Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI bersertifikasi untuk meningkatkan mutu pembelajaran MTsN di kabupaten Jombang: study multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang

PENGEMBANGAN KEBERLANGSUNGAN
PROFESIONALITAS GURU RUMPUN PAI
BERSERTIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN MUTU
PEMBELAJARAN MTsN DI KABUPATEN JOMBANG
(Study Multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar,
MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang)

TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat
Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

OLEH
IMA RAKHMAHWATI
(NIM: F020315059)
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2017

ABSTRAK
PENGEMBANGAN KEBERLANGSUNGAN PROFESIONALITAS

GURU RUMPUN PAI BERSERTIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN
MUTU PEMBELAJARAN MTsN DI KABUPATEN JOMBANG
(Study Multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN
Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang
Jombang)
Tahun 2017
Oleh: Ima Rakhmahwati
Kata Kunci : Profesionalitas Guru, Sertifikasi Guru, Mutu Pembelajaran
Keberadaan, peran dan fungsi guru dalam dunia pendidikan merupakan
salah satu faktor yang urgen. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses
belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh
sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air
tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru
itu sendiri. Sertifikasi guru menjadikan guru menjadi profesional dengan
mengikuti pelatihan- pelatihan. Profesionallisme guru menjadi salah satu
faktor terpenting dari mutu pendidikan.
Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mendeskripsikan mutu pembelajaran
PAI di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan
Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang sebelum ada guru
bersertifikasi. 2. Untuk mendeskripsikan pengembangan keberlangsungan

profesionalitas guru rumpun PAIbersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN
Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh,
MTsN Tembelang Jombang. 3. Untuk mendeskripsikan pengembangan
keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAIbersertifikasi dalam
meningkatkan mutu pembelajaran di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas,
MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang
Jombang.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif. Metode pengumpulan data diperoleh dengan menggunakan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data memakai
Reduksi Data (Data Reduction), Penyajian Data (Data Display),dan
Conclusion Drawing/ Verification.
Berdasarkan fokus penelitian, paparan data, dan temuan serta analisis
pembahasan, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
mutu pembelajaran sebelum ada sertifikasi guru sudah menjadi prioritas utama
di keenam madrasah tersebut, itu dibuktikan dengan adanya usaha- usaha
untuk meningkatkan mutu pembelajaran saat itu. Meskipun belum didukung
dengan fasilitas- fasilitas yang memadai dan masih kurangnya wawasan guruguru rumpun PAIterkait dengan metode- metode pembelajaran yang
bervariasi, usaha guru rumpun PAIbersertifikasi dalam mengembangkan
sertifikasi guru adalah dengan mengikuti pelatihan- pelatihan dan

pengembangan
keberlangsungan
profesionalitas
guru
rumpun
PAIbersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran adalah dengan
menerapkan hasil pelatihan- pelatihan.

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………...…………………..……….i
PERNYATAAN KEASLIAN ……..…………………………….………ii
PERSETUJUAN ………………….……….……………………………iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ………………...…………………….iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………………..v
MOTTO …………………………………………………………………vi

ABSTRAK ……………………………………………………..……….vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………viii
DAFTAR ISI ………………………………………………………...…..ix
BAB I PENDAHULUAN …………………….………………………….1
A. Latar Belakang Masalah…………….……..….……………………….. 1
B. Batasan Masalah….……………………………………………………...7
C. Rumusan Masalah…………..…………...……………………..………. 7
D. Tujuan Penelitian……..………………………………………………….8
E. Manfaat Penelitian………………..…………..………………………….9
1. Manfaat teoritis………..……………………………………………. 9
2. Manfaat Praktis………..……………………………………….…….9
F. Penelitian Terdahulu……..…...………………...……..………….……10
G. Sistematika Pembahasan……..………………...……...……………….14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………...……15
A. Profesionalitas Guru ………………...……………………………...…..15

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


B. Guru Bersertifikasi…………………………………...…..…………….. 21
C. Mutu Pembelajaran……..………………………………………………26
BAB III METODE PENELITIAN …………..…..……………………33
A. Jenis Penelitian……….……………….………………………………. 33
B. Kehadiran Peneliti………………….…………………………….…... 34
C. Lokasi Penelitian…………………….…………………………….….. 34
D. Sumber Data ……………………………………………………….…. 35
E. Metode Pengumpulan Data ………………………………………….. 36
F. Teknik Analisis Data …………………………………………….…….39
G. Pengecekan Keabsahan Data …………………………….…….…......41
BAB IV REDUKSI DAN PENYAJIAN DATA………………..….…..44
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………..……………..….44
1. Gambaran Umum MTsN Plandi Jombang……...………………44
2. Gambaran Umum MTsN Tambakberas Jombang………..……47
3. Gambaran Umum MTsN Denanyar Jombang………………….50
4. Gambaran Umum MTsN Bakalan Rayung Jombang…...……...53
5. Gambaran Umum MTsN Megaluh Jombang……..…………….57
6. Gambaran Umum MTsN Tembelang Jombang………...………60
B. Mutu Pembelajaran PAI Di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas,
MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN

Tembelang Jombang Sebelum Ada Guru Bersertifikasi…………….63
1. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Plandi Jombang sebelum ada
guru bersertifikasi…………….……………………………………63

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Tambakberas Jombang
sebelum ada guru bersertifikasi…………………...………………66
3. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Denanyar Jombang sebelum
ada guru bersertifikasi…………………..…………………………70
4. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Bakalan Rayung Jombang
sebelum ada guru bersertifikasi…………...………………………73
5. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Megaluh Jombang sebelum
ada guru bersertifikasi………………………………….………….76
6. Mutu pembelajaran PAI di MTsN Tembelang Jombang sebelum
ada guru bersertifikasi………………………………..……………79
Tabel 4.1 Triangulasi Mutu Pembelajaran PAI sebelum ada Guru
Bersertifikasi……………..…………………………………………83

C. Pengembangan

keberlangsungan

profesionalitas

guru

rumpun

PAIbersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN
Denanyar, MTsN Bakalan

Rayung, MTsN Megaluh, MTsN

Tembelang Jombang………………………………………..………….87
1. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAIdi MTsN Plandi Jombang…….……………………….………87
2. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAIdi MTsN Tambakberas Jombang………….……..………..…90

3. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAIdi MTsN Denanyar Jombang………………….…………...…90

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAIdi MTsN Bakalan Rayung Jombang ………….….……….…92
5. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAI

di

MTsN

Megaluh

Jombang


…………………………….…………………………………………93
6. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAIdi MTsN Tembelang Jombang………..……………………...94
Tabel

4.2

Profesionalitas

Triangulasi

Pengembangan

Guru

Keberlangsungan

rumpun

PAI


Bersertifikasi…..…………………………………………………....96
D. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI
bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di MTsN
Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan
Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang....................101
1. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
MTsN Plandi Jombang……………………….…………………..102
2. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
MTsN Tambakberas Jombang…….…………………………….104
3. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
MTsN Denanyar Jombang……………………………………….107

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


4. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
MTsN BakalanRayung Jombang ………….……………...……110
5. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
MTsN Megaluh Jombang………..…………………………..…...114
6. Pengembangan keberlangsungan profesionalitasguru rumpun
PAI bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
MTsN Tembelang Jombang…………….………..………………117
Tabel

4.3

profesionalitas

Triangulasi
guru

Pengembangan

rumpun

PAI

keberlangsungan

bersertifikasi

dalam

meningkatkan mutu pembelajaran……………………….……120
BAB V TEORI DAN PAPARAN DATA ……………………………124
A. Mutu Pembelajaran PAI Di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas,
MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN
Tembelang Jombang Sebelum Ada Guru Bersertifikasi…...…….124
B. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI
bersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN
Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN
Tembelang Jombang ……………………………………………….127
C. Pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun PAI
bersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di MTsN
Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan
xiii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Rayung,

MTsN

Megaluh,

MTsN

Tembelang

Jombang

……………………………………………………………………..…130
BAB VI PENUTUP ……………………………………………………..136
A. KESIMPULAN…………………..………………………….………136
B. SARAN ……………………………..……………………….……….138
DAFTAR PUSTAKA …………………...………………………………139
LAMPIRAN- LAMPIRAN

xiv

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan, peran dan fungsi guru dalam dunia pendidikan merupakan
salah satu faktor yang urgen. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses
belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh
sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air
tidak dapat dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru
itu sendiri. Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 2003, dalam pasal 39
ayat 2 yang menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional.1
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional mempunyai visi
terwujudnya

penyelenggaraan

pembelajaran

sesuai

dengan

prinsip

profesionalisme untuk memenuhi hak sama bagi setiap warga negara dalam
memperoleh pendidikan yang bermutu. Jabatan guru merupakan pekerjaan
profesi, oleh karena itu kompetensi guru sangatlah dibutuhkan dalam proses
belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan penjelasan Arifin yang mengartikan
profesi adalah seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan
berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan keahlian khusus
di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan kekaryaannya itu secara
ilmiah disamping mampu menekuni bidang profesinya selama hidupnya.

1

Anonim, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) tahun 2003 dalam pasal 39 ayat
2 , dalam Standart Nasional Pendidikan (SNP).

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Mereka itu adalah para guru yang profesional yang memiliki kompetensi
keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam
jangka tertentu.2
Guru profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu pengetahuan,
bahan ajar, dan metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta
didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap
dunia pendidikan. Profesionalisme guru menjadi salah satu faktor terpenting
dari mutu pendidikan. Guru yang profesional mampu mendidik anak didiknya
secara efektif sesuai dengan permasalahan, sumberdaya, dan lingkungannya.
Namun, untuk menghasilkan guru yang profesional bukanlah hal yang mudah.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan
sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda- tunda lagi, seiring dengan
semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi
seperti sekarang ini. diperlukan orang- orang yang memang benar- benar ahli
di bidangnya, sesuai dengan kapasitas keilmuan yang dimilikinya agar setiap
orang dapat berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi
yang

menuntut

kecakapan

dan

keahlian

tersendiri.

Sebenarnya

profesionalisme bukan hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan
zaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap
individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalisme
menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang
dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas. Ada beberapa langkah

2

Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 193.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

strategis yang harus dilakukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme
guru, salah satunya adalah melalui sertifikasi guru sebagai sebuah proses
ilmiah yang memerlukan pertanggungjawaban moral dan akademis.
Berbagai pemahaman tentang sertifikasi yang tidak utuh, tidak
berdasar, dan cenderung menyesatkan tersebut tentu akan membingungkan
masyarakat, khususnya guru, apabila tidak segera diluruskan. Tapi kini
kesimpangsiuran itu mulai mereda setelah pada 4 Mei 2007 terbit Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi
Bagi Guru dan pada 13 Juli 2007 terbit Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional RI No. 057/ 0/ 2007 tentang penetapan Perguruan Tinggi
Penyelenggara

Sertifikasi

Bagi

Guru.

Sertifikasi

dibutuhkan

untuk

mempertegas standart kompetensi yang harus dimiliki para guru dan dosen
sesuai dengan bidang keilmuan masing- masing. Selain itu kesejahteraan
merupakan hal yang utama dalam konteks peran dan fungsi guru sebagai
tenaga pendidik dan pengajar. Paradigma profesional tidak akan tercapai
apabila individu yang bersangkutan, tidak pernah dapat memfokuskan diri
pada satu hal yang menjadi tanggungjawab dan tugas pokok dari yang
bersangkutan. Oleh sebab itu untuk mencapai profesionalisme, jaminan
kesejahteraan bagi para guru merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan.
Munculnya UU Guru dan Dosen dilatarbelakangi dengan kondisi sebagian
guru dan dosen di Indonesia yang saat ini masih kurang terlatih, kurang
terdidik, tidak dihargai, dan kurang mendapat perlindungan serta tidak
terkelola dengan baik. H.A.R Tilaar, peningkatan kualitas guru dan dosen

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

melalui undang- undang tersebut juga sebagai upaya untuk meningkatkan
daya saing bangsa Indonesia di dunia ”saat ini mutu pendidikan di Indonesia
masih kurang dan kalah bersaing, salah satunya disebabkan kualitas
pendidiknya yang masih rendah, karena faktor kesejahteraan guru dan yang
belum mendapat perhatian secara jernih dari pemerintah”, kata beliau.3
Dalam rangka meningkatkan kualitas guru dan dosen pemerintah
menyusun undang- undang yang khusus ditunjukkan untuk mendongkrak
kinerja dan profesionalitas guru sesuai dengan tugasnya. Undang- undang
no.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disahkan pada Desember 2005
memuat berbagai aspek yang berkenaan dengan guru, mulai dari syarat yang
harus dipenuhi untuk menunjang profesi guru, meliputi kualifikasi,
kompetensi dan sertifikasi sampai pada kesejahteraan yang berhak diterima.
Selanjutnya pada pasal 2 disebutkan bahwa guru sebagai tenaga profesional
wajib memiliki kualifikasi akademik , kompetensi, sertifikasi pendidik, sesuai
dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu.4
Dan mulai saat itu, sertifikasi menjadi istilah yang sangat popular dan
menjadi topik pembicaraan yang hangat di dalam masyarakat, terutama di
dunia pendidikan. Sertifikasi guru merupakan program yang menjanjikan bagi
guru. Selain pemerintah ingin meningkatkan profesionalisme guru, juga ingin
meningkatkan taraf hidup guru. Maka tidak bisa dipungkiri bahwa program
sertifikasi guru mendapat sambutan hangat di kalangan pendidikan.

3

H.A.R.Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional. Kajian Pendidikan Masa Depan (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 1994), 42.
4
Anonim, Standar Nasional Pendidikan (SNP), Undang- undang RI no 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, pasal 2 (Jakarta: Asa Mandiri, 2006), 328.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Tingginya angka ketidaklulusan uji sertifikasi, setidaknya disebabkan
dua faktor, yaitu: masalah administrasi. Sudah menjadi masalah klasik bahwa
persoalan administrasi guru memang lemah (diremehkan). Banyak kegiatan
yang tidak dapat dibuktikan melalui bukti otentik kepesertaan di dalam
kegiatan dimaksud. Kedua, problem sosialisasi format pengisian portofolio.
Pengisian portofolio yang lengkap dan bukti- buktinya adalah alat ukur utama
di dalam proses pelulusan di dalam uji sertifikasi. Minimalnya sosialisasi
terhadap para guru tentang pengisian portofolio kiranya menjadi varibel
penting lainnya yang menyebabkan banyaknya kegagalan di dalam uji
sertifikasi.5
Adapun pelaksanaan sertifikasi guru didasarkan pada 6 prinsip, yaitu
sebagai berikut.
1) Dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel.
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikat pendidik yang
tidak diskriminatif dan memenuhi standar pendidikan nasional. Transparan
yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang memberikan peluang kepada
para pemangku kepentingan pendidikan untuk memperoleh akses
informasi tentang pengelolaan pendidikan, yang sebagai suatu sistem
meliputi masukan , proses, dan hasil sertifikasi. Akuntabel merupakan
proses

sertifikasi

yang dipertanggungjawabkan

kepada

pemangku

kepentingan pendidikan secara administrasi, finansial, dan akademik.

Nur Syam, “Masalah Program Sertifikasi Guru”, Duta Masyarakat (Surabaya: Seminar Nasional
Pendidikan, 2007), 7.

5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

2) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan
mutu guru dan kesejahteraan guru.
Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu
guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang
telah lulus uji sertifikasi guru akan diberikan tunjangan sebesar satu kali
gaji pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan guru.
3) Dengan dilaksanakan sesuai peraturan dan perundang- undangan.
Program sertifikasi guru dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif, harus
direncanakan secara matang dan sistematis.
5) Menghargai pengalaman kinerja guru
Pengalaman kerja guru disamping lamanya guru mengajar juga termasuk
pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti, karya yang pernah
dihasilkan baik dalam bentuk tulisan maupun media pembelajaran, serta
aktifitas lain yang menunjang profesionalitas guru.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

6) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah
Untuk efektifitas dan efisien pelaksanaan sertifikasi guru serta penjaminan
kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan profesi dan uji
kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah.6
Berdasarkan uraian diatas disebutkan bahwa salah satu prinsip sertifikasi
adalah meningkatkan mutu pendidikan, maka peneliti ingin mengetahui sekaligus
mendeskripsikan

“Pengembangan

Keberlangsungan

Profesionalitas

Guru

Bersertifikasi Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran MTsN di Kabupaten
Jombang (Study Multikasus di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN
Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang)”.

B. Batasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Guru bersertifikasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah guru mata
pelajaran PAI di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar,
MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang.
2. Hal-hal yang berkaitan dengan mutu pembelajaran agama Islam di MTsN
Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung,
MTsN Megaluh, MTsN Tembelang di kabupaten Jombang.

6

Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru) (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 85.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti
menentukan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana mutu pembelajaran PAI di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas,
MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN
Tembelang Jombang sebelum ada guru bersertifikasi?
2. Bagaimana pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAIbersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar,
MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang?
3. Bagaimana pengembangan keberlangsungan profesionalitas guru rumpun
PAIbersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di MTsN Plandi,
MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN
Megaluh, MTsN Tembelang Jombang?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mendeskripsikan mutu pembelajaran PAI di MTsN Plandi, MTsN
Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh,
MTsN Tembelang Jombang sebelum ada guru bersertifikasi.
2. Untuk mendeskripsikan pengembangan keberlangsungan profesionalitas
guru rumpun PAIbersertifikasi di MTsN Plandi, MTsN Tambakberas,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

MTsN Denanyar, MTsN Bakalan Rayung, MTsN Megaluh, MTsN
Tembelang Jombang.
3. Untuk mendeskripsikan pengembangan keberlangsungan profesionalitas
guru rumpun PAIbersertifikasi dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
MTsN Plandi, MTsN Tambakberas, MTsN Denanyar, MTsN Bakalan
Rayung, MTsN Megaluh, MTsN Tembelang Jombang.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi konstribusi dalam ilmu pengetahuan,
khususnya dalam dunia pendidikan agama.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Guru
Sebagai motivasi agar guru bisa memperbaiki kualitasnya sebagai
pentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik sehingga mutu
pembelajaran dapat semakin meningkat.
b. Bagi Sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam
rangka perbaikan dan peningkatan kualitas para pendidik agar dapat
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji ulang hasil penelitian
yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Berdasarkan
penelusuran terhadap penelitian terdahulu (the prior research), peneliti
menemukan beberapa karya ilmiah yang relevan dengan penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
1. Halimatus Sa’diyah tahun 2008 dengan judul “Sertifikasi Guru (Studi
Deskriptif Problematika Sertifikasi Guru rumpun PAIdi Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan / LPTK IAIN Sunan Ampel Surabaya)”
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui problematika pelaksanaan
sertifikasi guru di LPTK IAIN Sunan Ampel Surabaya serta problematika
profesionalisme guru dalam pelaksanaan program sertifikasi guru di LPTK
IAIN Sunan Ampel Surabaya dan mengetahui solusi alternatif yang
dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada proses
pelaksanaan sertifikasi guru di LPTK IAIN Sunan Ampel Surabaya. Hasil
penelitian Halimatus Sa’diyah adalah sebagai berikut.
1) Ada beberapa persoalan yang terjadi dalam pelaksanaan sertifikasi
guru Pendidikan Agama Islam dalam jabatan di LPTK IAIN Sunan
Ampel Surabaya antara lain yaitu: pertama, dalam pengembangan
instrumen portofolio, banyak interpretasi dalam memahami rubrik
pengisian portofolio karena kurangnya sosialisasi. Kedua, proses
rekrutmen peserta sertifikasi guru yang sangat tertutup dan banyak
guru- guru senior yang dianggap lebih berpengalaman tapi belum

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

diberi kesempatan untuk mengikuti sertifikasi. Ketiga, fenomena
LPTK sebagai lembaga penyelenggara sertifikasi guru.
2) Selain itu juga ada beberapa persoalan terkait dengan profesionalisme
guru agama di LPTK IAIN Surabaya, seperti : kurangnya keikutsertaan
dalam forum ilmiah, pendidikan dan pelatihan, prestasi akademik dan
pengembangan profesi di kalangan guru.
3) Adapun upaya- upaya yang dilakukan sebagai solusi alternatif dalam
mengatasi persoalan- persoalan yang ada dalam sertifikasi guru antara
lain: perlu adanya strategi menciptakan guru profesional dengan
menempuh

beberapa

cara

seperti

sistem

penjaminan

mutu,

pembenahan manajemen guru, pola pendidikan profesi guru perlu
dikembangkan, mengembangkan organisasi profesi guru, penyusunan
kode etik guru, menyelenggarakan sertifikasi guru secara objektif
dengan menunjung tinggi asas fairness, independent dan transparan.
Selain itu juga harus mengetahui kiat- kiat sukses dalam mengikuti
sertifikasi guru agar dapat lulus sesuai dengan apa yang diharapkan.7
2. Umi Nur Afiya tahun 2014, dengan judul “Pengaruh Program Sertifikasi
Guru Terhadap Hasil Belajar PAI Di SMPN 1 Soko Tuban”.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menjelaskan: (1) kualitas
guru rumpun PAIyang telah tersertifikasi di SMP Negeri 1 Soko Tuban,
(2) hasil belajar PAI siswa di SMP Negeri 1 Soko Tuban, dan (3) pengaruh
program sertifikasi guru terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam di
Halimatus Sa’diyah, “Sertifikasi Guru (Studi Deskriptif Problematika Sertifikasi Guru rumpun
PAIdi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan / LPTK IAIN Sunan Ampel Surabaya)”
(Tesis—UIN Sunan Ampel Surabaya, 2008).
7

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

SMP Negeri 1 Soko Tuban. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar ada pengajar PAI
siswa yang signifikan antara sebelum guru tersertifikasi dan sesudah
tersertifikasi, oleh karena itu adanya perbedaan hasil belajar tersebut maka
diartikan bahwa ada pengaruh program sertifikasi terhadap peningkatan
hasil belajar di SMP Negeri 1 Soko Tuban.8
3. Siswandari, Giyarni, dan Susilaningsih, dengan judul “Dampak Sertifikasi
Guru Terhadap

Peningkatan Kualitas pembelajaran Peserta Didik”.

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dampak sertifikasi guru terhadap
peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik. Secara lebih rinci tujuan
tersebut diuraikan sebagai berikut : (1) mengkaji kondisi akademik guru
yang telah mendapatkan sertifikat pendidik khususnya implementasi
kompetensi pedagogik dan profesional mereka dalam kaitannya dengan
proses pembelajaran. (2) upaya guru untuk mempertahankan sertifikat
pendidik yang telah dimiliki khususnya dalam meningkatkan kompetensi
pedagogik dan profesional serta, (3) dampak sertifikasi guru terhadap
peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Penelitian yang mengambil
lokasi di eks Karesiden Surakarta ini menggunakan pendekatan mixed
method dengan memanfaatkan hasil penelitian kualitatif untuk mendesain
pendekatan kuantitatifnya. Informan dan sample yang terlibat dalam
penelitian ini adalah 91 orang guru bersertifikasi, 74 guru yang belum

Umi Nur Afiya, “Pengaruh Program Sertifikasi Guru Terhadap Hasil Belajar PAI Di SMPN 1
Soko Tuban” (Disertasi—UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014).
8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

bersertifikasi dan 17 kepala sekolah serta 424 siswa. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth
interview) dan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis
interaktif dan analisis statistik diskriptif. Hasil penelitian ini yang perlu
digarisbawahi antara lain adalah (1) hanya 37% dari guru bersertifikasi
yang dapat menyampaikan materi dengan jelas, kemampuan pemanfaatan
media dan teknologi pembelajaran, kemampuan mengikuti perkembangan
IPTEKS dan inovasi pembelajaran serta pengembangan keprofesian
berkelanjutan masih perlu ditingkatkan, (2) diskusi antar sejawat yang
mengampu mata pelajaran sama merupakan upaya yang paling diminati
untuk mempertahankan profesionalitasnya, (3) guru bersertifikasi belum
menunjukkan peningkatan kualitas pembelajaran di kelas secara
signifikan. Hal ini antara lain diindikasikan oleh kemampuan menjelaskan
materi yang masih kurang, masih kurangnya kemampuan memanfaatkan
teknologi pembelajaran (sekitar 25% dinyatakan kurang cukup) dan 20%
guru berindikasi kurang memperhatikan keadaan siswa. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah
dalam mengembangkan keprofesian berkelanjutan (continuing profesional
development) bagi para guru pasca sertifikasi dan bahan pertimbangan
bagi pemerintah pusat dalam mengembangkan kebijakan yang terkait
dengan kesejahteraan guru Indonesia.9

Siswandari, Giyarni, dan Susilaningsih, “Dampak Sertifikasi Guru Terhadap Peningkatan
Kualitas pembelajaran Peserta Didik” (Jurnal—Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012).
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

G. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Agar pembahasan dalam penelitian (Tesis) ini mengarah kepada maksud
yang sesuai dengan judul, maka pembahasan ini peneliti susun menjadi lima
bab dengan rincian sebagai berikut:
Bab pertama, Pendahuluan, yang terdiri dari tujuh sub bab, yaitu: latar
belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, Kajian pustaka, yang terdiri dari empat sub bab, yaitu:
Bab ketiga, Metode penelitian, yang terdiri dari lima sub bab, yaitu:
pendekatan dan jenis penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, dan pengecekan keabsahan data.
Bab keempat, Reduksi dan Penyajian data, yang terdiri dari dua sub bab,
yaitu: setting lokasi penelitian, dan penyajian data.
Bab kelima, Teori dan Paparan data. Dan Bab keenam, Penutup, yang
terdiri dari dua sub bab, yaitu: kesimpulan dan saran-saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Profesionalitas Guru
Profesionalitas berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga dapat
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif.1
Secara etimologis, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu
profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya
pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan.
Sedangkan secara terminologi, profesi berarti sutau pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoretis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual.2
Menurut Martinis Yamin, profesi mempunyai pengertian seseorang
yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan, teknik dan
prosedur berlandaskan intelektualitas.3 Sedangkan menurut Jasin Muhammad,
profesi adalah suatu lapangan pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya

1

Roger Webster, Studying Literary, An Introduction (London: Edward Arnold, 1989), 233.
Sudarman Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga
Kependidikan, Cetakan I (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), 6.
3
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru& Implementasi KTSP. (Jakarta: Gaung Persada Press,
2007), 3.
2

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

memerlukan teknik dan prosedur ilmiah, memiliki dedikasi serta cara
menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang ahli. 4
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian atau kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi.5 H.A.R. Tilaar menjelaskan bahwa seorang
profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau
dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan
profesinya. Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan
profesionalisme, dan bukan secara amatiran. Profesionalisme bertentangan
dengan amatirisme. Seorang profesional akan terus menerus meningkatkan
mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan pelatihan.6 Sedangkan
menurut Kunandar, profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya
suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi
juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari
pendidikan akademis yang intensif.7
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa profesi adalah suatu bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang

4

Yunus Namsah, Profesionalisme Guru (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 7.
Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Jakarta:
Depdiknas, 2011).
6
H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 86.
7
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 45.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap, dan keterampilan tertentu
yang diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis yang intensif.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata
pencaharian. Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pembelajaran. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus
dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah
orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang
luas di bidangnya.8 Guru profesional merupakan orang yang telah menempuh
program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat
ijazah Negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas- kelas
besar.
Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik,
pembimbing, pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan
kondisi dan suasana belajar kondusif, yaitu suasana belajar menyenangkan,
menarik, memberi rasa aman, memberi ruang pada siswa untuk berfikir aktif,
kreatif dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.

8

Oemar Hamalik, Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan
Profesional Guru (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), 27.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan
yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, mereka harus mampu
menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sendiri sesuai dengan
kemampuan dan kaidah- kaidah guru yang profesional. Mengomentari
mengenai rendahnya kualitas pendidikan saat ini, merupakan indikasi
perlunya keberadaan guru profesional. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya
sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki interest yang kuat
untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan kaidah- kaidah profesionalisme
guru yang dipersyaratkan.
Guru dalam era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini
bukan hanya sekedar mengajar (transfer of knowledge) melainkan harus
menjadi manager belajar. Hal tersebut mengandung arti, setiap guru
diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreatifitas
dan aktifitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode
dan multisumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berkenaan dengan pentingnya profesionalisme guru dalam pendidikan,
ada 6 asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan,
yaitu.
a) Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan,
emosi, dan perasaan dan dapat dikembangkan sesuai dengan potensinya;
sementara itu pendidikan dilandasi oleh nilai- nilai kemanusiaan yang
menghargai martabat manusia.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

b) Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar bertujuan,
maka pendidikan menjadi normatif yang diikat oleh norma- norma dan
nilai- nilai yang baik secara universal, nasional, maupun lokal yang
merupakan acuan para pendidik, peserta didik dan pengelola pendidikan.
c) Teori- teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam
menjawab permasalahan pendidikan
d) Pendidikan bertolak dari asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia
mempunyai potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu,
pendidikan itu adalah usaha untuk mengembangkan potensi unggul
tersebut.
e) Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya yakni situasi dimana terjadi
dialog antara peserta didik dengan pendidik yang memungkinkan peserta
didik tumbuh ke arah yang dikehendaki oleh pendidik agar selaras dengan
nilai- nilai yang dijunjung tinggi masyarakat.
f) Sering terjadinya dilema antara tujuan utama pendidikan, yaitu
menjadikan manusia sebagai manusia yang baik (dimensi intrinsik) dengan
misi instrumental, yakni yang merupakan alat untuk perubahan atau
mencapai sesuatu.9
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang
profesional meliputi:

9

Achmad Sanusi et.al, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan,
(Bandung: IKIP Bandung Departemen P dan K, 1991), 23.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

1) Kompetensi pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus mampu mengelola kegiatan
pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manajemen kurikulum,
mulai dari merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan kurikulum
dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang
psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan
peserta didik agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan berhasil
guna.
2) Kompetensi personal, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan
berakhlak mulia. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3
butir b). Artinya guru memiliki sikap kepribadian yang mantap sehingga
mampu manjadi sumber inspirasi bagi siswa. Dengan kata lain, guru harus
memiliki

kepribadian

yang

patut

diteladani,

sehingga

mampu

melaksanakan tri- pusat yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro,
yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri
Handayani. (Di depan guru memberi teladan/ contoh, di tengah
memberikan karsa, dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

3) Kompetensi
pembelajaran

profesional,
secara

luas

adalah
dan

kemampuan
mendalam

penguasaan
yang

materi

memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan
dalam Standar Nasional Pendidikan (Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c). artinya guru harus memiliki
pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek matter
yang akan diajarkan serta penguasaan didaktik metodik dalam arti
memiliki pengetahuan konsep teoretis, mampu memilih model, strategi
dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan
pembelajaran. Guru pun harus memiliki pengetahuan luas tentang
kurikulum, dan landasan kependidikan.
4) Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/ wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat 3 butir d). Artinya ia menunjukkan kemampuan berkomunikasi sosial,
baik dengan murid- muridnya maupun dengan sesama teman guru, dengan
kepala sekolah bahkan masyarakat luas.10

B. Guru Bersertifikasi
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen menguraikan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
10

Rusman, Model- model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), 22.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikasi pendidik
adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional. Maka berdasarkan pengertian tersebut, sertifikasi
guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa
seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.11
Menurut Kunandar, sertifikasi profesi guru adalah proses untuk
memberikan sertifikasi kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi
dan standar kompetensi. Sertifikasi dilakukan oleh perguruan tinggi
penyelenggara pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan
ditetapkan oleh pemerintah. Kegiatan sertifikasi profesi guru meliputi
peningkatan kualifikasi dan uji kompetensi. Uji kompetensi dilakukan melalui
tes tertulis untuk menguji kompetensi profesional dan pedagogik dan penilaian
kinerja untuk menguji kompetensi sosial dan kepribadian. Sertifikasi guru
sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan
kesejahteraan

guru

sehingga

diharapkan

dapat

meningkatkan

mutu

pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
Karakteristik sistem sertifikasi adalah mendorong guru untuk berkembang,
bercorak akademik, dan menantang, menuntut inisiatif/ prakarsa guru sendiri,
dan berorientasi pada mutu atau profesional guru.12Bentuk peningkatan

11

E.Mulyasa, Standart Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013), 33.
12
Sukamto, Pengembangan Sistem Penilaian untuk Sertifikasi Guru,”Makalah Seminar Nasional
Pendidikan (Yogyakarta: HEPI, 2004) , 22.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

kesejahteraan guru berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi
guru yang memiliki sertifikasi pendidik.13 Menurut pasal 11 UU GD tersebut
tentang sertifikasi.
1) Sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan
oleh pemerintah.
3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan
akuntabel.14
Serta dalam rangka sertifikasi guru dalam jabatan, pemerintah (Mendiknas)
telah mengeluarkan Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
Bagi Guru Dalam Jabatan. Butir- butir penting pada peraturan tersebut adalah
sebagai berikut.
Pasal 1
1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikasi
pendidik untuk guru dalam jabatan.
2) Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh guru
dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau
diploma empat (D-IV)

13

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), 79.
14
Ali Mudlofir, Pendidik Profesional (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), 109.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

3) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional.
Pasal 2
1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi
untuk memperoleh sertifikasi pendidik
2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam
bentuk penilaian portofolio
3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian
terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan.
a) Kualifikasi akademik
b) Pendidikan dan pelatihan
c) Pengalaman mengajar
d) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
e) Penilaian dari atasan dan pengawas
f) Prestasi akademik
g) Karya peng