan Banten serta
hasil perhitungan

22