perkades ttg pelaksanaan perdes apbdesa 2016 copy

1

KEPALA DESA CINTAKARYA
KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN KEPALA DESA CINTAKARYA
NOMOR: 5 TAHUN 2016
TENTANG
PELAKSANAAN PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA CINTAKARYA,
Menimbang

Mengingat

:

:

a.


bahwa untuk mendukung terselenggaranya kegiatan pemerintahan, pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat dibutuhkan anggaran biaya,
baik untuk belanja barang dan jasa maupun untuk belanja modal;

b.

bahwa anggaran biaya sebagaimana dimaksud pada huruf a harus disusun dalam suatu
dokumen publik mengenai anggaran pendapatan dan belanja desa dan harus dilaksanakan
sesuai dengan kaidah, prinsip dan ketentuan Pasal 71 sampai dengan Pasal 75 UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
menjadi Peraturan Desa Cintakarya tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) Tahun Anggaran 2015;

1.


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 7; Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 5495);

2.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717);

3.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang

Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5694) sebagaimana telah dirubah untuk kedua kalinya dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumbebr dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57);;

4.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2091);

5.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2093);

2

6.


Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2094);

7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2015 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa (Berita Negara RI Tahun 2016 Nomor
6);

8.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 158);

9.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun

2016 (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 1934);

10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 478);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Desa (Lembaran
Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Nomor 2 Seri E);
12. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengadaan
Barang/Jasa di Desa (Berita Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Nomor 3 Seri E);
13. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kedudukan Keuangan Desa
Kepala Desa, Perangkat Desa, dan Badan Permusyawaratan Desa (Berita Daerah Kabupaten
Bandung Barat Tahun 2015 Nomor 15 Seri E);
14. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pedoman Organisasi
Perangkat Desa (Berita Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2016 Nomor 8 Seri E);
15. Peraturan Desa Cintakarya Nomor 3 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Desa
(RKP-Desa) Cintakarya Tahun 2015 (Lembaran Desa Cintakarya Tahun 2016 Nomor 3);
16. Peraturan Desa Cintakarya Nomor 4 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDesa) Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Desa Cintakarya Tahun 2016 Nomor 4);
17. Peraturan Desa Cintakarya Nomor 5 Tahun 2016 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Pemerintah Desa (Lembaran Desa Cintakarya Tahun 2016 Nomor 5);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

:

PERATURAN KEPALA DESA CINTAKARYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DESA NOMOR
4 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) TA 2016
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:
1.

2.
3.
4.
5.
6.


7.
8.
9.

Desa Cintakarya, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
Sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kepala Desa adalah pimpinan Pemerintah Desa.
Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Desa.
Perangkat Desa adalah unsur-unsur pembantu Kepala Desa yang terdiri dari unsur pelaksana teknis dan
pelaksana kewilayahan dalam melaksanakan tugas dan wewenang Kepala Desa.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi
pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan
ditetapkan secara demokratis.
Peraturan Desa yang selanjutnya disebut Perdes adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa.

Peraturan Kepala Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat
mengatur secara teknis pelaksanaan Perdes dan/atau peraturan-perundang-undangan yang lebih tinggi.
Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang bersifat menetapkan dalam
rangka melaksanakan Perdes maupun Peraturan Kepala Desa.

3

10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, yang selanjutnya disebut APBDesa adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintah Desa yang dibahas dan disepakati bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD yang ditetapkan
dengan Perdes.
11. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu
berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.
12. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota
(APBD kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
13. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota
dalam APBD kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
14. Kelompok Transfer adalah dana yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi, dan APBD kabupaten/kota.
15. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa adalah Kepala Desa yang karena jabatannya mempunyai

kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan desa.
16. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya disebut PTPKD adalah unsur Perangkat Desa
yang membantu Kepala Desa untuk melaksanakan pengelolaan keuangan Desa.
17. Sekretaris Desa adalah bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan Desa.
18. Kepala Seksi dan atau Kepala Urusan adalah unsur dari pelaksana teknis kegiatan pengelolaan keuangan Desa
sesuai dengan bidangnya yang selanjutnya disingkat PTK.
19. Bendahara adalah unsur staf sekretariat desa yang membidangi urusan administrasi keuangan untuk
menatausahakan keuangan Desa.
20. Rekening Kas Desa adalah rekening tempat menyimpan uang Pemerintahan Desa yang menampung seluruh
penerimaan Desa dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran Desa pada bank yang ditetapkan.
21. Penerimaan Desa adalah uang yang berasal dari seluruh pendapatan Desa yang masuk ke APBDesa melalui
rekening kas Desa.
22. Pengeluaran Desa adalah uang yang dikeluarkan dari APBDesa melalui rekening kas Desa.
23. Surplus Anggaran Desa adalah selisih lebih antara pendapatan desa dan belanja desa.
24. Defisit Anggaran Desa adalah selisih kurang antara pendapatan desa dan belanja desa.
25. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya disebut SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan
pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.
26. Pendapatan Desa adalah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Desa yang merupakan hak
Desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Desa.
27. Pendapatan Asli Desa adalah penerimaan desa yang diperoleh atas usaha desa sendiri sebagai pelaksanaan

otonomi asli desa, baik dalam bentuk hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil
gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
28. Hasil Usaha Desa adalah seluruh hasil usaha perekonomian desa yang dikelola dalam bentuk badan hukum
publik atau secara swakelola oleh Pemerintah Desa, yang menimbulkan penerimaan bagi pendapatan desa
(seperti Badan Usaha Milik Desa/BUM-Desa, Usaha Ekonomi Desa Simpan Pinjam/UED-SP, Lumbung Pangan
Masyarakat Desa/LPMD, hasil usaha melalui kerjasama desa dengan pihak ketiga dan/atau lain-lain usaha desa
yang sah).
29. Hasil kekayaan Desa adalah seluruh hasil dari pengelolaan kekayaan desa yang dilakukan secara swakelola oleh
Pemerintah Desa yang menimbulkan penerimaan bagi pendapatan desa.
30. Hasil swadaya, partisipasi, dan gotong royong masyarakat adalah seluruh bentuk kontribusi masyarakat Desa,
baik dalam bentuk barang dan tenaga (yang dapat dinilai dengan uang) maupun dalam bentuk uang yang
menimbulkan penerimaan bagi pendapatan desa.
31. Dana Desa (DD) adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
kabupaten/kota.
32. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah bagian dari Dana Perimbangan (Dana Alokasi Umum) yang diterima
pemerintah kabupaten/kota paling sedikit 10 % (sepuluh perseratus) setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.
33. Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah adalah penerimaan desa (yang tidak diperoleh dari hasil usaha desa,
hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong masyarakat), seperti hasil penjualan
kekayaan desa.

34. Lain-lain pendapatan desa yang sah berupa hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat
berupa uang dari pihak ketiga, hasil kerjasama dengan pihak ketiga atau bantuan perusahaan yang berlokasi di
Desa.
35. Belanja Desa adalah meliputi semua pengeluaran dari rekening Desa yang merupakan kewajiban Desa dalam 1
(satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Desa.

4

36. Pembiayaan Desa adalah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang berjalan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya.
37. Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban
APBDesa atau perolehan hak lainnya yang diakui dan sah menurut peraturan perundang-undangan.
38. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan dalam rangka mengelola pendapatan dan belanja
desa secara efektif dan efisien, yang meliputi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan Desa.
39. Pengawasan adalah kontrol yang dilakukan oleh dinas/instansi yang berwenang dan seluruh unsur masyarakat
Desa terhadap kebijakan Pemerintah Desa berkaitan dengan pengelolaan APBDesa sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB II
ASAS DAN PRINSIP PELAKSANAAN APBDesa
Pasal 2
Azas pengelolaan APBDesa adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

j.

tertib dan disiplin, prinsip pengelolaan keuangan desa yang taat pada aturan atau pedoman yang
melandasinya;
akuntabel, prinsip perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian
keuangan desa yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan;
taat pada peraturan perundang-undangan, prinsip pelaksanaan APBDesa harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
efektif, bahwa penggunaan anggaran dalam APBDesa memiliki kesesuaian antara pencapaian hasil program
dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil;
efisien, bahwa penggunaan anggaran dalam APBDesa berindikasi pencapaian keluaran yang maksimum dengan
masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu;
ekonomis, bahwa pengunaan anggaran dalam APBDesa harus memperoleh masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga terendah;
transparan, bahwa prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan
akses informasi seluas-luasnya tentang pelaksanaan APBDesa;
partisipatif, bahwa pengelolaan APBDesa harus melibatkan masyarakat desa dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan APBDesa;
bertanggungjawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan yang
dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui pelaksanaan dan penatausahaan
APBDesa;
kepatutan, bahwa dalam pengelolaan APBDesa diwajibkan adanya suatu tindakan atau suatu sikap yang wajar
dan proporsional; dan

k. bermanfaat untuk masyarakat, bahwa APBDesa diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat miskin
di Desa.
Pasal 3
Asas dan prinsip akuntabel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf (b) adalah ketentuan yang wajib
dilaksanakan bahwa setiap proses kegiatan dan hasil akhir kegiatan pengelolaan APBdesa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat Desa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 4
Asas dan prinsip transparansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf (g) adalah ketentuan yang wajib
dilaksanakan bahwa semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan keuangan desa harus membuka diri terhadap
hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif mengenai pelaksanaan
kegiatan pengelolaan keuangan desa.
BAB III
STRUKTUR ORGANISASI DAN KEKUASAAN PENGELOLAAN APBDESA
Pasal 5
(1) Kepala Desa sebagai kepala pemerintahan Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan
mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan.
(2) Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan
sebagai pengguna APBDesa.
(3) Kepala Desa memiliki kewenangan antara lain:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;
b. menetapkan PTPKD;
c. menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;

5

d.
e.

menyetujui pengeluaran atas kegiatan yang ditetapkan dalam APBDesa; dan
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APBDesa.

Pasal 6
(1) Dalam melaksanakan kekuasaan pengelolaan APBDesa Kepala Desa melimpahkan sebagian kewenangan, tugas
dan kewajiban pengelolaan APBDesa kepada PTPKD.
(2) PTPKD sebagaimana dimkasud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Sekretaris Desa;
b. Kepala Seksi dan Kepala Urusan; dan
c. Bendahara Desa.
Pasal 7
Pelimpahan sebagaian tugas Kepala Desa kepada PTPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) didasarkan
pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintah, menguji, dan yang menerima dan atau
mengeluarkan uang untuk kepentingan belanja Desa.
Pasal 8
Pemisahan kewenangan dalam pelaksanaan dan penatausahaan APBDesa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
harus memberikan kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya check and balances
serta mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam pengelolaan APBDesa.
Pasal 9
PTPKD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 10
(1) Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a bertindak selaku koordinator
pelaksanaan teknis pengelolaan APBDesa dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa.
(2) Sekretaris Desa selaku koordinator pelaksana teknis APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa;
b. menyusun Rancangan Peraturan Desa mengenai APBDesa dan Perubahan APBDesa;
c. melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa;
d. menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa;
e. melakukan verifikasi terhadap pengajuan permohonan pengeluaran keuangan Desa; dan
f. melakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretaris Desa dibantu oleh
Kepala Urusan Keuangan.
Pasal 11
(1) Kepala Seksi dan Kepala Urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b bertindak selaku PTK
sesuai dengan bidangnya dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa dan melaporkan perkembangan
pelaksanaan setiap kegiatan yang didanai dari APB-Desa melalui Sekretaris Desa.
(2) PTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut:
a. menyusun program, rencana pelaksanaan, rencana anggaran biaya kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya;
b. melaksanakan kegiatan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa;
c. melakukan tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan;
d. mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dan/atau bersama Lembaga Kemasyarakatan Desa
atau kelompok masyarakat lainnya;
e. melaporkan perkembangan pelaksanaan setiap kegiatan kepada Kepala Desa; dan
f. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
Pasal 12
(1) Bendahara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c dijabat oleh staf pada Urusan Keuangan.
(2) Bendahara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan kewajiban antara lain sebagai berikut:
a. menerima;
b. menyimpan;
c. menyetorkan/membayar;
d. menatausahakan;
e. memungut dan menyetorkan pajak; dan
f. melaporkan dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan Desa dan pengeluaran Desa dalam
rangka pelaksanaan APBDesa.

6

BAB IV
PENATAUSAHAAN APBDESA
Pasal 13
(1) Penatausahaan APBDesa adalah kegiatan pencatatan yang khususnya dilakukan oleh Bendahara Desa.
(2) Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang terjadi berupa penerimaan dan
pengeluaran secara sistematis dan kronologis.
(3) Penatausahaan APBDesa dilakukan oleh Bendahara Desa secara sederhana, yaitu pembukuan tanpa
menggunakan jurnal akuntansi.
(4) Dalam penatausahaan penerimaan dan pengeluaran kas, Bendahara Desa menggunakan:
a. Buku Kas Umum;
b. Buku Kas Pembantu Pajak; dan
c. Buku Bank.
(5) Bendahara Desa melakukan pencatatan atas seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam Buku Kas Umum
untuk yang bersifat tunai.
(6) Transaksi penerimaan dan pengeluaran yang melalui bank/transfer dicatat dalam Buku Bank.
(7) Bendahara Desa melakukan pencatatan atas penerimaan uang yang berasal dari pungutan pajak dan
pencatatan pengeluaran berupa penyetoran pajak ke Kas Negara dalam Buku Kas Pembantu Pajak.
(8) Bendahara Desa melakukan pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam Buku Rincian
Pembiayaan
Bagian Pertama
Penatausahaan Pendapatan Desa
Pasal 14
Prinsip-prinsip pelaksanaan dan penatausahaan Pendapatan Desa yang harus dipenuhi, adalah sebagai berikut:
(1) semua penerimaan Desa dari berbagai sumber yang sah dalam bentuk uang tunai (cash money) dilaksanakan
melalui Rekening Kas Desa dan dicatat sebagai Pendapatan Desa;
(2) Penyetoran Pendapatan Desa dilakukan dengan uang tunai ke Rekening Kas Desa;
(3) Setiap penerimaan Desa harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan sah secara hukum;
(4) Petugas pemungut dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam Peraturan Desa;
(5) Bendahara Desa wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas
penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya;
(6) Komisi, rabat, potongan dan atau pendapatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dapat
dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat penjualan, tukar-menukar, hibah, asuransi dan atau
pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai hasil
penyimpanan dana APBDesa pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang milik Desa atas
kegiatan lainnya merupakan Pendapatan Desa.
Pasal 15
(1) Target setiap Pendapatan Desa merupakan target terendah (minimal) yang harus diupayakan dalam
pengelolaan APBDesa, sehingga harus diusahakan agar terjadi peningkatan realisasi pendapatan Desa
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan.
(2) Seluruh penerimaan Desa harus disetor secara bruto (disetor seluruhnya) oleh petugas pemungut penerimaan
Desa ke dalam Rekening Kas Desa.
(3) Penyetoran penerimaan Desa tidak dibenarkan dilakukan pemotongan langsung oleh petugas pemungut,
seperti untuk upah pungut dan atau dalam bentuk lainnya.
(4) Penerimaan kembali upah pungut atas penerimaan Desa bagi pelaksana pemungutan harus dilakukan melalui
mekanisme pelaksanaan dan penatausahaan pengeluaran keuangan Desa.
Bagian Kedua
Penatausahaan Belanja Desa
Pasal 16
Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan desa,
pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat Desa sesuai dengan prioritas
yang disepakati dalam Musyawarah Desa dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 17
(1) Semua pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan Desa dilaksanakan melalui Rekening Kas
Desa.
(2) Target Belanja Desa merupakan target tertinggi (maksimal) yang dapat digunakan untuk mendanai kegiatan
bidang pemerintahan, pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

7

(3) PTPKD harus mengupayakan terjadi efisiensi pencapaian realisasi Belanja Desa dibandingkan dengan target
pengeluaran atau Belanja Desa yang telah ditetapkan.
(4) Pemerintah Desa berkewajiban untuk menghemat Belanja Desa agar terdapat Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SILPA) yang rasional sebagai bentuk penerimaan untuk tahun berikutnya.
(5) Pengeluaran Keuangan Desa atas beban APBDesa dapat dilakukan setelah ditetapkan Peraturan Desa
mengenai APB-Desa, kecuali untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang
diatur dalam Peraturan Kepala Desa dan besarannya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 18
Prinsip-prinsip pelaksanaan dan penataushaan Belanja Desa yang harus dipatuhi, yaitu sebagai berikut:
a. setiap pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus melalui Rekening Kas Desa;
b.

setiap pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti-bukti yang lengkap dan sah;

c.

bukti yang sah selain disahkan oleh yang pihak penerima pengeluaran atas beban APBDesa, juga harus
mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa sebagai pejabat yang bertanggungjawab atas kebenaran material
yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud;

d.

pengeluaran dan pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan dari Pemerintah Desa tidak
dapat dibenarkan dalam bentuk uang (cash money);

e.

pengeluaran dan pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan dari Pemerintah Desa
kepada Lembaga Kemasyarakatan Desa atau kelompok masyarakat lain warga Desa dapat dilaksanakan bila
dialokasikan di dalam APBDesa dalam bentuk kegiatan dan atau barang;

f.

khusus untuk pengeluaran Anggaran Belanja Tidak Terduga, pelaksanaannya harus dibuat Rincian Anggaran
Biaya yang disetujui secara langsung dan disahkan oleh Kepala Desa dengan Keputusan Kepala Desa;

g.

Bendahara Desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh), pajak penambahan nilai (PPn) dan pajak lainnya
dalam pelaksanaan dan penatausahaan Belanja Desa; dan
Bendahara Desa wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungut ke rekening Kas
Negara pada bank yang ditetapkan oleh Pemerintah/Menteri Keuangan.

h.

Pasal 19
(1) Dalam rangka peningkatan pertanggungjawaban dan akuntabilitas pengelolaan Belanja Desa, maka
penatausahaan pengeluaran atas beban APBDesa wajib dilakukan secara tertib, rasional dan sesuai dengan
kronologis tarnsaksi yang menjadi beban APBDesa oleh Bendahara Desa.
Paragraf 1
Mekanisme Pengeluaran Keuangan Desa
Pasal 20
(1) Dalam penatausahaan pengeluaran keuangan Desa atau Belanja Desa yang harus dilaksanakan adalah:
a. pembayaran dilakukan melalui penerbitan Surat Perintah Pembayaran (SPP) yang ditandatangani oleh PTK,
Kepala Urusan Keuangan, Sekretaris Desa, dan Bendahara Desa;
b. SPP sebagaimana dimaksud pada huruf a diterbitkan atas dasar persetujuan Kepala Desa dan permohonan
yang diajukan oleh PTK;
c. PTK sebagaimana dimaksud pada huruf b mengajukan permohonan pembayaran dengan mengunakan
formulir Surat Permohonan Membayarkan (SPM);
d. PTK mengajukan SPM sebagaimana dimaksud pada huruf c disampaikan kepada Kepala Desa melalui Kaur
Keuangan dan Sekretaris Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diterimanya tagihan dan atau
permohonan pencairan anggaran dari pihak ketiga;
(2) Pengajuan SPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d, dilampiri dengan kelengkapan
dokumen persyaratan yang wajib dipenuhi, yaitu antara lain:
a. copy dokumen Rencana Anggaran Biaya Kegiatan yang telah disetujui oleh Kepala Desa dan dijadikan dasar
penyusunan Perdes APBDesa;
b. copy jadwal dan tahapan kegiatan;
c. copy dokumen Perjanjian Kontrak Kerja (SPK), bila penyediaan barang dan jasa dengan pihak ketiga;
d. faktur penerimaan barang/jasa yang resmi dan sah dari pihak yang akan menerima pembayaran;
e. bukti-bukti target tahapan (progress) kegiatan yang telah/akan/belum diselesaikan;
f. copy Buku Kas Pembantu Kegiatan, yang dibuat khusus untuk pengelolaan uang kegiatan;
g. fakta integritas atas penggunaan dana yang telah ditandatangani di atas materai yang cukup;
h. pernyataan kesiapan berswadaya dari calon penerima manfaat;
i. pernyataan tanggung jawab belanja;
j. daftar calon pekerja dari warga Desa; dan
k. persyaratan lainnya yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Sekretaris Desa dibantu Kaur Keuangan melaksanakan verifikasi atas SPM yang diajukan, apabila memenuhi
persyaratan dan ada dana tersedia, maka Sekretaris Desa atau Kaur Keuangan menerbitkan SPP.
(4) Dalam melaksanakan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Sekretaris Desa berkewajiban untuk:

8

a.
b.
c.
d.
e.

meneliti kelengkapan persyaratan permintaan pembayaran yang diajukan oleh PTK;
menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBDesa yang tercantum dalam SPM;
menguji ketersediaan dana untuk kegiatan dimaksud;
menolak pengajuan permintaan pembayaran, apabila tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan; dan
menolak pengajuan permintaan pembayaran, apabila tidak sesuai dengan jadwal dan target tahapan
kegiatan (progress).

(5) Berdasarkan SPP yang telah ditandatangani oleh Sekretaris Desa dan atas persetujuan Kepala Desa, maka
Bendahara Desa dapat melakukan pembayaran dan pengeluaran dari Rekening Kas Desa sesuai dengan jumlah
uang yang disetujui oleh Kepala Desa untuk dibayarkan.
(6) Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setelah melaksanakan pengeluaran dan pembayaran atas beban
APBDesa sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
Pasal 21
Pengeluaran keuangan Desa untuk pembayaran pelaksanaan kegiatan teknis pembangunan infrastruktur desa
dengan total pagu anggaran lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), dilakukan sebagai berikut:
a. Tahap I untuk Perencanaan Konstruksi sebesar 30% (tiga puluh perseratus) dari total pagu anggaran;
b. Tahap II untuk Pelaksanaan Konstruksi sebesar 60% (enam puluh perseratus) dari total pagu anggaran; dan
c. Tahap III untuk Penyelesaian Kosntruksi dan atau penyusunan Dokumen Pelaporan sebesar 10% (sepuluh
perseratus) dari total pagu anggaran.
Pasal 22
Persyaratan untuk setiap tahap pengeluaran keuangan desa sebagaima dimaksud dalam Pasal 21, harus memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 20 ayat (2).
Paragraf 2
Mekanisme Pembayaran Atas Beban APBDesa
Pasal 23
Dalam proses belanja desa, terdapat 2 (dua) cara bagi Bendahara Desa dalam melakukan pembayaran kepada
pelaksana kegiatan dan atau pihak ketiga, yaitu:
a. pembayaran tanpa melalui panjar; dan
b. pembayaran melalui panjar.
Pasal 24
(1) Pembayaran tanpa melalui panjar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a adalah pengeluaran
keuangan dari Rekening Kas Desa yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan dapat diselesaikan sebagian
atau seluruhnya dan atau setelah pengadaan barang/jasa diterima sebagian atau seluruhnya oleh pelaksana
kegiatan.
(2) Khusus untuk pemgadaan barang/jasa, pembayaran tanpa melalui panjar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan melalui transfer langsung ke rekening bank pihak ketiga apabila jumlah uang yang harus
dibayarkan lebih dari Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Pasal 25
(1) Pembayaran melalui panjar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b adalah pengeluaran keuangan dari
rekening kas Desa yang dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan dimulai atau diselesaikan sebagian atau
seluruhnya dan atau sebelum pengadaan barang/jasa diterima oleh pelaksana kegiatan.
(2) Pembayaran melalui panjar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara tunai apabila jumlah
uang yang harus dibayarkan kurang dari Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Pasal 26
Pembayaran melalui panjar secara tunai dengan jumlah uang yang harus dibayarkan lebih dari Rp 10.000.000,(sepuluh juta rupiah) dapat dilakukan hanya untuk:
a. penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa;
b. tunjangan kehormatan BPD;
c. tunjangan-tunjangan lainnya untuk unsur Pemerintah Desa dan atau BPD;
d. operasional perkantoran;
e. operasional BPD;
f. operasional RT/RW; dan
g. belanja modal kelengkapan sarana perkantoran seperti komputer, meja/kursi kerja, lemari arsip/filling cabinet,
dan barang-barang sejenis untuk penunjang kelancaran kerja lainnya; dan
h. biaya umum/biaya operasional pelaksana kegiatan.
Pasal 27
(1) Mekanisme pemberian panjar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26 dilakukan setelah PTK
mengajukan Surat Pengajuan Panjar Kegiatan (SPPK) kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa.

9

(2) Pemberian panjar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dokumen persyaratan pengeluaran
keuangan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2).
(3) Batas waktu penyelesaian pertanggungjawaban adalah 7 (tujuh) hari kerja sejak diterima panjar.
(4) Apabila belanja lebih kecil dari panjar yang diberikan, maka sisa uang panjar segera disetorkan kepada
Bendahara Desa sebagai bagian dari pertanggungjawaban.
(5) Panjar tidak dapat diberikan untuk kegiatan yang sama, jika panjar sebelumnya belum dipertanggungjawabkan.
(6) Atas panjar kegiatan yang diterima dari Bendahara Desa, PTK mencatat dalam Buku Kas Pembantu Kegiatan
dan membayarkan kepada pihak ketiga setelah barang/jasa diterima.
(7) Atas kuitansi pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6), selanjutnya dipertanggungjawabkan melalui
pengajuan SPP.
(8) Pengajuan SPP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) merupakan pengesahan belanja oleh Kepala Desa setelah
melalui verifikasi Sekretaris Desa.
Bagian Ketiga
Pelaksanaan dan Penatausahaan Pembiayaan Desa
Pasal 28
(1) Target penerimaan Pembiayaan Desa merupakan rencana penerimaan minimal yang realistis, yaitu sesuai
dengan kebijakan Pemerintah Desa yang akan diperoleh pada tahun anggaran berjalan.
(2) Target pengeluaran Pembiayaan Desa merupakan rencana pengeluaran tertinggi yang realistis, yaitu sesuai
dengan kebijakan Pemerintah Desa yang akan diperoleh pada tahun anggaran berjalan.
Pasal 29
(1) Penatausahaan Pembiayaan Desa terdiri atas:
a. penatausahaan penerimaan pembiayaan desa; dan
b. pelaksanaan dan penatausahaan pengeluaran pembiayaan desa.
(2) Pelaksanaan dan penatausahaan Penerimaan Pembiayaan Desa sama dengan pelaksanaan dan penatausahaan
Pendapatan Desa, sedangkan tatacara pelaksanaan dan penatausahaan Pengeluaran Pembiayaan Desa sama
dengan tatacara pelaksanaan dan penatausahaan Belanja Desa.
Pasal 30
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya, merupakan penerimaan pembiayaan yang dapat
digunakan untuk:
a. menutup defisit anggaran apabila realisasi Pendapatan Desa lebih kecil dari realisasi Belanja Desa;
b. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan; dan
c. mendanai kewajiban lainnya yang sampai akhir tahun anggaran belum diselesaikan.
Pasal 31
Pelaksanaan dan penatausahaan Dana Cadangan Desa dilakukan dengan tatacara sebagai berikut:
a. dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada Rekening Kas Desa tersendiri atas nama dana
cadangan Pemerintah Desa;
b. dana cadangan tidak dapat digunakan untuk mebiayai kegiatan lain di luar yang telah ditetapkan dalam Perdes
tentang pembentukan dana cadangan;
c. kegiatan yang ditetapkan berdasarkan Perdes sebagaimana dimaksud pada huruf b dilaksanakan apabila dana
cadangan tersebut mencukupi untuk melaksanakan kegiatan.
BAB V
LAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDESA
Bagian Pertama
Laporan dan Pertanggungjawaban Bendahara Desa
Pasal 32
(1) Sesuai dengan Pasal 35 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
pertanggungjawaban.
(2) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala Desa melalui
Sekretaris Desa untuk diverifikasi pada setiap bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) pada bulan berikutnya.
(3) Sebelum menyampaikan laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bendahara Desa
wajib melakukan tutup buku pada setiap akhir bulan secara tertib, meliputi Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku
Pajak dan Buku Rincian Pendapatan.
(4) Penutupan buku sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan bersama dengan Kepala Desa.

10

Bagian Kedua
Laporan dan Pertanggungjawaban Pelaksana Teknis Kegiatan (PTK)
Pasal 33
(1) Setiap PTK wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban perkembangan pelaksanaan kegiatan pada
setiap pengajuan SPP yang dilampiri dengan Buku Kas Pembantu Kegiatan dan bukti-bukti belanja barang/jasa
kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa untuk diverifikasi.
(2) Setiap PTK wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penyelesaian pelaksanaan kegiatan disertai
laporan secara lengkap pencapaian target/sasaran kegiatan yang dilampiri dengan Buku Kas Pembantu
Kegiatan dan bukti-bukti belanja barang/jasa kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa untuk diverifikasi.
Bagian Ketiga
Laporan dan Pertanggungjawaban Pengelola APBDesa
Pasal 34
(1) Penetapan pertanggungjawaban pelaksanaan dan penatausahaan APBDesa dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Sekretaris Desa menyusun rancangan Perdes tentang Pertanggungjawaban Pelaksnaan APBDesa dan
rancangan Keputusan Kepala Desa tentang Keterangan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa;
b. Sekretaris Desa menyampaikan kedua rancangan kebijakan Desa sebagaimana dimaksud pada huruf a
kepada Kepala Desa untuk dibahas bersama BPD;
c. berdasarkan kesepakatan Kepala Desa dengan BPD, maka rancangan Perdes dan Keputusan Kepala Desa
tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dapat ditetapkan menjadi Peraturan Desa; dan
d. jangka waktu penyampaian kepada Kepala Desa untuk dibahas bersama BPD, dilakukan paling lambat satu
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
(2) Tatacara penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dan penatausahaan APBDesa dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Perdes tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dan Keputusan Kepala Desa tentang
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa disampaikan kepada Bupati melalui Camat; dan
b. Waktu penyampaian sebagaimana dimaksud pada huruf a paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah Perdes
dan Keputusan Kepala Desa ditetapkan.
BAB VI
KETENTUAN TAMBAHAN
Pasal 35
Seluruh unsur PTPKD wajib mempertanggungjawabkan penggunaan uang yang dikelola sesuai bidang masingmasing kepada Kepala Desa melalui Sekretaris Desa selaku koordinator pengelolaan keuangan Desa/APBDesa.
Pasal 36
(1) Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan penggunaan seluruh fisik uang dan administrasi Belanja
Desa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
(2) Bendahara Desa dilarang menyimpan uang lebih dari Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupia), cek, atau surat
berharga yang dalam pengusaannya lebih dari 1 (satu) hari kerja dan/atau atas nama pribadi pada bank atau
Giro Pos.
Pasal 37
Seluruh pengelola dan pelaksana kegiatan pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan masyarakat berhak mendapatkan honorarium atas beban APBDesa.
Pasal 38
Besarnya honorarium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 sesuai dengan beban tugas, kewajiban,
pangkat/jabatan masing-masing dan standar harga barang/jasa yang ditetapkan dalam Keputusan Kepala Desa.
Pasal 39
Honorarium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 38 adalah bagian dari Biaya Umum atau Biaya
Operasional Kegiatan yang besarnya tidak lebih dari 5% (lima perseratus) dari total rencana anggaran biaya
kegiatan dan ditetapkan melalui Keputusan Kepala Desa.
Pasal 40
Sumber dana Biaya Umum/Biaya Opersional Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 tidak dapat
dialokasikan/mengambil dari Dana Desa.
Pasal 41
Perubahan APBDesa dilakukan sebagaimana diatur dalam Pasal 33 dan Pasal 34 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

11

Pasal 42
PTK dapat menyusun Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), menetukan dan mengundang Nara Sumber sesuai dengan
kebutuhan kegiatan bidang tugas masing-masing, baik dari unsur lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa atau
kelompok masyarakat lainnya dan atau akademisi/praktisi.
Pasal 43
Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) dan/atau Nara Sumber sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, harus sudah
ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Desa sebelum penetapan Perdes APBDesa.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Dengan diberlakukannya Peraturan Kepala Desa ini, maka semua ketentuan yang mengatur pelaksanaan APBDesa
serta turunannya dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
Pasal 45
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Kepala Desa.
Pasal 46
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan mengundangkan Peraturan Kepala Desa ini dengan
menempatkan dalam Berita Desa Cintakarya.

DITETAPKAN DI DESA CINTAKARYA
PADA TANGGAL 12 MEI 2016
KEPALA DESA CINTAKARYA

WAWAN SETIAWAN
DIUNDANGKAN DI DESA CINTAKARYA
PADA TANGGAL 12 MEI 2016
SEKRETARIS DESA CINTAKARYA

KARTIWA

BERITA DESA CINTAKARYA TAHUN 2016 NOMOR 5

12
1) Format Buku Kas Umum

BUKU KAS UMUM
PEMERINTAH DESA CINTAKARYA
KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN ANGGARAN: ______

NO.

TANGGAL

KODE REKENING

URAIAN

PENERIMAAN (Rp.)

PENGELUARAN (Rp.)

NOMOR BUKTI

1

2

3

4

5

6

7

JUMLAH
PENGELURAN
KOMULATIF
8

SALDO
9

JUMLAH
Ci takarya, ta ggal …………………….
Mengetahui,
KEPALA DESA CINTAKARYA

(nama lengkap)
Cara Pengisian:
- Kolom 1: diisi dengan nomor urut penerimaan kas atau pengeluaran kas
- Kolom 2: diisi dengan tanggal penerimaan kas atau pengeluaran kas
- Kolom 3: diisi dengan kode rekening penerimaan kas atau pengeluaran kas
- Kolom 4: diisi dengan uraian transaksi penerimaan kas atau pengeluaran kas
- Kolom 5: diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas
- Kolom 6: diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas
- Kolom 7: diisi dengan nomor bukti transaksi
- Kolom 8: diisi dengan penjumlahan komulatif pengeluaran kas
- Kolom 9: diisi dengan saldo kas.
Catatan: sebelum ditandatangi Kepala Desa wajib diperiksa dan diparaf oleh Sekretaris Desa dan Kaur. Keuangan.

BENDAHARA DESA

(nama lengkap)

13
2) Format Buku Kas Pembantu Kegiatan

BUKU KAS PEMBANTU KEGIATAN
PEMERINTAH DESA CINTAKARYA
KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN ANGGARAN: ______

Bidang/Kode Rekening
: …………………………………………………………/……………….
Kegiatan/Kode Rekening
: …………………………………………………………/……………….
Sumber Dana/Kode Rekening : …………………………………………………………/……………….
Anggaran
: Rp ______________ (..............................................................................)
Output
: .................................................................................................................

No.

Tanggal

1

2

Penerimaan (Rp)
Swadaya
Dari Bendahara
Masyarakat
4
5

URAIAN
3
Pindahan
Jumlah
halaman sebelumnya

Pengeluaran (Rp)
Nomor Bukti

Belanja Barang/ Jasa

Belanja Modal

7

8

6

Jumlah
Pengembalian ke
Bendahara
9

Saldo Kas
(Rp)

dari

Jumlah
Ci takarya, ……………………………………..
Pelaksana Teknis Kegiatan (PTK)
…………………………………..………….
Kaur/Kasi……………………
Cara Pengisian:
ï‚· Bidang diisi berdasarkan klasifikasi kelompok dan kode rekening sesuai dengan yang ditetapkan dalam rincian APBDesa
ï‚· Kegiatan dan kode rekening diisi sesuai dengan yang ditetapkan dalam rincian APBDesa
ï‚· Kolom 1 diisi dengan nomor urut
ï‚· Kolom 2 diisi dengan tanggal transaksi
ï‚· Kolom 3 diisi dengan uraian transaksi
ï‚· Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari bendahara
ï‚· Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari masyarakat
ï‚· Kolom 6 diisi dengan nomor bukti transaksi
ï‚· Kolom 7 diisi dengan jenis pengeluaran belanja barang dan jasa
ï‚· Kolom 8 diisi dengan jenis pengeluaran belanja modal
ï‚· Kolom 9 diisi dengan jumlah rupiah yang dikembalikan kepada bendahara
ï‚· Kolom 10 diisi dengan jumlah saldo kas dalam rupiah.

10

14
3) Format Buku Kas Pembantu Kegiatan

BUKU KAS KEGIATAN
PEMERINTAH DESA CINTAKARYA
KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN ANGGARAN: ______

Bidang/Kode Rekening
Output

No
.

Tgl.

Kode
Rekening
Kegiatan

1

2

3

: …………………………………………………………/……………….
: .................................................................................................................
Penerimaan (Rp)
URAIAN KEGIATAN
4
Pindahan Jumlah dari halaman sebelumnya

Pengeluaran (Rp)

Dari
Bendahara

Swadaya
Masyarakat

Nomor Bukti

Belanja
Barang/ Jasa

Belanja
Modal

5

6

7

8

9

Jumlah
Cara Pengisian:
ï‚· Bidang diisi berdasarkan klasifikasi kelompok dan kode rekening sesuai dengan yang ditetapkan dalam rincian APBDesa
ï‚· Kolom 1 diisi dengan nomor urut
ï‚· Kolom 2 diisi dengan tanggal transaksi
ï‚· Kolom 3 diisi kode rekening setiap kegiatan
ï‚· Kolom 4 diisi dengan uraian seluruh kegiatan yang dilaksanakan pada tahun anggaran bersangkutan
ï‚· Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari bendahara
ï‚· Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah yang diterima dari masyarakat
ï‚· Kolom 6 diisi dengan nomor bukti transaksi
ï‚· Kolom 7 diisi dengan jenis pengeluaran belanja barang dan jasa
ï‚· Kolom 8 diisi dengan jenis pengeluaran belanja modal
ï‚· Kolom 9 diisi dengan jumlah rupiah yang dikembalikan kepada bendahara
ï‚· Kolom 10 diisi dengan jumlah saldo kas dalam rupiah.

Jumlah
Pengembalia
n ke
Bendahara
10

Saldo Kas
(Rp)
11

15
4) Format Buku Bank Desa

BUKU BANK DESA
PEMERINTAH DESA CINTAKARYA
KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN ANGGARAN: ______
: …………………………………………………………
: …………………………………………………………
: …………………………………………………………

Bulan
Bank Cabang
Rekening Nomor

No.

Tanggal Transaksi

Uraian Transaksi

Bukti Transaksi

1

2

3

4

Pemasukan
Setoran
Bunga Bank
5
6

Penarikan
7

Pengeluaran
Pajak
8

Biaya Adm.
9

Total transaksi bulan ini
Toral transaksi komulatif
MENGETAHUI,
KEPALA DESA CINTAKARYA

Ci takarya, ……………………………….
BENDAHARA DESA,

…………………………………………

…………………………………………

CARA PENGISIAN:
ï‚· Kolom 1 diisi dengan nomor urut pemasukan dan pengeluaran dengan bank
ï‚· Kolom 2 diisi dengan tanggal transaksi bank
ï‚· Kolom 3 diisi dengan uraian transaksi pemasukan dan pengeluaran
ï‚· Kolom 4 diisi dengan jenis dan nomor bukti transaksi
ï‚· Kolom 5 diisi dengan pemasukan jumlah setoran
ï‚· Kolom 6 diisi dengan pemasukan jumlah bunga bank
ï‚· Kolom 7 diisi dengan pengeluaran jumlah penarikan
ï‚· Kolom 8 diisi dengan pengeluaran jumlah pajak
ï‚· Kolom 9 diisi dengan pengeluaran biaya administrasi
ï‚· Kolom 10 diisi dengan saldo bank
Catatan: sebelum ditandatangi Kepala Desa wajib diperiksa dan diparaf oleh Sekretaris Desa dan Kaur. Keuangan

Saldo
10

16

5) Format Pernyataan Tanggungjawab Belanja

PERNYATAAN TANGGUNGJAWAB BELANJA
PEMERINTAH DESA CINTAKARYA
KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN ANGGARAN: ______
Bidang/Kode Rekening
: …………………………………………………………/……………….
Kegiatan/Kode Rekening
: …………………………………………………………/……………….
Sumber Dana/Kode Rekening : …………………………………………………………/……………….
Anggaran
: Rp ______________ (..............................................................................)
Output
: .................................................................................................................
NO.

PENERIMA

1

2

Nomor dan Nama
Rekening Bank
3

URAIAN

JUMLAH (Rp.)

4

5

JUMLAH (Rp)
Bukti-bukti pengeluaran atau belanja tersebut diatas sebagai terlampir, untuk kelengkapan persyaratan
administrasi dan pemeriksaan sesuai peraturan perundang-undangan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Ci takarya, ……………………………………………
Pelaksana Teknis Kegiatan (PTK)
Kaur/Kasi ……………………………….

……………………………………………..

Cara pengisian:
1) Bidang diisi dengan kode rekening berdasarkan klasifikasi kelompok belanja desa.
2) Kegiatan diisi dengan kode rekening sesuai dengan urutan kegiatan dalam APBDesa.
3) Kolom 1 diisi dengan nomor urut.
4) Kolom 2 diisi dengan penerima pembayaran yang ada di bukti belanja.
5) Kolom 3 diisi dengan uraian keperluan belanja.
6) Kolom 4 diisi dengan jumlah belanja.
7) Baris jumlah diisi jumlah keseluruhan kebutuhan belanja.

17

6) Format Buku Kas Pembantu Perincian Obyek Penerimaan

BUKU KAS PEMBANTU PERINCIAN OBYEK PENERIMAAN
PEMERINTAH DESA CINTAKARYA
KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN ANGGARAN: _____
NO.
1

NOMOR BKU
PENERIMAAN
2

TANGGAL
SETOR
3

NOMOR STS & BUKTI
PENERIMAAN LAINNYA
4

JUMLAH
(Rp.)
5

Ci takarya, ta ggal …………………….
BENDAHARA DESA

Mengetahui,
KEPALA DESA CINTAKARYA

(nama lengkap)

(nama lengkap)

7) Format : Buku Kas Harian Pembantu Penerimaan dan Pengeluaran
BUKU KAS HARIAN PEMBANTU PENERIMAAN DAN PENGELUARAN
PEMERINTAH DESA CINTAKARYA
KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN ANGGARAN: ______
NO
.
1

TANGGAL

URAIAN

2

3

PENERIMAAN
(Rp.)
4

PENGELUARA
N (Rp.)
5

SALDO
(Rp.)

JUMLAH
Ci takarya, ta ggal …………………….
Mengetahui,

BENDAHARA DESA

KEPALA DESA CINTAKARYA

(nama lengkap)

(nama lengkap)

18

8) Format Buku Kas Pembantu Pajak PPN/PPH

BUKU KAS PEMBANTU PAJAK PPN/PPH
PEMERINTAH DESA CINTAKARYA
KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
TAHUN ANGGARAN: ______
NO.
1

TANGGAL
2

URAIAN
3

PEMOTONGAN (Rp.)
4

PENYETORAN (Rp.)
5

JUMLAH
Ci takarya, ta ggal …………………….
Mengetahui,
KEPALA DESA CINTAKARYA

BENDAHARA DESA

(nama lengkap)

(nama lengkap)

Cara pengisian:
1) Kolom 1 diisi dengan nomor urut penerimaan atau pengeluaran kas pengeluaran
2) Kolom 2 diisi dengan tanggal penerimaan atau pengeluaran kas pengeluaran
3) Kolom 3 diisi dengan uraian penerimaan kas atau peneluaran kas
4) Kolom 4 diisi dengan jumlah rupiah penerimaan kas
5) Kolom 5 diisi dengan jumlah rupiah pengeluaran kas
6) Kolom 6 diisi dengan saldo buku kas bendahara

SALDO (Rp.)

19

9) Format Surat Permohonan Membayarkan (SPM);

SURAT PERMOHONAN MEMBAYARKAN

Formulir
SPM

PEMERINTAH DESA CINTAKARYA KECAMATAN SINDANGKERTA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Nomor:.............................................
Bidang/Kode Rekening

:

Kegiatan/Kode Rekening

:

Volume kegiatan

:

Waktu Kegiatan

:

Lokasi kegiatan

:

Pelaksana Kegiatan

:

Jumlah uang yang dibutuhkan saat ini

:

NO.

Triwula ke …..

Tanggal, bulan, tahun:

Rp._________________
…………………………………………………………………………………………………â€