Komunikasi oganisasi tata kerja di Polsek Wonocolo.

(1)

KOMUNIKASI ORGANISASI TATA KERJA DI POLSEK

WONOCOLO

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I. Kom)

Oleh : Ali Surbakti NIM. B06210006

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Ali Surbakti, B06210006, 2017. Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Komunikasi Organisasi, Tata Kerja

Ada satu persoalan yang akan dikaji oleh peneliti dalam skripsi ini, yaitu bagaimana proses Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Komunikasi Organisasi Tata Kerja yang berlangsung dalam Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, maka peneliti melakukan pengkajian dengan metode deskriptif kualitatif. Sesuai dengan permasalahan tersebut maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, kajian keabsahan data melalui ketekunan pengamatan untuk memberikan fakta dan data yang valid mengenai Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa proses komunikasi organisasi tata kerja di Polsek Wonocolo terbagi menjadi dua bentuk, yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal. Tata kerja dibagi secara structural yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing yang saling bergantung, yaitu: Kapolsek, Wakapolsek, Ps. Kanit Provos, Ps. Kasium, Ur. Renmin, Ur. Taud, Ur. Tahti, Ps. Kasihumas, Ps. Kasikum, Ps. KA SPKT, Kanit Intelkam, Kanit Reskrim, Kanit Binmas, Kanit Sabhara, Kanit Lantas. Bertujuan untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi, maka perlu memaksimalkan komunikasi internal dalam organisasi. Untuk menciptakan komunikasi organisasi yang efektif dan efisien maka bagian humas memiliki peranan aktif sebagai mediator dalam arus komunikasi, mengatur penyebaran informasi baik pesan yang bersifat umum yang dapat diketahui oleh semua jajaran anggota kepolisian dan masyarakat maupun pesan yang bersifat rahasia dan hanya dapat diketahui oleh pihak-pihak terkait dalam institusi kepilisian. Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam suksesnya kinerja anggota dalam organisasi, komunikasi yang dilakukan dengan baik dan benar dapat menumbuhkan rasa memiliki organisasi yang dapat menambah kualitas kerja anggota dalam melaksanakan kewajibannya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang telah ditentukan dalam organisasi kepolisian. Dengan adanya Standar Operasional Prosedur tersebut diharapkan dapat memberi pelayanan yang baik selaku aparatur penegak hukum yang bertugas melayani masyarakat. Pelayanan yang baik kepada masyarakat melahirkan citra positif bagi kepolisian khususnya di wilayah Wonocolo dan umumnya institusi kepolisian Indonesia.

Dari hasil penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa institusi kepolisian merupakan sebuah organisasi yang beroperasi secara sistematis dengan tata kerja yang saling berkaitan antara devisi (bagian) yang satu dengan yang lainnya. Standar Operasional Prosedur yang menjadi acuan dalam bertugas sebagai aparatur penegak hukum yang melayani masyarakat, merupakan bukti nyata bahwa kepolisian Indonesia selalu berusaha memperbaiki kualitas pelayanan kepada masyarakat demi terwujudnya Kepolisian yang professional, modern, dan bermoral sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kajian Pustaka ... 8

E. Manfaat penelitian ... 8

F. Definisi Konsep ... 9

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 14

H. Metode Penelitian ... 19

1. Jenis Penelitian ... 19

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 20

3. Jenis dan Sumber Data... 20

4. Tahapan Penelitian... 21

5. Teknik Pengumpulan Data ... 23

6. Teknik Analisis Data ... 23

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 24

I. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI TATA KERJA ... 27

A. Kajian Pustaka ... 27

1. Komunikasi Organisasi ... 27

2. Komunikasi Koersif ... 48

3. Etika Komunikasi ... 49

4. Teori Sistem dalam Komunikasi Organisasi ... 52


(8)

BAB III PENYAJIAN DATA TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI

TATA KERJA DI POLSEK WONOCOLO ... 58

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 58

1. Lokasi Penelitian ... 58

a. Latar Belakang Berdirinya Polsek Wonocolo ... 58

b. Tujuan Berdirinya Polsek Wonocolo ... 58

c. Visi dan Misi Polsek Wonocolo ... 59

d. Tata Kerja Struktural Polsek Wonocolo ... 60

e. Struktur Kepengurusan Polsek Wonocolo ... 77

2. Subyek Penelitian ... 78

3. Obyek Penelitian ... 80

B. Deskripsi Data Penelitian ... 81

1) Proses Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo ... 81

2) Alur Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo ... 83

3) Proses Penyampaian Informasi Darurat dan Pengambilan Keputusan (Emergency Message) ... 85

4) Alur Penyampaian Instruksi (Komunikasi Koersif) ... 86

5) Implementasi Etika Komunikasi... 87

6) Proses Komunikasi Organisasi Antar Devisi-Devisi ... 88

7) Manajemen Informasi di Polsek Wonocolo ... 89

8) Peranan Media dalam Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo ... 89

9) Strategi Meningkatkan Citra Polisi ... 91

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG KOMUNIKASI ORGANISASI TATA KERJA DI POLSEK WONOCOLO ... 93

A. Temuan Peneliti ... 93

B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ... 98

BAB V PENUTUP ... 103

A. Simpulan ... 103

B. Rekomendasi ... 104 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Aktivitas manusia tidak dapat terlepas dari komunikasi. Manusia sebagai individu maupun mahluk sosial memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan secara umum, yaitu apa yang disebut dengan kebutuhan jasmani dan rohani atau kebutuhan emosional dan intelektual. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut manusia tidak dapat menjalani aktivitas kesehariannya seorang diri, karna manusia harus bekerjasama dan berhubungan dengan orang lain maupun masyarakat untuk memenuhi keinginannya.

Manusia dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan salah satunya dengan cara menjalin hubungan hangat dengan orang lain, dan komunikasi merupakan langkah awal yang bisa digunakan. Komunikasi merupakan unsur penting yang sangat dibutuhkan oleh organisasi maupun lembaga, baik berupa komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, maupun komunikasi massa yang sesuai dengan kebutuhan dari lembaga maupun organisasi tersebut.1

Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harfiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada

1

Deddy Mulyana, M.A., Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,


(10)

2

juga yang menamakannya sarana. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dijalankan.

Komunikasi merupakan jembatan penghubung yang dapat menyebarkan berbagai ide, gagasan dan solusi penyelesaian permasalahan baik secara individu maupun kelompok (organisasi) yang nantinya akan menciptakan kesamaan persepsi, visi, gerak dan arah serta tujuan yang menjadi inti komunikasi. Komunikasi berperan penting dalam penyampaian pesan pada sebuah organisasi, baik organisasi berskala kecil, menengah sampai dengan organisasi berskala besar yang memiliki cakupan lintas wilayah atau Negara.2

Komunikasi organisasi atau institusional berkaitan dengan komunikasi yang berlangsung dalam jaringan kerjasama antarpribadi atau kelompok dalam suatu organisasi atau institusi. Kepolisian adalah salah

2

Ibid., 46


(11)

3

satu bentuk lembaga dalam bidang penegakkan hukum yang tugas utamanya selalu berhubungan langsung dengan masyarakat sebagaimana slogan yang tertulis pada mobil patroli satuan kepolisian lalu lintas ”melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat”. Berdasarkan tiga poin utama dalam slogan tersebut sudah jelas bisa dipastikan bahwa tugas polisi sebagai aparatur negara selalu berhubungan dengan masyarakat, memberi perlindungan dengan kata lain memberikan rasa aman kepada masyarakat, mengayomi bisa diartikan merangkul masyarakat untuk menaati aturan yang berlaku agar terciptanya rasa nyaman, dan yang terakhir yaitu melayani masyarakat dan hal ini bisa dikaitkan dengan beberapa contoh yang sudah familiar bagi masyarakat yaitu urusan administrasi sepertihalnya Surat Izin Mengemudi dan lain sebagainya.

Kepolisian Sektor adalah struktur komando Kepolisian Republik Indonesia di tingkat kecamatan. Kepolisian sektor di perkotaan biasanya disebut sebagai "Kepolisian Sektor Kota" (Polsekta). Kepolisian Sektor dikepalai oleh seorang Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) dan Kepolisian Sektor Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kepolisian Sektor Kota (Kapolsekta). Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (khusus untuk Polda Metro Jaya) atau Komisaris Polisi (Kompol) (untuk tipe urban), sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP).


(12)

4

Kepolisian sektor wonocolo merupakan aparatur negara yang bertugas untuk melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat khususnya di daerah Wonocolo. Banyak program kerja yang dijalankan oleh Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo yang langsung terjun menjadi penegak hukum bagi masyarakat, diantaranya melaksanakan razia gabungan terkait dengan maraknya aksi balap liar, menggelar operasi Cipta Kondisi sebagai antisi pasi maraknya Curat (pencurian dengan pemberatan), Curas (pencurian dengan kekerasan), dan Curanmor (pencurian kendaraan bermotor), memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada remaja tenang bahaya narkoba, dan lain sebagainya.

Dalam komunikasi organisasi tata kerja bisa dilihat bahwa sebagian besar komunikasi tata kerja di kepolisian bersifat instruktif (koersif), yaitu bentuk komunikasi yang maksud dan tujuannya agar komunikan mengikuti suatu prosedur dan aturan-aturan tertentu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai polisi. Dari penjelasan singkat tersebut bisa disimpulkan bahwa pesan bersifat instruktif cenderung terlihat sebagai suatu paksaan yang biasanya dilakukan antara pimpinan dengan bawahan yang pada pesan komunikasinya terdapat sanksi jika prosedur dan aturan-aturan yang ada tidak ditaati dangan baik.3

Beberapa ahli teori komunikasi organisasi menggambarkan organisasi sebagai suatu sistem yang hidup yang melakukan proses kegiatan untuk mempertahankan keberadaannya dan menjalankan

3

Ali Nurdin, Agoes Moh. Moefad, Advan Navis Zubaidi, Rahmad Harianto, 2013. Pengantar

Ilmu Komunikasi (Buku Perkuiahan Program S1 Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya). IAIN Sunan Ampel Press Anggota IKAPI, 107


(13)

5

fungsinya. Suatu organisasi atau lembaga harus memiliki prosedur untuk mengelola seluruh informasi yang ingin diterima dan dikirimkan untuk mencapai tujuannya. Karena organisasi adalah sistem yang terdiri atas sekelompok orang yang saling terhubung dan saling bergantung untuk mencapai tujuannya.4

Terdapat beberapa teori dalam ilmu komunikasi yang dapat diterapkan dalam organisasi demi tercapainya komunikasi tata kerja yang baik, salah satunya teori informasi organisasi. Fokus dari teori informasi organisasi adalah komunikasi informasi, hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi. Sangat jarang satu bagian dalam organisasi atau lembaga memiliki seluruh informasi yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugasnya. Informasi yang dibutuhkan berasal dari berbagai sumber. Namun demikian, tugas mengelola atau memproses informasi tidaklah sekedar bagaimana memperoleh informasi, yang tersulit adalah bagaimana memahami informasi dan menyebarluaskan informasi yang diterima itu di dalam organisasi.

Beberapa di antara persoalan penting yang menjadi minat dari komunikasi organisasi adalah peran tanggung jawab organisasi, kontrol organisasi, jaringan komunikasi dalam organisasi, struktur dan fungsi organisasi, serta budaya dan iklim organisasi. Peran dan tanggung jawab organisasi, berkenaan dengan bentuk-bentuk formal dari perilaku


(14)

6

organisasi, yang meliputi spesifikasi dan determinasi peran-peran, rekrutmen orang-orang yang mendukung peran (desired behavior), dan perkembangan peran organisasi. Kontrol terhadap organisasi, persoalan ini dipelajari dalam komunikasi organisasi, terutama berkaitan dengan bagaimana organisasi dikembangkan atau diarahkan. Dengan memanfaatkan perspektif manajemen dapat diketahui jika organisasi memiliki mekanisme-mekanisme tertentu dalam perencanaan (planning), pengambilan keputusan (decision making), kontrol (controling), monitoring, koordinating dan evaluating. Budaya organisasi

(organizational culture), konsep budaya organisasi dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada dalam organisasi, seperti simbol-simbol, peristiwa-peristiwa penting, pola perilaku, ketentuan atau peraturan-peraturan yang keseluruhan tersebut membentuk karakter organisasi. Fungsi budaya organisasi dapat memberikan identitas bagi para anggota, membantu memantapkan struktur dan kontrol, membantu dalam proses-proses sosialisasi dan memperkuat rasa kebersamaan.5

Persoalan penting dari bidang organisasi berikutnya adalah iklim organisasi (organizational climate), dapat dikatakan terdapat iklim yang bagus apabila suatu organisasi memiliki kecenderungan adanya sportivitas dalam hal komunikasi atasan-bawahan (supportiveness of superior-subordinate communication), kualitas personal dan keakuratan komunikasi dari atasan kepada bawahan (personal quality and accuracy of downward

5

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2007), 11


(15)

7

communication), adanya keterbukaan dalam hubungan antara atasan dan bawahan (precieved openness of the superior-subordinate relationship), adanya peluang bagi bawahan untuk menyampaikan aspirasi dan saran kepada atasan (opportunities and degree of influence of upward communication), dan adanya jaminan bersifat relatif, menyangkut informasi dari bawahan serta rekan kerja (precieved reliability of information from subordinate and co-work).

Persoalan organisasi selanjutnya, yaitu jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi dapat didefinisikan sebagai struktur hubungan antarindividu, bagian-bagian (devisions, units), kelompok (clique) dalam suatu organisasi yang menunjukkan struktur kekuasaan, kekuatan, pengaruh, kewenangan, dan otoritas dalam organisasi. Fungsi jaringan komunikasi dalam organisasi meliputi, mengkoordinasikan aktivitas individu, kelompok dan unit lain dalam organisasi, lalu memberikan mekanisme pengarahan organisasi secara keseluruhan, dilanjutkan dengan memfasilitasi pertukaran informasi dalam organisasi, dan menjamin adanya arus timbal balik (two-way flow information) antara organisasi dan lingkungan luar organisasi.6

Kepolisian Sektor Wonocolo menjadi objek penelitian bagaimana proses penyampaian pesan berupa instruksi maupun informasi, alur-alur yang digunakan dalam penyampaian pesan sampai dengan efektifitas penyebaran pesan. Adakah berbagai hambatan baik secara fungsional maupun pendekatan yang dinilai

kurang tepat dalam mendapatkan maupun menyampaikan informasi. Oleh


(16)

8

karena itu berdasarkan pemaparan diatas peneliti akan meneliti dan menganalisis tentang Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo”.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana proses komunikasi organisasi tata kerja di Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo, Surabaya ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui bagaimana proses komunikasi organisasi di Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo, Surabaya.

D. KAJIAN PUSTAKA

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Segi Teoritis

Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan ilmu komunikasi, khususnya di bidang komunikasi organisasi. 2. Segi Praktis

Mengetahui bagaimana Komunikasi Organisasi di Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo, Surabaya.

F. DEFINISI KONSEP

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas pembaca dalam mengartikan judul skripsi ini maka penulis memandang perlu untuk mengemukakan secara tegas dan terperinci maksud mengenai judul “Komunikasi Organisasi Tata Kerja Polsek Wonocolo” diantaranya:


(17)

9

Komunikasi organisasi atau institusional merupakan komunikasi yang berlangsung dalam jaringan kerjasama antarpribadi atau kelompok yang saling terhubung dan saling bergantung untuk mencapai tujuannya dalam suatu organisasi atau institusi.

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah yang selanjutnya menyajikan suatu konsep komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya


(18)

10

berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Contohnya memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) mengidentifikasikan tiga komunikasi organisasi sebagai berikut7:

a. Fungsi perintah, berkenaan dengan angota-anggota organisasi mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi tersebut.

b. Fungsi relasional, berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam berbagai cara. Contohnya kepuasan kerja, aliran komunikasi ke bawah maupun ke atas

7

Deddy Mulyana, M.A, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan

(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1998), 337.


(19)

11

dalam hirarkhi organisasional, dan tingkat pelaksanaan perintah. Pentingnya dalam hubungan antarpersonal yang baik lebih terasa dalam pekerjaan ketika anda merasa bahwa banyak hubungan yang perlu dlakukan tidak anda pilih, tetapi diharuskan oleh lingkungan organisasi, sehingga hubungan menjadi kurang stabil, lebih memicu konflik, kurang ditaati, dan lain sebagainya.

c. Fungsi manajemen, ambigu berkenaan dengan pilihan dalam situasi organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Contohnya motivasi berganda, muncul karena pilihan yang diambil akan mempengaruhi rekan kerja dan organisasi, demikian juga diri sendiri; tujuan organisasi tidak jelas dan konteks yang mengharuskan adanya pilihan tersebut adanya pilihan tersebut mungkin tidak jelas. Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi bersama. 2. Tata Kerja


(20)

12

Suatu cara, aturan, atau susunan yang ditempuh untuk mengatur sebuah pekerjaan agar terlaksana dengan baik dan efisien.8 Tata kerja merupakan cara pekerjaan dengan benar dan berhasil guna atau bisa mencapai tingkat efisien yang maksimal sehingga meminimumkan kesalahan. Terdapat dua konsep pendukung dalam proses tata kerja, yaitu Prosedur kerja dan Sistem Kerja. Prosedur kerja merupakan tahapan dalam tata kerja yang harus dilalui suatu pekerjaan baik mengenai darimana asalnya dan mau menuju kemana, kapan pekerjaan tersebut harus diselesaikan, maupun alat apa yang harus digunakan agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan. Sedangkan Sistem kerja merupakan susunan antara tata kerja dengan prosedur yang menjadi satu sehingga membentuk suatu pola tertentu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

3. Polsek Wonocolo, Surabaya

Satuan Kepolisian Tingkat Kecamatan Wonocolo, Surabaya (badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum).9

8

Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), 492

9

Ibid., 763.


(21)

13

G. KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Bagan 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

Tujuan Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya Komunikasi Koersif (Sifat Pesan Instruktif)

Teori Sistem Organisasi

Teori Informasi Organisasi Etika Komunikasi

Media Komunikasi


(22)

14

Kerangka pikir penelitian ini dimulai dari pemahaman tentang dua konsep dasar komunikasi dan organisasi. Komunikasi merupakan jembatan penghubung yang dapat menyebarkan berbagai ide, gagasan dan solusi penyelesaian permasalahan baik secara individu maupun kelompok (organisasi) yang nantinya akan menciptakan kesamaan persepsi, visi, gerak dan arah serta tujuan yang menjadi inti komunikasi. Sedangkan Organisasi merupakan suatu sistem yang hidup yang melakukan proses kegiatan untuk mempertahankan keberadaannya dan menjalankan fungsinya. Suatu organisasi atau lembaga harus memiliki prosedur untuk mengelola seluruh informasi yang ingin diterima dan dikirimkan untuk mencapai tujuannya.

Selanjutnya, memahami apa itu komunikasi organisasi berdasarkan dua konsep dasar yang telah dijelaskan. Komunikasi organisasi atau institusional merupakan komunikasi yang berlangsung dalam jaringan kerjasama antarpribadi atau kelompok yang saling terhubung dan saling bergantung untuk mencapai tujuannya dalam suatu organisasi atau institusi. Karena organisasi adalah sistem yang terdiri atas sekelompok orang yang saling terhubung dan saling bergantung untuk mencapai tujuannya.

Setelah memahami dua konsep dasar komunikasi dan organisasi serta komunikasi organisasi, barulah kerangka pikir penelitian dapat dijalanakan, meliputi Komunikasi Koersif, Etika Komunikasi, Teori Sistem dalam komunikasi organisasi, dan Teori Informasi Organisasi. Empat


(23)

15

poin penting dalam menjalankan kerangka pikir penelitian tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain dan hasilnya akan mempengaruhi hasil dari penelitian dalam komunikasi tata kerja di polsek Wonocolo.

Komunikasi Koersif, yaitu bentuk komunikasi yang maksud dan tujuannya agar komunikan mengikuti suatu prosedur dan aturan-aturan tertentu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai polisi. Dari penjelasan singkat tersebut bisa disimpulkan bahwa pesan bersifat instruktif cenderung terlihat sebagai suatu paksaan yang biasanya dilakukan antara pimpinan dengan bawahan yang pada pesan komunikasinya terdapat sanksi jika prosedur dan aturan-aturan yang ada tidak di taati dangan baik.

Etika Komunikasi, Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tentang tata cara manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati biasa kita kenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler, dan lain-lain. Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia secara umum. Tata cara pergaulan, aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam bermasyarakat dan menentukan nilai baik dan nilai tidak


(24)

16

baik, dinamakan etika. Etika komunikasi mencoba untuk mengelaborasi standar etis yang digunakan oleh komunikator dan komunikan.10

Teori Sistem dalam komunikasi organisasi, Scott (1961) menyatakan bahwa ”satu-satunya cara yang bermakna untuk mempelajari organisasi adalah sebagai suatu sistem”.11 Bahwa bagian-bagian penting organisasi sebagai suatu sistem adalah individu dan kepribadian setiap orang dalam organisasi, struktur formal, pola interaksi informal, pola status dan peranan dalam organisasi, dan lingkungan fisik pekerjaan. Konsep sistem berfokus pada pengaturan bagian-bagian, hubungan antar bagian-bagian (devisi-devisi), dan dinamika hubungan yang menumbuhkan kesatuan dalam organisasi atau lembaga.

Teori Informasi Organisasi, merupakan salah satu teori komunikasi yang membahas mengenai pentingnya penyebaran informasi dalam organisasi untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi tersebut. Teori ini menekankan proses dimana individu mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan informasi. Fokus dari teori informasi organisasi adalah komunikasi informasi, hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi. Sangat jarang satu bagian dalam organisasi atau lembaga memiliki seluruh informasi yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugasnya. Informasi yang dibutuhkan berasal dari berbagai sumber. Namun demikian, tugas mengelola atau memproses informasi

10

Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 185.

11

Deddy Mulyana, M.A, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan

(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1998), 63


(25)

17

tidaklah sekedar bagaimana memperoleh informasi, yang tersulit adalah bagaimana memahami informasi dan menyebarluaskan informasi yang diterima itu di dalam organisasi.

Media Komunikasi, Media komunikasi adalah suatu alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Dalam hal ini komunikan merupakan seluruh jajaran dalam satuan kepolisian sektor Wonocolo. Media merupakan jendela yang memungkinkan kita untuk dapat melihat lingkungan yang lebih jauh, sebagai penafsir yang membantu memahami pengalaman, sebagai landasan penyampai informasi, sebagai komunikasi interaktif yang meliputi opini audiens, Sebagai penanda pemberi intruksi atau petunjuk, sebagai penyaring atau pembagi pengalaman dan fokus terhadap orang lain, cermin yang merefleksikan diri kita dan penghalang yang menutupi kebenaran. Media komunikasi juga dijelaskan sebagai sebuah sarana yang dipergunakan sebagai memproduksi, reproduksi, mengolah dan mendistribusikan untuk menyampaikan sebuah informasi. Media komunikasi sangat berperan penting bagi kehidupan masyarakat dalam organisasi. Secara sederhana, sebuah media komunikasi adalah sebuah perantara dalam menyampaikan sebuah informasi dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan agar efisien dalam menyebarkan informasi atau pesan.

Fungsi dari keempat poin dalam kerangka penelitian ini memberikan gambaran bagaimana komunikasi organisasi tata kerja dalam


(26)

18

polsek wonocolo yang dalam hal ini merupakan pesan koersif yang harus sampai pada semua bagian dari struktur kepolisian tersebut. Peran media komunikasi sangat penting karena dalam sebuah lembaga kepolisian terdapat banyak sub bagian-bagian (devisi-devisi) berdasarkan struktur yang ada, maka media komunikasi menjadi konduktor penting dalam persebaran pesan dan informasi.

H. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah serangkaian hukum, aturan dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan kaidah ilmiah dalam menyelenggarakan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.12 Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang memahami situasi, kondisi, motivasi, dan aktifitas komunikasi organisasi tata kerja yang ada di Kepolisian Sektor Wonocolo.13

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian jenis ini menggunakan data-data berupa kata-kata, gambar bukan dari angka-angka dan semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.14

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

12

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), 17.

13

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),

24. 14

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 11.


(27)

19

a. Subyek

Subyek adalah informan yang ditunjuk oleh peneliti dalam memberikan informasi dan sekaligus menjadi kunci informan. Dalam hal ini yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Wonocolo, Surabaya dan anggota jajarannya.

b. Obyek

Obyek adalah aspek keilmuan yang menjadi kajian penelitian. Obyek dalam penelitian ini adalah komunikasi organisasi tata kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya.

c. Lokasi Penelitian

Adalah tempat penelitian yang dilakukan. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo (Polsek Wonocolo), Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dipakai oleh peneliti yaitu dengan menggunakan dua bentuk jenis data penelitian kualitatif. Data primer dan data sekunder.

Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(28)

20

Yakni segala informasi yang didapat dari informan sesuai dengan fokus penelitian. Dalam hal ini data yang diambil adalah tentang komunikasi organisasi tata kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya. b. Data sekunder

Yakni data yang berasal dari bahan bacaan yang berupa dokumen-dokumen baik berupa buku, surat-surat, dan dokumen-dokumen lain yang dibutuhkan dalam penelitian untuk melengkapi data primer.

4. Tahapan Penelitian a. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun rancangan penelitian. Pada tahap awal, peneliti membuat proposal penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian. Peneiliti mengambil judul “Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo”, maka lapangan penelitian bertempat di Polsek Wonocolo, Surabaya.

3) Mengurus perizinan. Peneliti mengajukan permohonan kepada bagian akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan kemudian diserahkan kepada Kepala Kepolisian Sektor Wonocolo.

4) Memilih dan memanfaatkan informan. Dalam tahap ini peneliti harus selektif dalam memilih informan. Peneliti memilih Kepala Kepolisian Sektor Wonocolo selaku pimpinan di Polsek Wonocolo, Surabaya.


(29)

21

5) Mempersiapkan perlengkapan penelitian. Perlengkapan yang diperlukan antara lain: surat izin penelitian, alat tulis (buku catatan, bolpoin, map), dan alat dokumentasi berupa foto dan video menggunakan kamera.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri, meliputi: a) Pembatasan latar dan peneliti

b) Penampilan peneliti harus sesuai dengan aturan yang berlaku di lapangan penelitian

c) Pengenalan hubungan peneliti di lapangan d) Jadwal meneliti harus diperhatikan

2) Memasuki lapangan penelitian dengan bersosialisasi dengan Anggota Satuan Kepolisian Sektor Wonocolo, Surabaya.

3) Berperan serta dalam mengambil data, dilakukan untuk mendapatkan data-data yang valid dan peneliti mengamati bagaimana proses komunikasi organisasi tata kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya.

c. Laporan

Yakni sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang disusun secara terstruktur, dalam bentuk format yang rapid an dapat di pertanggung jawabkan.


(30)

22

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik:

a. Interview atau wawancara adalah teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan panduan dan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sesuai dengan fokus penelitian. Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka dan terstruktur.

b. Observasi. Teknik ini dilakukan oleh peneliti kualitatif dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas subyek yang diteliti untuk mendekatkan diri antara peneliti dengan yang diteliti. Peneliti juga melakukan observasi ini guna mendukung hasil wawancara kepada Kepala Kepolisian Sektor Wonocolo.

c. Dokumentasi. Teknik ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mencari dan mendokumentasikan segala informasi yang dapat mendukung fokus penelitian, dapat berupa gambar atau foto, dokumen-dokumen tertulis, yang berkaitan dengan Polsek Wonocolo, Surabaya.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data ini dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Data dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata, perilaku atau tindakan yang dapat diobservasikan. Analisis data ini terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.15

15

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006), 18


(31)

23

Peneliti menganalisis data mengunakan analisis domein. Analisis domein adalah analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan berperan serta atau wawancara atau pengamatan deskriptif.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data sangat penting dilakukan agar data yang diperoleh memiliki nilai kevalidan dan kesohihan data. Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari konsep validitas dan realibilitas menurut versi “positivism” dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigm sendiri16.

Adapun teknik yang digunakan antara lain: a. Perpanjangan keikut-sertaan

Keikut-sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikut-sertaan tidak hanya dalam waktu singkat melainkan memerlukan perpanjangan keikut-sertaan pada latar penelitian. b. Diskusi dengan teman sejawat

Dimaksudkan untuk mengetahui data-data yang belum diteliti oleh peneliti, dapat dijadikan sebagai data tambahan di lapangan dan membandingkan data yang satu dengan yang lain.

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN


(32)

24

Dalam pemaparan skripsi ini dibagi menjadi lima bab pembahasan yang disusun secara sistematis. Adapun pokok pembahasan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, kerangka pikir penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini menjelaskan mengenai kajian teoritis dari judul yang ada, uraian-uraian tersebut dipaparkan secara komprehensif, berisi terdiri dari: pengertian komunikasi organisasi tata kerja, fungsi komunikasi organisasi tata kerja, kerangka pikir penelitian

BAB III : PENYAJIAN DATA

Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran lokasi penelitian, yang meliputi latar belakang berdirinya Polsek Wonocolo, Surabaya, struktur kepenggurusan di Polsek Wonocolo dan gambaran umum objek penelitian, serta memaparkan fakta dan data objek penelitian


(33)

25

yang berisi tentang jawaban atas berbagai masalah yang diajukan peneliti.

BAB IV : ANALISIS DATA

Pada bab ini akan menganalisis data yang memaparkan hasil penelitian berupa data tentang Komunikasi Organisasi Tata Kerja di Polsek Wonocolo, Surabaya. Dari hasil penelitian tersebut dianalisis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang kemudian dikonfirmasikan dengan teori yang relevan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran dari peneliti


(34)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

1. Komunikasi Organisasi

a. Pengertian Komunikasi Organisasi

Sebelum berbicara tentang komunikasi organisasi, perlu kita memahami makna komunikasi bedasarkan perspektif para ahli sehingga arah pemikiran dalam konsep dasar komunikasi yang variatif tersebut dapat memberi gambaran yang komprehensif, diantaranya sebagai berikut:

1) Carl I. Hovland

Komunikasi merupakan proses seseorang menyampaikan rangsangan dengan tujuan mengubah perilaku orang lain.1

2) Everett M. Rogers

Komunikasi merupakan suatu proses dimana sebuah ide disebar luaskan dari sumber kepeda satu penerima atau lebih, dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku mereka.2

3) Gebner

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, skill dan seterusnya, dengan symbol, kata, gambar, figure,

1

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Paktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1999), 10. 2


(35)

28

grafik dan lain-lain. Hal tersebut adalah suatu aksi penyampaian yang biasanya disebut komunikasi.3

4) Himstreet dan Baty

Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi di antara dua orang atau lebih melalui suatu system symbol-simbol, isyarat-isyarat, dan perilaku yang sudah lazim.4

5) McLaughlin

Komunikasi merupakan proses saling menukar gagasan-gagasan atau ide-ide dengan berbagai cara yang efektif.5

6) Onong Uhcjana Effendy

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang yang bermakna sebagai perpaduan pikiran dan perasaan berupa ide atau gagasan, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan, dan lain sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik langsung secara bertatap muka maupun secara tidak langsung melalu media komunikasi dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, dan perilaku.6

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang di dalamnya terjadi pembagian makna, ide-ide atau gagasan di antara dua orang atau lebih dan mereka dapat saling

3

Reed H. Blake, A Taxonomi Of Consept in Communication, (USA: Hasting Hause, Publisher Inc,

1979), 3. 4

William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty, Bussiness Communications: Principesland

Methods. (Boston: Publishing Company, 1990), 6. 5

Ted J. McLaughlin, Communication, (Columbus: Charles E. Merrill Books, Inc, 1964), 21.


(36)

29

memahami pesan yang di sampaikan. Tanpa adanya kesamaan perngertian diantara peserta komunikasi maka tidak ada sebuah tindak komunikasi.

b. Struktur Komunikasi Dalam Organisasi

Hal-hal yang perlu dipahami dalam kajian struktur komunikasi dalam organisasi yaitu kemanakah arah atau arus komunikasi dalam organisasi ? untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu adanya penjelasan meliputi komunikasi kebawah, keatas, lateral, dan komunikasi lintas saluran. 7

1) Komunikasi Ke Bawah (Downward Communication)

Komunikasi ke bawah yaitu pesan yang dikirim dari tingkat structural yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Contohnya pesan yang dikirim oleh Kapolsek kepada satuan anggotanya, pesan yang dikirim oleh atasan tersebut dapat berupa perintah, imbauan, nasehat dan lain sebagainya.

Terdapat permasalahan yang sering timbul dalam komunikasi kebawah yaitu kesalahpahaman makna perintah dari atasan oleh bawahan. Hal ini terjadi karena terdapat perbedaan bahasa yang digunakan oleh atasan dan tidak dapat dipahami oleh bawahan. Merupakan hal yang wajar karena umumnya atasan dalam sebuah organisasi memiliki latar belakang pendidikan yang relativ lebih tinggi dibandingkan dengan bawahan. Maka dari itu sering kali

7

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja

Perusahaan, Editor Deddy Mulyana, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 185


(37)

30

bahasa yang digunakan atasan tidak dipahami oleh bawahan. Begitu juga sebaliknya, dalam urusan teknis terkadang ada kode bahasa sendiri yang biasanya hanya dimengerti oleh atasan atau bawahan saja.

Menurut Katz dan Kahn8 ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahannya, yaitu:

a) Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan

b) Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan

c) Informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi d) Informasi mengenai kinerja pegawai

e) Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas

Ada beberapa cara yang digunakan dalam penyampaian informasi ke bawahan, diantaranya adalah dengan cara tulisan, lisan, tulisan diikuti lisan, dan lisan diikuti tulisan.9

2) Komunikasi Ke Atas (Upward Communication)

Komunikasi keatas yaitu proses penyampaian pesan yang dikirim dari tingkat structural yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi. Misalnya para pegawai kepada manajernya. Jenis komunikasi tersebut biasanya meliputi:

8

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi : Strategi Meningkatkan Kinerja

Perusahaan, Editor Deddy Mulyana, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), 185


(38)

31

a) Kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, meliputi apa yang terjadi di pekerjaan, seberapa jauh pencapaiannya, apa yang masih perlu dilakukan, dan lain sebagainya.

b) Masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab.

c) Berbagai ide-ide atau gagasan perubahan dan saran-saran perbaikan.

d) Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya, dan masalah lain yang serupa.10

Adapun permasalahan yang sering terjadi dalam komunikasi jenis ini adalah pesan yang ditujukan kepada atasan seringkali hanya pesan-pesan positif, laporan yang bersifat “asal bapak senang” kerap mewarnai dalam perjalanan organisasi. Masalah lainnya dalam secara fisik, masalah dimana biasanya terjadi karena tempat antara pimpinan dengan bawahan terpisah jauh. Misalnya pimpinan berada dilantai atas sedangkan bawahan dilantai bawah, bahkan ada yang para karyawannya bekerja diluar daerah.

Sebab-sebab lain kesulitan bawahan ini apat dijelaskan dengan pendapat Sharma11 yang meliputi:

a) Bawahan cenderung menyembunyikan pemikiran mereka

10

Josep A. Devito, Komunikasi Antarmanusia : Kuliah Dasar, (Jakarta: Professional Books, 1977), 346

11

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi,………, 191


(39)

32

b) Adanya perasaan bahwa pimpinan tidak tertarik dengan masalah bawahan

c) Kurangnya penghargaan bagi komunikasi keatas yang dilakukan bawahan.

d) Adanya perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan bawahan.

Ada beberapa cara sebagai antisipasi permasalahan yang telah diuraikan diatas, Planty dan Machaver12 menjabarkan tujuh prinsip sebagai pedoman komunikasi keatas, yaitu:

a) Program komunikasi keatas yang efektif harus direncanakan b) Program komunikasi keatas yang efektif berlangsung secara

kesinambungan

c) Program komunikasi keatas yang efektif mengunakan saluran rutin

d) Program komunikasi keatas yang efektif menitik beratkan pada kepekaan dan penerimaan dalam pemasukan gagasan dari tingkatan yang lebih rendah

e) Program komunikasi keatas yang efektif mencakup

mendengarkan secara objektif

f) Program komunikasi keatas yang efektif mencakup tindakan untuk menanggapi masalah


(40)

33

g) Program komunikasi keatas yang efektif menggunakan berbagai media dan metode untuk meningkatkan aliran informasi.

3) Komunikasi Lateral (Horisontal)

Komunikasi lateral (horizontal) adalah proses penyampaian pesan yang dikirim dari dan ke tingkat structural yang sama. Misalnya sesama karyawan, sesama anggota kepolisian di bagian intelijen. Jenis komunikasi ini dapat memperlancar pertukaran pengetahuan, wawasan, penggalaman, metode dan bahkan tempat curahan pendapat (brainstorming). Dengan komunikasi ini dapat memperkecil terjadinya miss-komunikasi atau kesalahpahaman diantara para anggota organisasi.13

Permasalahan yang kerap terjadi dalam jenis komunikasi ini adalah jika para pegawai atau karyawan dalam pekerjaannya sudah terspesialisasi sesuai dengan bidangnya sendiri, maka mereka menganggap bahwa pekerjaannyalah yang terbaik sehingga yang lain dianggap sebagai competitor. Jika hal yang demikian terjadi akan sulit menjalankan komunikasi lateral.14

Tujuan adanya komunikasi lateral ini antara lain untuk mengkoordinasikan penugasan kerja, berbagi informasi yang berkaitan dengan rencana dan program, sebagai pemecah masalah, sarana memperoleh pemahaman bersama, media berunding, untuk

13

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi,………, 196

14

Ibid., 196


(41)

34

mendamaikan, dan menenggahi perbedaan agar menumbuhkan dukungan antar personal.15

4) Komunikasi Lintas Saluran

Komunikasi lintas saluran merupakan komunikasi yang terjadi dimana informasi diberikan melewati batas-batas fungsional atau batas-batas unit kerja, dan diantara orang-orang yang satu dengan yang lainnya tidak saling menjadi bawahan atau atasan16. Misalnya komunikasi yang terjadi antara bagian administrasi dengan bagian logistic dalam sebuah lembaga atau organisasi.

Permasalahan yang kerap timbul dalam komunikasi jenis ini adalah terjadinya prejudice (prasangka) antar sesama pegawai. Maka dari itu pimpinan harus bertindak bijaksana apabila mendapati permasalahan yang demikian. Komunikasi jenis ini cenderung sulit untuk dihindari, terkadang menjadi penting untuk dilakukan sebagai bargaining power (tawar-menawar).

c. Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi

Secara umum fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence).17 Informasi dapat diberikan kepada siapa saja yang menjadi lawan berbicara, pesan merupakan informasi yang disampaikan oleh setiap orang yang terlibat dalam proses komunikasi.

15

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi,………, 196

16

Ibid., 195 17

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya,


(42)

35

Segala pesan atau informasi merupakan faktor penentu adanya saling pengertian dalam komunikasi. Begitu juga dengan fungsi mendidik, mempengaruhi dan menghibur, ketiga fungsi tersebut melekat dalam sebuah transaksi komunikasi. Makna pesan-pesan itulah yang menjadikan terjadinya proses komunikasi.

Komunikasi organisasi adalah peristiwa komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi, oleh karenanya maknya fungsi tersebut bergantung pada proses manajemen komunikasi dalam suatu organisasi. S. Djuarsa Sendjaja18 memberikan gambaran tentang fungsi komunikasi dalam organisasi yang terdiri dari empat fungsi yaitu fungsi informative, fungsi regulative, fungsi persuasive, dan fungsi integrative.

Fungsi informative dalam organisasi menganggap bahwa organisasi merupakan suatu system pemrosesan informasi yang artinya semua anggota dalam sebuah organisasi membutuhkan informasi untuk mengerjakan bidang pekerjaannya sesuai dengan job-descripstion

masing-masing bidang.

Fungsi regulative berkaitan dengan aturan-aturan yang berlaku dalam suatu organisasi sebagai dasar mengerjakan sesuatu. Pada suatu organisasi terdapat dua poin penting yang berpengaruh terhadap fungsi regulative, yaitu atasan yang memegang kendali manajemen dan pesan. Seorang atasan mempunyai kewenangan dan mengendalikan bawahan

18

Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), 136


(43)

36

atas segala perintah yang diberikan. Makna pesan dalam sebuah organisasi adalah berorientasi langsung pada kerja19.

Fungsi persuasive dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan sentuhan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan oleh bawahan tanpa memberikan perintah secara formal. Sering terjadi jika atasan memberikan suatu intruksi dengan bahasa yang kaku dan terkesan terlalu formal maka bawahan tidak akan mengerjakan secara sukarela, sebaliknya jika suatu intruksi diberikan secara persuasive maka bawahan yang mengerjakan akan merasa memiliki hasil pekerjaan tersebut20.

Fungsi integrative berupaya menyatukan persepsi seluruh anggota dalam suatu organisasi baik kalangan structural atas maupun tingkat bawah tentang tujuan dan misi organisasi melalui saluran-saluran komunikasi yang ada dalam sebuah organisasi. Secara general saluran komunikasi dalam organisasi ada dua yaitu saluran formal dan informal. Saluran formal dapat berupa penerbitan lembaran-lembaran berita atau bulletin-buletin tentang organisasi bersangkutan yang diperuntukan sebagai informasi bagi seluruh anggota organisasi baik atasan maupun bawahan. Sedangkan saluran informal dapat melalu pembicaraan antarpribadi pada saat istirahat kerja, kegiatan nonformal, dan lain sebagainya. Dengan demikian kegiatan ini akan menumbuhkan

19

Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), 136


(44)

37

kesadaran diri atau partisipasi yang besar dari seluruh anggota terhadap organisasi21.

d. Jaringan Komunikasi Organisasi

Jaringan komunikasi organisasi adalah saluran yang digunakan untuk meneruskan suatu pesan dari satu orang pada orang lain, jaringan tersebut dapat diamati dalam dua prespektif, yaitu:

a) Kelompok kecil sesuai sumberdaya yang dimiliki akan

mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan ini dijadikan sebagai suatu system komunikasi umum yang digunakan organisasi atau kelompok untuk mengirimkan pesan kepada orang lain.

b) Jaringan komunikasi ini dapat dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.

Jaringan dalam organisasi membicarakan tentang sekumpulan manusia dimana mereka memiliki ikatan-ikatan yang saling berhubungan atau terikat satu dengan yang lain. Dalam hubungan tersebut terdapat adanya suatu arus yang diatur agar tidak saling bertabrakan. Jaringan memiliki beberapa prinsip dasar, diantaranya: a) Pola. Pola merupakan suatu bentuk yang sudah teratur atau diatur.

21

Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), 136


(45)

38

b) Rangkaian. Rangkaian dapat dilihat sebagai suatu kesempurnaan suatu pola yang telah disusun menjadi rangkaian pola arus komunikasi.

c) Rangkaian yang ada relative stabil. Rangkaian ini merupakan suatu tata urusan secara sistematis sesuai rangkaian pola yang disusun dalam melakukan suatu hal. Jika rangkaian berjalan dengan stabil makan akan digunakan secara terus menurus.

d) Hukum yang mengatur. Jika orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi tidak berjalan sesuai dengan rangkaian yang ada, maka akan mendapatkan sanksi. Hukum berlaku supaya prinsip-prinsip tersebut dapat berjalan dengan baik.

Secara general ada dua pola jaringan dalam suatu organisasi yaitu jaringan komunikasi formal dan informal22. Jaringan komunikasi yang formal bila pesan mengalir melalu jalan resmi yang ditentukan olehtingkatan-tingkatan resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan. Sedangkan jaringan komunikasi informal adalah bilamana bawahan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan hubungan posisi.

Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yaitu komunikasi kepada bawahan, komunikasi pada atasan dan komunikasi horizontal. Sedangkan jaringan komunikasi informal lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin. Dalam istilah


(46)

39

komunikasi grapevine dapat diartikan sebagai cara menyampaikan pesan secara rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Yang perlu diperhatikan adalah pola jaringan merupakan pola umum yang sering digunakan oleh suatu kelompok atau organisasi.

e. Gaya Komunikasi Dalam Organisasi

Gaya komunikasi (communications style) adalah seperangkat perilaku antar pribadi terspesialisasi dan digunakan dalam suatu situasi tertentu23. Gaya komunikasi dapat mengambarkan bagaimana perilaku seseorang dalam suatu organisasi pada saat menyampaikan ide atau gagasan. Ada enam gaya komunikasi yang sering digunakan dalam suatu organisasi, gaya tersebut disesuaikan dengan maksud dan tujuan pengiriman pesan. Yaitu:

a) Controlling Style

Gaya komunikasi ini bersifat mengendalikan, mengatur, membatasi dan bahkan memaksa perilaku dan pikiran orang lain. Dalam proses gaya komunikasi ini sejenis dengan komunikasi satu arah. Gaya ini menekankan pada aspek pengiriman pesan tanpa memperdulikan aspek umpan balik. Gaya komunikasi ini biasanya digunakan untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja secara efektif.24

b) Equailitarian Style

23

Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), 142 24

Sasa Djuarsa Sendjaja, Teori Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994), 142


(47)

40

Gaya komunikasi ini mementingkan aspek kesamaan atau keseimbangan pesan. Artinya penyebaran pesan dapat terjadi secara lisan maupun tulisan yang bersifat dua arah atau adanya timbal balik. Gaya komunikasi ini tepat untuk memelihara empati dan kerjasama, karena sifat keterbukaan dalam berkomunikasi antar anggota organisasi.25

c) Structuring Style

Gaya komunikasi ini bersifat terstruktur, yaitu melalu struktur penerimaan maupun pengiriman baik secara lisan maupun tulisan untuk memantapkan perintah yang harus dilakukan. Dalam gaya ini alur pesan mengikuti struktur yang ada dalam organisasi.26

d) Dynamic Style

Gaya komunikasi ini memiliki kecenderungan agresif, karena menyadari bahwa lingkungan kerjanya berorientasi pada tindakan, biasanya digunakan oleh supervisor yang membawahi para sales. Tujuannya adalah untuk merangsang pekerja agar bekerja dengan efektif dan efisien. Gaya komunikasi ini efektif dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang bersifat kritis.27

e) Relinquishing Style

Gaya komunikasi ini bersifat akomodatif, artinya meskipun sorang atasan memiliki hak untuk memerintah dan mengontrol orang lain, akan tetapi lebih banyak bersedia menerima saran dan pendapat

25

Ibid., 142-143 26

Ibid., 142-143


(48)

41

orang lain. Gaya ini efektif bila orang yang diajak bekerjasama memiliki pengetahuan luas, berpenggalaman, dan bertanggung jawab.

f) Withdraw Style

Gaya komunikasi ini lebih bersifat menghindari tanggung jawab. Gaya komunikasi ini tidak cocok diterapkan dalam organisasi, karena keinginan untuk menghindari tanggung jawab maka tidak ada keinginan untuk berkomunikasi.28

Dari keenam uraian gaya komunikasi diatas, equalitarian style merupakan gaya komunikasi yang ideal, sedangkan structuring, dynamic dan relinquaishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Adapun gaya komunikasi controlling dan withdraw mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya insteraksi yang bermanfaat dan produktif29.

f. Iklim Komunikasi Organisasi

a) Pengertian dan pentingnya iklim komunikasi

Menurut David dan Newstrom iklim organisasi adalah lingkungan dimana para karyawan suatu organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim mengitari dan mempengaruhi segala hal

28

Ibid., 143 29

Jerry W. Koehler, Kail W.E Anatol, Ronald L. Aoolbaum, Organizational Communication,

Behavioral Perspecttives, (New York: Holt, Rinehart and Winston, 1981), 48


(49)

42

yang bekerja dalam organisasi sehingga iklim dikatakan sebagai suatu konsep yang dinamis30.

Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich dan Donelly iklim organisasi adalah serangkaian keadaan lingkungan yang dirasakan secara langsung dan tidak langsung oleh karyawan31. Hal ini mengambarkan jika iklim organisasi dapat mempengaruhi karyawan baik secara sadar maupun tidak sadar.

Gibb menegaskan bahwa tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim supportiveness, diantara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut:

a. Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada kejadian yang dapat diamati daripada evaluasi secara subjektif atau emosional.

b. Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi mereka pada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.

c. Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan dalam merespons sesuatu yang terjadi.

d. Empathy, anggota organisasi memperlihatkan perhatian dan pengertian terhadap anggota lainnya.

30

Keith Davis & John W Newstrom, Perilaku Dalam Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1994), 20


(50)

43

e. Kesamaan, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan.

f. Profesionalism. Anggota organisasi bersifat fleksibel dan menyesuaikan diri pada situasi komunikasi yang berbeda32.

Iklim organisasi penting karena jika dalam suatu organisasi para anggotanya tidak bisa berkoordinasi dengan baik maka akan mengancam timbulnya masalah dalam organisasi tersebut. Segala hal yang menyangkut keharmonisan hubungan yang dijalin oleh anggota organisasi mempengaruhi kemajuan suatu organisasi tersebut.

Pace dan Faules33 mengemukakan jika sedikitnya ada enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi yaitu: a. Kepercayaan. Para anggota disetiap tingkat harus berusaha keras

untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. Karena makin tinggi suatu kepercayaan, maka motivasi kerja cenderung semakin tinggi. b. Pembuat keputusan bersama. Para pegawai di setiap tingkat

dalam organisasi harus berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijaksanaan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka dan diberi

32

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 85-86

33

R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1998), 159-160


(51)

44

kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen, dengan tujuan agar mereka turut serta berperan dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

c. Kejujuran. Suasana umum yang meliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, agar pegawai mampu berkomunikasi dengan teman sejawat, tanpa memikirkan baik itu atasan ataupun bawahan. d. Keterbukaan dalam komunikasi kebawah. Komunikasi kebawah

adalah komunikasi yang berlangsung dari satuan-satuan organisasi yang ada di bawahnya. Komunikasi ini bisa berupa memo, buku pedoman, perintah, teguran, dan pujian. Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relative mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka.

e. Mendengarkan dalam komunikasi keatas. Anggota di setiap tingkatan dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran atau laporan-laporan masalah yang dikemukakan anggota di setia tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.

f. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi. Anggota di semua tingkatan dalam organisasi harus menunjukkan suatu


(52)

45

komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktifitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah dan menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks organisasi. Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi dapat diringkaskan menjadi lima kategori besar, yaitu34:

a. Anggota organisasi. Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi.

b. Pekerjaan dalam organisasi. Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas formal dan informal.

c. Praktik-praktik pengelolaan. Tujuan utama pegawai manajerial adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha orang lainnya. d. Struktur organisasi. Merujuk kepada hubungan-hubungan antara

tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi.

e. Pedoman organisasi. Serangkaian pernyataan yang

mempengaruhi, mengendalikan, dan memberi arahan bagi anggota organisasi dalam mengambil keputusan dan tindakan. Pedoman organisasi terdiri atas pernyataan-pernyataan seperti cita-cita, misi, tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, dan aturan35. b) Dimensi-dimensi iklim komunikasi

Konsep iklim organisasi dapat diukur melalui lima dimensi, yaitu:

34

R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1998), 159-160 35

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 149-153


(53)

46

a. Responsibility (tanggung jawab). Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan fungsi yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan yang diterima atau tingkatan sejauh mana anggota organisasi bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan.

b. Identity (identitas). Perasaan memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan dan diterima dalam kelompok.

c. Warmth (kehangatan). Perasaan terhadap suasana krja yang bersahabat dan lebih ditekankan pada kondisi keramahan atau persahabatan.36

d. Support (dukungan). Hal-hal yang berkaitan dengan dukungan dan hubungan antar sesame rekan kerja yaitu perasaan saling menolong antara manajer dengan pegawai, lebih ditekankan pada dukungan yang saling membutuhkan antara atasan dan bawahan.37

e. Conflict (konflik). Merupakan situasi dimana terjadi pertentangan atau perbedaan pendapat antara bawahan dengan tasan dan bawahan dengan bawahan. Dalam hal ini kedua belah pihak harus bersedia menempatkan masalah secara terbuka dan mencari solusinya daripada menghindarinya.38

c) Analisis iklim komunikasi

36

R. Wayne Pace and Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

1998), 159-160 37

Ibid., 159-160


(54)

47

Analisis iklim organisasi dapat dilakukan melalui metode yang sederhana yaitu mengukur pengaruh komunikasi organisasi yang berkaitan dengan persepsi yaitu reaksi-reaksi perseptual anggota organisasi yang relevan dengan komunikasi organisasinya. g. Budaya Organisasi

Budaya adalah system makna dan keyakinan bersama yang dianut oleh para anggota organisasi yang menentukan sebagian besar cara mereka bertindak satu terhadap yang lain dan terhadap orang luar. Sedangkan organisasi adalah seperangkat asumsi atau system keyakinan, nilai-nilai dan norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal39.

Berdasarkan uraian singkat diatas yang berhubungan dengan budaya organisasi, dapat kita gambarkan budaya organisasi sebagai suatu perangkat system nilai-nilai (values) keyakinan-keyakinan (beliefs) atau norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para naggota suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah organisasi40.

2. Komunikasi Koersif

Komunikasi instruktif atau koersif adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain yang diiringi dengan ancaman atau sanksi yang memiliki tujuan untuk merubah sikap, opini atau tingkah laku.

39

Fred Luthans, Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: Andi, 2006), 124 40

Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 2


(55)

48

Dalam suatu organisasi, penggunaan jenis komunikasi ini misalnya dengan memberlakukan peraturan secara tegas. Peraturan tersebut mengandung ancaman atau sanksi yang apabila dilanggar akan menimbulkan akibat tertentu pada pihak pelanggar.

Komunikasi yang bersifat koersif dapat berbentuk perintah, instruksi, dan bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Teknik komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing, yang bersifat menakut- nakuti atau menggambarkan resiko yang buruk, serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interest atau muatan kepentingan untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik, perdebatan dengan menepis argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan.41 Bagi seorang diplomat atau tokoh politik teknik tersebut menjadi senjata andalan dan sangat penting untuk mempertahankan diri atau menyerang secara diplomatis.

3. Etika Komunikasi

Etika memainkan peranan penting dalam kehidupan organisasi, baik Publik (pemerintah) maupun swasta. Etika organisasi biasanya tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan organisasi. Kode etik atau yang sejenis tumbuh dari misi, visi, strategi, dan nilai-nilai

41

Onong Uchjana Effendy , Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti,


(56)

49

organisasi. Kode etik organisasi yang dipikirkan dengan seksama dan efektif berfungsi sebagai pedoman dalam pengambilan setiap keputusan organisasi yang etis dengan menyeimbangkan semua kepentingan yang beragam.

Biasanya etika organisasi dibuat dalam bentuk tata tertib berperilaku atau kode etik tertulis dan dimuat dalam manual kepegawaian atau dipajang pada dinding yang dapat dilihat dengan jelas. Namun, sekadar mencetak dan memajangkannya supaya dilihat semua orang tidaklah cukup. Kode etik atau norma berperilaku haruslah menjadi pedoman dalam praktik aktual setiap kegiatan keseharian organisasi serta didorong penerapannya secara konsisten oleh pimpinan organisasi. Pimpinan harus menunjukkan perilaku yang dapat diteladani. Tidak ada toleransi atas perilaku yang tidak etis dalam organisasi.42

Perbuatan tidak etis yang dilakukan oleh pimpinan dapat dipandang sebagai pembolehan untuk melakukan hal yang sama pada karyawan dan staf yang berada dibawahnya. Pimpinan senior perlu menjunjung tinggi standar perilaku yang baik sebelum mereka menuntut hal yang sama kepada bawahan. Pimpinan yang tidak mentoleransi perilaku yang tidak etis di kalangan rekan sejawat dan secara aktif berusaha menjadi model bagi standar kejujuran, keterbukaan, dan keandalan adalah mereka yang menunjukkan komitmen yang tinggi bagi perilaku yang etis. Itu sebabnya,

42

Wursanto, Etika Komunikasi Kantor, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 129


(57)

50

sangat besar manfaatnya bagi setiap organisasi mengumumkan kode etiknya secara terbuka sehingga dapat diketahui oleh setiap orang.43

Setiap individu memiliki karakter dan sifat yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Perilaku individu tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, baik yang timbul dari dalam dirinya maupun karena pengaruh lingkungannya. Pengaruh yang cukup besar yang datang dari dalam individu sendiri antara lain meliputi kemampuan dan kebutuhan individu yang bersangkutan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal lain yang juga cukup berpengaruh dalam diri seseorang adalah keyakinan terhadap sesuatu hal, baik yang bersumber dari nilai-nilai agama maupun budaya, pengalaman, serta harapan yang ingin dicapainya. Karakterisik tersebut akan dibawa oleh individu dalam berinteraksi dengan individu yang lain dalam organisasi atau lingkungannya yang akan memengaruhi perilaku organisasi. Perilaku individu dalam organisasi sangat berpengaruh terhadap upaya mencapai tujuan organisasi. Itu sebabnya, perilaku beragam dari setiap individu harus dipadukan secara integral sesuai dengan tujuan organisasi.44

Organisasi memiliki visi, misi, dan tujuan yang diharapkan akan dicapai melalui interaksi dan kerja sama seluruh anggota organisasi.45 Sebagai anggota organisasi individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan apa yang telah ditetapkan oleh organisasi. Setiap orang dalam organisasi memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang sesuai dengan

43

Ibid., 129 44

Wursanto, Etika Komunikasi Kantor, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 129


(58)

51

peran atau kedudukannya dalam organisasi tersebut. Selain itu, penghargaan yang diberikan oleh organisasi kepada anggotanya juga turut memengaruhi perilaku individu dalam organisasi. Kesemuanya ini disebut sebagai karakteristik organisasi.

Adanya interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi akan mewujudkan perilaku organisasi46. Dengan demikian, dalam suatu organisasi terdapat dua kepribadian, yaitu kepribadian perorangan dan kepribadian organisasi. Gabungan kedua kepribadian tersebut harus saling menunjang untuk mencapai tujuan organisasi. Perilaku organisasi inilah yang kemudian diwujudkan dalam tindakan- tindakan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya baik di dalam maupun di luar organisasi.

Pola tindakan tersebut secara umum adakalanya dituangkan ke dalam berbagai ketentuan atau aturan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota organisasi. Pola perilaku atau tindakan yang telah disepakati bersama oleh setiap anggota organisasi akan mewarnai setiap tindakan individu dalam berinteraksi dengan individu yang lain atau dengan lingkungannya. Pola ini akan dianut oleh anggota individu sehingga menjadi suatu kebiasaan. Pola kebiasaan ini lama kelamaan menjadi suatu budaya dalam organisasi yang akan menjadi ciri khas organisasi bersangkutan.47

4. Teori Sistem Dalam Komunikasi Organisasi

46

Wursanto, Etika Komunikasi Kantor, (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 129

47

Ibid., 129


(59)

52

Teori system memandang organisasi sebagai kaitan bermacam-macam komponen yang saling bergantung satu sama lain dalam mencapai tujuan organisasi. Setiap bagian memiliki peranan masing-masing dan berhubungan dengan bagian-bagian lain dank arena itu koordinasi penting dalam teori ini48. Teori system yang umum mengatakan bahwa organisasi sebagai suatu set bagian-bagian yang kompleks yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah agar dapat mencapai tujuannya49.

Scott (1961) menyatakan bahwa ”satu-satunya cara yang bermakna untuk mempelajari organisasi adalah sebagai suatu sistem”.50 Bahwa bagian-bagian penting organisasi sebagai suatu sistem adalah individu dan kepribadian setiap orang dalam organisasi, struktur formal, pola interaksi informal, pola status dan peranan dalam organisasi, dan lingkungan fisik pekerjaan. Konsep sistem berfokus pada pengaturan bagian-bagian, hubungan antar bagian-bagian (devisi-devisi), dan dinamika hubungan yang menumbuhkan kesatuan dalam organisasi atau lembaga.

Teori sistem menyadari bahwa suatu keadaan yang terorganisasikan perlu mengenal berbagai hambatan untuk mengurangi komunikasi acak ke saluran-saluran yang sesuai untuk pencapaian tujuan

48

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 46-47

49

Ibid., 47 50

Deddy Mulyana, M.A, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan


(60)

53

organisasi. Pengembangan organisasi, misalnya, mungkin perlu menciptakan saluran-saluran komunikasi baru51.

Secara ringkas, Scott (1961) mengatakan bahwa ”organisasi terdiri dari bagian-bagian yang berkomunikasi antara yang satu dengan yang lainnya, menerima pesan-pesan dari dunia luar, dan menyimpan informasi. Fungsi komunikasi bagian-bagian ini sekaligus merupakan konfigurasi yang menggambarkan sistem secara keseluruhan”52. Mungkin dapat dikatakan bahwa, dari sudut pandang sistem, komunikasi adalah organisasi.

5. Teori Informasi Organisasi

Teori Informasi Organisasi Berdasakan Penelitian Karl Weick53. Merupakan tugas untuk mengelola informasi dalam jumlah besar adalah sebuah tantangan bagi khalayak organisasi. Ketika pilihan-pilihan kita untuk saluran-saluran komunikasi meningkat, jumlah pesan yang kita kirim dan terima, dan juga kecepatan kita mengirim pesan tersebut meningkat pula. Organisasi tidak hanya dihadapkan pada tugas untuk mengartikan pesan yang diterima, tetapi juga menghadapi tantangan untuk menentukan siapa yang harus menerima informasi tersebut demi mencapai tujuan organisasi.

Media baru mampu membuat perusahaan menyelesaikan tujuan mereka dalam berbagai cara yang belum pernah dilihat sebelumnya.

51

Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja

Perusahaan (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1998), 67 52

Ibid., 67 53

Karl Weick, The social Psychology of Organizing, (McGraw-Hill, 1979), 281


(61)

54

Konferensi video, teleconference, ruang chat, e-mail, dan televisi interaktif memungkinkan orang seperti dominan untuk memberikan kesempatan kepada timnya untuk secara simultan berbagi dan memberikan reaksi terhadap banyak sekali informasi. Tiap tim diberikan kesempatan untuk memutuskan informasi apa yang penting untuk tugasnya atau meminta informasi tambahan yang akan dibutuhkan di masa yang akan datang. Terkadang informasi yang diterima oleh sebuah organisasi bersifat ambigu.

Beberapa ahli komunikasi organisasi menggunakan perumpamaan mengenai system yang hidup untuk menggambarkan suatu organisasi. Sebagaimana sebuah system yang hidup terlibat di dalam sebuah proses aktifitas yang mempertahankan fungsi dan keberadaannya. Sebuah organisasi harus mempunyai prosedur untuk menghadapi semua informasi yang harus dikirim dan diterima dalam mencapai tujuannya. Sama seperti system, organisasi terdiri atas orang dan tim yang saling berhubungan. Mereka bergantung pada satu sama lain untuk memenuhi tujuan mereka.

Karl Weick54 mengembangkan sebuah pendekatan untuk mengembangkan proses dimana organisasi mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan informasi yang mereka terima. Alih-alih memfokuskan perhatiannya pada struktur organisasi dalam hal peranan dan aturan yang mengarahkan para anggota organisasi. Weick menekankan pada proses mengorganisasikan. Dengan demikian, focus utamanya adalah pada


(62)

55

pertukaran informasi yang terjadi didalam organisasi dan bagaimana anggota mengambil langkah untuk memahami hal ini. Weick (1995) percaya bahwa “organisasi berbicara dengan dirinya sendiri”55. Maksud dari pernyataan ini adalah anggota-anggota organisasi adalah pentiung dalam penciptaan dan pemeliharaan makna pesan. Weick melihat organisasi sebagai sebuah system yang mengambil sebuah informasi yang membingungkan atau ambigu dari lingkungannya dan membuat informasi tersebut menjadi masuk akal. Oleh karenannya, menurut teori informasi organisasi, organisasi akan berevolusi selama mereka berusaha untuk memahami diri mereka dan lingkungannya. Daripada memfokuskan pada peranan Satu-satunya yang konstan adalah Perubahan (dalam organisasi) Weick pertama kali memperkenalkan pendekatan teoritis yang menjelaskan bagaimana organisasi memahami dan menggunakan informasi, dalam bukunya The social Psychology of Organizing.

Teorinya berfokus pada proses yang dilalui organisasi dalam usaha untuk memahami semua informasi yang membombardir tiap harinya. Seringkali prosesnya menimbulkan perubahan padao rganisasi dan anggota-anggotanya. Bahkan weick mengatakan “organisasi dan lingkungan mereka berubah dengan cepatnya sehingga tidak realistis untuk menunjukan seperti apa mereka saat ini, karena mereka tidak akan tetap seperti itu nantinya”56. Focus dari teori informasi organisasi adalah pengkomunikasian informasi yang penting bagi suksesnya sebuah

55

Karl Weick, The social Psychology of Organizing, (McGraw-Hill, 1979), 281

56 Ibid., 1


(63)

56

organisasi. Sangat jarang seseorang atau suatu departemen dalam sebuah organisasi mempunyai semua informasi penting dalam menyelesaikan suatu proyek. Pengetahuan ini biasanya berasal dari berbagai sumber akan tetapi, tugas pemrosesan informasi tidak dilaksanakan hanya dengan melalui teori informasi, bagian tersulit adalah dalam mengartikan dan mendistribusikan informasi yang didapat.57


(64)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelian 1. Lokasi Penelitian

a. Latar Belakang Berdirinya Polsek Wonocolo, Surabaya

Latar belakang berdirinya Polsek Wonocolo tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat selaku aparat penegak hukum yang bertugas untuk menjaga kamanan dan ketertiban di Kecamatan Wonocolo. beralamatkan di Jalan Margorejo Indah XIX/1, Surabaya, Kecamatan Wonocolo memiliki lima Kelurahan yaitu Kelurahan Sidosermo, Bendulmerisi, Margorejo, Jemur Wonosari, dan Siwalan Kerto. Dengan luas wilayah 6,78 km2 dan jumlah penduduk 81.660 Jiwa. Kelima kelurahan tersebut menjadi wilayah tanggung jawab yang diemban Polsek Wonocolo.

b. Tujuan

Terwujudnya Kepolisian jajaran Polsek Wonocolo yang profesional, modern dan bermoral sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum yang profesional dan proporsional yang selalu menjunjung tinggi supremasi hukum dan


(65)

59

hak azasi manusia, pemelihara keamanan dan ketertiban serta mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang demokratis dan masyarakat yang sejahtera.

c. Visi dan Misi

Visi Polsek Wonocolo adalah “Siap Melayani Anda dan Professional Transparan.

Sedangkan untuk misi Polsek Wonocolo adalah:

a) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat (meliputi aspek security, surety, safety dan peace) sehingga masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psikis. b) Memberikan bimbingan kepada masyarakat melalui upaya

pre-emtif dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta kepatuhan hukum masyarakat.

c) Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum dan rasa keadilan.

d) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat dengan tetap memperhatikan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam bingkai integritas wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

e) Mengelola sumber daya manusia Polri secara profesional dalam mencapai tujuan Polri yaitu terwujudnya keamanan dalam negeri


(66)

60

sehingga dapat mendorong meningkatnya gairah kerja guna mencapai kesejahteraan masyarakat.

f) Memelihara soliditas institusi Polsek Wonocolo dari berbagai pengaruh external yang sangat merugikan organisasi Polri.

g) Meningkatkan kesadaran hukum dan kesadaran berbangsa dari masyarakat yang berbhineka tunggal ika.

d. Tata Kerja Struktural di Polsek Wonocolo 1. Kepala Kepolisian Sektor (KAPOLSEK)

2. Wakil Kepala Kepolisian Sektor (WAKAPOLSEK) 3. Ps. KANIT PROVOS1

Tugas Kanit Provost secara umum adalah membina dan menyelenggarakan fungsi pertanggungjawaban profesi dan pengamanan internal termasuk penegakan disiplin dan ketertiban dilingkungan Polri dan pelayanan pengaduan masyarakat tentang adanya penyimpangan tindakan anggota atau pns polri.

Dengan kehadiran Kanit Provost setiap kegiatan personil diharapkan personil dalam melaksanakan tugas terawasi sehingga dapat bertugas dengan baik dan tidak menyalahi aturan yang berlaku.

4. Ps. KASIUM2

a. Sium merupakan unsur staf pembantu pimpinan dan pelayanan yang berada dibawah Kapolsek.

1

Moh. Imron, di Polsek Wonocolo, Tanggal 14 maret 2017 2

Moh. Imron, di Polsek Wonocolo, Tanggal 14 maret 2017


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah peneliti melakukan penelitian tentang komunikasi

organisasi tata kerja di Polsek Wonocolo, maka peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa:

Perpaduan antara komunikasi berbentuk formal antara atasan

dengan bawahan yang didukung dengan fungsi dari komunikasi informal,

menumbuhkan rasa keakraban bersama diantara sesama anggota dan

pimpinan. Hal ini berdampak positif pada kinerja anggota di lapangan

dalam menjalankan instruksi dari atasan.

Mengambarkan suatu organisasi sebagai sebuah rangkaian system

yang saling berhubungan merupakan salah satu langkah yang tepat dalam

mewujudkan tujuan dan cita-cita dari organisasi. Untuk memperlancar dan

sekaligus menciptkan sistem komunikasi dua arah perlu memaksimalkan

media komunikasi internal, baik forum tatap muka maupun melalui media

lainnya.

Humas yang berperan sebagai penghubung antara organisasi, baik

dengan public internal maupun eksternalnya,serta antara pimpinan dengan

bawahan dan juga sebaliknya. Bagian humas harus mampu menciptakan

system komunikasi yang partisipatoris (dua arah). Dengan adanya


(2)

104

entitas yang ada dalam organisasi dengan mudah bisa mengakses

informasi.

Suksesnya organisasi sejalan lurus dengan sebaik apa komunikasi

di dalam organisasi tersebut. Segala sesuatunya pasti berhubungan dengan

komunikasi karna di dalam organisasi terdapat beberapa bagian-bagian

yang memiliki fokus kerja tiap masing-masing bagian. Dengan

beragamnya hal tersebut maka dibutuhkan komunikasi yang baik demi

kelancaran kinerja anggota organisasi dalam melaksanakan

tugas-tugasnya.

Komunikasi internal yang baik akan meningkatkan produktivitas.

Hal itu tercipta bukan hanya karena seluruh anggota bekerja lebih keras,

akan tetapi yang lebih penting dari itu, karena mereka bekerja lebih

sungguh-sungguh, lebih ikhlas, lebih bersemangat, lebih terampil dan

lebih efisien. Jajaran petinggi Polisi maupun anggota Polisi harus

menyadari bahwa dirinya merupakan ujung tombak dan sekaligus

representasi dari kebijakan intitusi atau organisasi. Baik buruknya

kebijakan dan dapat dilihat dari kinerja karyawan.

B. Rekomendasi

1. Rekomendasi untuk Kepolisian Sektor Wonocolo.

Supaya tujuan organisasi tercapai dengan baik, seorang

pimpinan bukan hanya memberikan pengetahuan kepada


(3)

105

terciptanya hubungan komunikasi yang baik antara atasan dengan

bawahannya. Dalam hal ini, perhatian yang diberikan atasan

kepada jajarannya itu akan menimbulkan loyalitas dan rasa

memiliki (sense of belonging) yang tinggi terhadap institusi.

2. Rekomendasi untuk Prodi Ilmu Komunikasi

Dengan adanya penelitian ini bisa semakin meningkatkan

kajian mengenai komunikasi organisasi tata kerja yang akan

disampaikan kepada mahasiswanya, bahwasanya dosen tidak hanya

sekedar memberikan pengetahuan saja pada mahasiswanya. Dosen

dapat memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nurdin, S.Ag. M.S., Drs. Agoes Moh. Moefad, SH., M.Si., Advan Navis

Zubaidi, S.ST., M.Si., Rahmad Harianto, S.IP. 2013. Pengantar Ilmu

Komunikasi (Buku Perkuiahan Program S1 Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya). IAIN Sunan

Ampel Press Anggota IKAPI.

Arni Muhammad. 2001. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Edy Sutrisno. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Fred Luthans. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi.

Gibson, Ivancevich dan Donelly. 1994. Organisasi. Jakarta: Gelora Aksara

Pratama.

Hafied Cangara. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Jalaludin Rakhmat, Drs. M. Sc. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:


(5)

Jerry W. Koehler, Kail W. E Anathol, Ronald L. Aoolbaum. 1981. Organizational

Communication, Behavioral Perspecttives. New York: Holt, Rinehart and

Winston

Joseph A. Devito. 1977. Komunikasi Antarmanusia: Kuliah Dasar. Jakarta:

Professional Books.

Karl Weick. 1979. The social Psychology of Organizing. McGraw-Hill.

Keith Davis, John W Newstrom. 1994. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta:

Erlangga.

Lexy J. Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mufid, Muhammad. 2012. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Morissan, M.A. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Graha Indonesia.

Onong Uchjana Effendy. 1999. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Onong Uchjana Effendy. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

Onong Uchjana Effendy. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.

Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. 2013 Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.


(6)

Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. 1998. Komunikasi Organisasi Strategi

Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Pawito, Ph.D. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS

Yogyakarta.

Poerwodarminto. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Redd H. Blake. 1979. Taxonomi of Concept in Communication. USA: Hasting

Hause, Publisher Inc.

Saifuddin Azwar. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar, cetakan

VIII.

Sasa Djuarsa Sendjaja. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Silalahi Ulber. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.

Soeratno. 1995. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:

Alfa Beta.

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Yogyakarta: Rineka.

Ted J. McLaughlin. 1964. Communication. Columbus: Charles E Merril Books,

Inc.

William C. Himstreet, Wayne Murlin Batty. 1990. Bussiness Communications: