Perawatan maloklusi kelas I disertai agenesis insisif lateral menggunakan protesa

  Aviandani dkk : Perbedaan kebocoran tepi tumpatan semen ionomer kaca Jurnal PDGI 61 (3) Hal. 81-87 © 2012

Perawatan maloklusi kelas I disertai agenesis insisif

lateral menggunakan protesa

  

(Treatment of class I malocclusion with agenesis of upper lateral incisive

using prosthesis)

Anggia Tridianti 1 dan Retno Widayati 2 1 Residen PPDGS Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2 Departemen Ortodonti Jakarta - Indonesia

Korespondensi (corres pondence): Anggia Tridianti, Residen PPDGS Ortodonti, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Jl. Salemba Raya 4 Jakarta 10430, Indonesia

  ABSTRACT Background: Agenesis is a congenitally missing teeth and it usually involves 3 rd molar, 2 nd upper-lower premolar, and upper

lateral incisive. There are two options of orthodontic treatment plan upon a case of bilateral agenesis of upper lateral incisors;

either, sealing off available space by replacing incisive lateral tooth with a canine, or enlarging the space followed by fixing a

prosthesis. Purpose: Aims of this case report are to correct bilateral agenesis of upper lateral incisors with good occlusion and

interdigitation. Case: This case report presented a man, 18 years, with bilateral agenesis of upper lateral incisors and mild

crowding. Case management: Patient’s profile was straight, inter-dental relationship was class I, so the orthodontic treatment

plan was to enlarge space with anterior protraction. The available space were replaced by removable prosthesis. Conclusion:

After 32 months of treatment good interdigitation with good smile was achieved.

  Key words: bilateral agenesis of upper lateral incisors, sealing off space by canine, enlarging space, prosthesis Vol. 63, No. 1, Januari-April 2014 | Hal. 19-24 | ISSN 0024-9548

  PENDAHULUAN

  Agenesis adalah kehilangan gigi secara kongenital yang cukup sering terjadi apabila dibandingkan dengan terjadinya gigi supernumerary. 1,2 Penyebab agenesis karena terdapat gangguan pada tahap awal pembentukan gigi yaitu pada tahap inisiasi dan proliferasi, sehingga tidak terjadi diferensiasi dari jaringan gigi. 3 Agenesis pada rahang atas umumnya terjadi pada insisif lateral dan premolar kedua, sedangkan rahang bawah pada gigi premolar kedua. 3 Agenesis lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dan umumnya terjadi secara bilateral kecuali pada kasus cleft palate. 4 Prevalensi agenesis insisif lateral atas pada populasi ras kulit putih sebesar 1%-2%. 4 Agenesis dapat menyebabkan yang tidak normal berupa tongue thrusting, gigi tetangga menjadi miring, dan menimbulkan masalah estetik terutama pada kehilangan insisif lateral. 2,5

  Agenesis sering dikaitkan dengan anomali lainnya seperti microdontia, perkembangan gigi yang terlambat, dan posisi gigi yang ektopik. Penelitian yang dilakukan oleh Garib et al menunjukkan adanya hubungan antara agenesis insisif lateral atas dengan agenesis gigi lainnya, palatal displacement gigi kaninus, dan distal

  angulation dari premolar kedua mandibula. 6 Diagnosis gigi yang agenesis dapat dilihat secara klinis dan dipastikan berdasarkan foto

  ronsen, terutama apabila gigi tersebut belum erupsi pada usia 9 tahun, atau 6 bulan setelah gigi 5

  Tridianti dan Widayati: Perawatan maloklusi kelas I disertai agenesis insisif lateral menggunakan protesa Jurnal PDGI 63 (1) Hal. 19-24 © 2014

  agenesis pada pasien periode gigi campur lebih mudah dilakukan, karena pada keadaan yang normal dapat terlihat daerah tulang circumscribed homogeneous, yaitu suatu keadaan yang merupakan indikasi adanya benih gigi sebelum dimulainya kalsifikasi. Sedangkan

  Gambar 3. Foto sefalometri, hasil tracing dan panoramik

  pada pasien agenesis, daerah tersebut terbentuk

  sebelum perawatan

  trabekulasi sehingga tidak memungkinkan tumbuhnya benih gigi. Hal ini harus dibedakan dengan terjadinya ortognati (ANB=3p), dengan arah pertumbuhan kalsifikasi yang terlambat yang dapat dipastikan dengan 3 wajah cenderung vertikal. Inklinasi insisif atas dan dilakukannya foto ronsen secara berkala. bawah normal. Bibir atas terletak di belakang E- line dan bibir bawah terletak di depan E line. Hubungan dental: molar kanan kelas I, molar kiri

  KASUS

  tidak dapat ditentukan, hubungan kaninus kanan Pasien laki-laki usia 18 tahun datang ke klinik dan kiri kelas II. Overjet 11-41=2 mm, 21-31=1 mm ortodonti RSGMP FKG UI dengan keluhan gigi dan overbite 11-41=1 mm, 21-31=2 mm. Midline shifting berantakan.

  RB yang bergeser ke kiri 3 mm. Agenesis gigi 12 dan 22, missing 36, persistensi 62. Gigi 38 dan 48 cenderung impaksi. Kebutuhan ruangan pada rahang atas kanan +0,5 mm, pada sisi kiri +4mm, sedangkan pada rahang bawah kanan sebesar - 2,5 mm dan -0,5 mm pada sisi kiri.

  Sebelum dilakukan perawatan ortodonti, pasien dirujuk ke bagian bedah mulut untuk dilakukan ekstraksi gigi 62. Setelah itu dilakukan perawatan Gambar 1. Foto ekstra oral sebelum perawatan. ortodonti menggunakan braket edgewise slot .022, molar band pada 16, 26, 37 dan 46, dan pada rahang bawah dipasang Lingual Holding Arch (LHA).

  Rencana perawatan pada rahang atas adalah melakukan protraksi anterior sebanyak 2 mm. Pada kasus missing gigi 36 ini tidak dilakukan mesialisasi 37 untuk mengisi ruangan, dan gigi 38 yang impaksi tidak dilakukan upright untuk menggantikan gigi 37. Retainer yang digunakan adalah Hawley retainer. Kemudian dilakukan pemasangan protesa gigi 12, 22, dan 36.

  Gambar 2. Foto intra oral sebelum perawatan.

TATALAKSANA KASUS

  Kesimpulan analisa sefalomteri adalah pasien Perawatan dimulai dengan pemasangan band memiliki hubungan rahang ortognati, profil pada 16, 26, 37, dan 46, serta pemasangan LHA skeletal lurus, arah pertumbuhan mandibula ke pada rahang bawah dan braket edgewise slot .022 arah vertikal, inklinasi insisif atas terhadap insisif pada semua gigi rahang atas dan bawah, kecuali bawah normal, bibir atas di belakang E-line dan gigi 32-42. Leveling dan aligning dimulai dengan bibir bawah di depan E-line. kawat .014 SS multiloop kemudian 0.014 SS plain.

  Gambaran panoramik menunjukkan adanya Pada bulan ke 6, setelah gigi geligi level, agenesis 12 dan 22, missing 36, persistensi 62, benih dilakukan protraksi anterior dengan menggunakan gigi 18, 28, 38 dan 48 belum terbentuk sempurna, open coil spring pada distal 11 dan 21 dengan kawat dengan gigi 38 dan 48 cenderung impaksi.

  0.016 x 0.016 SS, untuk membuka ruangan. Pada Pasien laki-laki, 18 tahun, tipe wajah dolikofasial, rahang bawah dengan kawat yang sama, muka tidak simetris dan tidak seimbang, dagu miring dilakukan slicing pada gigi 43,44 dan 45, dan ke kiri dengan profil skeletal lurus. Relasi rahang dilakukan distalisasi 35 dan 45, yang kemudian dilanjutkan dengan distalisasi 44. Pada bulan ke 7 dilanjutkan dengan kawat 0.016 x 0.022 SS untuk protraksi anterior, dan dibuat vertikal loop untuk menjaga ruangan yang telah terbentuk untuk penempatan protesa gigi 22, selain itu juga dilakukan pembukaan ruangan untuk protesa gigi 12 dengan

  open coil spring

  Penelitian Lundstrom didukung oleh kasus yang dilaporkan oleh Zachrisson, yaitu kehilangan gigi insisif atas hanya pada sisi kanan pada wanita 14 tahun. 9 Kasus yang dilaporkan oleh Rosa dan

  Agenesis atau hypodontia merupakan anomali yang cukup sering terjadi, yaitu sebanyak 95%.

  PEMBAHASAN

  Pada kasus ini, agenesis insisif lateral atas terjadi bilateral, tidak ada ruangan untuk erupsi gigi tersebut. Etiologi tidak diketahui, kemungkinan faktor herediter. Analisis kebutuhan ruangan menyimpulkan bahwa perawatan ini adalah non- ekstraksi yaitu ruangan yang dibutuhkan untuk mengkoreksi crowding dan mendapatkan ruangan bagi penempatan protesa pengganti insisif lateral atas, didapat dengan melakukan protraksi dan slicing gigi

  Pilihan perawatan dengan pasien yang kehilangan gigi insisif lateral atas meliputi penutupan ruangan dengan gigi kaninus atau pembukaan ruangan yang dilanjutkan dengan pemasangan protesa cekat maupun lepasan atau dengan pemasangan implan. 18,19 Perawatan yang akan dipilih tergantung dari keadaan masing-masing kasus.

  insisif lateral atas kiri pada wanita usia remaja. 10 Terdapat dua macam perawatan agenesis gigi insisif lateral atas yaitu menutup ruangan dengan menggantikan gigi insisif lateral dengan gigi kaninus dan membuka ruangan kemudian digantikan dengan protesa. 14-16 Menentukan perawatan yang terbaik harus mempertimbangkan usia pasien, bentuk, warna dan posisi gigi kaninus, hubungan dental, perbedaan lengkung gigi, derajat keparahan maloklusi, profil pasien, smiling lip level, harapan dan kooperatif pasien. 3,5,17

  shaped

  Zachrisson yaitu agenesis pada dua kasus, yang pertama adalah kehilangan insisif lateral atas kiri pada wanita usia 12 tahun dan kasus kedua kehilangan gigi insisif lateral atas kanan disertai peg

  Gioka et al., 8 agenesis gigi lebih sering terjadi unilateral.

  . Pada rahang bawah dilakukan pemasangan braket pada gigi 32-42 dengan kawat 0.014 SS multiloop.

  yang dikenal dengan partial anodontia adalah bentuk severe dari hypodontia, sedangkan anodontia adalah kehilangan seluruh gigi secara kongenital. 2,3 Agenesis gigi lebih sering terjadi pada gigi permanen dibandingkan dengan gigi sulung. Selain itu banyak penelitian yang melaporkan bahwa agenesis gigi lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan perbandingan 3:2. 4 Mengenai pola kehilangan gigi, menurut Bailit cit. Gioka et al., pola yang umumnya terjadi adalah simetris bilateral, kecuali pada kasus agenesis gigi insisif lateral rahang atas, agenesis gigi insisif lateral kiri lebih terjadi dibandingkan pada sisi sebelah kanan. Sedangkan menurut penelitian Lundstrom cit.

  oligodontia

  11-41=2 mm, 21-31= 1 mm dan overbite 11- 41=1 mm, 21-31=2 mm telah terkoreksi menjadi 2 mm. Midline rahang bawah yang awalnya tidak dikoreksi pada rencana perawatan, dilakukan koreksi sehingga midline rahang atas dan bawah telah berhimpit dengan midline wajah. Relasi kaninus kanan dan kiri kelas I, dan telah tersedia ruangan untuk protesa 36.

  Overjet

  Setelah 32 bulan perawatan, sasaran perawatan telah tercapai, yaitu crowding telah terkoreksi, tersedia ruangan untuk penempatan protesa 12 dan 22.

  di mesial 37. Kemudian reposisi 11 dan 21 untuk intrusi gigi tersebut dengan kawat 0.016 SS, pada rahang bawah masih dilanjutkan dilakukan toe-in 37 dan 46. Pada bulan ke 24 pasien datang dengan keadaan gigi 11 yang patah karena menggigit kerupuk, maka dilakukan komposit build up untuk memperbaiki estetik. Koreksi interdigitasi dengan dengan kawat 0.016x0.022 SS. Pada bulan ke 28 dilakukan ronsen panoramik dan terlihat butuh dilakukannya 2 nd order bend pada gigi 13 dan 23 yang tiping ke distal, juga dilakukan labial root torque untuk memperbaiki posisi akarnya.

  stop

  Selanjutnya dilakukan koreksi midline gigi atas dan bawah. rahang atas dan bawah, dengan mesialisasi gigi 31 dan 32, LHA dilepas dan dibuat

  Hypodontia 3,7 Gambar 4. Foto panoramik setelah 28 bulan perawatan. Tridianti dan Widayati: Perawatan maloklusi kelas I disertai agenesis insisif lateral menggunakan protesa Jurnal PDGI 63 (1) Hal. 19-24 © 2014

  Tridianti dan Widayati: Perawatan maloklusi kelas I disertai agenesis insisif lateral menggunakan protesa Jurnal PDGI 63 (1) Hal. 19-24 © 2014

  anterior rahang atas. Pertimbangan dilakukannya protraksi dikarenakan profil pasien yang lurus dan 6 inklinasi insisif atas-bawah yang normal.

  Rencana perawatan dilakukan dengan membuat

  trial diagnostic setup

  , sehingga dapat diperkirakan banyaknya kebutuhan ruang untuk melakukan

  reshaping dan reduksi interproksimal gigi kaninus 22 20 Gambar 5. A) resin bonded bridge; B) cantilevered bridge sehingga di dapatkan fungsi dan estetik yang baik.

  Perawatan dengan penggunaan protesa lebih 21 banyak dilakukan pada pasien dewasa. Pilihan yang tersisa setelah koreksi crowding pada rahang ini mempunyai keuntungan tidak banyak bawah sebesar 9mm akan dibuat bridge-work untuk dilakukan perubahan di posterior terutama pada menggantikan gigi 36 yang missing. kasus hubungan molar dan kaninus yang telah

  Pemilihan jenis protesa yaitu single-tooth ideal, dan pada kasus maloklusi ringan. Perawatan

  implant , tooth-supported restoration berupa resin bonded

  ortodonti juga tidak membutuhkan waktu yang lama, bridge , atau cantilevered bridge (gambar 5) dan gigi namun membutuhkan waktu untuk memperbaiki tiruan sebagian lepasan. Umumnya gigi tiruan bentuk atau mengganti protesa selama proses 14,20 lepasan digunakan sebagai protesa sementara perawatan dan setelah selesai perawatan ortodonti. karena stabilitas yang kurang baik dan ada sensasi 17,20

  Kerugian dari pemakaian protesa adalah dapat tebal (bulky) di bagian anterior giginya. menyebabkan iritasi pada gingiva dibandingkan

  Dari hasil pengukuran sefalometri terlihat posisi penutupan ruangan dengan gigi kaninus dan dagu yang lebih maju dari sebelumnya menjadi terkadang dapat memperdalam poket pada area yang 14 normal (82p menjadi 86p ), diduga pasien masih menggunakan protesa. mengalami pertumbuhan mandibula ke arah

  Perawatan ortodonti dengan membuka anterior. Dengan arah pertumbuhan demikian, profil ruangan merupakan kontra indikasi pada kasus 6 skeletal pasien menjadi lebih lurus (4p menjadi 2p ). dentoalveolar yang protrusif dan profil konveks.

  Dalam hal ini protraksi anterior yang dilakukan Sebaiknya perawatan jenis ini dipilih untuk pasien diharapkan dapat mengkompensasi pertumbuhan dengan insisif atas yang inklinasinya ke arah yang ke anterior. palatal, kasus anterior crossbite atau untuk keadaan dibutuhkannya memperbaiki lip support sehingga profil akan terlihat lebih baik seperti pada pasien 20 Tabel 1. Dibawah ini menunjukkan analisis sefalometri

  sebelum dan setelah perawatan ortodonti cleft lip .

  Banyaknya ruangan yang dibutuhkan untuk Mean Sebelum 32 bulan mempersiapkan ruangan bagi protesa ditentukan SNA 82° 80° 79° oleh dua faktor, yang pertama adalah faktor estetik SNB 80° 77° 77° dari lebar mesiodistal gigi anterior. Hubungan ANB 2° 3° 2° antara lebar insisif sentral dan lateral harus The Wits ±1 mm +1 mm 0 mm dipertimbangkan berdasarkan the golden proportion Facial Angle 87° 82° 86° yaitu lebar satu insisif lateral sama dengan 2/3 Angle of Convexity 0° 4° 2° insisif sentral. Faktor kedua adalah oklusi, dengan Y-axis 60° 67° 72° memperoleh hubungan oklusi anteroposterior Go angle 123° 123° 121° segmen bukal yang baik, hubungan gigi kaninus SN-MP 32° 37° 34° yang normal, midline yang berhimpit, dan optimal Interincisal Angle 130° 130° 126°

  overbite

  dan overjet akan memberikan ruangan yang UI-SN 104° 103° 108° tepat untuk penempatan protesa sehingga akan 20 UI-NA 4 mm 4 mm 8 mm memperoleh penampilan estetika yang baik. UI-APg 4 mm 6 mm 9 mm LI-APg 2 mm 4 mm 6 mm Pada kasus ini diperoleh ruangan untuk LI-MP 90° 91° 89° penempatan gigi insisif lateral atas kanan sebesar LI-NB 4 mm 6 mm 8 mm

  6mm, dan kiri sebesar 6mm yang diperoleh dari Pg-NB 4 mm 1 mm 1 mm protraksi anterior dan slicing gigi posterior. Ruangan Bibir atas-E line 1 mm -3 mm -3 mm tersebut cukup untuk mendapatkan oklusi dan Bibir bawah-E line 0 mm 1 mm 1 mm interdigitasi yang baik di regio anterior. Ruangan

  Inklinasi gigi insisif atas (103p menjadi 108p ) dan posisinya yang lebih protrusif (4mm menjadi 8mm), diakibatkan karena dilakukannya protraksi gigi anterior rahang atas untuk mendapatkan overjet yang lebih baik, ruangan yang cukup untuk protesa, memperbaiki crowding dan juga profil.

  Alternatif protesa pada pasien ini adalah resin-

  Gambar 7. Foto ekstraoral setelah perawatan.

  dan superimposisi sefalometri sebelum (garis hitam) dan setelah 32 bulan perawatan (garis merah).

  FPD, dengan pertimbangan gigi 35 dan gigi 37 cukup baik posisi dan keadaannya sehingga dapat dijadikan sebagai gigi penjangkar. 17 Perawatan multidisiplin pada bidang ortodonti dan prostodonti diperlukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. 24 Gambar 6. Foto sefalometri setelah 32 bulan perawatan

  coverage

  FPD dan cantilevered FPD yang memerlukan pengasahan pada setiap sisi gigi penyangganya. Sedangkan protesa yang akan digunakan untuk menggantikan missing 36 adalah conventional full-

  coverage

  karena memberikan faktor estetik yang lebih baik dan tidak diperlukannya pengasahan yang terlalu banyak pada gigi penyangga, dibandingkan dengan conventional full-

  bonded fixed partial denture,

  Jenis protesa yang terbaik dalam menggantikan agenesis insisif lateral bilateral ini adalah implan, karena merupakan protesa yang tidak menyebabkan kerusakan struktur gigi tetangganya, tidak dibutuhkan gigi penjangkar dan memperoleh estetik maupun fungsional yang baik. 17,19

  Gigi anterior atas dan bawah telah dilakukan protraksi, analisis sefalometri menunjukkan

  38 yang terlalu horizontal, sehingga kemungkinan gigi tersebut tidak dapat dikeluarkan secara utuh, juga kesulitan untuk menjaga daerah akar dan ligamen periodontalnya agar tidak mengalami trauma selama prosedur operasi berlangsung. Pasien disarankan untuk melakukan pencabutan ke empat gigi molar tiga nya. Selain itu pasien juga sebaiknya dilakukan gingival recontouring gigi 11 setelah perawatan selesai.

  gigi 36 adalah autotransplantasi, 23 yaitu menggantikan gigi 36 tersebut dengan gigi 38 yang impaksi. Hal ini tidak dilakukan karena besarnya kegagalan yang dapat terjadi diakibatkan posisi gigi

  missing

  Alternatif perawatan lainnya untuk mengatasi

  upright yang cukup besar dapat menyebabkan resorbsi akar.

  Pada kasus pasien seperti ini (missing gigi 36) umumnya dapat dilakukan mesialisasi 37 untuk mengisi ruangan, gigi 38 yang impaksi dapat dilakukan upright untuk menggantikan gigi 37 yang telah dilakukan mesialisasi. Hal tersebut tidak dilakukan karena dengan pertimbangan sulitnya melakukan upright gigi 38 dengan posisi gigi yang belum erupsi, sulitnya menempatkan bukal tube pada gigi 38 dan dikhawatirkan apabila dilakukan gerakan

  Dari panoramik terlihat kesejajaran akar cukup baik (gambar 4). Pada gigi 11 terlihat terjadinya resorbsi pada apeks karena gigi tersebut mengalami sedikit fraktur pada saat makan di bulan ke 24 perawatan ortodonti, pemeriksaan klinis menunjukkan gigi tersebut masih vital. Pasien dikonsul perawatan saluran akar di bagian konservasi.

  yang lebih protrusif, UI-SN maju dari 103p menjadi 108p , tetapi posisi bibir atas terhadap e-line tidak berubah, hal ini disebabkan karena adanya pertumbuhan dagu ke arah anterior, terlihat dari facial angle (82p menjadi 86p), y-axis (67p menjadi 72p) dan SN-MP (37p menjadi 34p).

  interincisal angle

  Gambar 8. Foto intraoral setelah perawatan tanpa protesa. Tridianti dan Widayati: Perawatan maloklusi kelas I disertai agenesis insisif lateral menggunakan protesa Jurnal PDGI 63 (1) Hal. 19-24 © 2014

  KESIMPULAN

  16. Turpin DL. Treatment of missing lateral incisors. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2004; 125: 129.

  10. Rosa M, Zachrisson BU. The space-closure alternative for missing maxillary lateral incisors: an update. J Clin Orthod 2010; 44: 540-9.

  11. Peck S, Peck L, Kataja M. Site-specificity of tooth agenesis in subjects with maxillary canine malpositions. Angle Orthod 1996; 66: 473-6.

  12. Uslu O, Akcam MO, Evirgen S, Cebeci I. Prevalence of dental anomalies in various malocclusions. Am J.

  Orthod. Dentofacial Orthop 2009; 135(3): 328-35.

  13. Graber TM, Vanarsdall RL, Vig KWL. Orthodontics: Current principles techniques. 4 th ed. St. Louis: Elsevier Mosby; 2005. p. 109-10.

  14. Sabri R. Management of missing maxillary lateral incisors. J Am Dent Association 1999; 130(1): 80-4.

  15. Roth PM, Gerling JA, Alexander RG. Congenitally missing lateral incisor treatment. J Clin Orthod 1985; 19: 258-62.

  17. Kokich VO, Kinzer GA, Janakievski J. Congenitally missing maxillary lateral incisors: restorative replacement. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2011; 139: 435-5.

  9. Zachrisson BU, Rosa M, Toreskog S. Congenitally missing maxillary lateral incisors : canine substitution.

  18. Armbruster PC, Gardiner DM, Whitley JB, Fierra J. The conginetally missing maxillary lateral incisor, part 1: esthetic judgement of treatment options; part 2: assessing dentists preferences of treatment. World J Orthod 2005; 6: 369-81.

  19. Kinzer GA, Kokich VO. Managing congenitally missing lateral incisors, part 3: single-tooth implants. J Esth Restor Dent 2005; 17: 202-10.

  20. Carlson H. Suggested treatment for missing lateral incisor cases. Angle Orthod. 1952; 22: 205-16.

  21. Janson G, Camardella LT, Freitas MC, Almeida RR, Martin DR. Treatment of a class II subdivision malocclusion with multiple conginetally missing teeth. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2009; 135: 663-70.

  22. Hemmings K, Harrington Z. Replacement of missing teeth with fixed prostheses. Restor Dent 2004; 31: 137- 141.

  23. Bjerklin K, Bennett J. The long-term survival of lower second primary molars in subject with agenesis of the premolars. Eur J Orthod 2000; 245-55.

  24. Josefsson E, BrattstroÈm V, TegsjoÈ, Valerius-Olsson U. Treatment of lower second premolar agenesis by autotransplantation: four year evaluation of eighty patients. Acta Odontol Scand 1999; 57: 111-5. Tridianti dan Widayati: Perawatan maloklusi kelas I disertai agenesis insisif lateral menggunakan protesa Jurnal PDGI 63 (1) Hal. 19-24 © 2014

  Am J Orthod Dentofac Orthop 2011; 139: 435-44.

  8. Gioka C, Zinelis S, Eliades T, Eliades G. Orthodontic latex elastics: a force relaxation study. Angle Orthod 2006; 76: 475–9.

  Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perawatan kasus maloklusi kelas I dengan agenesis insisif lateral atas bilateral ini adalah membuka ruangan, dengan protraksi gigi anterior,

  Midline

  Gambar 9. Foto intraoral setelah perawatan dengan protesa dan Hawley retainer beserta protesa.

  slicing

  gigi-geligi anterior untuk mendapatkan ruangan guna penempatan protesa gigi 12, 22. Sedangkan pada rahang bawah dilakukan protraksi gigi anterior, slicing gigi posterior untuk mengkoreksi crowding dan koreksi

  midline , dan penempatan protesa gigi 36.

  Protesa yang akan digunakan untuk menggantikan agenesis insisif lateral secara bilateral pada pasien ini adalah

  resin-bonded fixed partial denture,

  dan bridge-work untuk menggantikan gigi 36 yang missing. Setelah 32 bulan perawatan, crowding telah terkoreksi, tersedia ruangan untuk penempatan protesa 12, 22 dan 36, sehingga agenesis terkoreksi.

  7. Altug-Atac AT, Erdem D. Prevalence and distribution of dental anomalies in orthodontic patients. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2007; 131: 510-4.

  rahang atas dan bawah telah berhimpit dengan midline wajah. Relasi kaninus kanan dan kiri menjadi kelas I, dengan overjet 3mm, overbite 2 mm.

DAFTAR PUSTAKA

  2. Singh G. Textbook of orthodontics. 1 st ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher Ltd; 2004. p. 174, 179-80.

  3. Proffit WR, Henry W, Fields J, Sarver DM. Contemporary orthodontics. St. Louis: Mosby Elsevier; 2007. p. 118-20.

  4. Gioka C, Zinelis S, Eliades T, Eliades G. Orthodontic latex elastics: a force relaxation study. Angle Orthod 2006; 76: 475–9.

  5. Al-Anezi SA. Orthodontic treatment for a patient with hypodontia involving the maxillary lateral incisors.

  Am J Orthod Dentofac Orthop 2011; 139: 690-7.

  6. Garib DG, Alencar BM, Lauris JRP, Bacetti T. Agenesis of maxillary lateral incisors and associated dental anomalies. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2010; 137: 732.e1-732.e6.

  1. Daskalogiannakis J. Glossary of orthodontic terms. Germany; Quintessence Publishing Co,Inc; 2000; p. 4, 10, 140.

Dokumen yang terkait

Tanslator Real-Time Bahasa Indonesia - Tombulu dan Tombulu - Indonesia menggunakan Augmented Reality

0 0 10

Implementasi Sensor PIR sebagai Pendeteksi Gerakan untuk Sistem Keamanan Rumah menggunakan Platform IoT Implementation of PIR Sensor as Motion Detector for Home Security System using IoT Platform

1 1 12

GIS-Based Rainfall Estimator Evaluation and Interpolation Analysis Using ArcGIS Evaluasi dan Analisa Interpolasi Sistem Prediksi Hujan berbasis GIS menggunakan ArcGIS

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN - BAB I kONSEP, PRINSIP, PROSEDUR PENYUSUNAN DESAIN INSTRUKSIONAL.doc

0 0 43

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN DI KAWASAN TRI-DANAU (BERATAN, BUYAN, TAMBLINGAN) BALI I Dewa Putu Darma, Arief Priyadi, dan Wawan Sujarwo

0 0 8

Pengelompokan Genotipe Jarak Pagar Berdasarkan Ketahanannya terhadap Kekeringan pada Fase Pembibitan di Lahan Pasir Pantai Classifi cation of Jatropha Based on Their Drought Resistance During Seedling Period on Coastal Sandy Soil I Gusti Made Arya Parwata

0 0 7

Analisis Dialel untuk Pendugaan Parameter Genetik Komponen Hasil pada Cabai (Capsicum annuum L.) menggunakan Metode Hayman Diallel Analysis for Genetic Parameters Study of Yield Component in Pepper (Capsicum annuum L.) using Hayman Method

0 0 6

Deteksi Dini Toleransi Padi Hibrida terhadap Kekeringan menggunakan PEG 6000 Early Detection of Hybrid Rice Tolerance to Drought Using PEG 6000

0 0 7

Sugiyanta1 , I Made Dharmika2 , dan Dedeh Siti Mulyani2

0 0 8

The treatment of anterior tooth crowded case of upper jaw with dental transposition between canine and lateral incisor tooth by fixed appliance

0 0 5