Pengawasan Iklan Pelayanan Kesehatan Tradisional di Televisi | Panuju | Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies) 154 438 1 PB

JURNAL STUDI KOMUNIKASI
Volume 1

Ed 2, July 2017

Page 186-205

Pengawasan Iklan Pelayanan Kesehatan Tradisional di Televisi
Redi Panuju
Universitas dr. Soetomo, Indonesia
redi.panuju@unitomo.ac.id

How to Cite This Article: Panuju, R. (2017).Pengawasan Iklan Pelayanan Kesehatan Tradisional
Televisi. Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies), 1 (2). doi:
10.25139/jsk.v1i2.154

Received: 14-05-2017, Revision: 21-06-2017, Published online: 01-07-2017
ABSTRAK
Televisi adalah media komunikasi massa yang masih diminati oleh masyarakat untuk mendapatkan
informasi dan hiburan. Meski era cyber yang menumbuhkan media sosial sudah di depan mata,
namun televisi merupakan media audio visual yang merupakan konvergensi termudah, sehingga

nantinya televisi tetap terhubung dengan media sosial. Oleh karena itu, televisi akan menjadi media
prioritas bagi industri ini. Seiring dengan itu televisi menjadi kepercayaan industri perawatan
kesehatan tradisional untuk memasarkan produk dan layanannya. Sementara beberapa industri
perawatan kesehatan tradisional dicurigai melanggar peraturan pemerintah yang melarang
keberadaannya mempublikasikan dan memasang iklan. Komisi Penyiaran Indonesia memiliki
tanggung jawab dan wewenang untuk mengawasi keberadaan iklan tersebut karena undang-undang
tersebut memberi wewenang kepada mereka. Tapi ternyata pengawasannya tidak efektif, terbukti
iklan layanan kesehatan tradisional semakin marak di televisi. Ini karena KPI tidak memiliki
wewenang untuk menjatuhkan sanksi yang cukup kepada penyiar sehingga menimbulkan efek jera.
Selain itu, ternyata iklan dari layanan kesehatan tradisional merupakan pemasukan utama saat ini
untuk media televisi, terutama televisi lokal. Pemerintah juga menghadapi dilema serupa untuk
menjatuhkan sanksi berat karena layanan kesehatan tradisional masih memiliki tempat di
masyarakat. Perlu ada regulasi tingkat hukum yang bisa mengakomodasi masalah
Kata kunci: iklan, perawatan kesehatan, tradisional, ambigu, televisi.
ABSTRACT
Television is a mass communication media that is still in demand by the public to get information
and entertainment. Although the era of cyber that grows social media is in sight, but television is
the audiovisual media is the easiest convergence so that in the future a ny television remains
connected to social media.Therefore, television will be a priority medium for the industry to market
its products or services. Along with that television became the trust of the traditional health care

industry to market its products and services. While some of the traditional health care industry is
suspected of violating government regulations that prohibit its existence to publish and
advertisement. The Indonesian Broadcasting Commission has the responsibility and authority to
oversee the availability of such advertisements because the law authorises them. But apparently, the
supervision is not effective, proven advertising of traditional health services increasingly rampant
in television. This is because the KPI does not have the authority to impose sufficient sanctions to
broadcasters so as to create a deterrent effect. Besides, it turns out that advertising from traditional
health services is the primary income currently for television media, especially local television. The
government is also facing a similar dilemma to impose severe sanctions because traditional health
services still have a place in society. There needs to be a law-level regulation that can accommodate
the problem
Keywords: advertising, health care, traditional, ambiguous, television.

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626


bahan atau ramuan

PENDAHULUAN
Harian REPUBLIKA (17 April

bahan

tumbuhan,

yang berupa
bahan

hewan,

2016) memuat berita tentang Komisi

bahan mineral, sediaan sari, atau

Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)


campuran dari bahan tersebut yang

Bali

secara turun temurun telah digunakan

yang

mengentikan

iklan

pengobatan tak berizin. Ketua KPID

untuk

Bali, AA Rai Sahadewa mengatakan

diterapkan sesuai dengan norma yang


pihaknya

berlaku di masyarakat.

sudah

berulang

kali

pengobatan

dan

dapat

penyiaran

Pengobatan tradisional berbasis


berupa surat imbauan, surat edaran,

pada tradisi dan ilmu yang tumbuh

hingga surat ketentuan penayangan

selama berabad abad di masyarakat

pengobatan

alternatif.

lokal, sementara pengobatan modern

lembaga

berbasis pada ilmu pengetahuan yang

menayangkan


di pelajari di pendidikan formal.

jasa pengobatan yang tidak mendapat

Karena itu dalam beberapa peraturan

izin dari lembaga berwenang, yaitu

yang

Dinas Kesehatan Kabupaten dan

kesehatan yang dipakai adalah istilah

Kota," kata Sahadewa di Denpasar.

“tradisional”. Misalnya, dalam SK

mengingatkan


“Berdasarkan
penyiaran

Kata

lembaga

ketentuan,

dilarang

“pengobatan

dikelarkan

oleh

otoritas


alternatif,

Menkes No. 386/Menkes/IV/1994

sesungguhnya sulit ditemukan dalam

teantang Pedoman Periklanan Obat

terminologi

Bebas,

hukum,

sebab

yang

Obat


Tradisional,

Alat

dikenal dalam perundangan adalah

Kesehatan,

Kosmetik,

istilah “obat tradisional”, “pelayanan

Kesehatan

Rumah

kesehatan tradisional”, “pengobatan

Makanan Minuman (cetak tebal dari


tradisional”.

penulis).

Kata

“tradisional”

kebalikan (lawan) dari pengobatan

pula

modern.

Kesehatan

PerMenkes

Tangga

dan

Istilah “tradisional” ditemukan

kemungkinan besar dimaknai sebagai

Dalam

Perbekalan

dalam

Peraturan

No.007

Menteri

Tahun

2012

misal,

tentang Registrasi Obat Tradisional,

disebutkan yang dimaksud dengan

juga pada Keputusan Kepala Badan

obat tradisional adalah obat yang

POM NO. HK.00.05.41.1348 tahun

No.006/2012

sebagai

J u rn a l S tu d i Ko m u n ika s i (In d o n e s ia n J o u rn a l o f Co m m u n ic a tio n s S tu d ie187
s)
IS S N (P rin t) 2549-7294
IS S N (On lin e ) 2549-7626

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

2005 tentang Kriteria dan Tata

gurah,

Laksana

patah

Pendaftaran

Obat

sinshe,tabib,
tulang,

chiropraksi,

dan

herbal;

(2)

Tradisional, Obat Herbal Terstandar

Pelayanan Kesehatan Komplementer,

dan Fitofarmaka. Kemudian narasi

yaitu

“tradisional” dapat ditemukan dalam

memanfaatkan ilmu biomedis dan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

biokultural

103 tahun 2014 tentang Pelayanan

serta manfaat dan keamanannya

KESEHATAN

TRADISIONAL.

terbukti secara ilmiah. Contohnya

Dalam PP inilah norma norma

akupuntur; (3) Pelayanan Kesehatan

tentang publikasi dan periklanan

Tradisional

pelayanan

kombinasi

kesehatan

tradisional

pelayanan

dalam

yang

penjelasannya

Integrasi,

konvensional

diuraikan sangat jelas.

kesehatan

yaitu

pelayanan

kesehatan

dengan

pelayanan

Istilah yang digunakan oleh KPID

kesehatan tradisional komplementer,

Bali dengan “pengobatan alternatif”

baik bersifat sebagai pelengkap atau

itu

pengganti.

barangkali

merujuk

pada

pengertian yang lebih populer di

Dalam PP No103/2014 pasal 67

Dinas

ayat(2) dinyatakan bahwa penyehat

sendiri

tradisional dan panti sehat dilarang

menggunakan istilah “tradisional”

mempublikasikan dan mengiklankan

sebagai

pelayanan

masyarakat.
Kesehatan

Sedangkan
Provinsi

noment

Bali

clature

untuk

kesehatan

Tradisional

Terdaftar

Empiris yang diberikan. Sedangkan

Penyehat Tradisional (STPT) dan

Tenaga Kesehatan Tradisional dan

Surat

fasilitas kesehatan tradisional masih

pengurusan

Izin

izin

Surat

Penyehat

Tradisional

dapat melakukan promosi melalui

(SIPT).
Dalam PP No 103 tahun 2014

publikasi dan iklan sepanjang bisa

diatur ada 3 (tiga) jenis pelayanan

dikatagorikan

kesehatan

tradisional

yaitu:

kesehatan tradisional komplementer

Pelayanan

Kesehatan

Tradisional

(1)

Empiris, layanan kesehatan yang
manfaat dan keamanannya terbukti
secara empiris. Contohnya: pijat,

188

sebagai

pelayanan

(pasal 68).
Dari norma ini dapat ditegaskan
bahwa

pelayanan

kesehatan

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

tradisional

empiris

dilarang

Kenyataannya sampai sekarang
dapat

beralih

ke

digital

ini,

media

cetak

mulai

mudah

berkurang pembacanya, beralih ke

para pelaku

media on-line yang mengandalka

dengan

menemukan iklan

mereka

televisi? Ada kecenderungan di era

melakukan publikasi dan beriklan.

kita

Mengapa

pelayanan kesehatan empiris

di

teknologi komunikasi/informasi dan

radio maupun televisi. Penyedia jasa

internet.

layanan

ini

mengkonvergensikan isi media cetak

menawarkan pelayanan kesehatan

secara virtual. Sehingga perlahan

mulai dari hulu hingga hilirnya,

lahan pelanggan media cetak pun

yakni

bagaimana

beralih cara mengakses informasinya

layaknya

dari cetak ke virtual. Orang dapat

seorang dokter, cara penyehatkannya

mengakses isi media cetak melalui

(umumnya

pengobatan

on-line. Sekarang dikenal dengan

modern, misal pengobatan tanpa

istilah Electronic papers (E-Peper).

operasi, tanpa obat kimiah, ditambah

Di media on-line dapat juga diakses

dengan sugesti tenaga dalam, jampi

versi cetaknya. Media televisi adalah

jampi, dan sejenisnya), disediakan

media massa yang lebih mudah

obat racikan (biasanya menggunakan

bermigrasi atau bergabung dengan

kata sugestif Ramuan ala Mbak Anu,

sistem

Kiai X, berasal dari ramuan India,

operasinya

dan lainnya), bahkan ada juga yang

mengandalkan visual. Karena itu,

menyediakan tempat inap layaknya

televisi

rumah sakit modern.

masyarakat. Hingga masuk ke abad

kesehatan

empiris

mulai

mendiagnosis

penyakit

menegasi

Teknologi

on-line
yang

masih

ini

karena
sama

tetap

berhasil

logika
sama

diminati

layanan

ke-21, konon rata rata orang Amerika

kesehatan tradisional empiris ini

Serikat melihat lebih dari 3000 iklan

awalnya sebatas melalui media cetak

setiap harinya dan menonton iklan

lokal saja, namun belakangan radio

televisi selama tiga tahun sepanjang

dan televisi menjadi saluran yang

hidup mereka (Danesi 2010: 221)

diandalkan dalam memasarkan jasa

Apalagi setelah sistem televisi

Publikasi

dan

iklan

layanan kesehatan mereka.

beralih ke sistem digital pada tahun

189

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

2009 membuat Penyiaran digital

lokal. Dalam satu provinsi bisa

menawarkan kualitas gambar dan

muncul sepuluh hingga lima puluh

suara yang jauh lebih tinggi, yang

stasiun TV lokal. Bahkan dengan

dapat membuat pemasaran lebih

rencana pemerintah memigrasikan

efektif atau membuat iklan yang

dari sistem analog ke digital peluang

kurang canggih menjadi menonjol

untuk

dalam cara yang buruk sekalipun.

menjadi semakin besar. Tidak heran

Sebagian besar televisi dioperasikan

bila industri menjadikan televisi

secara lokal dan berafiliasi dengan

sebagai

salah satu jaringan nasional utama

jasa/produk

(Callen 2010:193). Callen meyakini

industri

bahwa kelak Televisi akan menjadi

tradisional.

media visual yang utama, dan media

mendirikan

televisi

primadona

memasarkan

mereka,

jasa

lokal

termasuk

layanan

kesehatan

Di sisi yang lain masyarakat

iklan yang paling hebat karena dapat

mulai

merasa

diproduksi ke satu gambar atau

(demands) layanan kesehatan yang

bingkai kunci.

murah,

mudah

membutuhkan

diperoleh

tanpa

Di tanah air tumbuh suburnya

birokrasi yang berbelit, tanpa efek

televisi baru dimulai tahun 2002,

samping, dan sejenisnya. Hal ini

yakni dengan disahkannya UU No.32

menyebabkan

tahun 2002 tentang Televisi. Dalam

kesehatan

undang undang ini istilah Televisi

alternatif bagi masyarakat. Layanan

Nasional dihapus dan diganti dengan

kesehatan

model

juga

berjaringan.

Sebaliknya

telah

hadirnya
tradisional

tradisional

layanan
menjadi

nampaknya

mempelajari

kondisi

industri televisi diarahkan menjadi

psikologi sosial semacam itu. Maka

berbasis wilayah layanan. Mereka

bertemulah

hukum

yang ingin bersiaran secara nasional

demand.

Layanan

harus tetap menempuh jalur izin per

tradisional tumbuh menjadi industri

wilayah layanan (lokal). Peraturan

yang mempunyai peluang meraup

Pemerintah no 50 tahun 2005 tentang

keuntungan finansial. Di beberapa

Lembaga Penyiaran Swasta memacu

daerah kebutuhan akan media iklan

tumbuh kembangnya stasiun TV

190

supply

and

kesehatan

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

dan

publikasi

ditangkap

oleh

lembaga penyiaran radio dan televisi.
Pada tahun 2016 ketika penulis
melakukan

penelitian

“Perilaku

terhadap

Beberapa

riset

menunjukkan bahwa tidak semua
publikasi

dan

kesehatan

tradisional

Lembaga

Penyiaran

dengan

di

Kabupaten

(2012,

Komunitas

temuan

iklan

layanan
itu

kenyataannya.
20-28)

sesuai
Turisno

memaparkan

Tulungagung Jawa Timur” tanpa

temuannya bahwa Muatan informasi

sengaja menemukan fakta bahwa

yang

omset dari kontrak iklan dengan

merupakan

Lembaga

Kesehatan

wajib diberikan pelaku usaha dalam

Tradisional nilainya bisa tembus satu

iklannya serta mengatakan apa yang

milyar rupiah per tahunnya. Kontrak

perlu konsumen ketahui agar dapat

iklan tersebut didistribusikan melalui

menentukan

jaringan radio komunitas di bawah

Sebagian

koordinasi kelompok radio Madu FM

menyesatkan membawa pesan yang

di Campurdarat yang jumlahnya

tidak lengkap

puluhan radio komunitas ditambah

dengan kandungan produknya . Iklan

beberapa radio swasta. Akhir akhir

obat

ini (awal 2017) jaringan iklan dan

sebelum

publikasinya

dengan

terhadap pelanggaran agar memberi

swasta (Madu TV). Iklan

efek penjera. Peraturan periklanan

spot dan pariwara Layanan kesehatan

obat tumpang tindih, peran Badan

tradisional itu bisa mengenai cara

POM

terapinya,

membuat peraturan serta melakukan

televisi

Pelayanan

ditambah

ramuannya,

dan

cara

pembayaran, maupun kelengkapan
fasilitasnya.

Juga

dengan teknik

benar,

jelas,

hak

konsumen

pilihan

yang

iklan

melalui

dan

obat

dan

jujur,
yang

tepat.
isinya

tidak sesuai

tahap

pre

review

dipublikasikan,

sanksi

sebagai

pengawas

yang

sensor atas iklan.
Iklan

sebagai

suatu

bentuk

testimoni yang menunjukkan para

informasi. Informasi kesehatan yang

“alumni”

salah bisa merugikan konsumen.

keberhasilannya

menyatakan
berobat

di

dan

Informasi kesehatan komersial yang

melalui layanan keehatan tradisional.

salah atau tidak tepat dapat membuat
konsumen terlambat mendapatkan

191

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

pelayanan kesehatan yang benar,

khalayak secara persuasif, maka

mengakibatkan

banyak

hal

dengan

dampak

kemubaziran

dan

dapat mengancam jiwa konsumen.
Umumnya masyarakat kurang
memahami

bahwa

obat

selain

yang

kesehatan

berhubungan

negatif

layanan

tradisional

tidak

Iklan

hanya

hal

yang

diinformasikan.

enyembuhkanpenyakit

uga,

membuat

mempunyai efek samping,

yang

menyenangkan, memberi harapan,

merugikan

kesehatan.

Beberapa

Pengaruh samping obat. Selain

khasiat

obat

dan optimisme khalayak.
Kementerian

pengaruh obat meliputi:
1.

hal

yang

berguna

Kesehatan

Republik

Indonesia

menyatakan

mengapa

iklan

(pengobatan

menyembuhkan penyakit, obat

tradisional) harus diawasi, tidak lain

pun memilki pengaruh negatif yang

untuk melindungi masyarakat dari

selalu timbul

informasi

bersama pemakaian obat.

menghindarkan

2.

bahaya dan dampak buruk serta

Keracunan obat. Dalam arti

yang

menyesatkan,
pelanggan

dari

adalah

kerugian material akibat pelayanan

gejala-gejala yang ditimbulkan oleh

kesehatan yang tidak aman dan tidak

obat apabila dipakai dalam dosis

bermutu (Kemenkes 2016).

sempit,

keracunan

obat

yang terlalu tinggi atau dalam jangka
panjang yang terlalu lama atau juga

PEMBAHASAN

bila minum obat yang salah.

Model Pengawasan oleh Negara

3. Alergi obat. Alergi obat adalah

Model pengawasan tayangan iklan

reaksi timbul terhadap suatu obat

layanan

karena

sudah dibuat secara berlapis. Pada

kepekaan

seseorang

kesehatan

sesungguhnya

terhadap obat tersebut.

tingkatan konseptual materi iklan

4.

Pengaruh negatif apabila dua

telah direkomendasikan oleh P3i

macam obat atau lebih dipakai secara

(Persatuan Perusahaan Periklanan

bersama-sama. (Widjayanti 2002,10)

Indonesia).

P3i

sendiri

telah

Sangat mungkin demi mencapai

menetapkan 16 butir rambu rambu

tujuan iklan, yakni mempengaruhi

yang harus diperhatikan dalam iklan

192

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

obat tradisional ataupun layanan

tayangan iklan pada saat dan setelah

kesehatan tradisiona. Dari ke-16

ditayangkan,

butir rambu tersebut diantaranya;

KPI/KPID sendiri atau atas aduan

dapat

dari masyarakat.

diiklankan

apabila

telah

baik

atas

inisiatif

mendapat persetujuan pendaftaran

Dari model ini dapat diambil

dari Kementerian Kesehatan RI,

intinya bahwa pengawasan terhadap

dapat

Iklan

dimuat/tayang

rancangan

iklan

setelah

telah

mendapat

Pelayanan

Tradisional

Kesehatan

di bagi

dua,

yakni

persetujuan dari Kemenkes RI, tidak

pengawasan

boleh

tenaga

ditayangkan dan pengawasan saat

kesehatan, tidak boleh menggunakan

atau setelah iklan ditayangkan. Pada

kata-kata: super, ultra, istimewa, top,

level sebelum ditayangkan, badan

tokcer, cespleng, manjur dan kata-

yang

kata

adalah Kementeria Kesehatan cq.

diperankan

lain

yang

oleh

semakna

yang

sebelum

berwewenang

iklan

menyeleksi

menyatakan khasiat dan kegunaan

Badan

berlebihan atau memberi janji bahwa

Makanan (POM) dan setelahnya

obat

pasti

badan yang berwewenang adalah

menyembuhkan, Pada setiap awal

Komisi Penyiaran Indonesia, baik

iklan obat tradisional dicantumkan

pusat maupun daerah.

tradisional

identitas

kata

tersebut

“JAMU”

dalam

Menurut

Obat

Turisno

dan

(2012:6)

peraturan iklan obat masih tumpang

lingkaran.
Kemudian

Pengawasan

diimplementasikan

oleh production house. Materi iklan

tindih

sehingga

menyebabkan

pengawsan tidak efektif.

diperiksa oleh Badan Sensor Film.

Peran Badan Pengawas Obat dan

Setelah itu masuk ke Kementerian

Makanan (BPOM) terlalu besar dari

Kesehatan/Dinas Kesehatan Provinsi.

membuat

Iklan baru diperbolehkan tayang di

melakukan sensor iklan sebelum

lembaga penyiaran (radio dan TV)

ditayangkan. Di pihak lain, sanksi

setelah mendapat rekomendasi.

terhadap langgaran yang ada terlalu

Kewenangan Komisi Penyiaran
Indonesia/Daerah

mengawasi

peraturan

sampai

ringan sehingga tidak memberi efek
jera dan justru menjadi celah hukum

193

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

Andaikan semua media massa

yang dimanfaatkan oleh pengusaha.
Menteri

mengikuti model pengembangannya

mengeluarkan

seperti yang diidealkan Wahyuni

Peraturan Menteri (Permen) No.1787

sudah barang tentu tidak akan terjadi

yang

pelanggaran etis dalam tayangan

Logikanya,

meskipun

Kesehatan

telah

menegaskan dalam rangka

pembinaan dan pengawasan iklan

iklan

dan/atau

pelayanan

organisasi media akan menggunakan

kesehatan, Menteri dapat membentuk

sumber nilai etis dan regulasi negara

TIM

dalam

publikasi

PENILAIAN

DAN

PENGAWASAN iklan dan publikasi
pelayanan kesehatan di lingkungan

di

media

massa.

Setiap

melaksanakan

peran

publikasinya.
Dalam

hal

pengawasan

kementerian Kesehatan (pasal 11

internal

PermenKes

karena justru medialah yang sangat

No.1787/2010),

tetap

media

ini,

menjadi

mandul,

saja tidak berarti karena ketidak

berkepentingan

dengan

jelasan sanksi dan tumpang tindih

tersebut.

dan

kewenangan.

pelayanan

Iklan

kesehatan

iklan
publikasi

tradisional

menjadi semacam oase di padang
Model

Pengawasan oleh Media

tandus, saat media televisi semakin
banyak sementara kue iklan semakin

TV
Hermin Indah Wahyuni (2007 :3)

sedikit.

Kompetisi

untuk

menyatakan idealnya media massa

mendapatkan iklan semakin ketat

menggunakan model self-regulatory

yang dampaknya menyebabkan krisis

mechanism, yakni pengaturan diri

keuangan di media televisi. Industri

berbasis nilai nilai internal organisasi

televisi adalah industri padat modal

media massa yang sangat spesifik.

yang

Dalam setting ini kondisi ideal yang

(operations cost) sangat besar; mulai

ingin diwujudkan adalah internal

dari

control

pada

masing

masing

membutuhkan

ongkos

membayar

biaya

membayar

karyawan,

membayar

organisasi media , sehingga secara

pajak

otonomi mereka akan memperbaiki

Penyelenggaraan Penyiaran, dan juga

kelemahannya sendiri.

pemeliharaan aset. Income yang

194

frekwensi,

listrik,

pajak

Izin

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

paling pasti adalah dari iklan. Bagi

terus menghadapi godaan godaan di

stasiun televisi berjaringan (SSJ)

mana

yang

dan

masyarakat

sipil

(civil

mempunyai jaringan pemasang iklan

melakukan

tarik

menarik

sangat baik, masukan dari tayangan

mendapatkan

iklan bukan problem utama. Namun

otoritasnya masing masing. Sejak

tidak demikian dengan stasiun TV

Undang Undang Penyiaran disahkan

lokal yang mengandalkan sumber

tahun

modal dari industri lokal. “Mencari

mendapatkan peran yang dominan

iklan sama sulitnya dengan mencari

atas

jarum yang jatuh di dasar laut”

berlangsung sangat “alot”. Henri

( Kata Ali Masjkur, pemilik Madu

Subiakto

TV Tulungagung, wawancara 14 Juli

disertasinya menemukan fakta bahwa

2016) Bahkan ada TV di Kediri yang

kontestasi

iklannya dibarter dengan property.

kebijakan dalam bidang penyiaran

Misalnya

sudah dimulai pada level formulasi

sudah

kaya

modal

kerajinan

mabeler

negara,

2002,

industri,

society)

pengaruh

kontestasi

keberadaan

sebagai

dalam

dan

untuk
dan

untuk

penyiaran

misal,

dalam

mempengaruhi

membayar iklannya dengan meja,

kebijakan.

kursi, dan property lainnya. Ada juga

Henri Subiakto menulis:

yang

“industri dengan kekuatannya dan
segala
upaya
mencoba
untuk
menyiasati aturan perundangan
tersebut.
Walhasil,
terjadilah
diskrepansi atau gap antara wacana
yang ideal dan disuarakan civil
society dengan implementasi di
lapangan . Sedangkan dalam aras
normative, Negara nampak lebih
akomodatif
dengan keadaan
industry,
karena
mereka
menganggap bahwa tugas negara
salah satunya adalah memajukan
iklim industri di dalam negeri,
termasuk industri media penyiaran.”
Komisi Penyiaran Indonesia

iklannya

dibayar

dengan

produk yang diiklankan. Bahkan
menurut Dr. Prilani “ harga spot
iklan di TV lokal ada yang sama
dengan

harga

komunitas”.

iklan
(Mantan

di

radio

Anggota

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah
Jatim periode 2013-2016.)

Model Pengawasan Oleh KPI
Meskipun Indonesia memasuki
era reformasi menuju era demokrasi,

(KPI)

yang

semula

diharapkan

khusus untuk media penyiaran masih

mempunyai peran menjadi mediator

195

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

dan

2016 tentang Perangkat Daerah.

publik pun ikut termarginalisasi.

Telah terjadi penggabungan beberapa

Menurut Hermin Indah Wahyuni

SKPD

Undang Undang Penyiaran beru

Daerah).

memberikan

untuk

memiliki SKPD sendiri kemudian

menghasilkan Code of Conduct ,

dicabut, SKPD dilebur di bawah

yang

Dinas Kominfo Provinsi. Akibatnya

antara

negara,

masyarakat,

otoritas

menunjukkan

regulation

di

bahwa

Indonesia

selfbelum

dari

(Satuan

Kerja

KPID

segi

fungsi

Perangkat

yang

dan

semula

anggaran

sepenuhnya dilaksanakan Wahyuni

mengalami kendala yang luar biasa.

(2007 :21)

Sudah

Saat ini pengaturan penyiaran
menjadi terbagi bagi antara KPI dan
Pemerintah.
perizinan

Sebagian
melalui

barang

tentu

akan

mempengaruhi kinerja KPID dalam
pengawasan isi siaran.

proses

KPI

dan

pemerintah (dalam hal ini secara

d. Pengawasan Oleh Masyarakat
Ketika otoritas negara, otoritas

operasional

melalui

Kementerian

penyiaran, dan media massa sendiri

Komunikasi

dan

Informatika).

telah gagal dalam pengawasan isi

Sebagian

pengawasan

melalui

KPI

isi

namun

siaran
dengan

siaran (dalam hal ini iklan), lantas
jalur

mana

kewenangan yang sangat terbatas.

diandalkan?

Kondisi

Mungkinkan

ini

bukan

menjadikan

lagi

yang

dapat

masyarakat

yang

birokrasi penyiaran (termasuk di

sementara ini cenderung menjadi

dalamnya pengasan

“korban”

isi siaran)

atas

iklan

layanan

menjadi efisien, sebaliknya justru

kesehatan tradisional bisa dibalik

menjadi kacau balau. Panuju (2015

menjadi pengawas?
Kesadaran

:101)
Apalagi dengan terbitnya UU

dibangkitkan

masyarakat
melalui

harus
berbagi

tentang

pengalaman diantara mereka. Kini

Pemerintahan Daerah dan diubah

mediasi untuk sharing pengalaman

dengan

2015,

tersebut sudah masif di tangan

dilanjutkan dengan PP No.18 tahun

mereka. Nyaris tidak ada individu

No.23

196

tahun

UU

2014

No.9

tahun

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

dalam

yang

tidak

HIV/AIDS” Naryoso (2015 :67).

media

sosial

“Aku

masyarakat

terhubung

melalui

Tau”

merupakan

kunci

(medsos). Di tangan masing masing

penyadaran. Manusia seringkali tidak

tergenggam informasi apa saja dan

menyadari

darimana

telepon

karena dirinya tidak mengetahui

genggam yang dimiliki. Fakta telah

bahwa ada persoalan. Informasilah

membuktikan

yang menyebabkan individu berpikir

saja

melalui

mobilisasi

sosial

memiliki

dan

persoalan

dalam kasus tertentu berhasil dirajut

kritis

selanjutnya

melalui media sosial. Contoh yang

mengidentifikasi

klasik adalah pengumpulan koin

secara lebih substansial. Informasilah

untuk

segala

sesuatu

Mulyasari

yang

yang menyebabkan individu merasa

tidak

oleh

berada dalam pengalaman yang sama

kemudian

dengan individu lainnya. Menurut

mobilisasi unjuk rasa super damai

Deddy Mulyana (2014) sebagaimana

yang dilakukan oleh umat Muslim

dikutip Novaria Maulina dan Lalita

yang

Hanief dalam Naryoso (2015 :41),

Prita

“diperlakukan”
sebuah

rumah

menutut

adil

sakit,

diproses

terhadap seseorang

hukum

yang diduga

semakin

mirip

suatu

bidang

agama,

pengalaman (field of experinces )

informasinya

yang dimiliki kedua belah pihak

melalui media sosial. Bahkan kini

yang sedang berkomunikasi, maka

berdagangan

komunikasi akan semakin dilakukan.

melakukan
penyebar

penistaan
luasan

sudah

bergeser

cenderung menggunakan media on-

Pengawasan

oleh

masyarakat

line tersebut. Kiranya model ini

dapat juga diwakili oleh Lembaga

adalah potensi yang bagus untuk

Swadaya Masyarakat (LSM) yang

penyadaran

peduli pada pengawasan media atau

masyarakat

terhadap

isi media. Kelompok masyarakat

pentingnya masalah kesehatan.
yang

peduli media pernah tumbuh di

berjudul “Aku Tau Aku Terancam”,

kampus kampus perguruan tinggi

Model Komunikasi Strategis untuk

seiring dengan adanya kepedulian

Menyadarkan

negara.

Menarik

sekali

artikel

perempuan

Pekerja

Seks bandungan terhadap Bahaya

Kini

negara

cenderung

meminggirkannya dan lebih concern

197

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

memperhatikan
UMKM,

bidang

pemberdayaan

gender,
buruh,

pesantren, dan olahraga. Namun
sesungguhnya

jalur

ini

masih

memiliki peluang.
Selanjutnya, yang tidak kalah
penting adalah portal portal dan Blog
yang disediakan oleh media cetak
sebagai ruang diskusi publik melalui
jalur on-line-nya. Sebagai contoh
seperti koran Kompas yang membuat
ruang

KOMPASIANA.

Sebagai

contoh pada KOMPASIANA 23 Juni
2013 dan diperbaharui 20 Juni 2015,
salah

seorang

bernama

blogernya

Faisal

“Menyoal
Tradisional”.

Iklan
Ia

Riza

yang
menulis

Pengobatan
menguraikan

gagasannya sebagai berikut :
Menarik akhir –akhir ini kita
memperhatikan
pada
media
elektronik radio, televisi, dan
internet maupun surat kabar banyak
sekali
promosi
pengobatan
tradisional yang secara berlebihan,
dari beberapa kabupaten/kota yang
saya perhatikan Iklan pengobatan
tradisional hampir sama inti iklan
yang di sampaikan, bahwa dapat
mengobati penyakit mata rabun,
mata katarak , liver, gangguan pria,
liver, paru - paru basah, telinga
berair , kanker tanpa operasi tanpa
injeksi serta menggunakan obat
herbal atau metode lainnya yang
mengklaim sebagai terbaik seindonesia, langsung sembuh, tanpa

198

efek samping , dan lain sebagainya .
Iklan ini terkadang di ulang seakan akan sebagai sponsor iklan tunggal (
terbesar) dalam media elektronik
maupun media cetak tersebut
Biasanya dalam satu Kabupaten /
Kota
biasanya
ada
beberapa
pengobatan
tradisional
yang
beriklan seperti tersebut, yang tak
jarang disertai Testimoni (kesaksian)
seseorang yang pernah menjalankan
pengobatan tersebut. Yang menjadi
pertanyaan dalam Iklan Pengobatan
tradisional sebagai media promosi,
jangan
menjadi
pembodohan
masyarakat
juga
menyesatkan
karena dalam penyakit penyakit
tertentu terutama kanker apalagi
sudah stadium IV (empat) sulit di
sembuhkan dari segi medis / ilmiah,
meskipun dalam iklan tersebut
dikatakan
mengobati
bukan
menyembuhkan
serta
dalam
kesembuhan
manusia
hanya
berusaha , Tuhan lah yang
memberikan kesembuhan. Ada yang
menarik dalam iklan tersebut adalah
Testimoni atau pengakuan pasien
yang telah disembuhkan seakan akan
memang benar mujarab, kalau media
mau usil banyak juga pasien yang
tidak sembuh tetapi tidak diekspose.

Andaikan
dimanfaatkan

artikel
oleh

ini

kementerian

Kesehatan, misalnya didorong
untuk menjadi viral, maka bisa
menjadi virus pengetahuan yang
menyadarkan masyarakat. Mungkin
suatu saat, Kementerian Kesehatan
membuat program lomba menulis
tentang

tema

Iklan

Pelayanan

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

Kesehatan Tradisional melalui media

iklan layanan kesehatan tradisional

sosial, blog, on-line, dan sejenisnya.

(KPID Bali menggunakan istilah
alternatif), tetapi realitasnya surat

2.Penyebab Pengawasan Yang Tidak

teguran tersebut tidak diindahkan.

Efektif

Lembaga

a. Faktor Ketidak Berdayaan KPI.

menayangkan iklan tersebut.

Penyiaran

tetap

Pada bagian awal artikel ini,

Berikut teguran KPI terhadap

telah ditulis tentang aktivitas KPID

tayangan Iklan Layanan Kesehatan

Bali yang sudah berkali kali memberi

Tradisional:

surat peringatan terhadap lembaga
penyiaran yang telah menayangkan

Tabel 1.

KPI/KPID

Nama Lembaga Penyiaran

Kasus Pelanggaran (tahun)

KPI

RCTI

iklan “Shimizu” (2011),

Semua stasiun TV

(2012)

KPID Jaba

Iklan
Semua stasiun TV

pengobatan

tradisional

yang

berlebihan. (2012)
KP

Iklan “Tong Fang” (201

199

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
- ISSN (Online) 2549-7626

Meskipun iklan obat dan

sama dengan pembawa acara (host)

layanan kesehatan tradisional telah

yang sama dan bahkan waktu tayang

diperingatkan berkali kali, namun

yang sama, hanya nama acaranya

tetap saja masih bisa beriklan. Akhir

yang

akhir ini iklan pelayanan kesehatan

“(Bukan)

tradisional mulai bergeser ke media

Sesungguhnya

sosial.

pengawasan isi siaran, KPI bagai

Pada bulan Mei 2015, Kementerian
Kesehatan telah mengirim surat ke

berubah

macam

sedikit

menjadi

Empat

Mata”.

dalam

ompong,

urusan

hanya

keras

mengaum tapi tidak berbahaya.

KPI agar mendukung pelaksanaan PP
No.103 tahun 2014 khususnya dalam

b. Sikap Ambigu KPI/KPID

pengawasan

Dalam mensikapi tayangan iklan

kesehatan
koordinasi

iklan

pelayanan

tradisiona.
antara

dua

Rapat
lembaga

layanan
kebanyakan

kesehatan

tradisional,

KPI/KPID

tersebut sudah berulang dilakukan

ambigu.

bahkan hingga ke tingkat provinsi.

memberikan teguran tetapi tidak

Masalahnya adalah pada lemahnya

sampai menghentikan iklan secara

otoritas KPI/KPID yang dimiliki.

sporadis.

Kewenangan KPI hanya sebatas

pertimbangan menyangkut sumber

memberi peringatan dan bila sudah

hidup lembaga penyiaran itu sendiri.

berulang hanya berhak menghentikan

Sikap ambigu atau ragu ragu tersebut

tayangan/program untuk beberapa

dapat ditengarai dari pernyataan

waktu saja (misalnya 1 minggu).

anggota KPID Jabar ketika memberi

Setelah masa penghentian tayangan

teguran kepada lembaga penyiaran

selesai, materi yang sama/senada

yang menayangkan iklan tersebut,

masih bisa tayang lagi dengan nama

sebagai

program yang berbeda. Misalnya dulu

(http://www.kpi.go.id/index.php/id/u

ada acara “Empat Mata” di sebuah

mum?start=275) :

stasiun TV Swasta yang dihentikan

Dadan
menjelaskan,
“kriteria
pelanggaran
yang
dilakukan
pengelola televisi terkait dengan

tayangannya

oleh

KPI,

tetapi

kemudian muncul lagi acara yang

200

Artinya,

bersikap

Hal

tersebut

meskipun

karena

berikut

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

iklan dan acara pengobatan ini cukup
beragam.
Yakni
mulai
dari
pengakuan
pasien
(testimoni),
blocking time acara pengobatan
hingga berjam-jam,mencantumkan
harga atau diskon dan lain
sebagainya. Padahal, hal seperti ini
melanggar
Undang-undang
Kesehatan, Undang-undang dan juga
Undang-undang
Perlindungan
Konsumen.”
"Jelas melanggar peraturan, sehingga
harus dihentikan tayangan iklan dan
acara seperti itu," imbuh Dadan.
Meski demikian, kata Dadan,
pihaknya tidak bisa serta merta
melarang penayangan iklan ataupun
acara-acara

pengobatan

tersebut.

Terutama di televisi lokal, karena
memang untuk TV lokal ini 75
persen pemasukannya justru dari
narasi

“75

persen

pemasukan justru dari iklan dan
acara

pengobatan”.

Itulah

yang

menyebabkan pengawasan terhadap
iklan layanan kesehatan tradisional

iklan,

kebiasaan

mengikuti

atau

sebaliknya

kebiasaan

masyarakat

disebabkan

karena

persepsinya,

yakni bahwa pengobatan tradisional
tidak

berakibat

buruk.

Justru

sebaliknya,

masyarakat

akan

mempersepsi

larangan

sosialisasi

(iklan

pelayanan

dan

kesehatan

terhadap
publikasi)
tradisional

didorong oleh adanya persaingan
antara industri medis modern dengan
tradisional.

Pemerintah dalam

hal ini dipandang memihak kepada
medis

modern,

karena

berkaitan dengan sistim kedokteran
yang

dimiliki

mulai

dari

keilmuannya sampai pada praksisnya
(rumah sakit, farmasi, perguruan
tinggi, dst).

Meskipun

masyarakat

telah

mendapat sosialisasi yang memedai
melalui penyuluhan maupun media
namun

bila

persepsi

sebaliknya,

tayangan

pelayanan

(2005:204)

menegaskan

persepsi sebagai cara organisme

c. Faktor Persepsi Masyarakat

iklan

masyarakat

persepsinya

Mulyana

masyarakat

tidak

Mengutip William W. Wilmot,

tidak efektif.

massa,

sesungguhnya

berarti apa apa. Ada atau tidak ada

industri

iklan dan acara pengobatan.
Perhatikan

tradisional,

kesehatan

memberi

makna.

diciptakan

Makna

individu

yang
dalam

menginderai objek tergantung faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor
internal

misalnya

suasana

batin

individu, berupa rasa senang, benci,

201

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

bahagia, dan sejenisnya. Sedangkan

manusia terhadap objek sehingga

faktor

makna menjadi representasi dari

eksternal

yang

disebut

objek. Dalam konteks ini, Fisher

Mulyana meliputi organisasi sosial.
Faktor

internal

individu

(1990:193),

hendak

menegaskan

merupakan hasil penalamannya dan

bahwa makna dari stimuli yang

hasil

dimaknai oleh indra justru ditentukan

pembelajarannya

terhadap

lingkungan. Mereka yang pernah

bagaimana

mendapatkan

stimulus.

layanan

rasa

senang

pengobatan

dari

manusia

memaknai

Hubunganan

tradisional

diantara

cenderung akan mempersepsi positif

pengobatan

alternatif

terhadap stimulus yang sama, dan

pengobatan modern bukanhubungan

demikian

sebaliknya

persepsi

yang bersaing. Pengobatan kedua-

masyarakat

terhadap

pengobatan

duannya hidup saling berdampingan

modern tergantung dari pengalaman

dan

perasaannya.

pilihan pengobatan untuk bermacam-

Kalau

kemudian

bersama-sama

dengan

masyarakat dapat menerima layanan

macam

pengobatan

alternatif

tradisional

dengan

penyakit.
ada

menyediakan

Dalam

sifat

yang

bidang
dapat

senang dan sebaliknya menerima

menyediakan bidang medikal dan

pengobatan modern dengan terpaksa,

sebaliknya.

hal itu bisa mencerminkan hubungan

kepercayaannya terhadap kesehatan

rasa masyarakat terhadap stimulus

berbeda pengobatan kedua-duannya

tersebut.

saling melengkapi kegunaanya. Oleh

Menurut
tentang

perspektif

komunikasi

Walaupun

Psikologis

karena itu, dalam masyarakat ada

apa

kebutuhan untuk pengobatan kedua-

yang

membuat objek sebagai stimulus

duannya

bukanlah ia berada di lingkungan

(2004 :44)

yang

tersedia.

Walcott

ia

Di kalangan pengurus Besar

diterima sebagai satuan yang dapat

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sudah

ditetapkan oleh satu atau lebih indra

mulai menerima pengobatan dan

manusia. Jadi, makna sebetulnya

layanan kesehatan tradisional sebagai

bukanlah hasil pemotretan indra

bagian dari sistim pengobatan di

manusia

202

akan

tetapi

karena

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

Indonesia.

Pemikiran

tentang

integrasi antara pengobatan modern

KESIMPULAN
Peraturan

Pemerintah

(PP)

dengan tradisional tersebut dapat

No.103/2014 pasal 67 ayat (2)

ditemukan dalam artikel yang ditulis

dengan tegas melarang publikasi dan

oleh Aldrin Neilwan P, yang waktu

iklan pelayanan kesehatan tradisional

itu sebagai Sekretaris Bidang Kajian

empiris, seperti pijat, gurah, sinshe,

Tradisional,

Alternatif,

dan

tabib, bekam, chiropraksi, patang

Komplementer

Pengurus

Besar

tulang, dan herbal. Larangan tersebut

Ikatan

Indonesia

(Jurnal

Dokter

dimaksudkan

agar
dari

masyarakat

Medika Planta, Volume 1 No.4

terlindungi

informasi

yang

Oktober 2013), antara lain menulis :

menyesatkan dan berdampak buruk

pemanfatatan

Komisi penyiaran Indonesia (KPI)

yankestradkom baik didunia dan dan

diharapkan menjadi ujung tombak

di Indonesia tinggi dan cenderung

pengawasan

terus

Pengembangan

bertindak sesuai dengan kewenangan

pemanfaatan pengobatan tradisional

yang dimiliki, tetapi tidak mampu

Indonesia merupakan suatu potensi

menghentikan keberadaan tayangan

besar dalam meningkatkan kualitas

iklan

hidup dan kesejahteraan bangsa.

memang tidak memiliki kewenangan

Hanya

dan

yang cukup kuat menjatuhkan sanksi

yankestradkom

terhadap lembaga penyiaran, ternyata

yang dilayankan di Indonesia perlu

pada sebagian anggota KPID ada

di tata dalam suatu sistim, sehingga

sikap

dapat diintegrasikan dalam sistim

sungguh menghentikan iklan dan

kesehatan

publikasi

Minat

dan

meningkat.

saja

keragaman

keberadaan

jenis

nasional

dan

dapat

iklan tersebut

tersebut,

sebab

telah

disamping

ambigu untuk bersungguh

pelayanan

kesehatan

Untuk

tradisional. Diketahui saat ini iklan

pengembangan pengobatan herbal di

dari produk dan jasa ini merupakan

fasyankes diperlukan adanya data

andalan penghasilan televisi lokal,

ilmiah pendukung yang berdasarkan

bahkan angkanya bisa mencapai 75%

bukti (Evidence based).

dari pemasukan.

dipertanggungjawabkan.

203

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

Disamping itu regulasi tentang
pengawasan

iklan

pelayanan

pelanggaran dalam iklan pelayanan
kesehatan

tradisional,

serta

kesehatan tradisional juga masih

mendelegasikan

secara

tumpang tindih dan belum jelas

kepada

rumusan sanksi terhadap pelanggaran

menjatuhkan sanksi pada setiap jenis

tayangan iklan, serta siapa yang

pelanggaran;

berhak menjatuhkan sanksi. Hal

Kementerian

tersebut justru dianggap sebagai

Kementerian Kesehatan.

siapa

eksplisit

kewenangan

BPOM,

KPI,

Kominfo,

P3i,
dan

celah yang dapat dimanfaatkan oleh
kalangan industri.

DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah perlu membuat
gerakan kontra untuk mereduksi
dampak buruk dari iklan pelayanan
kesehatan tradisional dengan iklan
juga, yakni dalam bentuk iklan
layanan masyarakat (ILM) melalui
televisi.

ILM

rasionalitas

tersebut

berisi

tentang

layanan

kesehatan tradisional, yang belum
bisa

dibuktikan

Banyak

persepsi

secara
dan

ilmiah.
mitos

di

masyarakat yang justru mendukung
berkembangnya
tradisional

yang

pengobatan
pada

giliran

menumbuhkan pelayanan kesehatan
tradisional.

Prinsipnya

informasi

harus ditandingi dengan informasi.
Perlunya
setingkat

undang

sebuah

regulasi

undang

yang

bersifat holistik, yang berani lebih
tegas merumuskan bentuk bentuk

204

Callen, B.(2010). Marketing,
Advertising, and Publicity.

New York: McGraw Hill.
Danesi,

M.(2010).

Pengantar

Memahami Semiotika Media .

Yogyakarta: Jalasutra.
Fisher,

B.

A.,

&

Trimo,

S.

(1990). Teori-teori
Komunikasi:

Perspektif

Mekanistis,

Psikologis,

Interaksional dan Pragmatis.

Bandung: Rosda.
Kementerian Kesehatan RI. (2016).
Regulasi
Iklan.

dan

Bahan

Sekretariat
Komunikasi
Kementerian
Jakarta.

Pengawasan

sosialisasi.
Jendral Pusat
Publik,

Kesehatan

RI.

Jurnal Studi Komunikasi (Indonesian Journal of Communications Studies)
ISSN (Print) 2549-7294
ISSN (Online) 2549-7626

Neilwan, P. (2013). Views and
Attitudes

of

Association

Turisno, B. E. (2012). Perlindungan
Konsumen

dalam

Iklan

Executives in Indonesia for

Obat. MASALAH-MASALAH

Medical Use of Traditional/

HUKUM, 41(1), 20-28.

Complementary

Health

Wahyuni, H. I. (2013). Politik Media

Services. Jurnal

Medika

dalam Transisi Politik: Dari

Planta , 1(4).

Kontrol Negara Menuju Self-

Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi
Sebuah Pengantar. Bandung:

Rosda.

Regulation Mechanism. Jurnal
ILMU KOMUNIKASI, 4(1).

Walcott, E. (2004). Seni Pengobatan

Naryoso, A.(2016). “Aku Tau Aku

Alternatif

Pengetahuan

dan

Terancam”, Model Strategis

Persepsi. Kerja

untuk Menyadarkan Perempuan

Program

Pekerja

Consortium for In Country

Seks

Bandungan

terhadap Bahaya HIV/AIDS.

Indonesia

Dalam Komunikasi Dan Isu

Malang:

Publik.

Editor

A.

Ishak.

Yogyakarta: ASPIKOM.
Panuju, R. (2015). Sistem Penyiaran

Kursus
Australian

Studies (ACICIS),
Universitas

Muhammadiyah.

Widjayanti, N.V. (2002). Obatobatan. Yogyakarta: Kanisius.

Indonesia-Sebuah Kajian
Struktural Fungsional. Jakarta:

Kencana.

Tentang Penulis:
Redi Panuju

-

Saat ini menjabat Dekan pada Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas dr. Soetomo.

Panuju sebelumnya juga Ketua Komisi Penyiaran

Indonesia Daerah Jawa Timur pada periode 2013 –2016. Panuju juga merupakan
Penulis yang sangat produktif pada bidang – bidang Ilmu Komunikasi dan Studi
Media.

205