BAB I PENDAHULUAN - BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan
perilaku peserta didik. Perubahan yang terjadi pada peserta didik adalah
perubahan dari segi pengetahuan atau kognitif, perilaku atau efektif, dan
keterampilan. Namun, untuk melakukan perubahan itu banyak masalah yang
dihadapi. Masalah tersebut erat kaitannya dengan tenaga pendidik. Tenaga
pendidik turut berperan aktif dalam meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.
Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan banyak upaya yang harus
dilakukan oleh pengajar seperti penggunakan tipe pengajaran, pendekatan, strategi
dan metode pengajaran, karena kesemuanya ini merupakan usaha identifikasi
komunikasi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran dewasa ini.
Matematika sebagai salah satu bagian dari ilmu pengetahuan, merupakan mata
pelajaran yang diajarkan pada semua tingkat pendidikan, baik pada tingkat pendidikan
dasar, menengah, maupun jenjang pendidikan tinggi. Dari masing-masing jenjang
tersebut, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika,
hal yang dirasakan siswa diantaranya matematika sulit, tidak mampu menjawab, takut
disuruh guru dan sebagainya sehingga wajar jika matematika tidak banyak disenangi
siswa, bahkan ada yang merasa takut.


1

SD Negeri 13 Poasia khususnya kelas 5 terdiri dari 2 kelas yaitu kelas V-A dan
kelas V-B. SD Negeri 13 Poasia memiliki 4 guru matematika yang semuanya sarjana
pendidikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika di Sekolah
tersebut diungkapkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas V-B masih dalam
kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pada semester ganjil yaitu
62,19 yang hampir sama dengan nilai KKM sekolah yaitu 60. Hal ini ternyata diakibatkan
sistem pembelajaran yang diterapkan oleh guru matematika di sekolah tersebut masih
bersifat konvensional yang pembelajarannya berpusat pada guru (Teached Oriented).
Siswa belum aktif dalam kegiatan pembelajaran karena guru lebih memberikan materi
bersifat ceramah, sedangkan aktivitas siswa hanya mendengar dan mencatat saja, sangat
jarang ditemukan diskusi kelompok atau bentuk tukar pikiran lainnya baik dilakukan
antara siswa terhadap siswa maupun tukar pikiran antara siswa dengan guru.

Menurut keterangan salah seorang guru matematika kelas V-B SD Negeri
13 Poasia, bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam pokok
pembahasan pecahan. Sementara itu, pada materi pecahan guru selalu menerapkan
model pembelajaran ceramah dalam proses pengajarannya sehingga siswa selalu

tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran. Akibatnya, siswa pasif dalam
kegiatan pembelajaran, aktivitas yang dilakukan sebagian besarnya adalah
mendengar dan mencatat saja, sehingga dapat dikatakan bahwa pada pokok
bahasan pecahan siswa belum maksimal dalam memahaminya.
Berdasarkan masalah tersebut, peneliti berpendapat bahwa perlunya
perbaikan pembelajaran pada siswa kelas V-B SD Negeri 13 Poasia. Hal ini
dilakukan bertujuan agar siswa dapat ikut aktif dalam mengikuti kegiatan proses
belajar mengajar selama pembelajaran berlangsung. Siswa saling tukar pikiran
2

melalui diskusi kelompok yang diberikan dalam menyelesaikan soal pada materi
pecahan. Oleh karena itu, dipandang perlunya sebuah model pembelajaran untuk
mengaktifkan

siswa

selama

kegiatan


belajar

berlangsung

yaitu

model

pembelajaran yang mendorong keaktifan, tanggung jawab dan kemandirian.
Model pempelajaran kooperatif Tipe STAD diharapkan dapat mengaktifkan siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan mempengaruhi hasil prestasi
akademik siswa kelas V-B SD Negeri 13 Poasia pada pokok bahasan pecahan.
Menurut nurhadi dan suarni “ pembelajaran yang relevan dengan misi
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) diantaranya adalah pembelajaran
kooperatif ”. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan
beajar. Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan
masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah,
asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan

interaksi yang asah, asih dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning
comunity). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga teman dari siswanya.
Hartadji

(2001:34)

mengemukakan

ciri-ciri

pembelajaran

yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu (1) siswa bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya; (2) kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah; (3)
bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis

3


kelamin yang berbeda-beda; (4) penghargaan lebih berorientasi kelompok
ketimbang individu.
Menurut Suhendar (2003:260), ada beberapa hal yang perlu dipenuhi
dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara
kooperatif. Hal tersebut meliputi: (1) para siswa yang tergabung dalam suatu
kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan
mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai, (2) para siswa yang tergabung
dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi
adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan
menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu dan (3)
untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam
kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang
dihadapinya.
Dari pendapat beberapa para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif dalam matematika merupakan pembelajaran matematika
dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan antara
4 sampai 6 orang yang heterogen dalam kemampuan akademiknya, untuk belajar
dan bekerja sama dalam.
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh
guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Student Team

4

Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan
empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin
dan suku. Guru menyajikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam tim untuk
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis
mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan
diterapkan dalam pembelajaran matematika. Model Pembelajaran Koperatif tipe
STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru
kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi Verbal atau teks.

Rendahnya hasil belajar matemtatika siswa sangat dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktorfaktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi
belajarnya. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa seperti
kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, motivasi, dan lain-lain. Sedangkan, faktor
eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Faktor eksternal yang mempengaruhi
hasil belajar siswa antara lain adalah dari keadaan lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat seperti pembelajaran secara
berkelompok yang dilakukan bersama siswa lain.

5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut :
”Apakah dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas V-B SD Negeri 13 Poasia pada materi
pecahan”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan khusus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas V-B SD Negeri 13 Poasia pada materi
pecahan dengan menggunakan model mpembelajaran kooperatif tpe STAD
sehingga dihasilkan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan dan
pada akhirnya dapat mencapai hasil pembelajaran tuntas.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan sebagai
berikut :
a. Bagi siswa
1. Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal
matematika terutama pada indikator operasi bilangan pecahan dalam
berbagai bentuk.
2. Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya dengan kemampuan
menyelesaikan soal matematika pada materi pecahan.
3. Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif , kreatif, dan
menyenangkan.

6

b. Bagi guru / peneliti
1. Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki

pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan
Kelas.
2. Peneliti mampu mendeteksi permasalahan yang ada di dalam proses
pembelajaran, sekaligus mencari alternatif pemecahan masalah yang tepat.
3. Peneliti mampu memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas dalam
rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pada materi pecahan.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah awal untuk penelitian
selanjutnya
c. Bagi Sekolah
1. Sebagai masukan bagi guru SD dalam mengajarkan matematika pada
materi pecahan
2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada
peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika
melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Sebagai acuan untuk melakukan kegiatan yang sejenis.

7


Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

SOAL ULANGAN HARIAN IPS KELAS 2 BAB KEHIDUPAN BERTETANGGA SEMESTER 2

12 263 2

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

BAB IV HASIL PENELITIAN - Pengaruh Dosis Ragi Terhadap Kualitas Fisik Tempe Berbahan Dasar Biji Cempedak (Arthocarpus champeden) Melalui Uji Organoleptik - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

The effect of personal vocabulary notes on vocabulary knowledge at the seventh grade students of SMP Muhammadiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN - Penerapan model pembelajaran inquiry training untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan gerak lurus - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 23

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Sebelumnya - Perbedaan penerapan metode iqro’ di TKQ/TPQ Al-Hakam dan TKQ/TPQ Nurul Hikmah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 26