411 sistem keuangan islam oleh chandra natadipurba

CHANDRA NATADIPURBA

Mata Kuliah ke-1 Kajian Akademik

Islamic Studies of Economics Group (ISEG) Universitas Padjadjaran Bandung 2009

BAB I KONSEP KEUANGAN ISLAM

A. Uang dan Keuangan

Pada zaman dahulu, masyarakat melakukan barter untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya. Namun, seiring dengan membesarnya perekonomian, tidaklah praktis untuk terus melakukan barter sebab barter menyaratkan double coincidence (dua belah pihak menginginkan barter persis dalam komoditas dan banyaknya).

Institusi pemerintahan yang dibentuk manusia menetapkan bahwa komoditas tertentu menjadi dasar alat tukar. Hal ini yang kemudian menjadi cikal bakal mata uang. Salah satu jenis mata uang yang paling populer adalah emas dan perak, karena sifatnya yang tahan lama karena termasuk logam mulia, disenangi orang karena memiliki bentuk yang indah dan sulit ditemukan. Namun, lama kelamaan manusia merasa bahwa uang seperti ini juga tidak praktis, akhirnya diciptakanlah mata uang berbasis kertas yang merupakan perwakilan dari emas yang disimpan di brankas pemerintah. Pada tahun 1971, Amerika Serikat menghapus ketentuan bahwa uang kertas US dollar yang dicetak harus berbasis emas yang disimpan, akibatnya nilai mata uang kertas tidak lagi berdasarkan nilai emas namun berdasarkan permintaan dan penawaran uang kertas tersebut di pasar. Sejak saat itu dimulailah rezim mata uang kertas mengambang sampai saat ini.

Secara singkat, uang adalah alat perekonomian yang berfungsi sebagai alat pertukaran, alat penyimpan nilai dan alat pengukur kekayaan yang berlaku karena ditetapkan oleh pemerintah yang berkuasa. Sedangkan keuangan adalah segala kegiatan yang berkaitan dengan menghimpun, menyimpan, membelanjakan dan menjadikan uang lebih banyak lagi.

Merujuk pada pengertian di atas, uang adalah salah satu sumber daya ekonomi yang bersifat kebendaan, sehingga dalam ia diatur dalam setiap sistem hukum, baik pidana maupun perdata karena berkaitan dengan kepemilikan manusia atas benda. Begitupula dalam sistem Islam yang memiliki syariah (hukum yang berbasis aturan Islam). Islam mengakui kepemilikan manusia atas benda, termasuk uang, sekalipun secara filosofis kepemilikan yang dimaksud hanyalah perwakilan (istikhlaf) dari kepemilikan Allah SWT atas seluruh benda. Oleh karena itu Islam mengatur pengakuan manusia akan benda, perpindahan kepemilikan dan berakhirnya kepemilikan manusia atas benda. Hal-hal inilah yang disebut sebagai transaksi atau akad. Jadi, akad atau transaksi adalah perbuatan baik terucap, terlaku maupun tertulis berupa janji di antara para pihak, berkaitan dengan hak dan atau kewajiban pada masa mendatang.

B. Keuangan Islam

Keuangan Islam adalah praktik transaksi yang berkaitan dengan segala kegiatan yang berkaitan dengan menghimpun, menyimpan, membelanjakan dan menjadikan uang lebih banyak lagi yang sesuai dengan aturan Islam. Alasan-alasan mengapa sistem keuangan Islam itu ada, dikarenakan:

(1) Sistem Keuangan Islam memihak sektor nyata (riil) Seluruh transaksi keuangan dalam Islam harus memiliki underlying asset yaitu dasar transaksi

berupa penciptaan pertambahan nilai atas suatu barang dan jasa. Jadi, sistem keuangan Islam tidak mendasarkan transaksinya dari ketiadaan. Misalnya, sistem keuangan Islam melarang memperjualbelikan suatu instrumen berupa indkes yang memprediksi cuaca, karena hal tersebut tidak mempunyai nilai tambah pada perekonomian.

(2) Sistem Keuangan Islam mengurangi risiko perekonomian

Akibat pemihakannya pada sektor nyata (riil), sistem keuangan Islam tidak akan mengalami kegagalan secara sistemik karena terjadinya kegagalan pada suatu produk sekuritas, sebab setiap produk mempunyai underlying assetnya sendiri-sendiri. Hanyalah bencana alam pada skala masif yang menghancurkan seluruh barang dan jasa pada suatu kawasan yang akan menyebabkan krisis keuangan Islam terjadi.

(3) Sistem Keuangan Islam berkait dengan pertumbuhan ekonomi Akibat keberpihakannya pada sektor riil itu, membesarnya transaksi keuangan Islam akan

mengakibatkan besarnya Gross Domestic Product (GDP) juga meningkat, karena penambahan perputaran uang akan menyebabkan tersedianya alat tukar untuk melakukan proses pertambahan nilai barang dan jasa serta akibat berantainya seperti penyerapan lapangan kerja, penurunan angka pengangguran dan pengentasan kemiskinan.

(4) Sistem Keuangan Islam memperhatikan kaum tidak berpunya Sistem keuangan Islam sebagai sistem keuangan yang memiliki produk yang sempurna juga

memiliki instrumen sosial, seperti zakat, infaq, shadaqah, wakaf dan instrumen sektor publik untuk menjamin bahwa dalam masyarakat Islam, para fakir, miskin, anak terlantar yatim piatu, orang yang berutang bahkan budak memiliki hak untuk mencukupi kebutuhan pokoknya.

Namun demikian, jika empat hal di atas pun tidak ada, konsep dan praktik keuangan Islam pun harus tetap ada di muka bumi. Hal ini dikarenakan bahwa sistem keuangan Islam adalah identitas masyarakat muslim. Koboi menggunakan jeans dan sepatu koboi karena itu adalah identitas koboi. Orang Eskimo membangun iglo dan berbaju tebal, tidak hanya kebutuhan, melainkan juga itulah identitas orng Eskimo. Warga Wina senang mendengar musik klasik dan opera balet karena itulah identitas warga kota musik Wina. Jadi, orang Islam menggunakan sistem keuangan Islam karena itulah identitas muslim, yang sudah Allah turunkan ke muka bumi sebagai rahmatan lil ‘alamin.

ÉΟŠÏm§9$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉÉΟó¡Î0

BAB II JENIS TRANSAKSI KEUANGAN DALAM ISLAM

Jenis-jenis transaksi atau akad dalam keuangan Islam setidaknya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu akad bagi hasil, akad jual beli dan akad jasa. Akad bagi hasil mencakup musyarakah, mudharabah, muzaraah dan musaqah. Sedangkan akad jual beli mencakup murabahah, salam dan istisna. Sedangkan akad jasa termasuk ijarah, rahn, qardh, kafalah, hiwalah, wakalah dan lainnya.

A. Akad Bagi Hasil Sesuai dengan namanya, akad bagi hasil berarti bahwa lebih dari dua pihak berjanji untuk

melakukan kerjasama kemudian membagi hasil kerjasama itu (baik pendapatan baik bersih maupun kotor, keuntungan baik bersih maupun kotor atau keuntungan dan kerugian) sesuai dengan nisbah yang disepakati.

a. Musyarakah Musyarakah berasal dari kata syarikah yang berarti kerjasama, yang berarti bahwa

para pihak setuju untuk berkontribusi dalam bentuk modal dan atau tenaga dengan hasil dibagi sesuai dengan akad.

Musyarakah terbagi menjadi dua jenis:

1. Musyarakah kepemilikan (syirkatul milk), yaitu jenis musyarakah yang timbul karena faktor warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang 1. Musyarakah kepemilikan (syirkatul milk), yaitu jenis musyarakah yang timbul karena faktor warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang

2. Musyarakah akad (syirkatul uqud), yaitu suatu kesepakatan dari dua pihak atau lebih untuk mengadakan kerjasama atau usaha.

Musyarakah akad terbagi menjadi lima jenis syirkah (kata benda dari musyarakah):

1. Syirkah al ‘inan, yaitu penggabungan harta/modal dua pihak atau lebih yang tidak harus sama jumlah modalnya.

2. Syirkah al wujuh, yaitu perserikatan tanpa modal

3. Syirkah al mufawadhah, yaitu perserikatan modal semua pihak dan bentuk kerjasama dilakukan baik kualitas maupun kuantitas harus sama dan keuntungan dibagi rata.

4. Syirkah al abdan/al amal, yaitu perserikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya dibagi bersama

5. Syirkah al mudharabah, yaitu bentuk kerjasama di antara pemilik modal dengan seseorang yang mempunyai keahlian dagang dan keuntungan dari modal itu dibagi bersama.

Jenis musyarakah lainnya adalah musyarakah mutanaqisah (atau musyarakah wal ijarah ) yaitu akad dimana keduabelah pihak sama-sama membeli sebuah properti kemudian properti ini disewakan kepada salah satu pihak dengan tingkat sewa sesuai dengan harga pasar, bagi hasil sewa kemudian dibayarkan oleh salah satu pihak kepada pihak yang lain sehingga porsi kepemilikan akhirnya 100% ada pada pihak yang mencicil.

Modal yang dimaksud dalam musyarakah dapat berupa:

1. Uang tunai, emas dan perak (aset cair)

2. Barang perdagangan (aset perdagangan, properti, peralatan, hak paten), dimana aset tersebut terlebih dahulu dinilai dengan uang tunai dan disepakati mitra.

Dengan demikian, rukun musyarakah adalah:

1. Musyarik (para mitra)

2. Ijab kabul (pernyataan serah terima)

3. Modal

4. Usaha

b. Mudharabah Seperti dijelaskan di atas, mudharabah adalah bagian dari musyarakah uqud karena

pada dasarnya mudharabah adalah kerjasama antara para pihak, dengan keunikan tersendiri. Mudharabah adalah kerjasama di antara pihak yang mempunyai dana dan pihak yang memiliki kerja, sehingga satu pihak memberikan 100% modal sedangkan pihak yang lain 100% menjalankannya.

Mudharabah terdiri dari dua jenis, yaitu:

1. Mudharabah muthlaqah, yaitu akad mudharabah dimana pengusaha bebas melakukan usaha dalam bidang apapun selama tidak melanggar syariah.

2. Mudharabah muqayyadah, yaitu akad mudharabah dimana pengusaha harus melaksanakan usaha pada bidang, skala dan waktu yang telah ditentukan oleh pemilik dana.

3. Mudharabah musytarakah, yaitu dimana pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama investasi.

Dengan demikian, rukun mudharabah adalah:

1. Mudharib (pengusaha)

2. Shahibul mal (pemilik dana)

3. Modal

4. Usaha

5. Ijab kabul

c. Muzaraah Muzaraah adalah kerjasama antara pemilik lahan yang menyediakan lahan, bibit dan

alat pertanian dan petani yang menyediakan tenaga saja, yang ketika panen hasilnya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan.

Dengan demikian, rukun muzaraah adalah:

1. Muzari’ (petani)

2. Shahibul mal (pemilik lahan)

3. Alat pertanian, lahan dan bibit (dari pemilik lahan)

4. Ijab kabul

d. Musaqah Musaqah adalah kerjasama antara pemilik lahan dan petani yang menyediakan

tenaga, bibit dan alat pertanian, yang ketika panen hasilnya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan.

Dengan demikian, rukun musaqah adalah:

1. Muzari’ (petani)

2. Shahibul mal (pemilik lahan)

3. Lahan (dari pemilik lahan)

4. Alat pertanian dan bibit (dari petani)

5. Ijab kabul

B. Akad Jual Beli Selain transaksi yang bersifat moneter (pinjam meminjam modal), aspek keuangan Islam juga

mencakup jual beli (buyu’), yaitu penjual menjual kepada pembeli dengan harga pokok ditambah selisih (margin) keuntungan yang disepakati, baik tunai (kontan) maupun tangguh (mencicil).

a. Murabahah Bai al murabahah (jual beli) adalah penjual menjual kepada pembeli dengan harga

pokok ditambah selisih (margin) keuntungan yang disepakati dengan pembayaran mencicil atau tunai.

Murabahah dibagi berdasarkan cara pembayarannya:

1. Murabahah dengan pembayaran tunai (bai al naqdan)

2. Murabahah dengan pembayaran tangguh (murabahah mu’ajjal) Murabaha dibagi berdasarkan jenisnya:

1. Murabahah tanpa pemesanan

2. Murabahah dengan pemesanan, baik yang bersifat mengikat maupun tidak mengikat

Jadi, rukun murabahah adalah sebagai berikut:

1. Bai (penjual)

2. Musytari’ (pembeli)

3. Mabi’ (barang)

4. Tsaman (harga)

5. Ijab Qabul

b. Salam Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di

kemudian hari oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

Jadi, rukun salam adalah sebagai berikut:

1. Muslam illaihi (penjual)

2. Musytari’ (pembeli)

3. Muslam fi’ih (barang pesanan)

4. Tsaman (harga)

5. Ijab Qabul Skema akad salam adalah sebagai berikut:

Sedangkan skema akad salam paralel adalah: Sedangkan skema akad salam paralel adalah:

yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni’) dan penjual (pembuat, shani).

Kalau ishtisna paralel adalah sebagai berikut:

Jadi, rukun istishna adalah sebagai berikut:

1. Shani (penjual)

2. Mushtashni (pembeli)

3. Mustash fi’ih (barang pesanan)

4. Tsaman (harga)

5. Ijab Qabul

d. Sharf Sharf adalah transaksi jual beli mata uang, baik antar mata uang sejenis maupun antar

mata uang berlainan jenis. Rukun sharf mencakup

1. Ijab dan qabul

2. Pihak yang bertransaksi

3. Objek transaksi, yaitu mata uang Transaksi jual beli/pertukaran mata uang menurut Dewan Syariah Nasional MUI pada

prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Tidak untuk spekulasi

2. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)

3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama dan secara tunai (at-taqabudhi)

4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.

C. Akad Jasa

a. Wadiah Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat

nasabah yang bersangkutan menghendaki. Wadiah terdiri dari:

1. Wadiah yad-dhamanah, yaitu akad wadiah dimana penerima titipan dapat memanfaatkan barang, namun keuntungannya milik penerima titipan

2. Wadiah yad-amanah, yaitu akad wadiah dimana penerima titipa tidak boleh memanfaatkan.

b. Ijarah Makna ijarah secara harfiah berarti jual beli manfaat. Ijarah terdiri dari dua jenis,

yaitu:

1. Ijarah atas manfaat, yaitu akad ijarah atas manfaat yang diperoleh dari aset/barang. Ijarah atas manfaat terdiri dari akad ijarah biasa dan ijarah muntahiya bittamlik.

a) Ijarah biasa (operational lease) adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.

b) Ijarah muntahiya bittamlik (financial lease) adalah ijarah dengan wa’ad (janji) perpindahan kepemilikan objek pada saat tertentu.

2. Ijarah atas kerja, yaitu akad ijarah atas jenis pekerjaan umum seperti mengerjakan bangunan, menjahit pakaian, pengakutan dan lainnya. Para pekerja (ajiir) dalam jenis ini terbagi dua, yaitu:

a) Pekerja khusus (ajirul khas), yaitu pihak yang bekerja pada satu pihak pada suatu waktu tertentu.

b) Pekerja umum (ajiirul musytarok), yaitu pihak yang bekerja untuk masyarakat umum seperti penjahit, tukang besi dan lain-lain. Hukumnya adalah ia boleh bekerja untuk setiap orang.

Rukun ijarah adalah:

1. Mu’jir (pemilik)

2. Musta’jir (penyewa)

3. Ujrah (biaya sewa)

4. Ma’jur (objek sewa)

5. Ijab qabul Skema akad ijarah adalah sebagai berikut:

Sedangkan skema akad ijarah muntahiya bittamlik adalah sebagai berikut:

c. Rahn Rahn adalah menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang memnugkinkan

untuk ditarik kembali, yaitu menjadikan barang yang mempunyai nilai ekonomi menurut syariah sebagai jaminan utang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang semuanya atau sebagian, termasuk yang menggunakan surat berharga (sebagai jaminan) dengan barang.

Rukun rahn adalah:

1. Rahin (pemilik barang)

2. Murtahin (pemegang barang)

3. Marhun atau rahn (barang jaminan/gadaian)

4. Marhun bih (utang)

5. Ijab dan qabul

d. Qardh Qardh adalah perjanjian pinjaman modal kepada pihak lain untuk dikembangkan atau

digunakan pihak tersebut kemudian modal dikembalikan dalam jumlah yang sama. Nama lain dari qardh ini adalah qardh al hasanah, yaitu pinjaman kebaikan (benevolent loan).

e. Kafalah Kafalah adalah akad jaminan yang diberikan penanggung (kafil) kepada pihak ketiga

(makful anhu) untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang tertanggung (makful ‘anhu/ashil).

Jadi, rukun kafalah adalah:

1. Kafiil (penjamin)

2. Makful biih (objek yang dijamin/utang)

3. Makful anhu/ashiil (pihak yang tertanggung/dijamin)

4. Makful lahu (pemilik utang)

5. Ijab qabul

f. Hiwalah Hiwalah atau hawalah adalah perpindahan tagihan utang dari penerima utang kepada

orang yang bertanggungjawab untuk menanggungnya atau anjak piutang.

Rukun hiwalah adalah:

1. Muhil (orang yang berutang dan sekaligus berpiutang)

2. Muhal atau muhtal (orang yang berpiutang kepada muhil)

3. Muhal ‘alaih (orang yang berutang kepada muhil dan wajib membayar utang kepada muhtal)

4. Muhal bih (utang muhil kepada muhtal)

5. Ijab qabul

g. Wakalah Wakalah adalah perjanjian pemberian kepercayaan dari satu pihak kepada pihak lain

sebagai wakil dalam melaksanakan urusan tertentu segala hak dan kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberi kepercayaan.

Macam-macam wakalah adalah:

1. Wakalah mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak tanpa batasan tertentu.

2. Wakalah muqayyadah, yaitu memberi kuasa untuk bertindak untuk urusan tertentu.

3. Wakalah ammah, yaitu memberi kuasa yang bersifat umum dan lazim kepada seseorang untuk atas namanya.

h. Jualah Secara bahasa diambil dari kata ju’ ul yakni suatu reward yang dipersiapkan sebagai

imbalan suatu pekerjaan/prestasi yang lebih luas pengertiannya dari “ajr/ujrah” (fee). Secara istilah fikih maknanya adalah: Komitmen imbalan tertentu untuk suatu pekerjaan/prestasi tertentu atau tidak tertentu yang sulit dipastikan/ditentukan hasil akhirnya.

Seseorang menawarkan suatu reward (imbalan/ju’ul) tertentu untuk melakukan sesuatu tertentu maupun tidak tertentu baginya dalam waktu tertentu yang terdapat manfaat bagi pihak pemberi tawaran reward (pihak ja’il) dimana jika siapapun dapat melakukan suatu pekerjaan/prestasi tersebut atau sebagiannya ia akan mendapatkan imbalan yang sudah ditetapkan; seperti mengembalikan uang/harta yang hilang atau dirampas, atau membangun/membuat sesuatu, memberikan jasa penyembuhan dan lainnya.

Rukun jualah adalah

1. Ja’il ( pemberi tawaran ju’alah)

2. Maj’ullah (pengambil tawaran ju’alah)

3. Mahall Ju’alah (objek (underlying asset) ju’alah)

4. Ju’ul (Imbalan yaitu sejumlah tertentu yang diperhitungkan berdasarkan dari besar-kecilnya kontribusi)

5. Ijab qabul

i. Tabarru’ Tabarru’ adalah akad perjanjian untuk saling menanggung kerugian yang dialami

seseorang dengan menggunakan dana yang terkumpul. Tabarru bersifat sebagai berikut:

1. Tujuan transaksi adalah tolong menolong dan bukan keuntungan komersil

2. Pihak yang berbuat kebaikan boleh meminta kepada counter-partnya untuk menutup sekedar biaya untuk dapat melakukan akad tabarru.

3. Tidak dapat dirubah menjadi akad tijarah (komersial), kecuali ada persetujuan sebelumnya

j. Hibah Hibah atau hadiyyah adalah pemberian tanpa kontraprestasi apapun. Hadiah sangat

dianjurkan dalam agama karena akan mempererat silaturahim dan menautkan hati.

Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan‐ utusan itu." (Q.S. An Naml 35).

k. Warisan Warisan adalah peninggalan seseorang karena seseorang wafat. Hukum mawaris

diatur dalam Al Quran secara rinci dalam Q.S. An Nisa 11 – 12, yaitu: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak‐anakmu. Yaitu

: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu‐bapa, bagi masing‐masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu‐bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian‐pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak‐anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Dan bagimu (suami‐suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri‐ isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri‐isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang‐hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki‐laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki‐laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing‐masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara‐saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar‐benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.

ÉΟŠÏm§9$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉÉΟó¡Î0

BAB III APLIKASI DALAM LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

Lembaga keuangan adalah organisasi yang mengelola dana dari surplus spending unit untuk disalurkan kepada deficit spending unit untuk mendapatkan keuntungan maupun sosial. Surplus spending unit adalah para pihak yang kelebihan dana dalam masyarakat. Deficit spending unit adalah para pihak yang membutuhkan dana untuk menjalankan usaha atau melakukan konsumsi yang melebihi pendapatannya. Lembaga keuangan ada di tengah-tengah pihak-pihak ini untuk melakukan fungsi intermediasi (perantara) yang atas jasa perantaraanya itu mendapatkan keuntungan.

Lembaga-lembaga keuangan yang ada di dunia ini sepanjang sejarah adalah sebagai berikut:

A. Lembaga Keuangan Informal Lembaga Keuangan Informal adalah lembaga yang keberadaannya tidak diatur oleh pemerintah.

1. Arisan, yaitu sekelompok orang yang menabung dana secara berkala untuk mendapatkan hasil berupa akumulasi dari kelompok tersebut secara sekaligus.

Lembaga ini biasanya terdiri dari sekelompok orang yang bertetangga atau masih memiliki hubungan kekerabatan. Biasanya mereka mengadakan pertemuan-pertemuan rutinnya sebagai sarana silaturahim. Biasanya ada satu orang yang dianggap sebagai ketua kelompok memegang uang yang dikumpulkan. Kemudian, setiap bertemu undian diadakan untuk menentukan satu anggota yang mendapatkan “uang akumulatif” yang biasanya beberapa kali lipat dari jumlah uang yang ia “tabung pada ketua kelompok” di setiap pertemuan. Metode ini cocok untuk memenuhi kebutuhan dana tunai dalam jumlah besar, untuk memebuhi kebutuhan konsumtif maupun produktif.

Akad yang cocok untuk lembaga ini adalah akad wadiah.

2. Rentenir, yaitu pelaku keuangan yang memberikan pinjaman dengan syarat mudah dan biasanya suku bunga jauh di atas rata-rata akibat tingginya risiko yang diambilnya.

Islam melarang praktik rentenir karena mengandung riba qardh dan riba jahiliyah. Sebenarnya pelaku keuangan informal seperti ini bisa melakukan praktik ekonomi Islam dengan meminjamkan pembiayaan kepada petani atau pedagang kecil dengan skema murabahah, musyarakah atau mudharabah, dan mengganti namanya tidak lagi rentenir karena nama tersebut sudah terlanjur mempunyai predikat buruk di masyarakat.

3. Tukang kredit, yaitu pedagang kelontong yang menjual barangnya secara mencicil, baik dengan menggunakan tingkat suku bunga atas pinjaman atau penambahan margin atas jual beli.

Islam melarang praktik tukang kredit yang mengandung riba qardh dan riba jahiliyah. Tukang kredit dapat menjalankan ekonomi Islam dengan cara mengubah skemanya bukan dengan akad pinjaman, tapi dengan akad jual beli. Ia dapat menggunakan skema murabahah.

B. Lembaga Keuangan Formal

Lembaga Keuangan Formal adalah lembaga yang keberadaannya diatur oleh pemerintah.

1. Koperasi simpan pinjam, yaitu badan usaha yang beranggotakan perorangan maupun badan yang menjalankan usaha meminjamkan uang kepada anggotanya dengan persyaratan mudah karena keanggotaanya tersebut.

Skema ekonomi Islam yang dapat dilakukan pada koperasi simpan pinjam adalah (1) Simpan, mudharabah atau wadiah, dimana pada akad mudharabah koperasi berfungsi

sebagai mudharib dan penyimpan adalah shahibul mal, dan pada akad wadiah koperasi menerima titipan simpanan dari penyimpan (penitip).

(2) Pinjam, mudharabah atau musyarakah, dimana pada akad mudharabah koperasi berfungsi sebagai shahibul mal dan peminjam berfungsi sebagai mudharib. Pada akad musyarakah, keduanya adalah musytarik. Dalam ekonomi Islam, lembaga yang mirip koperasi ini bernama Baitul Mal wat Tamwil (BMT).

2. Baitul Mal, yaitu lembaga keuangan dalam Islam yang berfungsi sebagai otoritas fiskal pada sebuah negara Islam.

Baitul Mal adalah lembaga keuangan pemerintah (public sector) sehingga akad yang terjadi bukanlah akad tijari (komersial/perniagaan), melainkan pembayaran-pembayaran sebagai berikut:

(1) Kharaj, yaitu pajak tanah yang dibebankan kepada lahan pertanian yang menghasilkan. (2) Ushr, yaitu bea impor yang besarnya adalah 5 dinar per pedagang non-muslim dan 2,5

dinar per pedagang muslim per tahun. (3) Fai, yaitu pajak untuk harta rampasan perang (ghanimah) yang besarnya 5%. (4) Jizyah, yaitu pajak atas non-muslim yang besarnya 1 dinar per tahun, sebagai akibat dari

bebas wajib militer. (5) Amwal fadhila, yaitu harta yang ditinggal wafat orang yang tidak mempunyai ahli waris. (6) Wakaf, yaitu harta tak bergerak yang disumbangkan untuk kepentingan umat secara

umum.

Alokasi pengeluaran Baitul Mal terutama digunakan untuk: (1) Memelihara anak yatim piatu dan membantu biaya pernikahan orang tak mampu. Hal ini

pernah dilakukan pada masa Umar bin Abdul Aziz ketika pada masa itu, tidak ada lagi orang- orang fakir dan miskin yang dapat dijadikan mustahik.

(2) Pembangunan infrastruktur seperti saluran irigasi dan pasar. Hal ini pernah dilakukan Umar bin Khattab untuk mengatasi musim kering di Madinah dengan membangun saluran air dari Fustat (Kairo) ke Madinah, yang sekarang sudah tidak ada lagi.

(3) Memelihara kelangsungan lembaga pendidikan. Hal ini dilakukan sangat efektif untuk pemeliharaan Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir yang sepertiga anggaran negara Mesir berasal dari wakaf, dan digunakan terutama untuk melaksanakan aktivitas pengajaran di Al Azhar sejak Bani Fatimiyyah sampai sekarang.

(4) Mengirim duta-duta dakwah ke berbagai negara. Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan mengirim berbagia duta ke nagara-negara tetangga.

(5) Membiayai ekspedisi militer dan penaklukan untuk menyebarkan agama Allah di muka bumi. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah SAW dan empat khalifah sepeninggalnya yang mengirim ekspedisi ke Persia, India, Romawi, Mesir, Afrika dan Spanyol.

Baitul Mal dapat memberikan bantuan kepada masyarakat dengan menggunakan akad Qardh Al-Hasan (pinjaman kebaikan/benevolent loan).

3. Amil Zakat, yaitu lembaga yang menerima dan menyalurkan zakat. Lembaga ini bisa menjadi satu dengan Baitul Mal dan dapat juga badan khusus. Hal-hal yang dilakukan oleh Amil Zakat adalah:

(1) Menarik zakat, yaitu rukun Islam ketiga yang berupa zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah adalah zakat yang dibayar di akhir Ramadhan berupa 2,5 kilogram makanan pokok per jiwa. Sedangkan, zakat mal adalah zakat yang diambil dari peternakan atau pertanian atau perdagangan atau emas dan perak atau barang temuan atau pertambangan, yang besarnya sekitar 2,5% dari akumulasi harta jika mencapai nisab (batasan harta) dan haul (waktu).

(2) Menyalurkan zakat kepada delapan ashnaf (golongan), yaitu:

a. Fakir, yaitu orang yang tidak mempunyai penghasilan sama sekali.

b. Miskin, yaitu orang yang mempunyai penghasilan, namun tidak mencukupi kebutuhan pokoknya.

c. Gharimin, yaitu orang yang terlilit utang.

d. Ibnu Sabil, yaitu orang yang sedang bepergian di jalan Allah.

e. Muallaf, yaitu orang yang baru masuk Islam.

f. Amil, yaitu panitia zakat.

g. Fi sabilillah, yaitu orang yang berjuang di jalan Allah.

h. Budak, yaitu hamba sahaya yang hendak memerdekakan dirinya. Penyaluran dana zakat kepada delapan ashnaf ini bersifat hibah atau hadiyyah. (3) Menerima dan menyalurkan infaq dan shadaqah. Infaq adalah iuran kebajikan yang

mendapat kontraprestasi atasnya. Shadaqah adalah iuran kebajikan yang tidak mendapat kontraprestasi atasnya.

Penyaluran dari dana infaq dan shadaqah dapat bersifat hibah atau hadiyyah atau dapat juga qardh al hasan .

4. Departemen Keuangan (Secretary of Treasury atau Ministry of Finance), yaitu suatu departemen yang menjadi badan otoritas fiskal pemerintah dan menjadi pengatur pasar modal.

Baitul Mal dalam sebuah negara Islam adalah Departemen Keuangan negara tersebut. Di Indonesia sendiri, Departemen Keuangan berfungsi untuk menarik pajak, bea cukai, mengelola utang, mengatur alokasi anggaran dan belanja pemerintah baik belanja rutin maupun pembangunan.

Skema-skema ekonomi Islam selain skema Baitul Mal yang dapat dilakukan oleh Departemen Keuangan adalah pengelolaan utang negara berupa penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk. Sukuk atau obligasi syariah adalah Surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa Skema-skema ekonomi Islam selain skema Baitul Mal yang dapat dilakukan oleh Departemen Keuangan adalah pengelolaan utang negara berupa penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk. Sukuk atau obligasi syariah adalah Surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa

Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain : Mudharabah, Musyarakah, Murabaha, Salam, Istishna dan Ijarah. Namun, sukuk swasta menggunakan skema mudharabah dan sukuk negara menggunakan skema ijarah.

Skema Sukuk Mudharabah untuk swasta adalah sebagai berikut:

Skema sukuk ijarah untuk swasta adalah sebagai berikut:

Skema sukuk ijarah untuk pemerintah tanpa menggunakan SPV (special purpose vehicle) adalah sebagai berikut:

5. Pegadaian, yaitu lembaga yang memberikan pinjaman dengan menahan aset peminjam dalam periode tertentu. Skema yang sesuai dengan pegadaian adalah rahn.

6. Asuransi, yaitu lembaga keuangan yang menjual jasa ganti rugi akibat potensi risiko yang terjadi.

Asuransi terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

a. Asuransi Jiwa, yaitu asuransi yang memberikan manfaat perlindungan dari rawat inap di rumah sakit atau kematian. Sebagai gantinya nasabah membayar premi. Akad yang digunakan adalah

(1) Tabarru’, akad untuk menanggung klaim nasabah jika nasabah meninggal atau rawat inap. Dana dari polis yang digunakan untuk tabarru’ adalah 5%.

(2) Mudharabah, akad bagi hasil yang merupakan 95% dari dana polis digunakan sebagai dana investasi yang akan dibagihasilkan kepada nasabah.

b. Asuransi Umum atau Asuransi Kerugian, yaitu asuransi yang memberikan perlindungan dari berbagai kerugian, misalnya asuransi kehilangan dan kebakaran. Sebagai gantinya nasabah membayar premi. Sifat asuransi ada yang menanggung semua risiko (all risk) atau total loss only (hanya risiko kehilangan saja). Akad asuransi ini juga menggunakan tabarru’ dan mudharabah.

c. Asuransi Pembiayaan, yaitu asuransi yang memberikan penggantian terhadap pembiayaan yang macet. Sebagai gantinya bank membayar premi. Perusahaan yang memberikan jasa ini di Indonesia adalah Asuransi Kredit Indonesia (ASKRINDO). Akad asuransi ini dapat menggunakan tabarru’ dan mudharabah.

d. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), yaitu lembaga yang memberikan jasa penjaminana terhadap dana pihak ketiga yang disimpan di bank. Sebagai gantinya bank peserta penjaminan LPS harus membayar premi. Apabila bank tersebut dibubarkan, maka dana masyarakat akan diganti oleh LPS. LPS pada dasarnya hanya membayar dana nasabah yang diberikan imbal hasil pada tingkat yield (return) tertentu. Akad asuransi ini dapat menggunakan tabarru’ dan mudharabah.

LPS mempunyai wewenang sebagai berikut:

a. LPS dapat melakukan penyelesaian dan penanganan Bank Gagal dengan kewenangan :

(1) Mengambil alih dan menjalankan segalan hak dan wewenang pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS

(2) Menguasai dan mengelola asset dan kewajiban Bank Gagal yang diselamatkan

(3) meninjau ulang, membatalkan, atau mengakhiri, dan/atau mengubah setiap kontrak yang mengikat Bank Gagal yang diselamatkan dengan pihak ketiga yang merugikan bank, dan

(4) Menjual dan/atau mengalihkan asset bank tanpa persetujuan debitur dan/atau kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.

b. Dapat meminta data, informasi, dan/atau dokumen kepada pihak lain b. Dapat meminta data, informasi, dan/atau dokumen kepada pihak lain

Setiap bank di wilayah Republik Indonesia menjadi peserta penjaminan. Setiap bank peserta Penjaminan, wajib untuk:

Membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1% dari :

Modal sendiri pada akhir tahun fiskal sebelumnya Modal disetor bagi bank baru

Membayar premi penjaminan Menyampaikan laporan secara berkala Memberikan data, informasi, dan dokumen yang dibutuhkan Menempatkan bukti kepesertaan di dalam kantor bank atau tempat lain

LPS menjamin simpanan nasabah bank dalam bentuk : Deposito Giro Tabungan Sertifikat Deposito Bentuk lain yang dipersamakan dengan itu

Nilai simpanan yang dijamin adalah Rp 100.000.000 untuk setiap nasabah pada satu bank

7. Sekuritas, yaitu perusahaan yang memperdagangkan surat berharga. Pasar surat berharga setidaknya terbagi menjadi:

a. Pasar Modal, yaitu tempat bertemunya permintaan dan penawaran atas surat kepemilikan suatu perusahaan.

Akad yang sesuai dengan pasar modal adalah musyarakah.

b. Pasar Uang, yaitu tempat bertemunya permintaan dan penawaran atas surat pengakuan kewajiban berupa utang. Di pasar ini yang dijual berupa obligasi (sukuk) dan sertifikat deposito.

Akad yang sesuai dengan pasar modal adalah deposito mudharabah dan sukuk (baik ijarah maupun mudharabah).

c. Pasar Reksadana, yaitu tempat bertemunya permintaan dan penawaran atas pengelolaan investasi. Akad yang cocok untuk produk di pasar ini adalah mudharabah dan musyarakah serta wakalah. Di pasar ini yang dijual beberapa jenis reksadana, yaitu:

(1) Reksadana Pasar Uang, yaitu reksadana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 (satu tahun).

(2) Reksadana Saham, yaitu yaitu reksadana yang melakukan investasi pada efek bersifat ekuitas bersifat utang 80% dari aktivanya.

(3) Reksadana Pendapatan Tetap, yaitu reksadana yang melakukan investasi

pada efek bersifat utang bersifat utang 80% dari aktivanya. (4) Reksadana Campuran, yaitu yaitu reksadana yang melakukan investasi

pada efek bersifat utang dan ekuitas dengan perbandingan yang variatif.

8. Dana Pensiun, yaitu badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.

Pada produk dana pensiun, perusahaan menyerap dana nasabah dengan akad tabarru’ dan menginvestasikan dananya pada reksadana dengan akad mudharabah.

Dana Pensiun menawarkan dua produk utama: Dana Pensiun terdiri dari dua, yaitu:

a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), yaitu dana pensiun yang didirikan orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, hanya untuk karyawan perusahaan tersebut dan berinvestasi berdasarkan arahan investasi pengurus

b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK), yaitu dana pensiun yang didirikan bank atau perusahaan asuransi jiwa, bersifat terbuka dan berinvestasi berdasarkan pilihan peserta.

9. Pasar Valuta Asing, yaitu tempat bertemunya permintaan dan penawaran atas mata uang dalam denominasi asing.

Di pasar ini terjadi transaksi jual beli mata uang asing dengan akad sharf. Diperbolehkan untuk menggunakan hedging disini, dengan akad wa’ad.

10. Modal Ventura, yaitu perusahaan yang meminjamkan dana pada perusahaan dan ikut memberikan bantuan manajemen.

Karena memasukkan modal, maka perusahaan modal ventura ikut memiliki perusahaan yang dibiayai (equity financing). Akad yang sesuai dengan hal ini adalah musyarakah.

11. Perusahaan Kartu Debit, yaitu perusahaan yang menjadi sarana pembayaran dengan menggunakan simpanan yang dimiliki nasabah dengan penggunaan kartu.

Sebagai contoh, Share adalah produk kartu debit. Produk ini menggunakan mudharabah untuk skema penyimpanan di Bank, kemudian wakalah untuk Bank membayarkan kepada merchant.

12. Perusahaan Kartu Kredit, yaitu perusahaan yang menjadi sarana pembayaran dengan menggunakan utang yang diakui nasabah dengan penggunaan kartu.

Sebagai contoh, BNI Hasanah Card adalah produk kartu kredit. Produk ini menggunakan kafalah untuk penjaminan pembayaran nasabah kepada merchant (yang dibayar bulanan), qardhul hasan untuk nilai transaksi dan jualah untuk pemeliharaan aktivasi kartu (yang dibayar tahunan).

13. Perusahaan Penyewaan, yaitu perusahaan yang menyediakan jasa manfaat suatu barang, tanpa maupun dengan diakhiri opsi kepemilikan. Akad yang sesuai adalah ijarah maupun ijarah muntahiya bittamlik.

14. Bank komersial (commercial bank), yaitu lembaga intermediasi keuangan yang menerima simpanan dana dari masyarakat serta menyalurkannya kembali dan menjadi sarana lalu lintas pembayaran. Sedangkan, bank investasi (investment bank) berfokus pada perdagangan surat berharga.

Secara sederhana bisnis bank Islam komersial adalah sebagai berikut:

Produk jasa-jasa perbankan:

1. Bank Guarantee, yaitu bank menjamin nasabah dapat melakukan kewajibannya dengan menerbitkan pernyataan tersebut. Skema yang sesuai dengannya adalah kafalah .

2. Letter of Credit (L/C), yaitu bank melakukan transaksi pembayaran luar negeri. Skema yang sesuai dengannya adalah wakalah.

3. Transfer, yaitu bank melakukan pemindahan uang dari satu rekening ke rekening lain baik dalam satu bank maupun bank lain. Skema yang sesuai dengannya adalah wakalah . Sistem transfer antar bank dinamakan kliring.

4. Anjak Piutang, yaitu jasa pengalihan utang. Skema yang sesuai dengannya adalah hiwalah .

5. Safe Deposit Box, yaitu tempat penyimpanan brankas. Skema yang sesuai dengannya adalah wadiah yad-amanah.

Lihat gambar dibawah ini:

Penghimpunan Dana

1. Tabungan, yaitu penyimpanan dana yang dapat diambil sewaktu-waktu. Skema yang dapat digunakan adalah mudharabah dan wadiah yadh-dhamanah.

2. Giro, yaitu jasa pembayaran melalui bank melalui media cek atau bilyet. Skema yang dapat digunakan adalah wadiah yadh-dhamanah.

3. Deposito, yaitu penyimpanan dana di bank dalam periode waktu tertentu. Skema yang dapat digunakan adalah mudharabah.

Penyaluran Dana

1. Modal Kerja, yaitu penyaluran dana untuk menjalankan siklus konversi aktiva dari kas menjadi persediaan menjadi piutang kemudian menjadi kas kembali.

2. Investasi, yaitu penyaluran dana untuk menambah aktiva tetap sehingga dapat memperoleh laba tambahan.

3. Konsumsi, yaitu penyaluran dana untuk digunakan membeli produk pengguna akhir. Untuk melakukan fungsi penyaluran dana untuk ketiga jenis di atas, bank dapat

melakukan akad-akad sebagai berikut:

a. Produk perbankan Islam berdasarkan sifat kontrak a. Produk perbankan Islam berdasarkan sifat kontrak

Skema-skema akad tersebut adalah:

a. Akad Mudharabah

Pada skema ini, bank sama sekali tidak dapat mencampuri urusan pengelolaan usaha dan menanggung risiko kerugian, kecuali akibat kelalaian nasabah.

b. Akad Musyarakah

Pada skema ini, bank ikut mencampuri urusan pengelolaan usaha dan risiko kerugian ditanggung bersama, kecuali akibat kelalaian nasabah.

c. Akad Murabahah

Pada skema ini, penambahan yang terjadi bukan riba karena 20 juta ditambahkan di awal sebagai margin keuntungan bank.

d. Akad Salam

Skema ini cocok untuk pemesanan produk pertanian, karena harus menunggu masa panen. Namun, petani tidak berutang uang. Ia berutang produk.

e. Akad Istishna

Skema ini cocok untuk pembangunan infrastruktur karena pelaksanaan proyek bersifat mencicil dengan termin pembayaran sesuai dengan persentase selesainya proyek.

f. Akad Ijarah

Pada skema ini, terdapat opsi kepemilikan di akhir berpindah ke penyewa. Biaya penyewaan biasanya dihitung dari depresiasi aset ditambah margin yang diinginkan.

g. Akad Hiwalah

Skema ini dapat juga diterapkan pada skema pengambil alihan pembiayaan dari suatu bank ke bank lain.

h. Akad Qardh

Skema ini banyak digunakan untuk nasabah kurang mampu yang terdesak kebutuhan tunai, misalnya untuk pembayaran sekolah atau pernikahan.

15. Bank Sentral, yaitu bank yang menjadi pemegang otoritas moneter dan pengatur industri perbankan di suatu negara.

Bank sentral sebagai pemegang otoritas moneter memiliki tujuan tunggal yaitu menjaga kestabilan nilai tukar mata uang negara tersebut, baik dalam menjaga nilainya terhadap komoditas dan mata uang asing. Menjaga nilai tukar dengan komoditas disebut sebagai kebijakan inflation targetting framework (ITF). Hal ini dilakukan dengan cara mempengaruhi jumlah uang beredar di pasar. Instrumen ekonomi Islam yang bank sentral keluarkan untuk melakukan ini adalah Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang menggunakan akad wadiah yang imbal hasil berupa bonus, yang tidak diperjanjikan di awal. Namun, sekarang Bank sentral sebagai pemegang otoritas moneter memiliki tujuan tunggal yaitu menjaga kestabilan nilai tukar mata uang negara tersebut, baik dalam menjaga nilainya terhadap komoditas dan mata uang asing. Menjaga nilai tukar dengan komoditas disebut sebagai kebijakan inflation targetting framework (ITF). Hal ini dilakukan dengan cara mempengaruhi jumlah uang beredar di pasar. Instrumen ekonomi Islam yang bank sentral keluarkan untuk melakukan ini adalah Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) yang menggunakan akad wadiah yang imbal hasil berupa bonus, yang tidak diperjanjikan di awal. Namun, sekarang

Skema akadnya adalah sebagai berikut:

Rukun dalam akad ini adalah sebagai berikut:

a. Ja’il, yaitu Bank Indonesia selaku otoritas moneter memberi tawaran ju’alah berdasarkan ketentuan SBIS-Ju’alah.

b. Maj’ullah, yaitu Pelaku Industri Perbankan Syariah/Bank Syariah.

c. Mahall Ju’alah, yaitu objek/underlying ju’alah adalah partisipasi membantu tugas BI dalam rangka stabilitas moneter melalui kebijakan kontraksi moneter dengan menyerap likuiditas/uang primer yang beredar untuk tercapainya target inflasi.

d. Ju’ul, yaitu imbalan yaitu sejumlah tertentu yang diperhitungkan berdasarkan dari besar-kecilnya dalam memberikan kontribusi untuk membantu kebijakan kontraksi moneter.

Bank Indonesia juga berfungsi sebagai sarana lalu lintas pembayaran antar bank, sehingga akad yang digunakan adalah wakalah (untuk transaksi) dan wadiah (untuk giro bank-bank umum di Bank Indonesia).

16. Bank for International Settlement (BIS) adalah lembaga yang menjadi sarana lalu lintas pembayaran internasional.

BIS berkedudukan di Swissdan berfungsi sebagai bank sentralnya bank sentral. Dalam BIS, rekening giro bank-bank sentral di seluruh dunia saling di debet dan kredit untuk menyelesaikan transaksi pembayaran internasional atau antar negara melalui sistem perbankan. Karena dalam lalu lintas pembayaran internasional yang diakui adalah emas, maka transaksi yang terjadi pada realitasnya adalah perpidahan catatan emas di suatu negara dengan negara lain.

Akad yang sesuai dengan cara kerja BIS adalah wadiah untuk giro bank sentral dan wakalah untuk pengerjaan transaksi.

17. Bank Pembangunan adalah lembaga multilateral yang menjadi bank yang memberikan bantuan kepada negara-negara anggota untuk melaksanakan pembangunan baik dalam bidang infrastruktur maupun sosial.

Bank-bank pembangunan multilateral di dunia adalah:

a. International Monetary Fund (IMF), yaitu bank multilateral untuk pinjaman untuk kebijakan moneter yang saham terbesarnya dimiliki oleh pemerintah negara-negara Eropa.

b. International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) alias World Bank atau Bank Dunia, yaitu bank multilateral untuk pembangunan yang saham terbesarnya dimiliki oleh pemerintah Amerika Serikat.

c. Asian Development Bank (ADB), yaitu bank multilateral untuk negara-negara Asia.

d. International Development Association (IDA), yaitu bank multilateral untuk negara- negara maju.

e. Nordic Investment Bank (NIB), yaitu bank multilateral untuk negara-negara Eropa Utara.

f. International Fund for Agricultural Development (IFAD), yaitu bank multilateral yang bergerak dalam bidang pertanian.

g. Islamic Development Bank (IDB) IDB berdiri tahun 1975, sebagai bank pembangunan umat Islam, yang telah memiliki

54 negara anggota dan modal $9,92 miliar dengan enam anggota terbesar yaitu Saudi Arabia, Libya, Iran, Mesir, Turki, UAE dan Kuwait. IDB melakukan operasinya dalam bentuk project financing, technical assistance, trade financing dan kegiatan sosial seperti wakaf dan santunan bencana dan bantuan anak yatim, yang intinya 54 negara anggota dan modal $9,92 miliar dengan enam anggota terbesar yaitu Saudi Arabia, Libya, Iran, Mesir, Turki, UAE dan Kuwait. IDB melakukan operasinya dalam bentuk project financing, technical assistance, trade financing dan kegiatan sosial seperti wakaf dan santunan bencana dan bantuan anak yatim, yang intinya

Selain, penyertaan dari negara anggota, IDB juga menerbitkan sukuk untuk menyerap dana. Skema sukuk yang digunakan adalah sukuk ijarah.

Skema akad yang digunakan untuk melakukan penyaluran dana adalah skema ishtisna, terutama digunakan untuk pembangunan infrastruktur.

Untuk menjalankan transaksi yang sesuai dengan kaidah Islam, tidak diperlukan perubahan nama suatu institusi. Karena, keabsahan dan kebenaran transaksi dalam ekonomi Islam tidak melekat pada nama, melainkan pada sifat akad.

ÉΟŠÏm§9$# Ç⎯≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉÉΟó¡Î0

BAB IV PENUTUP

Bagi praktisi keuangan Islam, pekerjaan rumah bagi sistem keuangan Islam adalah menyediakan seluruh jenis kebutuhan masyarakat modern, bahkan menyediakan skema produk yang mungkin sekarang tidak terbayangkan oleh masyarakat modern melalui skema-skema akadnya yang unik dan luwes.

Bagi masyarakat akademik ekonomi Islam, pekerjaan rumah yang mendesak saat ini adalah: (1) Mencari sistem pengganti bunga dalam tolok ukur return (imbal hasil) (2) Menyelesaikan problema moral hazard dalam pelaporan keuangan yang bersifat natural

uncertainty contract dalam skema bagi hasil.

A. Index Saham sebagai Pengganti Tingkat Suku Bunga

Solusi yang dapat ditempuh untuk menghapuskan bunga dalam perekonomian adalah dengan menggunakan ekspetasi return rata-rata saham. Mengapa demikian? Ada tiga alasan:

1. Pada dasarnya tingkat suku bunga adalah suatu bench-mark untuk menghitung biaya kesempatan atas suatu investasi. Metode untuk menghitung ekspetasi return itu dapat digunakan ekspetasi return saham pada IHSG atau untuk lebih spesifik per industri dapat digunakan indeks gabungan per sektor. Ketika angka imbal hasil ini ditemukan, ia dapat digunakan sebagai bench-mark industri keuangan.

2. Indeks saham menggambarkan performa ekonomi pada sektor-sektor ekonomi yang paling berpengaruh, sehingga dapat menjadi acuan seberapa besar imbal hasil investasi yang diinginkan dalam suatu investasi.

3. Data indeks saham tersedia dalam jumlah yang melinpah dan dapat diakses kapan saja dan dimana, serta terdokumentasi dengan rapi sehingga keterbukaan informasi bagi semua pelaku ekonomi.

Misalnya, dari tahun 1989 – 2008, data return IHSG adalah sebagai berikut:

Data ini dapat digunakan untuk memprediksi return pada tahun 2009, tergantung dari siklus ekonomi. Jika diasumsikan tetap, maka return tahun 2009 adalah sekitar 15,88% atau per bulannya adalah 1,32%. Return ini dapat digunakan sebegai benchmark industri keuangan. Return dapat digunakan untuk menggantikan suku bunga (yang biasanya ditentukan oleh Dewan Gubernur Bank Sentral) sebagai benchmark untuk menentukan target yield pembiayaan industri keuangan.

B. Problema Informasi Asimetris dan Moral Hazard dalam Skema Bagi Hasil

Skema bagi hasil dalam perekonomian, menimbulkan konsekuensi adanya laporan oleh peminjam kepada yang meminjamkan. Sebab, atas dasar laporan hasil usaha itulah, pembagian dilakukan. Masalahnya, yang meminjamkan tidak selalu dapat memastikan bahwa peminjam benar-benar memberikan informasi yang sebenarnya. Misalnya saja, lewat suatu laporan yang teraudit dengan baik. Masalahnya lagi bagi hasil si peminjam dilakukan sebulan sekali, sedangkan audit biasanya dilakukan setahun sekali. Jadi, bagaimana caranya agar laporan bulanan yang diserahkan 100% benar dan dapat dipercaya?

Penulis mengusulkan enam skema untuk menyelesaikan masalah ini, yaitu:

6. murabahah-ijarah-mudharabah Dasar pemikiran dari ide ini adalah bahwa untuk meminimalisasi moral hazard perlu adanya insentif

untuk melaporkan pendapatan yang benar sekaligus memberikan disinsentif memberikan laporan keuangan yang mengecilkan hasil.

Misalnya, seorang mudharib menjadi sopir taksi dari sebuah mobil yang dimiliki oleh pengusaha taksi (shaibul mal). Sistemnya adalah bagi hasil. Sopir taksi dan pengusaha berbagi hasil atas uang yang didapat si sopir. Bagi hasil si sopir ini sebagian diangsur untuk menyicil perpindahan kepemilikan mobil dari pengusaha kepada sopir. Jadi, semakin besar bagi hasil yang dibayarkan kepada pengusaha, semakin cepat mobil ia miliki. Semakin kecil bagi hasil yang ia laporkan, semakin lama ia menjadi pegawai dan tidak memiliki mobil itu sendiri.

Dalam praktik keuangan Islam, skema tadi bisa diterapkan sebagai berikut:

1. Murabahah-Musyarakah

Bank membelikan alat produksi (baik untuk modal kerja maupun investasi) untuk pengusaha di awal kontrak dengan proporsi komposisi modal bank x% dan pengusaha y%, dimana x > 0 dan y>0. Sebagai kontra prestasinya selama periode akad, pengusaha akan membayar cicilan pokok ditambah cicilan margin. Cicilan pokok akan dibayar dengan membagi rata harga pokok barang dengan proyeksi waktu pembayaran. Cicilan margin ditetapkan di awal besarnya, namun pembayarannya tidak dilakukan dengan membagi rata (fix-rate) dengan jumlah periode, melainkan pada setiap bulan/tahun (tergantung kesepakatan) bagi hasilnya akan dibayarkan mencicil margin berdasarkan nisbahnya, sampai ia melunasi margin.