PERAWATAN PREDIKTIF UNTUK MEMPERKIRAKAN KONDISI DAN UMUR BUSHING TRANSFORMATOR DAYA UNIT 5 GARDU INDUK CAWANG LAMA MENGGUNAKAN METODE PENGUJIAN TAN DELTA DAN TERMOVISI

  PERAWATAN PREDIKTIF UNTUK MEMPERKIRAKAN KONDISI DAN UMUR BUSHING TRANSFORMATOR DAYA UNIT 5 GARDU INDUK CAWANG LAMA MENGGUNAKAN METODE PENGUJIAN TAN DELTA DAN TERMOVISI

  Ishak Kasim 1) , Chairul G Irianto 1) , Gesit Dwi Ardiantono 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti

  E-mail

  

  

  

   Abstrak

  Trafo daya adalah peralatan yang penting pada sistem tenaga listrik. Agar trafo dapat beroperasi optimal perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan prediktif melalui pengujian tan delta dan termovisi untuk mengetahui kondisi isolasi bushingnya. Pada paper ini dibahas pengujian tan delta dan pengujian termovisi pada isolasi bushing C1 tipe Resin Impregnated Paper untuk Trafo Daya 150 kV/70 kV Unit 5 Gardu Induk Cawang Lama berdasarkan standard ANSI/IEEE dan SPLN. Metode pengujian tan delta yang digunakan adalah metode Ungrounded Speciment Test dan metode pengujian termovisi kemudian dilanjutkan dengan metode analisis gelombang karakteristik tegangan fasa isolasi bushing menggunakan program PSpice OrCAD untuk mengetahui kondisi isolasi bushing dan sisa umur operasional bushing. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh kondisi isolasi bushing, yaitu fasa S memiliki perubahan nilai tan delta tertinggi sebesar 0,18, fasa T adalah sebesar 0,14, dan fasa R adalah sebesar 0,17. Selanjutnya, diperoleh hasil perubahan nilai temperatur (∆T) pada masing-masing isolasi bushing dimana yang tertinggi terjadi fasa R sebesar 0,61

  C, dan terendah pada fasa T sebesar 0,52 C, sedangkan pada fasa S adalah 0,60

  C. Hasilnya, sisa umur operasi bushing terbesar terjadi pada bushing fasa T sebesar 27 tahun dan terendah adalah pada bushing fasa S sebesar 13 tahun, sedangkan pada fasa R adalah sebesar 19 tahun.

  Kata kunci : Bushing, PSpice OrCAD, Resin Impregnated Paper, Tan Delta, Termovisi, Temperatur, Ungrounded Speciment Test.

  PENDAHULUAN

  Transformator (trafo) daya merupakan peralatan tenaga listrik yang paling penting selain generator dan turbin guna menunjang sistem tenaga listrik. Suatu trafo daya diharuskan dapat beroperasi secara maksimal untuk memikul beban sistem sepanjang hari. Mengingat kerja keras dari trafo daya tersebut maka cara pemeliharaan juga dituntut sebaik mungkin agar keandalan sistem terjaga. Oleh karena itu, kegiatan pemeliharaan trafo daya harus dilakukan secara rutin dan salah satu caranya adalah menggunakan metode pengujian dan peralatan uji yang tepat dan sesuai standard. Khususnya, pemeliharaan terhadap bagian bushing yang seringkali menjadi penyebab gangguan non-teknis berupa kegagalan operasi bushing seperti pada kasus terbakarnya trafo daya pada Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Cawang Lama, Jakarta dan GITET Mandirancan, Kuningan seperti pada Gambar 1. Adapun pemeliharaan terhadap bushing termasuk dalam jenis pemeliharaan prediktif [1] dengan metode pengujian tan delta dan termovisi.

  Gambar 1. Contoh Kasus Kegagalan Bushing pada Trafo Daya IBT 500kV/150kV Fasa R GITET Mandirancan, Kuningan

  Berdasarkan latar penelitian mengenai analisis kondisi keandalan dan umur bushing trafo daya 150 kV/70 kV unit 5 Gardu Induk (GI) Cawang Lama. Analisis kondisi bushing trafo daya yang digunakan adalah dengan metode pengujian tan delta dan termovisi meliputi kondisi isolasi bushing berdasarkan standard internasional ANSI C 57.12.90 dan standard SPLN50-1982 serta prediksi sisa umur isolasi bushing. Selain itu, batasan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kapasitansi C1 isolasi bushing primer pada tahun 2005 sampai dengan 2010 dan alat uji pengujian bushing yang digunakan, yaitu tan delta meter merk Doble Tipe M4100 Instruments dan kamera termovisi merk FLIR Tipe ThermaCAM i50.

METODE PENELITIAN

1. Metode Pengujian Tan Delta

  Berdasarkan standard ANSI/IEEE C57.19.00, pengujian bushing dilakukan dengan metode pengujian tan delta untuk mengukur nilai faktor disipasi daya/tan delta (tan δ) dan nilai kapasitansi isolasi bushing (C1 dan C2). Secara garis besar, metode pengujian tan delta dibagi menjadi dua jenis, yaitu metode Ungrounded Speciment Test (UST) untuk pengukuran nilai tan delta dan nilai kapasitansi pada C1 (Voltage Layer) dan metode Grounded Speciment Test (GST) [1] untuk pengukuran nilai tan delta dan nilai kapasitansi pada C2 (Dielectric Capacitance) . Pada penelitian ini, digunakan metode UST seperti pada Gambar 2.

  

Gambar 2. Metode pengujian tan delta UST.

  Pada metode UST bagian sumber tegangan uji sebesar 10 kV pada High Voltage Leads dihubungkan pada bagian terminal bushing dan bagian Low Voltage Leads dihubungkan pada bagian tap pengujian dan flens bushing tidak diketanahkan. Akan tetapi, pentanahan hanya dilakukan pada bagian pentanahan tan delta meter. Pada Tabel 1 merupakan tabel diagram pengawatan dan besar sumber tegangan uji yang harus diperhatikan pada pengujian tan delta.(IEEE Std C57.12.100.1999)

Tabel 1 Diagram pengawatan pada Pengujian Tan Delta.

  Ururtan Level Bagian HVL Bagian LVL Mode Hasil (tanδ Pengujian Tegangan ke ke Pengujian &Kapasitansi) di 1 10 kV Terminal Tap Pengujian UST C1

  2 ≤ 500 V Tap Pengujian Terminal GST+guard C2 Hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian tan delta pada bushing adalah harus bebas dari pengaruh harmonisa. Oleh karena itu, trafo daya dan bushing harus dibebaskan dari tegangan kerja. Selanjutnya, antarterminal bushing dihubungsingkatkan agar terbebas dari pengaruh induktansi kumparan trafo daya seperti pada Gambar 3.

  Gambar 3. Rangkaian Pengujian Tan Delta dan Penghubungsingkatan Antarterminal Bushing. Kondisi isolasi bushing dapat diketahui berdasarkan hasil pengukuran nilai tan delta dan nilai kapasitansi pada C1 yang mengacu pada standard ANSI/IEEE C57.12.90 seperti pada Tabel 2. (IEEE Std C57.12.100.1999)

Tabel.2 Standard Internasional ANSI/IEE C57.12.90 mengenai Tan Delta Isolasi.

  No. Nilai Tan Delta (%) Kondisi

  1 Tan Delta < 0,5 Baik (Good) 2 0,5 < Tan Delta < 0,7 Memburuk (Deteriorated) 3 0,7 < Tan Delta < 1,0 Segera Diinvestigasi (Invertigate) 4 1,0 < Tan Delta Buruk (Bad)

2. Metode Pengujian Termovisi

  Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat kondisi temperatur bushing trafo daya unit 5 dengan cara menginterpretasikan melalui gambar termal. Titik termal pada bushing yang diambil sebagai data lapangan adalah titik atas bushing (terminal bushing), titik tengah bushing (badan isolasi keramik bushing), dan titik bawah bushing/flens (Kruger, M 1986) seperti pada Gambar 4.

  Gambar 4 Pengujian Termovisi terhadap Bushing Trafo Daya. Gambar termal yang dihasilkan dapat merepresentasikan besar disipasi daya yang terjadi pada bushing dengan nilai temperatur tertentu dalam bentuk intensitas warna panas yang bervariasi. Secara tidak langsung pengujian termovisi ini membuktikan hubungan kenaikan nilai disipasi daya berbanding lurus dengan kenaikan nilai temperatur. Tabel 3 merupakan standard PT PLN (Persero) : SPLN’50 – 1982 mengenai tingkat kondisi perubahan temperatur pada peralatan sistem tenaga listrik, termasuk bushing trafo daya.

  Tabel 3 Standard SPLN’50-1982 Perubahan Suhu ∆T pada Pengujian Termovisi [5] .

  ∆T PRIORITAS RESUME C - 10 C

  1 Kondisi Baik > 10 C - 25 C

  2 Ukur 1 Bulan Lagi > 25 C - 40 C

  3 Rencanakan Perbaikan > 40 C - 70 C

  4 Perbaikan Segera > 70 C

  5 Kondisi Darurat Pada penelitian ini, nilai perubahan temperatur (ΔT) bushing dapat diketahui dengan cara menganalisis berdasarkan Hukum Stefan-Boltzmann dan Hukum Kirchoff mengenai radiasi termal dengan mengaitkan hubungannya dengan nilai tan delta isolasi bushing sehingga ditemukan metode analisis untuk mendukung hasil penerapan metode pengujian termovisi di lapangan serta prediksi sisa umur isolasi bushing.

HASIL PENGUJIAN

  

Tabel 4 Hasil Pengujian Tan Delta

  1 Hasil Pengujian Tan Delta Pengujian tan delta dengan metode UST yang dilakukan terhadap kapasitansi C1 bushing primer fasa R, S, dan T trafo daya unit 5 150kV/70kV Gardu Induk Cawang Lama menghasilkan nilai tan delta dan nilai kapasitansi seperti pada Tabel 4.

  R 0,23 270,77 S 0,23 268,55 T 0,21 260,81

  2006 R 0,30 260,40 S 0,29 257,35 T 0,29 256,70

  2007 R 0,31 257,23 S 0,30 257,20 T 0,31 241,59

  2008 R 0,33 241,61 S 0,33 233,84 T 0,31 241,59

  2009 R 0,36 241,82 S 0,33 233,24 T 0,34 240,64

  2010 R 0,40 240,26 S 0,41 230,75 T 0,35 238,67

  Hasil pengujian tan delta dianalisis untuk mengetahui hubungan parameter-parameter yang terkait dengan peningkatan nilai tan delta dan nilai temperatur sehingga diperoleh kondisi isolasi bushing pada fasa trafo. Adapun parameter-parameter tersebut adalah nilai arus resistif (I R ), arus kapasitif (I C ), resistansi (R), disipasi daya (PD), dan faktor daya isolasi (Cos Φ) untuk analisis terhadap pengujian tan delta dan nilai temperatur (T), panjang gelombang radiasi termal (λ), dan frekuensi gelombang radiasi termal (f). Pada Tabel 5 adalah hasil analisis perubahan nilai tan delta dan kapasitansi C1 isolasi bushing fasa R, S, dan T, yaitu Cos Ф, I R , dan I C .

  Tahun Fasa Tan δ (%) C1 (nF) 2005

  Tabel 5. Nilai Cos Ф, Nilai I R , Nilai I C Isolasi Bushing Fasa R, S, dan T.

  2008 R 0,313 2,108 6,388

  Dari hasil analisis diketahui bahwa peningkatan nilai tan delta diiringi dengan peningkatan nilai faktor daya isolasi bushing. Adapun, besar peningkatan diantara kedua parameter ini tidak jauh berbeda. Oleh karena itu, nilai tan delta merupakan representasi nilai faktor daya isolasi bushing ataupun sebaliknya sehingga pengujian tan delta sering disebut pula sebagai pengujian faktor daya isolasi [15] . Hal tersebut digambarkan pada Gambar 5 dimana nilai tan delta dan nilai faktor daya isolasi bushing fasa R, S, dan T saling berimpit.

  S 0,379 2,496 6,088 T 0,330 2,189 6,255

  2010 R 0,371 2,513 6,282

  S 0,313 2,032 6,158 T 0,322 2,145 6,309

  2009 R 0,340 2,274 6,317

  S 0,313 2,029 6,150 T 0,296 1,968 6,349

  S 0,287 2,030 6,768 T 0,296 1,978 6,380

  Tahun Fasa Cos Φ

  2007 R 0,296 2,038 6,575

  S 0,278 1,976 6,812 T 0,278 1,999 6,894

  2006 R 0,287 2,070 6,901

  R 0,224 1,652 7,184 S 0,224 1,638 7,122 T 0,206 1,436 6,838

  I C (mA) 2005

  I R (mA)

  Gambar 5. Tren Peningkatan Nilai Tan delta dan Nilai Faktor Daya Isolasi Bushing. Besar peningkatan nilai faktor daya dan nilai tan delta isolasi bushing juga dapat menjadi indikasi semakin besarnya nilai disipasi daya yang terjadi pada isolasi bushing. Besar nilai disipasi daya mengindikasikan nilai arus resistif/arus bocor semakin meningkat. Artinya, arus kapasitif sebagai arus pemuatan kapasitansi C1 semakin menurun. Pada Tabel 6 merupakan nilai disipasi daya, nilai arus resistif, dan arus kapasitif pada isolasi bushing fasa R, S, dan T.

  

Tabel 6 Nilai I R , Nilai I C , Nilai Disipasi Daya Isolasi Bushing Fasa R, S, dan T.

  T 1,978 6,380 23,52 2008

  T 2,189 6,255 26,23 Hubungan antara parameter arus resistif, arus kapasitif, dan disipasi daya dapat dilihat pada Gambar 6. Besar peningkatan disipasi daya (tren garis hijau) berbanding lurus terhadap besar peningkatan nilai arus resistif/arus bocor (tren garis biru). Artinya, kualitas isolasi yaitu kapasitansi dan kekuatan dielektrik bushing fasa R, S, dan T semakin menurun seiring lamanya operasi bushing yang ditunjukkan oleh tren garis merah.

  R 2,513 6,282 30,18 S 2,496 6,088 29,71

  T 2,145 6,309 25,69 2010

  R 2,274 6,317 29,08 S 2,032 6,158 24,17

  T 1,968 6,349 23,52 2009

  R 2,108 6,388 25,04 S 2,029 6,150 24,23

  R 2,038 6,575 25,04 S 2,030 6,768 23,23

  Tahun Fasa

  T 1,999 6,894 23,38 2007

  R 2,070 6,901 24,53 S 1,976 6,812 23,43

  T 1,436 6,838 17,20 2006

  R 1,652 7,184 19,56 S 1,638 7,122 19,40

  I C (mA) PD (Watt-loss) 2005

  I R (mA)

  Gambar 6. Tren Peningkatan Disipasi Daya dan Arus Resistif dan Tren Penurunan Arus Kapasitif Isolasi Bushing. Dari Gambar 6 ditunjukkan hubungan yang signifikan antara tren peningkatan nilai tan delta dan disipasi daya yang timbul pada isolasi bushing. Disipasi daya isolasi bushing akan memberi dampak peningkatan temperatur isolasi bushing saat beroperasi sehingga kualitas isolasi akan cepat mengalami penuaan dan penurunan kekuatan dielektrik. Pada Tabel 7 merupakan hasil analisis nilai temperatur isolasi bushing yang terjadi akibat peningkatan nilai disipasi daya. Analisis ini mengacu kepada Hukum Stefan-Boltzmann mengenai hubungan antara daya (dalam hal ini disipasi daya) dan temperatur.

  

Tabel 7 Tren Peningkatan Nilai Disipasi Daya dan Nilai Temperatur Isolasi Bushing

  Tahun Fasa PD (Watt-loss) Temperatur (

  C) 2005

  R 19,56 33,15 S 19,40 33,14

  T 17,20 33,01 2006

  R 24,53 33,44 S 23,43 33,37

  T 23,38 33,37 2007

  R 25,04 33,47 S 24,23 33,42

  T 23,52 33,38 2008

  R 25,04 33,47 S 24,23 33,42

  T 23,52 33,38 2009

  R 29,08 33,70 S 24,17 33,41

  T 25,69 33,50 2010

  R 30,18 33,76 S 29,71 33,74

  T 26,23 33,53 Gambar 7 menunjukkan secara grafis hubungan antara tren peningkatan nilai disipasi daya dan tren nilai temperatur isolasi bushing .

  Gambar 7. Tren Peningkatan Disipasi Daya dan Temperatur Isolasi bushing. Berdasarkan hasil analisis, dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara nilai tan delta, nilai disipasi daya, dan nilai temperatur isolasi bushing. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kondisi bushing fasa R, S, dan T mengalami penurunan kualitas isolasi. Penurunan kualitas tersebut dapat diketahui penyebab terjadi pada isolasi bushing fasa R, S, dan T dengan cara menggunakan simulasi analisis gelombang karaktersitik dan membandingkannya dengan kurva karakteristik untuk penanganan lebih lanjut. Gambar 8 merupakan hasil simulasi gelombang karaktersitik menggunakan program PSpice OrCAD 16.0. Gambar 8. Analisis Kondisi Gelombang Karakteristik Isolasi Bushing Fasa R, S, dan T. Berdasarkan analasis gelombang karakteristik, dapat dijelaskan bahwa kekuatan dielektrik dan resistansi isolasi bushing semakin menurun bila dilihat pada kondisi awal (2005) dan kondisi akhir (2010) berdasarkan amplitudo tegangan (warna merah) terhadap amplitudo tegangan uji 10 kV (warna biru). Langkah selanjutnya adalah membandingkan hasil analisis terhadap kurva karakteristik. Pada Gambar 9 dapat ditunjukkan kurva karaktersitik tingkat kelembaban isolasi bushing dan hubungannya terhadap nilai tan delta dan nilai temperatur.

  [7] Gambar 9. Kurva Karakteristik Tingkat Kelembaban Isolasi Bushing .

  Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui bahwa isolasi bushing fasa R, S, dan T mengandung kelembaban sebesar 0,4% s.d. 0,6% (kurva berwarna biru). Kelembaban tersebut akan membawa dampak terhadap kekuatan dielektrik (ε ) isolasi bushing. Hal tersebut diperkuat dengan d analisis gelombang karakteristik yang telah dilakukan dan kurva pada Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12.

  Gambar 10. Kurva Karakteristik Hubungan Tan Delta, Kekuatan Dielektrik, dan Kandungan Air pada Isolasi Bushing ( PT PLN Persero, 2009)

  Gambar 11. Kurva Karakteristik Hubungan Tan Delta dan Temperatur Isolasi Bushing ( Seit, V. Omicron, 2003 ) Gambar 12. Kurva Karakteristik Hubungan Tan Delta, Resistansi, dan Temperatur ( PT PLN Persero, 2009) Isolasi Bushing (Koefisien Temperatur Negatif). Berdasarkan hasil analisis dan pembandingannya dengan kurva karakteristik, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara parameter pengujian tan delta dan parameter pengujian termovisi. Besar tingkat hubungan tersebut dapat diketahui berdasarkan analisis korelasi. Pada Tabel 8 merupakan tingkat hubungan sebab akibat antara parameter pengujian tan delta dan pengujian termovisi.

  

Tabel 8 Tingkat Hubungan Antara Parameter Pengujian Tan Delta dan Pengujian Termovisi

  Besar Kolereasi Jenis Kolerasi Tan Delta vs Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa Fasa

  R S T R S T Kapasitansi 0,688 0,688 0,688 Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Resistansi 0,977 0,932 0,936 Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Arus Resistif 0,981 0,950 0,960 Positif (+) Positif (+) Positif (+) Arus Kapasitif 0,862 0,771 0,645 Negatif (-) Negatif (-) Negatif (-) Disipasi Daya 0,963 0,952 0,981 Positif (+) Positif (+) Positif (+) Faktor Daya 0,997 0,999 0,999 Positif (+) Positif (+) Positif (+) Temperatur 0,963 0,950 0,981 Positif (+) Positif (+) Positif (+)

  Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa penyebab nilai tan delta pada bushing fasa R, S, dan T adalah peningkatan nilai arus resistif dan disipasi daya meski terdapat sedikit perbedaan nilai korelasi. Hal tersebut menjelaskan nilai tan delta berdampak signifikan terhadap peningkatan nilai temperatur isolasi bushing atau tingginya tingkat temperatur dapat mengindikasikan bahwa nilai tan delta yang semakin meningkat. Selanjutnya, berdasarkan karaktersitik peningkatan nilai tan delta terhadap parameter lainnya, dapat dilakukan prediksi sisa umur bushing fasa R, S, dan T.

  Prediksi sisa umur bushing fasa R, S, dan T menggunakan analisis regresi. Analisis regresi tersebut berdasarkan pada karakteristik tiap bushing yang memiliki perbedaan. Oleh karena itu, persamaan matematis analisis regresi antara ketiga bushing pun berbeda. Adapun, persamaan analisis regresi ( Gesit Dwi Artono, Universitas Trisakti, 2012) pada bushing fasa R : Y = 0,325 + 2 2

  0,028x – 0,0002857x ; fasa S : Y = 0,312 + 0,015x + 0,0002571x ; dan fasa T : Y = 0,302 + 0,012x. Besar nilai sisa umur yang dihasilkan berdasarkan pada standard Standard Internasional

  

ANSI/IEE C57.12.90 mengenai Tan Delta Isolasi (Tabel 2) di mana bila nilai tan delta telah

  mencapai 1,0%, maka harus segera diganti karena termasuk ke dalam kondisi buruk. Pada Gambar 13 merupakan grafik prediksi sisa umur isolasi bushing fasa R, S, dan T. Sisa Umur Tahun Fasa R Sisa Umur Tahun Fasa S 19 Prediksi Sisa Umur Operasi Bushing Sisa Umur Tahun Fasa T 27

  

13

Gambar 13. Grafik Prediksi Sisa Umur Isolasi Bushing Fasa R, S, dan T.

  Ditinjau lebih lanjut, besar nilai sisa umur isolasi bushing hasil analisis regresi berbanding lurus dengan kualitas/kondisi isolasi bushing. Hal tersebut didukung berdasarkan besar perubahan nilai tan delta isolasi bushing tiap fasa seperti grafik pada Gambar 14.

  Δ

Δ Tan δ(%) Fasa R Δ Tan δ(%) Fasa S Δ Tan δ(%) Fasa T

0,17 Tan δ(%)

0,18

0,14 Gambar 14. Grafik Perubahan Nilai Tan Delta Isolasi Bushing Fasa R, Fasa S, dan Fasa T.

  Hasil prediksi sisa umur isolasi bushing fasa R, S, dan T memungkinkan prioritas pemeliharaan dan membuktikan bahwa terdapat hubungan sebab akibat antara nilai tan delta dan nilai temperatur isolasi bushing serta nilai sisa umur isolasi bushing bergantung pada nilai perubahan kualitas/kondisi isolasi bushing yang diwakilkan oleh parameter pengujian tan delta dan parameter pengujian termovisi. Artinya, bila semakin buruk suatu kondisi isolasi bushing, maka semakin singkat umur isolasi bushing (cepat mengalami kerusakan) sehingga dapat dilakukan pencegahan kemungkinan terjadinya kegagalan yang dapat merusak peralatan tenaga listrik melalui solusi prioritas pemeliharaan yang dapat dijadwalkan. [3] Pemeliharaan berdasarkan rekaman data termasuk ke dalam tipe pemeliharaan prediktif . Berdasarkan nilai tan delta hasil rekaman data yang telah ada dan berdasarkan hasil prediksi sisa umur isolasi bushing dapat dianalisis pemetaan jangka waktu optimum pemeliharaan yang dapat dilakukan dengan asumsi pemeliharaan dilakukan setiap kenaikan nilai tan delta sebesar 0,1%. Selanjutnya, Tabel 9 merupakan pemetaan penentuan jangka waktu optimum pemeliharaan berdasarkan rekaman data dan Tabel 10 merupakan pemetaan penentuan jangka waktu optimum pemeliharaan berdasarkan hasil prediksi sisa umur isolasi bushing menggunakan analisis regresi.

  

Tabel 9 Pemetaan Penentuan Jangka Waktu Optimal Pemeliharaan

Berdasarkan Rekaman Data

  Parameter Tahun Fasa

  Tan Delta 2005 2006 2007 2008 2009 2010 R 0,23 0,30 0,31 0,33 0,36 0,40

  S Δ Tan δ(%) 0,23 0,29 0,30 0,33 0,33 0,41 T 0,21 0,29 0,31 0,31 0,34 0,35

  Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jangka waktu optimum pemeliharaan adalah rata – rata tiga tahun. Artinya, pemeliharaan dilakukan sebanyak satu kali dalam jangka waktu tiga tahun.

  

Tabel10 Pemetaan Penentuan Jangka Waktu Optimal Pemeliharaan Berdasarkan Hasil

Prediksi.

  Parameter Tahun Fasa

  Tan Delta 2001 2002 2003 2004 2005 2006 R 0,507 0,554 0,598 0,641 0,681 0,718

  S Δ Tan δ(%) 0,429 0,468 0,508 0,550 0,595 0,641 T 0,386 0,410 0,434 0,458 0,482 0,506

  Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui terdapat kesamaan terhadap pemetaan jangka waktu berdasarkan rekaman data, yaitu diperoleh hasil bahwa jangka waktu optimum pemeliharaan adalah rata – rata tiga tahun.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu :

  1. Faktor utama peningkatan nilai tan delta adalah tren peningkatan nilai arus resistif dan nilai disipasi daya ;

  2. Terdapat hubungan sebab akibat antara parameter pengujian tan delta dan parameter pengujian termovisi ;

  3. Sisa umur isolasi bushing berhubungan sebab akibat dengan perubahan nilai tan delta isolasi bushing tiap fasa. Bila semakin buruk kondisi isolasi bushing (nilai tan delta yang semakin besar), maka semakin kecil nilai sisa umur isolasi bushing ;

  4. Jangka waktu optimum pemeliharaan yang dapat dilakukan terhadap bushing fasa R, fasa S, dan fasa T adalah satu kali dalam jangka waktu tiga tahun.

  5. Status kondisi bushing fasa R, fasa S, dan fasa T pada Trafo Daya 150 kV/ 70 kV Unit 5 Gardu Induk Cawang Lama masih tergolong dalam kondisi baik menurut Standard Internasional ANSI/IEEE C57.12.90.

DAFTAR PUSTAKA

  IEEE. Standard Test Code For Liquid – Immersed Distribution Power and Regulating Transformers. IEEE Std. C57.12.00 – C57.12.100. 1999. PT PLN (Persero). Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran

  

Tenaga Listrik : Transformator Tenaga (No.Dokumen: 1-22/HARLUR-PST/2009) . Jakarta : PT

PLN (Persero). 2009.

   Pasaribu, Thalib. Jurnal Pengaruh Temperatur Terhadap Rugi-Rugi Dielektrik (Tgδ) Minyak Isolasi : STTH Edisi 007 November 1997, ISSN : 0853-5175.

  Kruger, M. Prufung der Dielektrischen Eigenschaften von Isolierflussigkeiten : OZE, No.5. : Vienna. 1986.

  Seitz, V. Vorbeugende Instandhaltung an Leistungstransformatoren – Betriebsbegleitende

  

Messungen an Stufenschaltern und Durchfuhrungen . Anwendertagung : Friedrichshafen

OMICRON. 2003.

  Marsudi, Djiteng. Pebangkitan Energi Listrik. Jakarta : Anggota IKAPI, Penerbit Erlangga. 2005. Gesit Dwi Ardiantono, Analisis Kondisi dan Umur Bushing Transformator Daya Unit 5 Gardu Induk Cawang Lama Menggunakan Metode Pengujian Tan Delta Dan Termovisi, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri – Universitas Trisakti, 2012.