2.1.1.2 Tujuan Investasi - Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Investasi

  2.1.1.1 Pengertian Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

  dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. (Tandelilin, 2001)

  2.1.1.2 Tujuan Investasi

  Menurut Tandelilin (2001), secara khusus ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah: a.

  Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

  Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

  b.

  Mengurangi tekanan inflasi.

  Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau c.

  Dorongan untuk menghemat pajak.

  Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.1.1.3 Dasar Keputusan Investasi

  Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan, tingkat risiko serta hubungan antara return dan risiko (Tandelilin, 2001).

1. Return Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan.

  Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai

  

return. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannnya

  merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.

  Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang, sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.

2. Risiko

  Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan tingkat return yang diharapkan.

  Menurut Brigham dan Houston (2006:238) ada dua jenis risiko investasi yaitu 1. Risiko yang dapat didiversifikasikan

  Merupakan bagian dari suatu risiko sebuah saham yang dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa acak yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Seperti tuntutan hukum, pemogokan, program pemasaran yang berhasil dan gagal, memenangkan atau kalah dalam kontrak besar, dan peristiwa-peristiwa lain yang khusus bagi suatu perusahaan tertentu. Karena bersifat acak, pengaruh berbagai peristiwa ini pada suatu portofolio dapat dihilangkan dengan diversifikasi.

  Peristiwa menguntungkan yang terjadi pada satu perusahaan dapat dihilangkan oleh peristiwa menguntungkan diperusahaan lain.

2. Risiko pasar

  Merupakan bagian dari risiko sebuah sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko ini tumbuh dari faktor-faktor yang secara sistematis akan mempengaruhi sebagian besar perusahaan : perang, inflasi, resesi dan tingkat suku bunga yang tinggi. Karena kebanyakan saham akan dipengaruhi secara negatif oleh faktor-faktor ini, risiko pasar tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi.

2.1.1.4 Proses Keputusan Investasi

  Menurut Tandelilin (2001), proses keputusan investasi merupakan proses terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu:

  1. Penentuan tujuan investasi.

  2. Penentuan kebijakan investasi.

  3. Pemilihan strategi portofolio.

  4. Pemilihan aset.

  5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.

2.1.2 Pasar Modal

2.1.2.1 Pengertian Pasar Modal

  Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

  Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang pada umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek.

  Pasar modal dapat juga berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana. Di samping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal memberikan return yang paling optimal. Beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain adalah saham, obligasi, reksa dana dan instrumen derivatif. Masing-masing sekuritas tersebut memberikan return dan risiko yang berbeda-beda

2.1.3 Reksa Dana

2.1.3.1 Pengertian Reksa Dana

  Reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang. Perusahaan reksa dana akan menghimpun dana dari investor untuk kemudian diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi (Tandelilin, 2001)

  Menurut Undang-Undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1, Ayat (27) reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

  Mengacu pada defenisi di atas, dalam reksa dana terdapat unsur berikut: 1. Wadah untuk menampung dana 2.

  Masyarakat pemodal (investor) 3. Portofolio efek

4. Manajer investasi

  Secara mendasar, reksa dana adalah “wadah” yang berisi uang dan instrumen diadministrasikan pada bank kustodian.

  Uang yang ada dalam instrumen reksa dana merupakan uang yang dikumpulkan dari sejumlah investor. Secara umum, reksa dana dimiliki lebih dari 50 pihak. Uang tersebut kemudian diinvestasikan pada berbagai surat berharga, seperti saham, obligasi, dan pasar uang. Pihak yang dipercayakan melakukan pengelolaan tersebut adalah manajer investasi.

  Agar hak dan kewajiban antara bank kustodian, manajer investasi dan investor reksa dana jelas, manajer investasi dan bank kustodian menandatangani suatu perjanjian kerja sama yang disebut Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

  Dalam KIK telah ditentukan dengan jelas tentang bagaimana pengelolaan investasi akan dilakukan, batasan dan larangan dalam berinvestasi, besaran alokasi ke instrumen investasi, biaya-biaya yang timbul selama pengelolaan reksa dana dan menjadi tanggungan siapa biaya-biaya tersebut, hak dan kewajiban manajer investasi reksa dana, dan hal lainnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan).

  KIK adalah kerjasama antara manjer investasi dan bank kustodian. Hasil kerja sama tersebut menghasilkan sebuah produk yang disebut reksa dana. Ketika investor menempatkan dana mereka pada suatu “wadah” agar bisa dikelola manajer investasi, pada dasarnya mereka membeli reksa dana dari manajer investasi. Ketika sudah ada keuntungan, proses realisasi keuntungan dilakukan dengan cara menjual kembali reksa dana tersebut kepada manajer investasi. Satuan dalam transaksi reksa dana Sesuai peraturan, investor yang menitipkan dana dapat setiap saat menarik dananya. Apabila perintah penarikan dana dilakukan sesuai ketentuan, maksimal H+7 hari kerja manajer investasi diwajibkan membayar investor sesuai nilai reksa dana yang berlaku.

2.1.3.2 Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksa Dana dan Peranannya 1.

  Manajer Investasi (Fund Manager) adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan kegiatan pengelolaan dana melalui investasi di pasar modal. Personel perorangan yang bekerja di perusahaan ini wajib lulus ujian Wakil Manajer Investasi (WMI) yang diselenggarakan pemerintah.

  2. Sekuritas (Brokerage) adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan jasa perantara perdagangan efek. Jika ingin melakukan transaksi jual beli efek, seperti saham dan obligasi, maka harus dilakukan melalui perusahaan sekuritas yang mendapat izin. Personel perseorangan yang bekerja di perusahaan ini wajib lulus ujian Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE) yang diselenggarakan pemerintah.

  3. Penjamin Emisi Efek atau sering disebut Underwritter adalah perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah untuk melakukan kegiatan usaha emisi efek. Emisi efek adalah menjadikan suatu perusahaan yang tadinya hanya dimiliki satu atau kelompok orang menjadi dimiliki oleh banyak orang atau sering disebut Go Public.

  Bank Kustodian. Bank kustodian memiliki peranan penting dalam reksa dana karena merupakan pihak yang melakukan administrasi baik dari sisi manajer investasi maupun investor. Merupakan pihak yang melakukan pengawasan terkait kepatuhan manajer investasi dan merupakan pihak yang melakukan

  

safekeeping atas aset reksa dana. Bank kustodian bertanggung jawab untuk

  menjaga agar seluruh sertifikat, dokumen dan aset lainnya berada dalam keadaan aman. Berbeda dengan manajer investasi, izin bank kustodian hanya berlaku untuk perusahaan, tidak ada izin khusus untuk perorangan bekerja dalam bank kustodian.

5. Agen Penjual (Selling Agent) adalah pihak yang memasarkan reksa dana.

  Biasanya agen penjual merupakan perusahaan efek (sekuritas) dan (kebanyakan) bank yang menawarkan reksa dana. Karena sifatnya sebagai agen penjual yang tidak permanen (bisa saja di masa depan tidak menjual reksa dana lagi) dan bisa bertambah (suatu reksa dana bisa dijual dilebih dari 1 agen penjual), agen penjual tidak dicantumkan dalam kontrak reksa dana.

  6. Bank Pembayar (Paying Agent) adalah bank yang menyediakan fasilitas pembayaran untuk transaksi normal, transaksi online, ataupun transaksi

  

autodebet . Dengan kata lain, produk reksa dana tidak dipasarkan melalui bank

  yang dimaksud, tetapi menggunakan fasilitas yang ada di sana, yang bertujuan untuk memudahkan investor melakukan transaksi pembelian reksa dana.

  7. Perusahaan Asuransi. Sama seperti bank pembayar, perusahaan asuransi juga tidak umum di reksa dana. Perusahaan asuransi bertujuan memberikan kebangkrutan. Ketentuan mengenai hal ini telah diatur dalam peraturan BAPEPAM-LK/OJK tentang reksa dana dengan penjaminan. Dengan adanya reksa dana dengan penjaminan, manajer investasi dapat mengasuransikan risiko gagal bayar tersebut dengan membeli premi dari perusahaan asurasi. Dengan adanya premi itu, apabila perusahaan gagal bayar, perusahaan asuransi akan mengganti kerugian manajer investasi senilai bunga dan pokok yang tidak berbayar. Jika sampai jatuh tempo, sementara obligasi baik-baik saja, seluruh premi akan dinikmati oleh perusahaan asuransi.

2.1.3.3 Klasifikasi Reksa Dana

2.1.3.3.1 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Portofolionya

  Menurut Bapepam dalam Cahyono (2002), jenis reksa dana berdasarkan portofolionya dapat dibagi menjadi empat golongan besar reksa dana, yaitu:

  1. Reksa Dana Saham (Stock Funds) Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam efek bersifat ekuitas.

  2. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Bond Funds) Reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam efek bersifat utang.

  3. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)

  Reksa dana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang yang jatuh tempo kurang dari satu tahun.

  Reksa Dana Campuran (Balanced Funds) Reksa dana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas dan efek yang bersifat utang dengan komposisi yang berbeda dengan reksa dana yang disebutkan di atas.

2.1.3.3.2 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Bentuknya

  Menurut Cahyono (2000), jenis reksa dana berdasarkan bentuknya dapat dibagi menjadi dua golongan besar reksa dana, yaitu:

  1. Reksa Dana Perusahaan (Company Funds) Reksa dana berbentuk suatu perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha mengelola portofolio efek. Investor yang tertarik berinvestasi pada reksa dana ini dapat membeli saham yang dikeluarkan perusahaan perusahaan tersebut.

  2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif (Collective Investment Contract Funds) Reksa dana yang dibentuk berdasarkan suatu kontrak investasi kolektif antara manajer investasi dan bank kustodian. Investor yang tertarik berinvestasi pada reksa dana ini dapat membeli unit penyertaan reksa dana tersebut.

2.1.3.3.3 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Kewajibannya

  Menurut Widjaja dan Ramaniya (2006), jenis reksa dana berdasarkan kewajibannya dapat dibagi menjadi dua golongan besar reksa dana, yaitu:

1. Reksa Dana Tertutup (close end funds)

  Reksa Dana yang menerbitkan saham/ unit penyertaan dan menjualnya kepada investor namun tidak memiliki kewajiban untuk membeli saham/ unit penyertaan menjual/mengalihkan saham/unit penyertaan yang dimilikinya kepada investor lain yang berminat.

2. Reksa Dana Terbuka (open end funds)

  Reksa Dana yang menerbitkan saham/unit penyertaan dan menjualnya kepada investor dan memiliki kewajiban untuk membeli kembali saham/unit penyertaan yang telah dijualnya.

2.1.3.3.4 Jenis Reksa Dana Berdasarkan Strategi Investasinya

  Menurut Cahyono (2000), jenis reksa dana berdasarkan strategi investasinya dapat dibagi menjadi empat golongan besar Reksa Dana, yaitu:

  1. Aggressive Growth Funds Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi terutama pada saham-saham perusahaan baru yang mempunyai potensi pertumbuhan yang sangat tinggi, walaupun bersifat spekulatif dan berisiko tinggi, namun jika berhasil akan memperoleh pendapatan yang bersumber pada kenaikan harga saham (capital gain) yang tinggi, walaupun dengan fluktuasi harga yang juga tinggi.

  2. Growth Funds Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi pada saham- saham perusahaan yang telah dan diperkirakan akan terus mampu mengalami pertumbuhan di atas rata-rata industri dan memperoleh pendapatan pada kenaikan harga saham (capital gain) yang optimal dengan mempertimbangkan risiko yang

  3. Growth Income Funds Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi pada saham- saham perusahaan yang tumbuh sedikit dibawah rata-rata dan memiliki sejarah pembayaran dividen yang baik, dan memperoleh pendapatan bersumber pada potensi kenaikan harga (capital gain) dan pembayaran dividen.

  4. Value Income Funds Strategi investasi dimana manajer investasi melakukan investasi pada saham- saham perusahaan yang memiliki sejarah pembayaran dividen yang sangat baik, dan mempunyai pendapatan yang bersumber dari penerimaan dividen.

2.1.3.4 Kelebihan Reksa Dana

   Secara umum, investor ingin mendapatkan kelebihan dalam setiap kegiatan

  investasi yang dilakukannya. Beberapa kelebihan yang dapat diterima oleh investor apabila berinvestasi pada reksa dana adalah sebagai berikut (Simatupang: 2010 ):

  1. Pengelolaan profesional.

  Pengelolaan reksa dana hanya boleh dilakukan oleh manajer investasi yang telah memiliki ijin sebagai tenaga ahli di bidang investasi.

  2. Diversifikasi otomatis.

  Adanya peraturan yang mengharuskan bahwa portofolio reksa dana tidak boleh menginvestasikan dananya melebihi 10% dari total portofolio reksa dana menunjukkan bahwa pengelolaan reksa dana terdiversifikasi secara otomatis. Hal ini sebagai salah satu syarat untuk pengamanan risiko dari hanya terdiri dari satu atau dua efek saja.

  3. Transparansi/Keterbukaan.

  Dengan adanya kewajiban untuk menerbitkan prospektus reksa dana yang akan ditawarkan dan pengumuman NAB setiap hari di media serta menerbitkan laporan keuangan tahunan secara teratur menjadi keuntungan bagi investor karena memudahkannya dalam memantau perkembangan investasi yang dilakukannya.

  4. Likuiditas Tinggi.

  Pengumuman NAB setiap hari membuat investor dapat melihat fluktuasi nilai reksa dana dan menjual kembali unit penyertaannya setiap saat kepada manajer investasi.

  5. Tersedia banyak alternatif pilihan jenis investasi reksa dana.

  Banyaknya jenis invetasi reksa dana memungkinkan calon investor untuk memilih jenis reksa dana yang sesuai dengan preferensi terhadap risiko.

  6. Mendorong meningkatkan supply dan demand di pasar modal.

  Dibandingkan dengan jenis investasi lain, salah satu keunikan dari reksa dana adalah dapat berperan sebagai supply dan demand di pasar modal. Setiap penerbitan reksa dana berarti menambah supply efek di pasar modal. Di lain pihak, penerbitan dan pengelolaan reksa dana relatif dalam jumlah besar diinvestasikan oleh manajer investasi yang mengelolanya di dalam portofolio efek-efek di pasar modal sehingga terjadi peningkatan demand efek.

   Return dan Risiko Reksa Dana

  2.1.3.5.1 Return Reksa Dana

  Dalam berinvestasi setiap investor pasti mengharapkan tingkat return yang disyaratkan. Return reksa dana merupakan suatu nilai lebih yang diharapkan oleh investor yang akan diperoleh pada akhir periode tertentu. Return yang diharapkan (expected return) tentu saja dapat berbeda dengan return yang terjadi (actual return).

  

Return reksa dana dapat berupa kenaikan NAB (Nilai Aktiva Bersih), jika NAB

  positif maka investor akan mendapatkan capital gain dan sebaliknya jika NAB negatif maka investor akan mendapatkan capital loss (ceteris paribus).

  2.1.3.5.2 Risiko Reksa Dana

  Tiap investasi pasti mengandung risiko, ada investasi yang berisiko rendah dan ada juga investasi yang berisiko tinggi. Begitu juga dengan reksa dana yang tidak luput dari risiko. Selain keuntungan yang dapat diterima oleh investor, ada beberapa risiko dalam berinvestasi dalam reksa dana (Widjaja, 2009), yaitu:

1) Risiko menurunnya Nilai Aktiva Bersih unit penyertaan.

  Penurunan NAB dapat disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio reksa dana mengalami penurunan, kinerja bursa yang memburuk, terjadinya kerugian emiten dan situasi ekonomi dan politik yang tidak menentu.

  2) Risiko Likuiditas.

  Risiko ini timbul apabila investor yang memiliki unit penyertaan reksa dana sehingga manjer investasi mengalami kesulitan likuiditas.

  3) Risiko Pasar.

  Risiko pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis, sehingga mengakibatkan NAB reksa dana mengalami penurunan.

  4) Risiko default.

  Risko paling fatal yang terjadi ketika manajer investasi membeli obligasi yang emitennya mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak mampu membayar bunga atau pokok obligasi tersebut.

2.1.3.5.3 Hubungan antara Return dan Risiko Reksa Dana

  Return Risk

Gambar 2.1 : Hubungan return dan risiko reksa dana Sumber: Tandelilin (2010) Tampak pada gambar bahwa hubungan antara return dan risiko adalah searah dan linear, hal ini bermakna bahwa semakin besar tingkat return yang disyaratkan sebaliknya, semakin rendah return yang disyaratkan oleh investor maka akan semakin kecil risiko yang akan terjadi, ceteris paribus.

2.1.3.6 Pengertian dan Penilaian Kinerja Reksa Dana

2.1.3.6.1 Pengertian Kinerja Reksa Dana

  Kinerja reksa dana merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk evaluasi dan mengetahui perkembangan reksa dana yang selama ini dikelola di periode tertentu. Informasi mengenai kinerja reksa dana penting bagi investor yang hendak melakukan investasi dengan melihat kinerja reksa dana di masa lalu. Kinerja reksa dana yang baik di masa lalu tidak dapat menjadi jaminan bahwa reksa dana tersebut akan berkinerja sama baiknya dengan sekarang ataupun di masa yang akan datang, namun kinerja reksa dana di masa lalu dapat menjadi acuan bagi investor untuk berinvestasi pada reksa dana yang lain. Suatu reksa dana dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila sejak peluncurannya berada di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). NAB merupakan suatu data yang dibutuhkan untuk menilai kinerja reksa dana. Nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksa dana yang bersangkutan. Kekayaan reksa dana dapat berupa kas, deposito, SPBU, SBI, surat berharga komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya tergantung jenis reksa dana tersebut. Sementara kewajiban reksa dana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee bank kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker yang belum dibayar serta pembelian efek yang belum dilunasi. setelah dikurangai biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. NAB tidak bisa dipisahkan dari reksa dana karena istilah ini merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu reksa dana. Besarnya NAB dapat berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang unit penyertaan dan begitu juga sebaliknya (Fakhruddin dan Sopian, 2001).

  Rumus untuk menghitung NAB adalah sebagai berikut : (Jumlah Aset

  − Total Kewajiban) NAB =

  Jumlah Unit Penyertaan Nilai aktiva bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per unit penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai unit penyertaan yang beredar. Nilai NAB akan mengalami kenaikan atau penurunan sesuai dengan kinerja aset yang merupakan portofolio reksa dana tersebut. Harga aset-aset pada portofolio reksa dana akan mempengaruhi reksa dana, dengan kata lain nilai aset pada portofolio berbanding lurus dengan NAB. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh bank kustodian setelah mendapat data dari manajer investasi dan nilai tersebut yang kemudian setiap hari dapat dilihat keesokan harinya di media massa.

2.1.3.6.2 Penilaian Kinerja Reksa Dana

  Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk menilai kinerja sebuah reksa tetapi kita juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti tingkat risikonya.

  Dengan berdasarkan pada teori pasar modal, beberapa metode pengukuran kinerja reksa dana sudah memasukkan faktor return dan risiko dalam perhitungannya.

  Metode tersebut yaitu Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortino.

1. Metode Sharpe

  Metode Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut dengan reward-to-variability ratio. Metode Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Semakin tinggi nilai Rasio Sharpe semakin baik kinerja reksa dana. Untuk menghitung Indeks Sharpe, kita bisa menggunakan persamaan berikut ini:

  Rumus perhitungan Sharpe (Brandy, 2002): R ������ ���� − R R SBI

  S =

  P

  σ Dimana: S = Indeks Sharpe reksa dana saham

  P

  R ���� = Rata − rata reksa dana saham R R ������ = Rata − rata tingkat suku bunga SBI

  SBI

  σ = Standar deviasi dari tingkat pengembalian reksa dana saham

  Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa reksa dana saham berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi Indeks Sharpe suatu reksa dana saham tersebut.

2. Metode Treynor

  Metode Treynor mengukur risk premium yang dihasilkan perunit risiko yang diambil dengan menggunakan pembagi beta ( β) yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Semakin tinggi nilai Rasio Treynor makin baik kinerja reksa dana saham.

  Rumus perhitungan Treynor (Brandy, 2002): ������

  R ���� − R R SBI

  T =

  R

  β Keterangan: T = Indeks Treynor reksa dana saham

  R

  R ���� = Rata − rata reksa dana saham R R ������ = Rata − rata tingkat suku bunga SBI SBI β = Beta reksa dana saham terhadap IHSG

  Indeks Treynor besarnya sama dengan slope garis yang menghubungkan posisi reksa dana saham dengan tingkat return bebas risiko. Reksa dana saham yang mempunyai Indeks Treynor yang lebih kecil dari Indeks Treynor pasar akan terletak di bawah garis pasar sekuritas, dalam hal ini menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham tersebut berada di bawah kinerja pasar. Sebaiknya, reksa dana saham yang berada di atas garis pasar sekuritas mempunyai kinerja di atas kinerja pasar. Semakin besar slope garis atau semakin besar Indeks Treynor yang dimiliki reksa dana saham, dana saham yang mempunyai Indeks Treynor yang lebih kecil.

3. Metode Sortino

  Pada awal tahun 1980, DR. Frank A Sortino memperkenalkan suatu rasio baru. Rasio ini menghitung excess return portofolio dari Minimum Acceptable

  

Return (MAR) untuk setiap downside deviation. Rasio ini kemudian dikenal

dengan nama Sortino ratio.

  Mengutip dari jurnal yang ditulis oleh Frank A. Sortino dan Lee N. Price di tahun 1994 dikatakan bahwa :

  If there is a minimum return that must be earned to accomplish some goal (the minimal acceptable return / MAR), then any returns below the MAR will produce unfavorable outcomes and any returns greater will produce good outcomes. The MAR separates the good volatility (above the MAR) from the

bad volatility (below the MAR). (The Journal of Investing Fall 1994, 3)

  Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) digunakan sebagai tingkat suku bunga bebas risiko. Besarnya Minimum Acceptable Return (MAR) adalah tingkat suku bunga minimum yang diharapkan sebagai return oleh setiap investor dari investasi yang dilakukannya. Namun, karena penelitian ini hanya dilakukan terhadap reksa dana saham secara umum, bukan untuk investor tertentu, maka tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia digunakan sebagai MAR.

  Return yang berada di bawah MAR maka akan dianggap sebagai return yang

  tidak menguntungkan atau risiko dan return yang lebih besar dari MAR akan

  We argue that the proper measurement of risk should deal only with the returns that could have been below the MAR. Returns above the MAR should be viewed as a reward. (The Journal of Investing Fall 1994, 3) Because standard deviation measures risk as dispersion on either side of the mean, it cannot distinguish between good volatility and bad volatility. Downside deviations measures the deviations below the MAR. (The Journal of Investing Fall 1994, 6)

  Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko sesungguhnya yang akan ditanggung oleh seorang investor adalah yang berada dibawah tingkat return minimum yang diharapkan oleh setiap investor.

  Metode ini hampir serupa dengan pengukuran yang dilakukan oleh Metode Sharpe dengan dua perbedaan yang utama, yaitu imbal hasil aset bebas risiko diganti dengan imbal hasil minimum yang diharapkan dan standar deviasi yang digunakan hanya standar deviasi dari imbal hasil portofolio yang berada di bawah imbal hasil minimum yang ditetapkan, di mana dalam penelitian ini hasil minimum yang ditetapkan berasal dari nilai suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.

  Pengukuran risiko dengan menggunakan standar deviasi tidak bisa memisahkan perubahan / pergerakan yang baik dan yang buruk, oleh karena itu Sortino ratio menggunakan downside deviation dalam perhitungannya.

  Adapun formula perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut: −

  = Di mana: SOR = Indeks Sortino Rf = suku bunga bebas risiko yang ditetapkan sebagai MAR Down= downside deviation

  Downside deviation (dd) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

  1

  2

  = ( − )

  �

  =1

  Dimana: Rpt = return reksa dana saham pada periode t, (Rpt

  ≤ MAR) MAR = minimum acceptable return, yaitu suku bunga bebas risiko Dengan syarat: Jika (Rp – MAR) negatif, maka digunakan (Rp – MAR) Jika (Rp – MAR) positif, maka digunakan angka 0

2.1.4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

2.1.4.1 Pengertian IHSG

  Menurut Syahrul dalam Kamus Lengkap Investasi (2000:24), IHSG adalah angka yang menunjukkan perkembangan harga seluruh saham yang tercatat di bursa pada waktu tertentu. Sedangkan menurut Halim (2005:12), indeks harga saham merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi.

2.1.4.2 Return IHSG

  Return

  IHSG adalah nilai return pasar saham sub periode tertentu yang dengan nilai akhir bulan sebelumnya Indeks Harga Saham Gabungan kemudian hasilnya dibagi dengan nilai akhir bulan sebelumnya Indeks Harga Saham Gabungan.

  Return

  IHSG kerap digunakan sebagai benchmark pada reksa dana saham. Alasan pemakaian IHSG adalah karena IHSG merupakan portofolio saham yang menggambarkan kondisi pasar secara umum sehingga pada reksa dana saham yang mayoritas (minimal 80%) dananya diinvestasikan pada instrumen saham, maka

  IHSG sangat sesuai digunakan sebagai benchmark. Pengukurannya dirumuskan sebagai berikut :

  IHSG

  t − IHSG t −1

  R =

  P

  IHSG

  t −1

  Dimana: R P = Return IHSG

  = Return Pasar IHSG akhir bulan

  IHSGt = Return pasar IHSG akhir bulan sebelumnya

  IHSGt-1

2.2 Penelitian Terdahulu Daftar Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Penelitian Metode Analisis Hasil

  39

  01 Lina Meytasari (2013)

  Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia dengan metode EROV, Sortino dan Sharpe

  EROV, Sortino, Sharpe kinerja Reksa Dana Saham dengan 3 rasio, EROV, Sortino dan Sharpe tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Dan pengujian pada hipotesis kedua mengindikasikan bahwa ketiga rasio tersebut signifikan pada 5% dan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan kinerja pasar. Secara keseluruhan, Sortino merupakan rasio yang memiliki kinerja paing besar dalam penelitian ini.

  02 Gratia Atanka Barus (2013)

  Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Danadengan Metode Sharpe dan Metode Treynor

  Sharpe & Treynor ada 5 Reksa dana memillik ikinerja di bawah kinerja

  IHSG. Hasil analisis dengan menggunakan metode Treynor menunjukkan bahwa 9 Reksa Dana yang mempunyai kinerja baik, dan satu kinerja Reksa Dana Saham yang memiliki kinerja di bawah kinerja IHSG yaitu Reksa Dana MNC Dana Ekuitas

  03 Aditya Nugrogo Rahardi (2013)

  Analisi Komparasi Pengukuran Kinerja Reksa Dana menggunakan Metode Sharpe, Treynor dan

  Sharpe, Treynor & M2

  Terdaftar 17 reksa dana saham yang diteliti memiliki return lebih besar dari return benchmark. Kesimpulannya metode pengukuran kinerja reksa dana akan akan menunjukkan hasil yang sama apabila kondisi perekonomian negara tersebut stabil dan

  40 M2 portofolio reksadana telah terdiversifikasi dengan baik.

  04 Tehrani,dkk (2011)

  Analyzing performance of investment companies Listed in the Tehran Stock Exchange by selected Ratios Measure

  Sharpe, Treynor & Sortino ketiga metode tersebut memiliki kontrol yang lebih baik untuk risiko sistematis daripada komponen lainnya. Dan dengaan menggunakan Anova dan Multiple Anova, menunjukkan bahwa perputaran portofolio perusahaan terbukti positif dan signifikan dalam kinerja perusahaan daripada ukuran lainnya.

  05 Simforianus dan Hutagaol (2008)

  Analisis Kinerja Reksa Dana Saham dengan Metode Raw Return, Sharpe, Treynor, Jensen dan Sortino

  Raw Return, Sharpe, Treynor, Jensen dan Sortino hasil pengujian metode probabilitas menunjukkan tingkat konsistensi besar dengan rata-rata sebesar 71.50%, dan didukung oleh hasil pengujiaan menggunakan chi-square dimana hipotesis yang menyatakan terdapat konsistensi antara kinerja Reksa Dana terbukti dan didapatkan 9 Reksa Dana yang tergolong superior.

  Pengukuran kinerja menggunakan data historis reksa dana berupa return dan risiko dapat mempermudah investor menentukan reksa dana saham mana yang akan dijadikan sebagai pilihan investasinya.

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja antara reksa dana saham dan IHSG di Indonesia dengan menggunakan Metode Sharpe, Metode

  Lanjutan Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu

2.3 Kerangka Konseptual

  Treynor dan Metode Sortino dalam rangka pemilihan reksa dana saham yang tepat untuk dijadikan sebagai wahana berinvestasi. kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan pada gambar berikut:

  Rata-rata kinerja reksa Rata-rata kinerja IHSG dana saham dengan dengan Metode Sharpe,

  Metode Treynor dan Metode Sharpe, Metode

  Metode Sortino Treynor dan Metode

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1.

  Terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan menggunakan Metode Sharpe di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014

  2. Terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan menggunakan Metode Treynor di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014

  3. Terdapat perbedaan rata-rata kinerja reksa dana saham dan IHSG dengan menggunakan Metode Sortino di Bursa Efek Indonesia periode Tahun 2012-2014

  41

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Pangan - Gambaran Pola Konsumsi Pangan Keluarga Peserta Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Tahun 2014

0 0 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian - Pergantian Debitur Pada Perjanjian Jual-Beli Mobil Secara Kredit Di Pt. Daya Adicipta Wihaya Di Medan

0 0 34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pergantian Debitur Pada Perjanjian Jual-Beli Mobil Secara Kredit Di Pt. Daya Adicipta Wihaya Di Medan

0 0 10

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat- Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

0 2 9

BAB II PENGATURAN HUKUM PEMBUKTIAN DI INDONESIA A. Penerapan Alat Bukti, Barang Bukti dan Kekuatan Pembutian pada KUHAP - Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Seri

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Kajian Perbandingan Hukum Atas Pembuktian Menurut Sistem Peradilan Pidana Di Indonesia Dengan Sistem Peradilan Pidana Di Amerika Serikat

0 0 31

Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu Di Kecamatan Pegajahan (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

1 1 69

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pendapatan Pengrajin Olahan Ubi Kayu Di Kecamatan Pegajahan (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 1 11

ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN OLAHAN UBI KAYU DI KECAMATAN PEGAJAHAN (Studi Kasus : Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai) SKRIPSI

0 2 12

Analisis Kinerja Reksa Dana dengan Metode Sharpe, Metode Treynor dan Metode Sortiono (Studi pada Reksa Dana Saham di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014)

0 0 24