PENGARUH PRICE EARNING RATIO, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM

  PENGARUH PRICE EARNING RATIO, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM Hasbiana Dalimunthe SE., M. Ak Dosen UMA Medan

  Abstrak

  Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh price earning ratio, tingkat bunga dan tingkat inflasi terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan asosiatif, sedangkan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan dari tahun 2012-2014, dan laporan Bank Indonesia tentang tingkat bunga dan tingkat inflasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 21 perusahaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik, uji hipotesis, regresi linear berganda, dan uji koefisien determinasi. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Sofware SPSS (Statistic Package for the Social Sciens ) 17.0 for windows.

  Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara parsial price earning ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan tingkat bunga dan tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Secara simultan price earning ratio, tingkat bunga dan tingkat inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

  Kata Kunci : price earning ratio, tingkat bunga, tingkat inflasi, harga saham Abstract This research about the effect of the price earnings ratio, the interest rate and the rate of inflation on the price of shares in a mining company listed on the Indonesia Stock

  Exchange in 2012-2014. The approach used in this study is the associative approach, whereas the type of data used in this research is quantitative data in the statement of financial statements of the years in 2012-2014, and Bank Indonesia ’s report on the interest rate and the inflation rate. The sample in this research amounted to 21 companies. Data analysis techniques in this research using classic assumption test, hypothesis testing, linear regression, and test the coefficient of determination. Processing of the data in this research using the software program SPSS (Statistical Package for the Social Sciens) 17.0 for Windows.

  The results of this research prove that the partial price earnings ratio have a significant effect on stock prices, whereas the interest rate and the inflation rate negatively affect the share price. Simultaneously price earnings ratio, the interest rate and the inflation rate significantly affect stock prices.

  Keywords: Price Earnings Ratio, Interest Rates, Inflation Rates, Prices of Stock

  PENDAHULUAN

  Earning Ratio ). Price Earning Ratio

  kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.

  Value ) aliran kas perusahaan, sehingga

  Secara teori, tingkat bunga dan harga saham memiliki hubungan yang negatif (Tandelilin, 2010 : 89). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (Present

  dari saham yang bersangkutan. Kegunaan dari PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS-nya. Semakin tinggi rasio PER, maka semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodalnya. PER mengindikasikan besarnya dana yang dikeluarkan oleh investor untuk memperoleh setiap rupiah laba perusahaan. PER berpengaruh positif signifikan terhadap harga pasar saham (Stella, 2009).

  price ) dengan Earning Per Share (EPS)

  antara harga pasar suatu saham (market

  Ratio (PER) merupakan perbandingan

  (PER) atau rasio laba atas saham merupakan salah satu cara mengukur prestasi kerja saham biasa di bursa yang paling lazim digunakan. PER yang tinggi mencerminkan rendahnya kapasitas pemilik saham untuk memperoleh kembali nilai sahamnya. Price Earning

  Salah satu informasi yang tersedia dalam pasar modal adalah laporan keuangan perusahaan, dari laporan keuangan tersebut investor dapat mengetahui informasi internal mengenai kinerja perusahaan untuk menentukan dalam membeli saham dan membuat suatu keputusan. Rasio yang banyak digunakan untuk pengambilan keputusan investasi adalah rasio harga saham terhadap laba bersih per sahamnya (Price

  Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas (PT) diketahui bahwa tujuan pemodal membeli saham untuk memperoleh pengembalian dari saham tersebut. Faktor fundamental yang sering digunakan untuk memprediksi harga saham atau tingkat pengembalian saham adalah rasio keuangan dan rasio pasar. Rasio keuangan yang berfungsi untuk memprediksi harga saham antara lain: Return On Assets (ROA), Debt Equity Ratio (DER), dan

  ‐hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu investor dalam membuat keputusan investasinya. Indikator ekonomi makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal adalah fluktuasi tingkat bunga, inflasi, kurs rupiah, dan pertumbuhan produk domestik bruto.

  Selain faktor fundamental, lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari

  bersih perusahaan yang merupakan cermin nilai perusaan. Jika Book Value tinggi, semakin baik nilai perusahaan di mata investor sehingga investor tertarik untuk membeli saham perusahaan.

  Book Value menggambarkan kekayaan

  dengan harga saham. Hal ini dikarenakan

  Book Value (PBV). Secara teori Book Value memiliki hubungan yang positif

  yang sering dikaitkan dengan harga atau tingkat pengembalian saham adalah Price

  Book Value Per Share (BVS). Rasio pasar

  Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong para pemilik modal untuk menginvestasikan modalnya di bank dengan alasan tingkat keuntungan yang diharapkan. Jika suku bunga deposito terus meningkat maka adanya kecenderungan para pemilik modal mengalihkan dananya ke deposito dibandingkan dengan menginvestasikan modalnya di pasar modal dengan alasan tingkat keuntungan dan faktor resiko yang rendah. Hal ini berdampak negatif terhadap harga saham dimana harga saham di pasar modal akan mengalami penurunan secara signifikan. Dengan alasan tingkat keuntungan yang diharapkan atas saham lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan dari tingkat suku bunga sehingga mengakibatkan penurunan permintaan terhadap harga saham dan harga saham akan mengalami penurunan seiring dengan kenaikan suku bunga SBI. Sebaliknya penurunan tingkat bunga pinjaman atau tingkat bunga deposito akan menaikkan harga saham di pasar dan laba bersih persaham, sehingga mendorong harga saham meningkat. Penurunan bunga deposito akan mendorong investor mengalihkan investasinya dari perbankan ke pasar modal. Investor akan memborong saham sehingga harga saham terdorong naik akibat meningkatnya permintaan saham (Moh. Samsul, 2006 : 201).

  Demikian pula halnya dengan inflasi, tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga

  ‐harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (Purchasing Power Of Money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Suramaya Suci Kewal, 2012).

  Permana dan Sularto (2008 : 104) menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi ekspektasi harga saham yang biasanya dipertimbangkan oleh investor yaitu adalah kinerja fundamental keuangan perusahaan untuk menghasilkan laba, pergerakan suku bunga bank, tingkat inflasi, kurs nilai tukar mata uang, serta kondisi sosial politik suatu negara.

  Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan bahwa rumusan masalah adalah apakah price

  earning ratio , tingkat bunga dan tingkat

  inflasi berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

LANDASAN TEORITIS

  A. Price Earning Ratio Price earning ratio (PER) adalah

  ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap laba per lembar saham

  (Earning Per Share, EPS) (Arief Sugiono,

  2009: 147). Pertumbuhan laba dan deviden serta expected rate of return dari suatu saham berubah-ubah nilainya, maka PER diharapkan juga akan berubah sepanjang waktu berjalan dan pada akhirnya menuju suatu tingkat nilai PER rata-rata dari saham-saham yang mempunyai tingkat resiko yang sama. PER adalah mengukur jumlah uang yang akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba perusahaan. Semakin tinggi PER maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan

  B. Tingkat Suku Bunga

  Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase tahunan (Dornbusch,

  et.al.,

  2008: 43). Tingkat suku bunga adalah indikator ekonomi yang berperan menghubungkan sektor moneter dengan sektor riil, karenanya pengendalian suku bunga merupakan alat kebijakan moneter dan iklim investasi. Tingkat suku bunga merupakan ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh oleh investor dari aset tanpa resiko (Risk - Free Rate), atau juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari investor. Mishkin (2008 : 4) menyatakan suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut. Darmawi (2005:181) dalam Efni (2007 : 3), menyatakan tingkat bunga merupakan harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan pendapat

  • – pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah imbalan yang diberikan sebagai balas jasa atas pinjaman yang diberikan. Suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham. Jika suku bunga meningkat, investor akan mengalihkan investasinya pada tabungan yang menyebabkan harga saham menurun.

  Salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan yang sering dijumpai hampir semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan meluas kepada sebagian besar harga- harga barang maka hal ini disebut inflasi (Rahardjo, 2005 :231)

  Dalam peristiwa naiknya harga- harga barang secara umum ini, berarti terjadinya penurunan nilai uang. Penyebab utama yang memungkinkan peristiwa ini muncul karena terjadinya kelebihan uang yang beredar di masyarakat. Hal ini secara alami akan membentuk kesenjangan antara kemampuan ekonomi masyarakat dalam membeli barang dan jasa terhadap jumlah ketersediaan barang dan jasa tersebut. Dengan definisi bahwa permintaan masyarakat terhadap barang-barang dan jasa lebih besar daripada jumlah yang tersedia sehingga akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga, yang lebih dikenal dengan istilah inflationary gap.

  D. Harga Saham

  Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006: 5) yang dimaksud dengan saham adalah sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.”

  Menurut Sunariyah (2011: 126) yang dimaksud dengan saham adalah: surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Harga pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu kepada investor yang lain setelah saham tersebut di cantumkan di bursa, baik bursa utama maupun OTC (Over the counter market)”.

C. Tingkat Inflasi

METODOLOGI PENELITIAN

  A. Jenis dan Sifat Penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala kuantitatif (Sugiono, 2007)

  B. Populasi dan Sampel

  Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Sedangkan sampel yang merupakan bagian dari populasi ditentukan dengan tehnik purposive sampling yang berjumlah 21 perusahaan.

  Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 adalah sebagai berikut:

  2 X 2 + β

  1. Uji Normalitas 2.

  Tabel 1. Daftar Perusahaan Pertambangan di BEI No. Nama Perusahaan

  Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi kriteria ekonometrika, dalam arti tidak terjadi penyimpangan yang cukup serius dari asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik sebagai berikut:

  ratio , tingkat suku bunga dan tingkat

  inflasi terhadap variabel dependen yaitu harga saham. Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

  Y = a + β

  1 X 1 + β

  3 X 3 + e

  20 Golden Eagle Energy Tbk 21 Toba Bara Sejahtera Tbk.

  Keterangan: Y : Harga Saham a : Konstanta β

  : Koefisien Regresi

  X

  1 : Price Earning Ratio

  X

  2 : Tingkat Bunga

  X

  3 : Tingkat Inflasi

  Uji Multikolinieritas 3. Uji Heteroskedastisitas 4. Uji Autokorelasi

  19 Petrosea Tbk

  2. Uji Asumsi Klasik

  8 Bayan Resources Tbk

  1 Adaro Energy Tbk

  2 Atlas Resources Tbk

  3 ATPK Resources Tbk

  4 Borneo Lumbung Energy Tbk

  5 Berau Coal Energy Tbk

  6 Baralmukti Susksessarana Tbk

  7 Bumi Resources Tbk

  9 Darma Henwa Tbk

  18 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

  10 Delta Dunia Makmur Tbk

  11 Golden Energy Mines Tbk

  12 Garda Tujuh Buana Tbk

  13 Harum Energy Tbk

  14 Indo Tambang Raya Megah Tbk

  15 Resources Alam Indonesia Tbk

  16 Samindo Resources Tbk

  17 Perdana Karya Perkasa Tbk

  e : Error term

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif statistik regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen yang terdiri price earning

  Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder yakni laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia melalui situs resminya yaitu dan juga data dari Bank Indonesia melalui situs resminya yait

  C. Jenis dan Sumber Data

  A. Deskriptif Statistik Tabel 2. Deskriptif Statistik Descriptive Statistics

  D. Teknik Analisis Data

1. Analisis Regresi Linier Berganda

  Dari Tabel 2 di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Dari hasil perhitungan nilai PER diperoleh nilai terendah adalah - 63,60, nilai tertinggi sebesar 4.400,00 dengan nilai mean 90,72 dan std. deviasi sebesar 554,89. Hal ini menunjukkan bahwa investor akan memperoleh pendapatan terendah sebesar - 63,60 dari setiap lembar saham yang dimilikinya, dan akan mendapatkan pendapaatan tertinggi dari setiap lembar saham yang dimilikinya sebesar 4.400 pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa masih rendahnya pendapatan investor dari setiap lembar saham yang dimilikinya yakni rata- ratanya adalah sebesar 90,72.

  2. Dari hasil perhitungan tingkat bunga diperoleh nilai terendah adalah 5,77 dan nilai tertinggi sebesar 7,54 dengan nilai mean 6,61 dan std. deviasi sebesar 0,73. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat bunga terendah adalah sebesar 5,77% yakni ditahun 2012 dan mencapai nilai tertinggi pada tahun 2014, dengan rata-rata tingkat bunga tahun 2012-2014 adalah sebesar 6,61%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat bunga mengalami kenaikan setiap tahunnya.

  3. Dari hasil perhitungan tingkat inflasi diperoleh nilai terendah sebesar 4,28 nilai tertinggi 6,97 dengan rata-rata sebesar 5,89 dan std. deviasi 1,16. Hal ini menunjukan bahwa tingkat inflasi terendah yakni ditahun 2012 adalah sebesar 4,28% dan mengalami peningkatan tertinggi ditahun 2014 sebesar 6,97% ditahun 2014. Rata-rata tingkat inflasi yang terjadi dalam kurun waktu 2012-2014 adalah sebesar 5,89%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat inflasi dari 2012-2014 cenderung mengalami kenaikan.

  4. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai harga saham terendah adalah sebesar 50 dan nilai tertinggi sebesar 41.550 dengan nilai mean sebesar 3.298,63 dan std. deviasi sebesar 6847,48. Hal ini menunjukkan bahwa Harga Saham terendah adalah sebesar Rp. 50 dan tertinggi adalah Rp. 41.550. Nilai rata-rata saham yang beredar adalah sebesar Rp. 3.298,63 pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kapitalisasi yang dimiliki oleh beberapa perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2012- 2014 diakibatkan menurunnya harga saham di beberapa perusahaan.

  B. Uji Asumsi Klasik

  Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, maka diperlukan uji asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

  1. Uji Normalitas

  Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji

  Kolmogorov-Smirnov dan dengan melihat

  uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Kolmogorov Smirnov sebesar 0,812 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.524 Jika signifikansi nilai Kolmogorov

  Smirnov lebih besar dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal.

  Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test a. Test distribution is Normal.

  2. Uji Multikolinieritas

  Berdasarkan hasil uji korelasi di antara variabel independen, dapat dilihat bahwa korelasi di antara variabel tersebut relatif tidak tinggi. Tidak ada korelasi yang melebihi 0,60, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas di antara variabel independen. Pengujian ini didukung dengan nilai VIF yang relatif kecil, yaitu tidak ada yang lebih besar dari 2. Hasil pengujian korelasi dapat dilihat pada daftar di bawah ini:

  • – 1,693 = 2,307. Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa nilai durbin Watson berada diantara du (1,693) dan 4-du (2,307), jadi dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

  Tabel 4. Hasil Uji Multikoliniearitas Coefficient Correlations a

  a. Dependent Variable: Y

  3. Uji Heteroskedastisitas

  Pengujian heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain terjadi kesamaan varian residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Gambar 1.1 Grafik Uji Heteroskedastisitas

  4. Uji Autokorelasi

  Berdasarkan pengujian autokorelasi dengan menggunakan SPSS diperoleh nilai Durbin Watson (d) sebesar 2,059 yang akan dibandingkan dengan nilai pada table durbin watson pada signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel (n) 63 dan jumlah variabel bebas (k) = 3. Maka diperoleh nilai du = 1,693 dan kurang dari (4-du) = 4

  C. Analisis Regresi Linier Berganda

  Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, diperoleh kesimpulan bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisis regresi linier berganda. Ringkasan hasil regresi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel.5 coefficients :

  Tabel 5. Coefficient Coefficients a

  a. Dependent Variable: Y Berdasarkan tabel coefficient di atas didapat persamaan regresi berganda sebagai berikut :

  Y = a + β

  1 X

  1 + β

  2 X

  2 + β

  3 X

  3 + e Harga Saham = 4,533 +0,371(PER) + - 2,192(TB) + -0,134(TI) + e

D. Pengujian Hipotesis

1. Uji t Signifikan

  sebesar 3,568 > t kondisi sosial politik suatu negara.

  hitung

  1,999, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh PER terhadap harga saham. Nilai signifikansi dari variabel PER adalah sebesar 0,001 < dari 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Pengaruh PER terhadap harga saham telah dilakukan pengujian sebelumnya oleh peneliti lain, penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang melihat pengaruh tersebut. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Bram Hadianto (2008) yang berkesimpulan bahwa PER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Husnan dan Pudjiastuti (2012 ) : “Kegunaan dari PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS-nya. Semakin tinggi rasio PER, maka semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodalnya yang akan meningkatkan harga saham”.

  Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka t hitung sebesar -0,870< t

  tabel 1,999, maka H0 diterima dan Ha

  ditolak. Artinya tidak ada pengaruh tingkat bunga terhadap harga saham. Nilai signifikansi dari variabel tingkat bunga adalah sebesar 0,388 > dari 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa secara parsial tingkat bunga berpengaruh secara negatif terhadap harga saham. Pengaruh tingkat bunga terhadap harga saham pernah dilakukan pengujian sebelumnya oleh peneliti lain. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Efni (2011) dan Rahardjo, (2010), yang menunjukkan bahwa tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham . Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Moh. Samsul (2006) : “Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong para pemilik modal untuk menginvestasikan modalnya di bank dengan alasan tingkat keuntungan yang diharapkan”. Jika suku bunga deposito terus meningkat maka adanya kecenderungan para pemilik modal mengalihkan dananya ke deposito dibandingkan dengan menginvestasikan modalnya di pasar modal dengan alasan tingkat keuntungan dan faktor resiko yang rendah. Hal ini berdampak negatif terhadap harga saham dimana harga saham di pasar modal akan mengalami penurunan secara signifikan.

  Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka t hitung sebesar -0,100< t

  tabel

  1,999, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada pengaruh tingkat inflasi terhadap harga saham. Nilai signifikansi dari variabel tingkat inflasi adalah sebesar 0,920 > dari 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Efni (2011) yang menunjukkan tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Permana dan sulastro (2008) bahwa faktor yang dapat mempengaruhi ekspektasi harga saham yang biasanya dipertimbangkan oleh investor yaitu adalah kinerja fundamental keuangan perusahaan untuk menghasilkan laba, pergerakan suku bunga bank, tingkat inflasi, kurs nilai tukar mata uang, serta

  Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh angka t

  tabel

  1. Secara parsial PER berpengaruh Artinya jika tingkat inflasi semakin tinggi signifikan terhadap harga akan berdampak negatif terhadap harga saham. saham.

  2. Secara parsial tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap

2. Uji F Statistik harga saham.

  Hasil penelitian ini secara 3.

  Secara parsial tingkat inflasi simultan menunjukkan PER, tingkat berpengaruh negatif terhadap bunga dan tingkat inflasi mempunyai harga saham. pengaruh secara signifikan terhadap harga 4.

  Secara simultan PER, tingkat saham. seperti terlihat pada tabel di bunga, dan tingkat inflasi bawah ini: mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Artinya perubahan dari

  Tabel 6. ANOVA harga saham akan sangat

  dipengaruhi oleh nilai PER,

  a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 tingkat bunga dan tingkat b. Dependent Variable: Y inflasi.

  Dari hasil perhitungan didapatkan angka F sebesar 4,820 > F t

  hitung abel

DAFTAR PUSTAKA

  sebesar 2,76, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada pengaruh PER, Abdul Halim. 2005. Analisis Investasi, tingkat bunga dan tingkat inflasi secara

  Salemba Empat, Jakarta simultan terhadap harga saham. Arief Sugiono. 2009. Manajemen

  Keuangan. PT. Grasindo, Jakarta

  3. Analisis Determinasi

  2 Adisasmita. Raharjo, 2005, Dasar-dasar

  Nilai R 0,197 mempunyai arti

  Ekonomi Wilayah , Graha Ilmu,

  bahwa variabel dependen mampu Yogyakarta dijelaskan oleh variabel independen

  Augusty, Ferdinand. 2006. Metode sebesar 19,70%. Dengan kata lain

  Penelitian Manajemen .

  perubahan dalam harga saham mampu Semarang: Badan Penerbit dijelaskan oleh ke tiga variabel Universitas Diponegoro independen, dan sisanya sebesar (100% -

  Case, Karl E and Fair, Ray C. (2007), 49,70% ) = 80,30% dijelaskan oleh faktor

  ,

  Prinsip-prinsip Ekonomi Jilid I

  lain yang tidak diikutksertakan dalam Edisi kedelapan, Erlangga, penelitian ini, sebagaimana tertera pada Jakarta

  Tabel 7 di bawah ini: Darmawi, Herman. 2005. Manajemen

  Tabel 7. Model Summary Risiko . Bumi Aksara, Jakarta.

  Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. 2006.

  Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab .

  a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2 Jakarta: Salemba Empat.

  b. Dependent Variable: Y Efni, Yulia. 2011, Pengaruh Keputusan

  Pendanaan, Keputusan Investasi, KESIMPULAN

  Kebijakan Dividen Terhadap

  Berdasarkan hasil penelitian dan

  Nilai Perusahaan yang

  pembahasan, maka dapat disimpulkan

  Dimediasi oleh Risiko (Studi

  sebagai berikut :

  Pada Sektor Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia) ,

  Yogyakarta Sulistyastuti, Dyah Ratih, Saham dan

  Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi

  Pembangunan Proses masalah dan Dasar Kebijakan , cetakan

  ketiga, Penerbit Kencana, Jakarta. Stella. 2009. Pengaruh Price to Earning

  Ratio, Debt to Equity, Return on Asset dan Price to Book Value Terhadap Harga Pasar Saham .

  Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol

  11 No.2 Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2012.

  Dasar-dasar Manajemen Keuangan . UPP AMP YKPN,

  Obligasi, Ringkasan Teori dan

  Yogyakarta: YKPN. Raharjo. 2010. Pengaruh Inflasi, Nilai

  Praktek , Universitas Atma Jaya,

  Jakarta, 2005 Sugiyono. 2007.

  “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta

  Sunariyah. 2011. Pengantar pengetahuan

  pasar modal , edisi keenam,

  Yogyakarta, UPP STIM YKPN Suramaya Suci Kewal, Pengaruh Inflasi,

  Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan Domestik Bruto Terhadap Indeks Saham Gabungan, Jurnal Economia No.1

  Vol 8, 1 April 2012 Tandelilin, Eduardus (2010) Portofolio dan Investasi : Teori dan Aplikasi .

  Kurs dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham Bursa Efek Indonesia . Universitas Atma jaya, Jakarta.

  Prastowo. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi .

  Ringkasan Disertasi. Universitas Brawijaya Malang. Frederic S. Mishkin and Niklas

  BPFE Isabella Hutasoit. 2009. Analisis

  Westelius, “Inflation Band Targetig and Optimal Inflaion Contract” Journal of Money,

  Credit and Banking, Vol. 40, No

  4 (june 2008), pp 557-582 Ghozali, Imam. 2006. Aplikai Analisis

  Multivarite dengan SPSS ,

  Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

  Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan

  Analisa Investasi . Yogyakarta:

  Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Inflasi terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga di PT. BRI Persero Tbk

  Putong, I., 2010. Economics: Pengantar Mikro dan Makro. Mitra Wacana Media. Jakarta

  Cabang Balige Kasmir. 2008. Analisis Laporan

  Keuangan , Jakarta:Rajawali Pers

  Muana, Nanga, 2005. Makro Ekonomi,

  Teori, masalah dan kebijakan ,

  Edisi kedua : Jakarta, Rajawali Press

  Permana dan sulastro, Analisis Pengaruh

  Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga SBI, dan Tingkat Inflasi terhadap Pergerakan Harga Saham , Jurnal Ekonomi dan

  Bisnis No. 2 Vol. 13, Agustus 2008

  Edisi1 . Yogyakarta: Kanisius