OPTIMASI ALGORITMA ALGA UNTUK MENINGKATKAN LAJU KONVERGENSI

OPTIMASI ALGORITMA ALGA UNTUK MENINGKATKAN LAJU KONVERGENSI

Hari Santoso 1) , Lukman Fakih Lidimilah 2)

1 Manajemen Informatika, AMIK Ibrahimy Situbondo email: haripinter@gmail.com

2 Manajemen Informatika, AMIK Ibrahimy Situbondo email: luky.lukman7@gmail.com

Abstact

Artificial Algae Algorithm (AAA) is an optimization algorithm that has advantages of swarm algorithm model and evolution model. AAA consists of three phases of helical movement phase, reproduction, and adaptation. Helical movement is a three-dimensional movement with the direction of x, y, and z which is very influential in the rate of convergence and diversity of solutions. Helical motion optimization aims to increase the convergence rate by moving the algae to the best colony in the population. Algae Algorithm Optimization (AAA ') was tested with 25 objective functions of CEC'05 and implemented in case of pressure vessel design optimization. The results of the CEC'05 function test show that there is an increase in convergence rate at AAA ', but at worst condition of AAA' becomes less stable and trapped in local optima. The complexity analysis shows that AAA has the complexity of O (M3N2O) and AAA 'has the complexity of O (M2N2O) with M is the number of colonies, N is the number of algae individuals, and O is the maximum of the evaluation function. The results of the implementation of pressure vessel design optimization show that AAA's execution time increased 1,103 times faster than AAA. The increase in speed is due to the tournament selection process in AAA performed before the helical motion, whereas in AAA 'is done if the solution after movement is no better than before. At its best, AAA 'found a solution 4.5921 times faster than AAA. At worst, AAA 'stuck on local optima because helical movement is too focused on global best that is not necessarily global optima.

Keywords: artificial algae algorithm, optimization, convergence rate, pressure vessel design

lingkungan. AAA lebih stabil daripada Peran kecerdasan komputasional sangat

1. PENDAHULUAN

Artificial Bee Colony (ABC), Differencial penting sebagai alat bantu dalam pencarian

Evolution (DE), Ant Colony Optimization solusi dari berbagai permasalahan kompleks di

(ACO), dan Harmony Search (HS). Meskipun berbagai bidang, seperti penyelesaian kasus

AAA lebih stabil, gerakan alga yang dilakukan Optimal Power Flow (OPF) pada sistem

mempengaruhi laju kelistrikan [1] , analisis pembebanan ekonomis

dimaksudkan untuk penyusup jaringan komputer [3] , pengontrol

pada pembangkit termis [2] , sistem pendeteksi

Penelitian

ini

mengoptimasi gerakan heliks pada AAA kecepatan DC/DC converter [4] , dan masalah sehingga AAA memiliki laju konvergensi lebih

kompleks lainnya. Permasalahan kompleks baik. Gerakan heliks AAA terinspirasi oleh tersebut seringkali memiliki banyak kandidat

perilaku alga pada kehidupan nyata. Koloni solusi sehingga dibutuhkan algoritma yang

alga mencerminkan kandidat solusi, individu mampu memilih solusi optimal yang dikenal

alga mencerminkan dimensi ruang solusi, dan dengan algoritma optimasi [5] .

sumber cahaya sebagai target solusi. Pada AAA Hingga saat ini, penelitian terus dilakukan

versi standar, alga bergerak secara acak dan untuk memperoleh algoritma optimasi dengan

hanya dipengaruhi oleh koloni tetangga (local performa yang baik sebab setiap tidak semua

best ). Menurut peneliti, koloni alga akan masalah dapat diselesaikan dengan satu jenis

cenderung bergerak ke arah target solusi yang algoritma [6] . Perkembangan algoritma optimasi paling baik, yaitu koloni yang mendapatkan sudah sampai pada model hybrid [7] , yaitu cahaya paling kuat dalam populasi. Dalam hal

kombinasi antara model swarm dan model ini AAA dengan gerakan heliks menuju cahaya evolusi [8][9][10][11][12][13] , salah satunya adalah terkuat disebu t dengan AAAโ€™ karena gerakan

Algoritma Alga (Artificial Algae Algorithm, alga pada AAAโ€™ tidak hanya terpengaruh oleh AAA). Algoritma Alga [14] adalah algoritma koloni terbaik tetangga (local best) tetapi juga

yang terinspirasi perilaku alga dalam bergerak, bergerak menuju koloni terbaik dalam populas berkembang biak, dan beradaptasi dengan

(global best).

Jurnal Ilmiah Informatika

Volume 2 No. 1 / Juni 2017

Hasil optimasi akan ditentukan dengan

B. Tahap Evolusi

membandingan AAA dan AAA โ€™ berdasarkan Koloni alga yang kehabisan energi akan pengujian 25 fungsi dari CECโ€™05 dan

mati, sedangkan koloni alga yang kuat akan implementasi pada kasus optimasi desain

berkembang biak dengan membelah diri. bejana tekan (pressure vessel) [15] . Performa

Kebugaran koloni alga ditentukan berdasarkan ditentukan berdasarkan laju konvergensi dan

laju perkembang biakannya. Laju perkembang kompleksitas waktu dalam menemukan solusi.

biakan alga ๐œ‡ ditentukan dengan Persamaan (4) Dengan optimasi ini, diharapkan terjadi

dengan laju peningkatan pada performa Algoritma Alga

yang

ditentukan

perkembangbiakan maksimum ๐œ‡ ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ pada sehingga dapat menjadi alternatif dalam

satuan waktu (1/waktu), kondisi alga S, dan K s pencarian solusi dari permasalahan kompleks

konstanta cairan (massa/volume).

dalam kehidupan sehari-hari. ๐œ‡ ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ ๐‘†

2. METODE PENELITIAN

2.1 Algoritma Alga Koloni yang memiliki kebugaran tinggi akan bertahan hidup sedangkan koloni dengan

Algoritma Alga merupakan algoritma

kebugaran rendah akan mati. Tingkat optimasi yang terinspirasi oleh cara alga kebugaran koloni G dihitung

dengan bergerak, berkembang biak, dan beradaptasi. Persamaan (5) dan proses evolusi ditentukan Algoritma Alga mengombinasikan model pada Persamaan (6-8) dengan biggest adalah evolusi dan model swarm. Algoritma ini koloni terbugar, smallest koloni terlemah, dan merupakan algoritma dengan pendekatan

m adalah individu alga.

probabilistik dan mampu menyelesaikan masalah global optimization. Algoritma Alga terdiri dari tiga tahap yaitu pergerakan heliks, evolusi, dan adaptasi.

A. Tahap Gerakan Heliks Alga adalah sel tunggal yang memiliki

C. Tahap Adaptasi

klorofil sebagai penghasil energi sehingga alga Ketika koloni alga melemah, maka alga akan bergerak mendekati cahaya untuk

akan mencoba beradaptasi dengan lingkungan menghasilkan energi. Alga bergerak dengan

dengan menyesuaikan diri pada alga terbugar. cara melingkar seperti spiral yang disebut

Alga yang lemah diindikasikan dengan tingkat dengan gerakan heliks. Gerakan heliks adalah

kelaparan yang tinggi. Semakin jauh alga dari gerakan 3 dimensi, yaitu pada sumbu x, y dan

sumber cahaya dan semakin lama alga bergerak z. Setiap alga bergerak, alga akan kehilangan

akan menambah tingkat kelaparan alga. energi karena bergesekan dengan cairan sekitar

Tingkat kelaparan alga starving ditentukan sehingga energi yang dihasilkan juga akan

berdasarkan kebugaran alga yang didefinisikan berkurang selama perjalanan. Gerakan heliks

dengan persamaan (9-10). ditentukan dengan Persamaan (1-3).

D. Flowchart dan Pseudocode Algoritma Alga

Pada persamaan (1-3), x t i adalah koloni alga ke-i pada waktu ke-t. Koloni tetangga x i dipilih

dengan tournament selection dengan syarat x j โ‰ x i dan individu alga k โ‰  l โ‰  m. Parameter ฮ”

adalah gaya gesek cairan, sedangkan ๐‘ก ๐œ (๐‘ฅ ๐‘– ) adalah gaya gesek yang dialami alga ke-i. Persamaan (1) adalah gerakan pada sumbu z, nilai p dipilih acak [-1,1]. Persamaan (2) adalah gerakan pada sumbu x dengan ฮฑ dipilih acak [0,2ฯ€]. Persamaan (3) adalah gerakan pada

sumbu y dengan ฮฒ dipilih acak [0, 2ฯ€]. Gambar 1. Flowchart AAA versi standar

Optimasi Algoritma Alga Untuk Meningkatkan Laju Konvergensi

konvergensi

menggambarkan grafik

Fungsi objektif untuk optimasi f(x), x=(x1,x2,...,xd)

perbandingan antara semilog selisih solusi dan

Inisialisasi populasi n koloni alga secara random

Hitung tingkat kebugaran (G) dari n koloni

target solusi

dengan fungsi evaluasi.

Tentukan parameter algoritma (shear force ฮ”, loss of

Kompleksitas algoritma terkait kerumitan

energy e dan Adaptation parameter Ap)

algoritma ditinjau dari execution time.

While (t < MaxCalculation) Hitung Energi (E) dan gaya gesek koloni (ฯ„) dari n koloni

2.3 Permasalahan Optimasi Desain Pressure

For i=1:n

Vessel

Tingkat kelaparan koloni (starving) = true

Pada

penelitian

ini, tujuan dari

While(E(x i ) > 0) Pilih koloni alga j dengan tournament selection

permasalahan desain pressure vessel adalah

Pilih tiga individu alga untuk pergerakan heliks

untuk menentukan ukuran dan dimensi

(k, l, m)

pressure vessel 3 dengan volume 21.24 m dan

bekerja pada tekanan 3000 psi (20.68 MPa)

๐‘ฅ ๐‘–๐‘˜ ๐‘ก+1 =๐‘ฅ ๐‘–๐‘˜ ๐‘ก + (๐‘ฅ ๐‘—๐‘˜ ๐‘ก โˆ’๐‘ฅ ๐‘–๐‘˜ ๐‘ก )(โˆ† โˆ’ ๐œ ๐‘ก (๐‘ฅ ๐‘– )) cos ๐›ผ

dengan cost yang rendah. Desain pressure

๐‘ฅ ๐‘–๐‘™ ๐‘ก+1 =๐‘ฅ ๐‘–๐‘™ ๐‘ก + (๐‘ฅ ๐‘—๐‘™ ๐‘ก โˆ’๐‘ฅ ๐‘–๐‘™ ๐‘ก )(โˆ† โˆ’ ๐œ ๐‘ก (๐‘ฅ ๐‘– )) sin ๐›ฝ

vessel tampak pada Gambar 3 berbentuk

ฮฑ,ฮฒ random[0,2ฯ€] dan nilai p juga random Sudut [-1,1]

silinder dengan masing-masing tutup ujungnya

berbentuk setengah lingkaran. Hasil optimasi

Hitung solusi sesuai fungsi optimasi

i ) = E(x E(x i ) - (e/2) energi dipakai untuk

ditentukan oleh empat parameter, Ts (x 1 ) dan

bergerak

Th (x 2 ) masing-masing bernilai 1.125 inci dan

if solusi lebih baik dari sebelumnya

0.0625 inci, sedangkan jari-jari dalam bejana R

Ganti koloni i dan ganti tingkat kelaparan i = false

(x 3 ) dan panjang silinder L (x 4 ) tidak ditentukan

else

nilainya.

i )=E(x i )-(e/2) energi dipakai untuk E(x metabolisme

end if end While

if Tingkat kelaparan = true Naikkan nilai starving A(x i )

end if end For

Hitung tingkat kebugaran (G) seluruh populasi

Gambar 3. Skema desain pressure vessel

Pilih salah satu dimensi (individu alga) r untuk

dengan ketebalan Ts dan Th, diameter dalam

reproduksi

R dan panjang silinder L

smallest r = biggest t r if rand < Ap

Peneliti sebelumnya telah melakukan

starving t+1

= starving t + (biggest t - starving t ) x rand

penelitian tentang desain pressure vessel

end if

dengan berbagai parameter dan constrain. Hasil

pilih koloni terbaik sebagai solusi

end While

dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa range parameter, constrain, dan fungsi

Gambar 2. Pseudocode AAA versi standar minimasi ditentukan dengan ketentuan berikut: Parameter :

2.2 Pengujian 25 Fungsi Objektif CECโ€™05 x 1 โˆˆ [1.125, 12.5] granularity 0.0625 Pada dataset CECโ€™05 terdapat 25 jenis

x 2 โˆˆ [0.625, 12.5] granularity 0.0625 fungsi objektif yang terdiri dari 5 fungsi

x 3 โˆˆ [0.240]

unimodal dan 20 fungsi multimodal dengan tiga

x 4 โˆˆ [0.240]

jenis fungsi yaitu basic function, expanded

Constrain :

function , dan hybrid composition function.

g1 (x) = 0.0193x3 โ€“ x1 โ‰ค 0

Performa algoritma ditentukan oleh tingkat

g2 (x) = 0.0095x3 โ€“ x2 โ‰ค 0

3 (๐‘ฅ) = 750.0 ๐‘ฅ 1728.0 โˆ’ ๐œ‹๐‘ฅ 3 ๐‘ฅ 4 โˆ’ 3 ๐œ‹๐‘ฅ 3 โ‰ค0 (success rate dan success performance), laju

kesalahan (error), akurasi, tingkat keberhasilan

g4 (x) = x4 โ€“ 240.0 โ‰ค 0

konvergensi, dan kompleksitas algoritma.

g5 (x) = 1.1 โ€“ x1 โ‰ค 0

Tingkat kesalahan (error) terkait dengan

g6 (x) = 0.6 โ€“ x2 โ‰ค 0

selisih antara hasil yang diperoleh algoritma

Fungsi minimasi :

dengan target solusi. Akurasi dan tingkat keberhasilan (success rate dan success

performance ) terkait dengan kemampuan Nilai optimum yang diperoleh yaitu f(x) = algoritma menemukan solusi atau tidak. Laju

7197.72893 dengan nilai parameter x 1 = 1.125,

Jurnal Ilmiah Informatika

Volume 2 No. 1 / Juni 2017

seperti Gambar 4B yang menunjukkan gerakan 43.6926562.

x 2 = 0.625, x 3 = 58.2901554, serta x 4 =

alga akan mengarah ke sekitar posisi alga terbaik (global best).

2.4 Optimasi Gerakan Heliks Optimasi gerakan heliks pada AAAโ€™

didasarkan pada perilaku alami alga, yaitu koloni alga yang lebih dekat dengan cahaya akan memiliki kebugaran lebih baik dari alga yang jauh dari cahaya. Dengan demikian, setiap koloni alga akan cenderung mendekat dengan koloni alga terbaik untuk mendapatkan cahaya lebih banyak. Dalam hal ini, koloni terbaik dalam populasi disebut dengan global best, sedangkan koloni terbaik tetangga disebut dengan local best. Untuk mengoptimasi

gerakan heliks sesuai perilaku tersebut, maka Gambar 4. Gerakan heliks AAA versi standar tiga tahap yang harus dilakukan yaitu pemilihan

(A) dan setelah optimasi (B) local best dan global best, gerakan heliks, serta

Berdasarkan rancangan gerakan pada pengondisian gerakan alga.

Gambar 4B, gerakan heliks setelah optimasi

A. Pemilihan Global Best dan Local Best didefinisikan pada Persamaan (11-14). Pemilihan koloni alga sebagai local best

atau global best ditentukan setelah perhitungan fungsi objektif (minimasi atau maksimasi) yaitu saat inisialisasi koloni, setelah fase gerakan heliks, dan setelah fase adaptasi. Pemilihan local best dan global best saat inisialisasi dan setelah fase adaptasi dilakukan

Perubahan dilakukan pada x B , x b , dan x c dengan memilih koloni terbaik sebagai local

dengan x B adalah global best, x b adalah local best dan global best. Sedangkan pemilihan

best , dan x c rata-rata antara global best dan local best dan global best setelah gerakan heliks

local best . Koloni terbaik x B dan koloni terbaik ditentukan dengan 3 kriteria:

tetangga x c berubah selama perulangan t dengan ๏‚ท Jika alga menjadi lebih baik setelah

dimensi k, l, dan m yang merepresentasikan gerakaan heliks, maka jadikan sebagai

individu dalam koloni tersebut. koloni terbaik tetangga (local best);

๏‚ท Jika alga menjadi yang terbaik setelah C. Pengondisian Gerakan gerakan heliks, maka jadikan alga sebagai

Sebagaimana disebutkan bahwa gerakan koloni terbaik (global best);

heliks sangat berpengaruh pada keragaman ๏‚ท Jika alga tidak lebih baik setelah gerakan

solusi dan laju konvergensi, maka diperlukan heliks, maka local best dipilih dengan

aturan untuk mengondisikan gerakan agar AAA tournament selection .

tidak terjebak pada local optima. Berdasarkan Gambar 4, gerakan alga akan meningkatkan

B. Gerakan Heliks daya eksploitasi terhadap solusi terbaik dan Berdasarkan gerakan yang mereferensi pada

mengabaikan kandidat solusi lainnya. Oleh koloni alga terbaik (global best) dan koloni

sebab itu perlu pembatasan agar gerakan alga terbaik tetangga (local best), maka gerakan

tidak hanya menguat untuk mengeksploitasi, heliks hasil optimasi akan cenderung bergerak

tetapi juga untuk eksplorasi terhadap kandidat menuju posisi global best. Ilustrasi gerakan

solusi lainnya. Untuk membatasi daya tampak pada Gambar 4, A1 adalah alga yang

eksploitasi, perilaku berikut dapat diterapkan sedang bergerak, A2 local best dan A3 global

pada AAA:

best . Secara komputasi, gerakan heliks pada ๏‚ท Jika alga lebih baik setelah gerakan heliks, AAA tampak seperti Gambar 4A menunjukkan

energi yang dimiliki bertambah karena area gerakan berada di sekitar posisi awal alga

lebih dekat dengan cahaya. sejauh koloni tetangga (local best) yang

๏‚ท Jika alga menjadi yang terbaik, maka alga terpilih. Setelah optimasi, gerakan alga tampak

harus diam. Perilaku ini bertujuan agar

Optimasi Algoritma Alga Untuk Meningkatkan Laju Konvergensi

alga lain tidak terjebak jika solusi yang RAM 1 x DDR2 2 GB, dan harddisk Seagate ditemukan adalah local optima.

250 GB. Software yang digunakan adalah ๏‚ท Jika alga tidak lebih baik setelah gerakan

Matlab 2013a dengan bilangan random uniform heliks, maka alga terus bergerak hingga

menggunakan algoritma Substract With energinya

Borrow (SWB). Konfigurasi Algoritma Alga meningkatkan daya eksplorasi kandidat

yaitu 40 koloni, setiap koloni terdiri dari 4 solusi yang jauh dari solusi.

individu alga yang mewakili x 1-4 , konstanta Perilaku pengondisian tersebut diterapkan

gaya gesek cairan โˆ†=2, parameter pengurangan saat pemilihan global best dan local best seperti

energi e = 0.3, dan parameter adaptasi Ap = 0.3. tampak dalam pseudocode pada Gambar 5.

Pada pengujian CECโ€™05, pengujian Flowchart AAA โ€™ dapat dilihat pada Gambar 6.

dilakukan dengan varasi dimen 10, 30, dan 50 Keterangan yang digaris bawah adalah bagian

dengan maksimum fungsi evaluasi 100000, yang bertambah atau berubah setelah optimasi.

300000, dan 500000. Masing-masing fungsi dijalankan 25 kali dengan random state 1-25.

Pilih Alga t i Berdasarkan hasil pengujian, nilai error untuk Alga i t melakukan gerakan heliks

dimensi 10, 30, dan 50 bisa dilihat pada Tabel JIKA solusi(Alga i t ) lebih baik dari solusi(Alga i t-1 )

1, 2, dan 3.

Local_Best = Alga i t Tingkatkan nilai Energi_Alga i t agar lebih lama

Tabel 1. Perbandingan kesalahan (error) antara bergerak

AAA dan AAAโ€™ pada fungsi F1-F25 dengan solusi(Global_Best)

JIKA solusi(Alga i t )

D=10 dan fungsi evaluasi 100000 Global_Best = Alga i t

Hilangkan Energi_Alga i t agar berhenti bergerak JIKA TIDAK

Local_Best dipilih dengan tournament selection Gambar 5. Pseudocode kriteria pemilihan

global best dan local best serta pengondisian gerakan alga

Tabel 2. Perbandingan kesalahan (error) antara AAA dan AAAโ€™ pada fungsi F1-F25 dengan

D=30 dan fungsi evaluasi 300000

Tabel 3. Perbandingan kesalahan (error) antara AAA dan A AAโ€™ pada fungsi F1-F25 dengan D=50 dan fungsi evaluasi 500000

Gambar 6. Flowchart Algoritma Alga setelah optimasi (AAA โ€™)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil solusi AAA dan AAA โ€™ berdasarkan kasus minimasi desain pressure vessel . Spesifikasi komputer yang digunakan yaitu processor Core2 Duo 1.6 GHz,

Jurnal Ilmiah Informatika

Volume 2 No. 1 / Juni 2017

10, AAA mampu menyelesaikan 11 fungsi yang berbeda AAA cenderung lebih stabil

Berdasarkan Tabel 1, 2, dan 3, pada dimensi

lebih baik dari AAA. Akan tetapi, fungsi yang daripada AAAโ€™ sebab dari dimensi rendah ke

mampu diselesaikan lebih baik dari AAA turun tinggi, fungsi yang mampu diselesaikan oleh

naik yang mengindikasikan bahwa AAAโ€™ AAA m eningkat. AAAโ€™ memiliki kecepatan

kurang stabil.

dalam menemukan solusi yaitu pada dimensi

Tabel 4. Perbandingan Akurasi dan Tingkat Keberhasilan (Success Rate) Antara AAA dan AAAโ€™ pada Dimensi 10

Success Fungsi

8.676240e+03 AAAโ€™ 1785 2.131560e+03 1.823605e+02

8030 8.676240e+03 3.105445e+02

7.165084e+04 AAAโ€™ 17126 2.123888e+04 2.281446e+03

2 AAA 63971 7.165084e+04 4.715393e+03

- AAAโ€™ 27873 3.434124e+04 4.365355e+03

37392 AAAโ€™ 3852 9.064200e+03 2.859775e+03

37392 6.546338e+03

9.064200e+03 6-8

9 AAA 16017 1.809628e+04 1.222460e+03

1.809628e+04 AAAโ€™ 6160 1.321276e+04 8.338223e+03

1.572948e+04 10-14

15 AAA 23443 2.715180e+04 3.164469e+03

6.787950e+04 AAAโ€™ 9106 1.763143e+04 9.372224e+03

6.296939e+04 16-25

Tabel 5. Perbandingan Akurasi dan Tingkat Keberhasilan (Success Rate) Antara AAA dan

AAAโ€™ pada Dimensi 30

Fungsi Alg. Best

Mean

Std

Success Rate Success Performance

1 AAA 26897 2.898704e+04 9.588133e+02

2.898704e+04 AAAโ€™ 7649 8.331600e+03 3.953127e+02

8.331600e+03 2-8

6.012088e+04 AAAโ€™ 29337 5.334320e+04 2.646360e+04

9 AAA 49856 5.771604e+04 1.018365e+04

8.890533e+04 10-14 AAA

- AAAโ€™

15 AAA 74797 7.623650e+04 2.035760e+03

9.529563e+05 AAAโ€™ 66012

1650300 16-25 AAA

- AAAโ€™

Optimasi Algoritma Alga Untuk Meningkatkan Laju Konvergensi

Tabel 6. Perbandingan Akurasi Dan Tingkat Keberhasilan (Success Rate) Antara AAA Dan

AAAโ€™ pada Dimensi 50

Success Fungsi Alg.

1 AAA 47561 5.029632e+04 1.180371e+03

5.029632e+04 AAAโ€™ 14148 1.582780e+04 6.457945e+02

1.582780e+04 2-8

1.877679e+05 AAAโ€™ 186956

9 AAA 82477 9.012858e+04 4.209324e+03

4673900 10-25 AAA

baik yaitu 6297 sedangkan AAA adalah 6788. menunjukkan bahwa apakah algoritma mampu

Akurasi dan

tingkat

keberhasilan

Pada kondisi terbaik, AAAโ€™ menemukan solusi menemukan solusi sebelum maksimum fungsi

pada fungsi evaluasi ke-9106 sedangkan AAA evaluasi atau tidak. Perbandingan akurasi AAA

menemukan solusi pada fungsi evaluasi ke- dan AAAโ€™ dengan dimensi 10, 30, dan 50 dapat

23443. Namun pada dimensi 30, success dilihat pada Tabel 4, 5, dan 6. Berdasarkan

performance AAA lebih baik dari AAAโ€™ meski Tabel 4, 5, dan 6 yaitu pada dimensi 10, dari 25

AAAโ€™ menemukan solusi lebih cepat. Hal ini kali pengujian F1, AAA dan AAAโ€™ sama-sama

memperkuat asumsi bahwa AAA lebih stabil memiliki success rate 100%, artinya 25 kali

dari AAAโ€™.

pengujian berhasil dan menghasilkan solusi Laju konvergensi digambarkan berdasarkan dengan error yang kecil. Akan tetapi, AAAโ€™

semilog dari perbedaan antara solusi yang lebih dulu menemukan solusi yaitu pada fungsi

dihasilkan algoritma dan target solusi yang evaluasi ke-1785 sedangkan AAA menemukan

diharapkan. Dari 25 pengujian tiap fungsi, yang solusi pada fungsi evaluasi ke-8030 yang

diambil adalah median dari ke-25 data tersebut. berarti AAAโ€™ lebih cepat menemukan solusi.

Grafik laju kon vergensi AAA dan AAAโ€™ untuk Success

performance menunjukkan F1-25 dengan dimensi 10, 30, dan 50 dapat

performa rata-rata terkait fungsi evaluasi yang dilihat pada Gambar 7 โ€“ 81. dibutuhkan untuk menemukan solusi pada

Pada dimensi 10, laju konvergensi AAAโ€™ fungsi tersebut. Pada dimensi 10 untuk F1,

lebih baik dari AAA pada 15 fungsi, yaitu AAA memiliki success performance sekitar

fungsi F1-5, F7, F9-11, F13, F14, F16, F17, 8676 yang berarti nilai tersebut adalah nilai

F24, dan F25. Sedangkan pada 10 fungsi fungsi evaluasi standar untuk menemukan

sisanya, yaitu F6, F5, F12, F15, dan F18-23 laju solusi khusus untuk F1. Sedangkan untuk

konvergensi AAAโ€™ mengalami penurunan. AAAโ€™ memiliki success performance lebih

Bahkan pada fungsi F12, F15, F18-21, dan F23 rendah yaitu sekitar 2132 yang berarti lebih

algoritma AAAโ€™ terjebak pada local optima baik dari AAA karena membutuhkan nilai fev

yang ditandai dengan garis lurus memanjang yang lebih kecil. Pada fungsi F3, F4, F6-8, F10-

yang berarti hasil yang ditemukan oleh AAAโ€™

14, F16-25 masing- masing AAA dan AAAโ€™

tidak pernah berubah.

tidak menemukan solusi yang baik. Sehingga Pada dimensi 30, AAA dan AAAโ€™ sama- nilai success rate dan success rate kosong.

sama terjebak di local optima pada fungsi F7,

F21, dan F23. Selain itu, AAAโ€™ juga terjebak AAA memiliki success rate yang lebih tinggi

Berdasarkan Tabel 4, 5, dan 6, secara umum

pada local optima pada fungsi F6, F15, dan dari AAAโ€™ pada setiap dimensi. Akan tetapi,

F23. AAAโ€™ lebih baik di 13 fungsi yaitu fungsi AAAโ€™ memiliki success performance yang

F2, F4, F7, F10, F13, F14, F16, F17, dan F21- lebih baik karena mampu menemukan solusi

25. Jika dibandingkan dengan dimensi 10, lebih cepat, meski hasil didapat kurang stabil

jumlah fungsi yang memiliki laju konvergensi sebagaimana ditunjukkan pada fungsi F15 pada

lebih dari AAA menurun dari 15 fungsi menjadi dimensi 10 dan 30. Pada dimensi 10, AAA

13 fungsi.

memiliki success rate 40% sedangkan AAAโ€™ Pada dimensi 50, AAAโ€™ lebih baik di 13 28%. Namun, success performance AAAโ€™ lebih

fungsi yaitu fungsi F1-2, F4-5, F7, F10, F13-14,

Jurnal Ilmiah Informatika

Volume 2 No. 1 / Juni 2017

F16, F17, F22, F24, dan F25. Namun AAAโ€™ Berdasarkan pengujian pada dimensi 10, 30, terjebak di local optima pada fungsi F7, F9,

dan 50, total fungsi yang mampu diselesaikan F15, F18-21, dan F23. Pada dimensi 50, AAA

AAAโ€™ lebih baik dari AAA sejumlah 41 fungsi. terjebak pada local optima pada fungsi F7, F9,

Sedangkan laju konvergensi AAA yang lebih F10, F16, F18-21, dan F23. Dengan demikian,

baik dari AAAโ€™ adalah 34 fungsi. Berdasarkan AAA dan AAAโ€™ menjadi kurang stabil pada

data tersebut, secara umum AAAโ€™ memiliki laju dimensi 50 dibandingkan dengan dimensi 10

konvergensi yang lebih baik dari AAA. dan 30.

4 F1-AAA' F1-AAA

4 F1-AAA' F1-AAA

4 F1-AAA' F1-AAA

5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 7. Grafik laju konvergensi F1 dengan

Gambar 9. Grafik laju konvergensi F1 dengan D=10

Gambar 8. Grafik laju konvergensi F1 dengan

D=30

D=50

6 F2-AAA 6

6 F2-AAA

4 F2-AAA'

5 F2-AAA'

5.5 F2-AAA F2-AAA' 2

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 1.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10

-14 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -1

fungsi evaluasi (fev)

x 10 5 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 10. Grafik laju konvergensi F2 dengan

Gambar 11. Grafik laju konvergensi F2 dengan

Gambar 12. Grafik laju konvergensi F2 dengan

D=10 D=30

D=50

9 9.5 F3-AAA

F3-AAA'

8.5 10 9 F3-AAA'

F3-AAA' F3-AAA

F3-AAA

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 6.5 0 5 3 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev)

x 10

Gambar 15. Grafik laju konvergensi F3 dengan

fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 13.Grafik laju konvergensi F3 dengan

Gambar 14. Grafik laju konvergensi F3 dengan

D=10 D=30

D=50

6 F4-AAA

4 F4-AAA'

5.4 F4-AAA' F4-AAA

F4-AAA

F4-AAA'

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 4.5 0 5 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 16. Grafik laju konvergensi F4 dengan

Gambar 17. Grafik laju konvergensi F4 dengan

Gambar 18. Grafik laju konvergensi F4 dengan

D=10 D=30 D=50

Optimasi Algoritma Alga Untuk Meningkatkan Laju Konvergensi

4 F5-AAA' F5-AAA

5 F5-AAA

4.9 F5-AAA

4.8 F5-AAA'

4.8 F5-AAA'

4 0.5 1 1.5 2 2.5 5 3 3.9 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 19. Grafik laju konvergensi F5 dengan

Gambar 20. Grafik laju konvergensi F5 dengan

D=10 D=30

Gambar 21. Grafik laju konvergensi F5 dengan

D=50

F6-AAA'

F6-AAA

F6-AAA F6-AAA'

F6-AAA F6-AAA'

fungsi evaluasi (fev)

x 10 4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 5 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 22. Grafik laju konvergensi F6 dengan

Gambar 23. Grafik laju konvergensi F6 dengan

Gambar 24. Grafik laju konvergensi F6 dengan

D=10 D=30

D=50

3.6 F7-AAA

3.55 F7-AAA'

4.05 F7-AAA F7-AAA'

4.2 F7-AAA' F7-AAA

f( (x 3.35 (x 3.85 )- (x

lo g 3.3 (f g 3.8 (f g 3.25 3.95 lo 3.75 lo 3.9

3.6 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.75 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 fungsi evaluasi (fev)

fungsi evaluasi (fev)

x 10 4 fungsi evaluasi (fev) x 10 4

Gambar 25. Grafik laju konvergensi F7 dengan

Gambar 26. Grafik laju konvergensi F7 dengan

D=10 D=30

Gambar 27. Grafik laju konvergensi F7 dengan

D=50

F8-AAA 1.335

F8-AAA'

1.32 1.33 F8-AAA' F8-AAA

F8-AAA

1.33 F8-AAA'

g (f (x 1.31 )- (f g lo 1.315 lo lo

)- 1.32 (x

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 1.3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 5 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 28. Grafik laju konvergensi F8 dengan

Gambar 29. Grafik laju konvergensi F8 dengan

D=10 D=30

Gambar 30. Grafik laju konvergensi F8 dengan

D=50

2 F9-AAA' F9-AAA

2 F9-AAA' F9-AAA

F9-AAA 3 F9-AAA'

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 5 3 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10

-14 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 -14

fungsi evaluasi (fev)

x 10

fungsi evaluasi (fev)

Gambar 31. Grafik laju konvergensi F9 dengan x 10 Gambar 32. Grafik laju konvergensi F9 dengan

Gambar 33. Grafik laju konvergensi F9 dengan

D=10 D=30 D=50

Jurnal Ilmiah Informatika

Volume 2 No. 1 / Juni 2017

F10-AAA

F10-AAA'

F10-AAA F10-AAA'

F10-AAA' F10-AAA

4 0.5 1 1.5 2 2.5 3 2.2 0 5 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 fungsi evaluasi (fev) 4.5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 5

Gambar 35. Grafik laju konvergensi F10 dengan

Gambar 34. Grafik laju konvergensi F10 dengan

D=10 D=30

Gambar 36. Grafik laju konvergensi F10 dengan

D=50

F11-AAA

1.75 F11-AAA

1.2 F11-AAA'

F11-AAA'

F11-AAA

1.95 F11-AAA'

f( x *) f( ) 1.85 )- f( 1.55

1.45 g lo 1.75

fungsi evaluasi (fev)

x 10 4 fungsi evaluasi (fev)

x 10 5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 37. Grafik laju konvergensi F11 dengan

Gambar 38. Grafik laju konvergensi F11 dengan

D=10 D=30

Gambar 39. Grafik laju konvergensi F11 dengan

5 F12-AAA

F12-AAA'

F12-AAA

F12-AAA'

F12-AAA' F12-AAA

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 5 4.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 40. Grafik laju konvergensi F12 dengan

Gambar 41. Grafik laju konvergensi F12 dengan

Gambar 42. Grafik laju konvergensi F12 dengan

D=10 D=30

D=50

3.5 F13-AAA 4

F13-AAA 3 3.5 1.5 F13-AAA'

2 F13-AAA

F13-AAA'

F13-AAA'

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 5 0 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 fungsi evaluasi (fev) 4.5 5 x 10 5 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10

Gambar 44. Grafik laju konvergensi F13 dengan Gambar 45. Grafik laju konvergensi F13 dengan

Gambar 43. Grafik laju konvergensi F13 dengan

D=10 D=30

D=50

0.75 1.18 F14-AAA

0.7 F14-AAA'

1.17 F14-AAA' F14-AAA

F14-AAA

F14-AAA'

)- f( 1.14 (x f( 1.13 (x )-

lo g

(f 0.55 (f

(f

g lo 1.365 g lo

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 5 1.345 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 fungsi evaluasi (fev) 4.5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) 5 5

Gambar 47. Grafik laju konvergensi F14 dengan x 10 Gambar 48. Grafik laju konvergensi F14 dengan D=10 D=30 D=50

Gambar 46. Grafik laju konvergensi F14 dengan

Optimasi Algoritma Alga Untuk Meningkatkan Laju Konvergensi

3.2 F15-AAA

3.2 F15-AAA

3.2 F15-AAA

3 F15-AAA'

3 F15-AAA'

3.1 F15-AAA'

1.6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1.4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 2.3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 fungsi evaluasi (fev)

x 10 4 fungsi evaluasi (fev)

x 10 5 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 49. Grafik laju konvergensi F15 dengan

Gambar 50. Grafik laju konvergensi F15 dengan

Gambar 51. Grafik laju konvergensi F15 dengan

D=10 D=30

D=50

2.9 F16-AAA

2.8 F16-AAA'

3.1 F16-AAA F16-AAA'

3.1 F16-AAA' F16-AAA

4 0.5 1 1.5 2 2.5 3 2.2 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 5 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 52. Grafik laju konvergensi F16 dengan

Gambar 53. Grafik laju konvergensi F16 dengan

Gambar 54. Grafik laju konvergensi F16 dengan

D=10 D=30

D=50

3.4 F17-AAA 3.6

3 F17-AAA

3.2 3.4 F17-AAA' 2.8 2.7 3 ) 3.2 *) x

2.9 F17-AAA'

F17-AAA'

F17-AAA

4 0.5 1 1.5 2 2.5 3 2.2 5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10

fungsi evaluasi (fev)

x 10 5

Gambar 55. Grafik laju konvergensi F17 dengan

Gambar 56. Grafik laju konvergensi F17 dengan

Gambar 57. Grafik laju konvergensi F17 dengan

D=10 D=30

3.3 F18-AAA

F18-AAA'

F18-AAA

F18-AAA'

F18-AAA 3.2

F18-AAA'

f( )- g (f lo 2.8 lo g (f 3.05 (f (x g lo 3.05

4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 10 2.95 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10

fungsi evaluasi (fev)

x 10 5

Gambar 58. Grafik laju konvergensi F18 dengan

Gambar 59. Grafik laju konvergensi F18 dengan

Gambar 60. Grafik laju konvergensi F18 dengan

D=10 D=30

D=50

F19-AAA'

3.15 F19-AAA

F19-AAA' F19-AAA

3.2 F19-AAA

F19-AAA'

g (f lo 3.05 (x g (f lo 3.05

4 0.5 1 1.5 2 2.5 2.95 5 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10

fungsi evaluasi (fev)

x 10

Gambar 63. Grafik laju konvergensi F19 dengan D=10 D=30 D=50

fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 61. Grafik laju konvergensi F19 dengan

Gambar 62. Grafik laju konvergensi F19 dengan

Jurnal Ilmiah Informatika

Volume 2 No. 1 / Juni 2017

F20-AAA

F20-AAA F20-AAA'

F20-AAA'

3.15 F20-AAA' F20-AAA

)- (x 2.95 )-

g (f

2.9 g (f lo (x lo 3.05 (f (x g 3.05

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 5 2.95 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 64. Grafik laju konvergensi F20 dengan

Gambar 65. Grafik laju konvergensi F20 dengan

Gambar 66. Grafik laju konvergensi F20 dengan

D=10 D=30

D=50

3.3 F21-AAA 3.4 F21-AAA

3.3 F21-AAA

3.2 F21-AAA'

3.2 F21-AAA'

3.3 F21-AAA'

4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4 2.6 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 67. Grafik laju konvergensi F21 dengan

Gambar 68. Grafik laju konvergensi F21 dengan

Gambar 69. Grafik laju konvergensi F21 dengan

D=10 D=30

D=50

3.35 F22-AAA 3.35 F22-AAA

3.25 F22-AAA

3.2 F22-AAA'

3.3 F22-AAA'

3.3 F22-AAA'

f( (f g (x 3.05 (x )- 3.15 (x )- 3 3.15 (f 3.1 (f

4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 2.95 5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10

Gambar 70. Grafik laju konvergensi F22 dengan

Gambar 71. Grafik laju konvergensi F22 dengan

Gambar 72. Grafik laju konvergensi F22 dengan

D=10 D=30

D=50

3.2 F23-AAA

3.15 3.15 F23-AAA F23-AAA'

F23-AAA

F23-AAA'

F23-AAA'

(x )- 2.95 (x )- 2.95 g 2.9 (f

2.85 lo 2.85 lo 2.9

4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 2.7 10 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev)

x 10

Gambar 75. Grafik laju konvergensi F23 dengan

fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 73. Grafik laju konvergensi F23 dengan

Gambar 74. Grafik laju konvergensi F23 dengan

D=10 D=30

D=50

3.1 F24-AAA' F24-AAA

3.2 F24-AAA' F24-AAA

F24-AAA F24-AAA'

*) ) x 2.9 x ) 3.15 f( )- 2.8

4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 fungsi evaluasi (fev) 5 x 10 fungsi evaluasi (fev) x 10 4 fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 78. Grafik laju konvergensi F24 dengan D=10 D=30 D=50

Gambar 76. Grafik laju konvergensi F24 dengan

Gambar 77. Grafik laju konvergensi F24 dengan

Optimasi Algoritma Alga Untuk Meningkatkan Laju Konvergensi

F25-AAA' F25-AAA

3.2 F25-AAA

3.3 F25-AAA

F25-AAA'

F25-AAA'

(x 3.05 )- f(

3.05 lo g 3.15

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2.95 4 0 0.5 1 1.5 2 2.5 5 3.05 3 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 fungsi evaluasi (fev)

Gambar 79. Grafik laju konvergensi F25 dengan

x 10

fungsi evaluasi (fev)

fungsi evaluasi (fev) x 10 5

Gambar 80. Grafik laju konvergensi F25 dengan

x 10

Gambar 81. Grafik laju konvergensi F25 dengan

D=10 D=30 D=50

populasi. Fungsi ini memiliki kompleksitas seberapa rumit sebuah algoritma sehingga

Kompleksitas algoritma

menentukan

O (M).

berpengaruh pada waktu eksekusi algoritma

b) GreatnessOrder(), fungsi ini untuk

mengurutkan tingkat kebugaran koloni alga kompleksitas algoritma antara AAA dan AAAโ€™

tersebut. Tabel 7 adalah perbandingan

parameter tertentu. pada dimensi 10, 30, dan 50. 2 Kompleksitas untuk fungsi ini yaitu O(M ).

berdasarkan

Tabel 7. Perbandingan Waktu Eksekusi AAA FrictionSurface(), fungsi ini untuk

c)

dan AAAโ€™ pada Dimensi 10, 30, dan 50 menghitung gaya gesek pada permukan Berdasarkan CECโ€™05 cairan yang dialami oleh alga. Kompleksitas untuk fungsi ini adalah O(M).

d) TournamentSelection(), fungsi untuk memilih koloni terbaik tetangga (local best)

dengan teknik tournament selection. T0 adalah waktu eksekusi program sesuai

Kompleksitas untuk fungsi ini yaitu O(M). pada panduan CECโ€™05. Untuk meningkatkan

Berdasarkan perhitungan tersebut, AAA akurasi, nilai T0 adalah rata-rata dari 500 kali

memiliki kompleksitas O(M 3 N 2 O) sedangkan eksekusi. T1 adalah waktu eksekusi fungsi F3

2 AAAโ€™ memiliki kompleksitas O(M 2 N O). sebanyak 200000 kali sesuai dimensi D. Untuk

Proses yang membuat AAA lebih kompleks meningkatkan akurasi, nilai T1 pada dimensi dari AAAโ€™ yaitu proses tournamen selection. yang berbeda diambil rata-rata dari 100 kali Pada AAA proses tournament selection eksekusi. T2 adalah waktu eksekusi algoritma AAA atau AAAโ€™ untuk menyelesaikan dilakukan setiap koloni bergerak, sedangkan

pada AAAโ€™ proses tersebut hanya dilakukan

fungsi F3 dengan maksimum evaluasi 200000

ketika solusi lebih buruk dari sebelumnya. pada setiap dimensi D. Untuk meningkatkan

Pada implementasi optimasi desain pressure

akurasi, nilai T2 adalah rata-rata dari 100 kali vessel, eksekusi sebanyak 500 kali dengan eksekusi algoritma pada setiap dimensi D.

random seed 1-500 dan masing-masing Nilai (T2-T1)/T0 menunjukkan seberapa

eksekusi maksimal 40000 kali fungsi evaluasi kompleks algoritma tersebut jika ditinjau dari

(fev). Hasil pengujian tersebut menghasilkan

segi waktu. Semakin tinggi nilai (T2-T1)/T0

laju konvergensi seperti pada Gambar 82. menandakan semakin lama waktu yang

dibutuhkan untuk mengeksekusi algoritma AAA

4 AAA'

tersebut. Berdasarkan Tabel 7, waktu eksekusi AAAโ€™ lebih kecil dari AAA yang berarti proses 2

)- x pada AAA lebih kompleks dari AAAโ€™ jika ) f( *) 0 (x

(f ditinjau dari waktu eksekusi. g lo -2

Algoritma AAA memiliki tiga parameter,

yaitu jumlah koloni alga (M), jumlah individu

pada tiap koloni (N), dan jumla maksimum

fungsi evaluasi (fev) 2 2.5 3 3.5 4 evaluasi (O). Terdapat empat fungsi pendukung 4 x 10 dalam perhitungan AAA, yaitu:

Gambar 82. Laju konvergensi AAA dan AAA โ€™

a) CalculateGreatness(), fungsi ini untuk pada kasus pressure vessel dengan maksimum menghitung kebugaran koloni dalam

40000 fungsi evaluasi

Jurnal Ilmiah Informatika

Volume 2 No. 1 / Juni 2017

Grafik laju konvergensi menyatakan perbandingan semilog selisih antara median hasil f(x) dan target f(x*) terhadap fungsi evaluasi. Grafik pada Gambar 82 menunjukkan laju konvergensi AAAโ€™ lebih baik dari AAA 4

karena pada fev=1.6x10 sudah terjadi konvergensi. Detail hasil dan waktu eksekusi pada fungsi evaluasi 2000 dan 40000 tampak pada Tabel 8. Tabel 9 menunjukkan parameter x 1-4 , konstanta y 1-2 , constrain g 1-6 , dan hasil f(x) terbaik, sedangkan Tabel 10 menunjukkan perbandingan waktu perolehan solusi pada kondisi terbaik AAA dan AAA โ€™.

Berdasarkan Tabel 7 dan 10, pada jumlah fungsi evaluasi yang sama, AAA โ€™ 1.103 kali lebih cepat dari AAA. Hal ini disebabkan proses tournamen selection pada AAA dilakukan setiap gerakan heliks, sedangkan

pada AAA โ€™ dilakukan jika solusi tidak lebih

baik setelah gerakan heliks. Pada kondisi

terbaik, AAA โ€™ lebih cepat 4.921 kali dalam menemukan solusi. Sedangkan pada kondisi

Tabel 10. Perbandingan Waktu Perolehan

Solusi Terbaik Berrdasarkan Ramdom

terburuk, AAA โ€™ terjebak dalam local optima

Seed dan Fungsi Evalusasi AAA dan

AAAโ€™

yaitu pada 7903.67564. Hal ini disebabkan

AAA โ€™ terlalu kuat dalam mengeksploitasi

Fungsi Waktu kandidat solusi (global best) yang belum tentu

Random

Algoritma

Evaluasi (s) sebagai solusi terbaik (global optima). Namun

Seed

38200 9.626130 demikian, AAA โ€™ memiliki laju konvergensi

AAA

8240 1.956132 yang lebih baik dari AAA pada kasus optimasi

AA Aโ€™

desain pressure vessel.

4. KESIMPULAN

Tabel 8 Perbandingan Hasil AAA dan AAAโ€™

Algorithm (AAA) untuk Kasus Pressure Vessel pada Fungsi

Artificial

Algae

merupakan algoritma optimasi dengan model Evaluasi 20000 Dan 40000

swarm yaitu gerakan heliks dan model evolusi

yaitu dengan reproduksi dan adaptasi. Pada

penelitian ini dilakukan optimasi terhadap Terbaik

Solusi

gerakan heliks untuk meningkatkan laju AA Aโ€™

konvergensi, khususnya pada kasus optimasi Terburuk

desain pressure vessel . Optimasi yang AA Aโ€™

dilakukan yaitu menggerakkan alga menuju Rata-rata

AA Aโ€™ koloni terbaik dalam populasi (global best). 7205.05995 7204.84851 Std

Berdasarkan pengujian CECโ€™05, AAAโ€™ AA Aโ€™

mengalami peningkatan laju konvergensi

Waktu Eksekusi

namun terjadi penurunan kestabilan algoritma. Rata-rata

AAA

Hal tersebut dapat dianalisis berdasarkan AA Aโ€™

beberapa indikator berikut: AAA

a) Dalam kondisi terbaik, AAAโ€™ lebih cepat menemukan solusi. Namun dalam kondisi

terburuk, AAAโ€™ terjebak dalam local optima .

Tabel 9. Perbandingan Parameter X 1-4 ,

Konstanta Y 1-2 , Constrain G 1-6 , dan Hasil

b) Seiring peningkatan dimensi, kualitas hasil

F(X) Antara AAA Dan AAAโ€™ Pada Kasus

cenderung fluktuatif. Pada dimensi 10,

Desain Pressure Vessel dengan Fungsi

AAAโ€™ mampu meyelesaikan 11 fungsi lebih

Evaluasi 20000 Dan 40000

baik dari AAA. Pada dimensi 30, kemampuan AAAโ€™ menurun sehingga

Optimasi Algoritma Alga Untuk Meningkatkan Laju Konvergensi

mampu menyelesaiakn 8 fungsi lebih baik Practival Approach . Boca Raton, CRC dari AAA. Sedangkan pada dimensi 50,

Press.

AAAโ€™ kembali menyelesaikan 11 fungsi [6] Binitha S. & S.S. Sathya. 2012. A Survey lebih baik dari AAA.

of Bio inspired Optimization Algorithms .

c) Kompleksitas waktu (running time) pada International Journal of Soft Computing AAAโ€™ turun menjadi 76.15% dari AAA,

and Engineering (IJSCE), Vol,2, Issue-2. pada dimensi 10 turun menjadi 82.70% dari

[7] K.T. Meetei. 2014. A Survey: Swarm AAA, dan pada dimensi 50 turun menjadi

Intelligence vs. Genetic Algorithm . 78.89% dari AAA.

International Journal of Science and

d) Kompleksitas algoritma AAA adalah Research (IJSR), hlm. 231-235.

3 2 2 O(M 2 N O) dan AAAโ€™ adalah O(M N O). [8] Rashmi A. Mahale & S.D.Chavan. 2012.

A Survey: Evolutionary and Swarm Based Pada kasus pressure vessel dengan jumlah Bio-Inspired Optimization Algorithms . fungsi evaluasi 20000 dan 40000, AAA โ€™ 1.103 International Journal of Scientific and kali lebih cepat dari AAA. Sedangkan pada Research Publications Vol.2, Issue 12. kasus terbaik, untuk menemukan solusi AAA โ€™

4.921 kali lebih cepat dari AAA. Pada kasus Xin-She Yang, 2014. Swarm Intelligence

[9]

Based Algorithms: A Critical Analysis . terburuk, AAA โ€™ terjebak dalam local optima. Evolutionary Intelligence Vol.7, hlm. 17- Hal ini disebabkan gerakan heliks terlalu fokus

28.

pada global best yang belum tentu adalah

global optima . Dengan demikian, penelitian ini Millie Pant & Radha Thangaraj. 2007. A

[10]

New Particle Swarm Optimization with dapat dilanjutkan dengan meningkatkan

Crossover . International eksplorasi terhadap kandidat solusi selain Conference of Advanced Computing and global best , sehingga AAA โ€™ memiliki laju Communications (ADCOM), hlm. 81 konvergensi yang baik tanpa terjebak pada

Quadratic

โ€“86.

local optima . Sabine Helwig, Frank Neumann, dan Rolf

Particle Swarm

5. Optimization with Velocity Adaptation REFERENSI .

Handbook of Swarm Intelligence Vol.8 of [1] Taqiyuddin dan Sasongko P.H. 2013. the series Adaptation, Learning, and Studi Optimal Power Flow pada Sistem

Optimization, hal. 155-173. Kelistrikan 500 kV Jawa-Bali dengan

[12] Swagatam Das & Ajith Abraham. 2006. Menggunakan

Synergy of Particle Swarm Optimization Optimization (PSO) . Jurnal Nasional

Particle

Swarm

Evolutionary Algorithms for Teknik Elektro dan Teknologi Informasi

with

Intelligent Search and Optimization . (JNTETI) Vol. 2 No. 3.

of IEEE International [2] A.S. Sinaga. 2014. Pembebanan Congress on Evolutionary Computation

Proceedings

Ekonomis dengan Pengendalian Emisi

Vol.1, hlm. 84-88.

pada Pembangkit Termis Menggunakan [13] Kedar N.D. & Raghav P.P. 2014. Synergy Algoritma Evolusi Diferensial . Jurnal

of Differential Evolution and Particle Nasional Teknik Elektro dan Teknologi

Swarm Optimization . Proceedings of the Informasi (JNTETI) Vol.3 No.2.

Third International Conference on Soft [3]

A.A. Aburomman & Mamun Bin Ibne R. Computing for Problem Solving Vol.258

2016. A Novel SVM-kNN-PSO Ensemble of the series Advances in Intelligent Method For Intrusion Detection System .

Systems and Computing, hlm. 143-160. Applied Soft Computing Vol.38, hlm.

[14] Sait Ali Uymaz, Gulay Tezel, & Esra Yel. 360-372.

2015. Arti๏ฌcial Algae Algorithm (AAA) for [4] M. Ranjani & P. Murugesan. 2015. nonlinear global optimization , Applied Optimal Fuzzy Controller Parameters

Soft Computing Vol.31, hlm. 153-171. Using PSO For Speed Control of Quasi-Z

G.C. Onwubolu & B.V. Babu. 2004. New Source DC/DC Converter Fed Drive .

[15]

Optimization Techniques in Engineering . Applied Soft Computing Vol.27, hlm.

Springer, Berlin. Germany. 332-356.

[5] Ruhul A. Sarker & Charles S. Newton. 2008. Optimization Modelling : A

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENYEDIAAN PANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SIDOARJO (FOOD PROVISION ANALYSIS IN THE EFFORT TO INCREASE FOOD SECURITY IN SIDOARJO REGENCY)

0 0 13

PERBANDINGAN POLA KONSUMSI UNTUK IMPOR BUAH SEGAR SELEKTIF DI INDONESIA (A COMPARISON OF CONSUMPTION PATTERN FOR IMPORT OF SELECTIVE FRESH FRUITS IN INDONESIA)

0 1 9

INDIKATOR DAN PENILAIAN TINGKAT KERAWANAN PANGAN KELURAHAN UNTUK DAERAH PERKOTAAN (INDICATOR AND ASSESSMENT OF VILLAGE FOOD INSECURITY LEVEL FOR URBAN AREA)

0 0 9

ANALISA NUMERIK UNTUK MENGETAHUI TEGANGAN YANG TERJADI PADA CASING TURBIN UAP ANALISA KELAYAKAN MIRASI BTS 3G BERBASIS WCDMA MENUJU JARINGAN LTE DI AREA PERKOTAAN (STUDI KASUS : DKI JAKARTA 2010 โ€“ 2015) ANALISIS PERFORMANSI KOMPRESI CITRA SATELIT PENGINDE

0 0 64

KAJIAN DESAIN DINAMIKA KENDARAAN LISTRIK RODA EMPAT DAN STABILITAS KENDARAAN PADA KONDISI STASIONER RANCANG BANGUN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR ANALISIS PERBAIKAN STASUIN KERJA PADA LINI PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI RANCANG BANGUN APLIKASI M

0 0 67

View of IMPLEMENTASI METODE KLASIFIKASI NAIVE BAYES UNTUK MEMPREDIKSI KUALITAS CABAI

0 0 7

View of IMPLEMENTASI ALGORITMA ELGAMAL DALAM SISTEM LOCK BRANKAS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 DAN SMARTPHONE ANDROID

0 0 10

View of IMPLEMENTASI TOOLS EXPERT SYSTEM BUILDER UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN DI WILAYAH KOTA DEPOK

0 0 6

View of SISTEM REKOMENDASI PROSES KELULUSAN MAHASISWA BERBASIS ALGORITMA KLASIFIKASI C4.5

0 0 7

View of IMPLEMENTASI PENERAPAN INTERNET of THINGS (IoT) PADA MONITORING INFUS MENGGUNAKAN ESP 8266 DAN WEB UNTUK BERBAGI DATA

0 0 9