Peraturan Menteri BUMN | JDIH Kementerian BUMN PER 01 MBU 2012

KEMENTERIAN
BADAN USAHA MILIK NEGARA

30 Januari 2012
Nomor
: S- 34/S .MBU. 2/2012
Lampiran : 1 (satu) berkas
: Penyampaian Salinan Peraturan Menteri Negara
Hal
Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia
Nomor : PER- 01/MBU/2012 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian
Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara

Kepada Yth.
1. Direksi BUMN;
2. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN.
ditempat
Sehubungan dengan Surat kami nomor : S-28/S.MBU.2/2012 tanggal 26 Januari 2012
hal sebagaimana tersebut di atas, dikarenakan terdapat kekeliruan berkas yang dikirim atau diupload pada website Kementerian BUMN, maka dengan ini kami sampaikan kembali Salinan
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Nomor : PER01/MBU/2012 tanggal 20 Januari 2012 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan dan

Pemberhentian Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara untuk diketahui dan
dilaksanakan.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a.n. Sekretaris Kementeria BUMN
Kepala Biro Hukum,

mitedeld./
Herman Hidayat
NIP 19590709 198003 1 001
Tembusan
-Sekretaris Kementerian BUMN

Jalan Medan Merdeka Selatan No. 13 Jakarta Pusat 10110

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEC ARA

SALINAN
PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

NOMOR : PER — O1/MBU/2012
TENTANG
PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
ANGGOTA DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA
MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,
Menimbang

: a. bahwa Direksi merupakan salah satu organ Badan Usaha Milik Negara yang
bertugas melakukan pengurusan terhadap perusahaan dan mewakili
perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan;
b. bahwa untuk memperoleh Anggota Direksi yang profesional, berintegritas,
berdedikasi dan memiliki kompetensi, guna melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam huruf a serta untuk mewujudkan suatu proses pergantian
Anggota Direksi secara baik, diperlukan suatu mekanisme pemilihan dan
dapat
dan
akuntabel
yang
Direksi
Anggota

pergantian
dipertanggungjawabkan;
c. bahwa berdasarkan Pasal 18 dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 tentang Badan Usaha Milik Negara serta Pasal 16 ayat (4) dan Pasal 25
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, diamanatkan
bahwa persyaratan dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian Anggota
Direksi Badan Usaha Milik Negara diatur dengan peraturan menteri;
d. bahwa ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengangkatan dan
pemberhentian Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
PER-04/MBU/2009 jo Nomor PER-08/MBU/2010, perlu disesuaikan dengan
perkembangan sistem pembinaan Badan Usaha Milik Negara;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, dan huruf d di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Negara Badan Usaha Milik Negara tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Direksi Badan Usaha Milik
Negara;

Mengingat


: 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4297);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4756);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan
Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan
Perseroaan (Persero), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Jawatan
(Perjan) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4305);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan dan Pembubaran BUMN; (Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4556);
5.Peraturan .../2

NA/

MENTERI NEGARA

BADAN USAHA MILIK NEGARA
-2-

5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun 2011;
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/P Tahun 2011;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA
TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGANGKATAN DAN
PEMBERHENTIAN ANGGOTA DIREKSI BADAN USAHA MILIK
NEGARA.
BAB I
DEFINISI
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dan kekayaan negara yang dipisahkan.
2. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk
perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 %
(lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan
utamanya mengejar keuntungan.
3. Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya
dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
4. Perusahaan adalah badan usaha selain BUMN.
5. Menteri adalah menteri yang ditunjuk dan/atau diberi kuasa untuk mewakili Pemerintah selaku
rapat umum pemegang saham dalam hal seluruh modal Persero dimiliki negara dan sebagai
pemegang saham pada Persero dalam hal sebagian modal Persero dimiliki oleh negara, serta
sebagai pemilik modal pada Perum dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan.
6. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah organ Persero yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi dan Dewan Komisaris dalam batas
yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 dan/atau Anggaran Dasar.
7. Direksi adalah organ BUMN yang bertanggung jawab atas pengurusan BUMN untuk

kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
8. Sekretaris Kementerian adalah Sekretaris Kementerian BUMN.
9. Deputi Teknis adalah pejabat eselon I di bawah Menteri yang membidangi BUMN yang jabatan
Anggota Direksinya akan diberhentikan dan/atau diangkat.
10. Deputi Lainnya adalah pejabat eselon I di bawah Menteri yang tidak membidangi BUMN yang
jabatan Anggota Direksinya akan diberhentikan dan/atau diangkat.
11. Instansi.../3
/Ai

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-311.Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah yang mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan di bidang pembinaan BUMN.
12. Uji Kelayakan dan Kepatutan untuk selanjutnya disebut UKK adalah proses untuk menentukan
kelayakan dan kepatutan seseorang untuk menjabat sebagai Anggota Direksi BUMN.
13. Evaluasi adalah UKK yang dilakukan oleh Tim terhadap bakal calon yang diusulkan oleh
Dewan Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan hasil UKK yang dilakukan Lembaga
Profesional yang dipilih oleh BUMN, dan UKK yang dilakukan oleh Lembaga Profesional
dengan anggaran Kementerian BUMN, serta UKK yang dilakukan oleh Lembaga Profesional

dengan biaya sendiri.
14. Bakal Calon adalah nama-nama yang diperoleh melalui proses penjaringan untuk diseleksi
dalam rangka memperoleh calon Anggota Direksi BUMN.
15. Calon Anggota Direksi adalah Bakal Calon yang telah mengikuti UKK oleh Lembaga
Profesional yang ditetapkan oleh Menteri, atau telah mengikuti UKK atau Evaluasi oleh Tim.
16. Daftar Bakal Calon adalah daftar yang berisikan nama-nama Bakal Calon yang mengikuti UKK
atau Evaluasi.
17. Calon Terpilih adalah Calon Anggota Direksi yang dipilih oleh Menteri untuk ditetapkan
menjadi Anggota Direksi BUMN.
18. Lembaga Profesional adalah badan hukum dan/atau perkurnpulan, yang bersifat independen,
memiliki fungsi dan keahlian untuk melakukan proses penilaian (assessment), mempunyai
lisensi/sertifikasi apabila dipersyaratkan untuk menjalankan profesinya, mempunyai reputasi
baik, untuk melakukan proses penilaian (assessment) terhadap Bakal Calon Anggota Direksi
BUMN, dan tercantum dalam daftar lembaga profesional yang ditetapkan oleh Menteri.
19. Tim adalah tim untuk melaksanakan UKK yang terdiri dari Menteri dan/atau pejabat yang
ditetapkan Menteri.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Peraturan Menteri ini ditetapkan dengan tujuan menciptakan suatu sistem yang akuntabel dan dapat

dipertanggungjawabkan untuk memperoleh Anggota Direksi yang profesional, berintegritas,
berdedikasi dan memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas pengurusan BUMN, serta untuk
mewujudkan suatu proses pergantian Anggota Direksi secara baik.
BAB III
PRINSIP DASAR
Pasal 3
Pengangkatan dan pemberhentian Anggota Direksi dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip
profesionalisme dan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
BAB IV
PERSYARATAN
Pasal 4
(1) Persyaratan formal Anggota Direksi Persero adalah orang perseorangan yang cakap
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan
pernah:
a. dinyatakan pailit;
b.menjadi .../4

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA


4

-

-

b. menjadi Anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu BUMN dan/atau Perusahaan dinyatakan pailit;
c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara, BUMN,
Perusahaan, dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
(2) Persyaratan formal Anggota Direksi Perum, yaitu:
a. orang perseorangan;
b. mampu melaksanakan perbuatan hukum;
c. tidak pernah dinyatakan pailit;
d. tidak pernah menjadi Anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu BUMN dan/atau Perusahaan dinyatakan
pailit;
e. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara,
BUMN, dan/atau Perusahaan.
(3)


Persyaratan materiil Anggota Direksi, yaitu:
a. Pengalaman, dalam arti yang bersangkutan memiliki rekam jejak (track record) yang
menunjukkan keberhasilan dalam pengurusan BUMN/Perusahaan/Lembaga tempat yang
bersangkutan bekerja sebelum pencalonan.
b. Keahlian, dalam arti yang bersangkutan memiliki :
1) Pengetahuan yang memadai di bidang usaha BUMN yang bersangkutan;
2) Pemahaman terhadap manajemen dan tata kelola perusahaan;
3) Kemampuan untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan strategis dalam rangka
pengembangan BUMN.
c. Integritas dalam arti yang bersangkutan tidak pernah terlibat:
1) Perbuatan rekayasa dan praktek-praktek menyimpang, dalam pengurusan
BUMN/Perusahaan/Lembaga tempat yang bersangkutan bekerja sebelum pencalonan
(berbuat tidak jujur);
2) Perbuatan cidera janji yang dapat dikategorikan tidak memenuhi komitmen yang telah
disepakati dengan BUMN/Perusahaan/Lembaga tempat yang bersangkutan bekerja
sebelum pencalonan (berperilaku tidak baik);
3) Perbuatan yang dikategorikan dapat memberikan keuntungan secara melawan hukum
kepada pribadi calon Anggota Direksi, pegawai BUMN/Perusahan/Lembaga tempat
yang bersangkutan bekerja, atau golongan tertentu sebelum pencalonan (berperilaku
tidak baik);
4) Perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap ketentuan yang
berkaitan dengan prinsip-prinsip pengurusan perusahaan yang sehat (perilaku tidak
baik).
d. Kepemimpinan, dalam arti yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk:
1) Memformulasikan dan mengartikulasikan visi perusahaan.
2) Mengarahkan pejabat dan karyawan perusahaan agar mampu melakukan sesuatu untuk
mewujudkan tujuan perusahaan.
Membangkitkan
semangat (memberi energi barn) dan memberikan motivasi kepada
3)
pejabat dan karyawan perusahaan untuk mampu mewujudkan tujuan perusahaan.
e. Memiliki kemauan yang kuat (antusias) dan dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan
mengembangkan BUMN yang bersangkutan.

(4) Persyaratan lain Anggota Direksi, yaitu:
a. bukan pengurus partai politik, dan/atau anggota legislatif, dan/atau tidak sedang
mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif;
b. bukan kepala/wakil kepala daerah dan/atau tidak sedang mencalonkan diri sebagai calon
kepala/wakil kepala daerah;
c. berusia tidak melebihi 58 tahun ketika akan menjabat Direksi;
d. tidak.../5

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-5d. tidak sedang menjabat sebagai pejabat pada Lembaga, Anggota Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas pada BUMN, Anggota Direksi pada BUMN dan/atau Perusahaan, kecuali
menandatangani surat pernyataan bersedia mengundurkan diri dari jabatan tersebut jika
terpilih sebagai Anggota Direksi BUMN.
e. tidak sedang menduduki jabatan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dilarang
untuk dirangkap dengan jabatan Anggota Direksi, kecuali menandatangani surat
pernyataan bersedia mengundurkan diri dari jabatan tersebut jika terpilih sebagai Anggota
Direksi.
f. tidak menjabat sebagai Anggota Direksi pada BUMN yang bersangkutan selama 2 (dua)
periode berturut-turut.
g. sehat jasmani dan rohani (tidak sedang menderita suatu penyakit yang dapat menghambat
pelaksanaan tugas sebagai Anggota Direksi) yang dibuktikan dengan surat keterangan
sehat dari rumah sakit pemerintah.
(5) Anggota Direksi BUMN dapat menjadi Anggota Dewan Komisaris Perusahaan selain anak
perusahaan/perusahaan patungan BUMN yang bersangkutan, apabila mendapat persetujuan
Menteri.
BAB V
PERSIAPAN UKK DAN EVALUASI
Bagian Kesatu
Penyusunan Daftar Anggota Direksi yang Habis Masa Jabatannya
Pasal 5
Sekretaris Kementerian menyusun daftar Anggota Direksi yang habis masa jabatannya dalam satu
tahun anggaran dan menyampaikannya kepada Menteri dengan tembusan kepada Deputi Teknis.
Bagian Kedua
Penjaringan Bakal Calon Anggota Direksi
Pasal 6
Untuk mendapatkan Calon Anggota Direksi dilakukan penjaringan terhadap Bakal Calon yang
berasal dari:
1. Anggota Direksi BUMN atau Anggota Direksi BUMN yang telah menyelesaikan masa
jabatannya.
2. Internal BUMN yang terdiri atas :
a. Pejabat satu tingkat di bawah Direksi atau pejabat yang mempunyai prestasi istimewa;
b. Direksi anak perusahaan BUMN/perusahaan patungan BUMN.
3. Instansi Pemerintah yang terdiri atas :
a. Pejabat Eselon I dan Eselon II;
b. Pejabat Eselon III dan Eselon IV.
4. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN.
5. Eksternal BUMN dan Eksternal Instansi Pemerintah.
Pasal 7
(1)

Menteri menerima dan mencari Bakal Calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

(2)

Semua data tentang Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan dan
diadministrasikan oleh Sekretaris Kementerian.
(3) Sekretaris.../6

lefti

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-6-

Sekretaris Kementerian dan Deputi Teknis menyusun daftar Bakal Calon berdasarkan data
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Daftar Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan oleh Sekretaris
Kementerian kepada Tim untuk dilakukan UKK atau Evaluasi.
(3)

Bagian Ketiga
Pembentukan Tim
Pasal 8
UKK dan Evaluasi dilaksanakan oleh Tim yang ditetapkan oleh Menteri, yang terdiri dari
paling sedikit 2 (dua) orang.
Untuk memperlancar pelaksanaan UKK dan Evaluasi, Tim dapat membentuk Sekretariat Tim
dengan melibatkan keanggotaan dari unit kerja Deputi Teknis dan Sekretariat Kementerian
BUMN.
Anggota Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan anggota Sekretariat Tim sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak diperkenankan untuk dicalonkan sebagai calon Anggota Direksi
BUMN yang bersangkutan.
BAB VI
PROSES UKK DAN EVALUASI
Bagian Kesatu
Pengangkatan Kembali Anggota Direksi
pada Jabatan dan BUMN yang Sama.
Pasal 9
Terhadap Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 1 yang telah menyelesaikan
masa jabatannya, dapat dipertimbangkan untuk diangkat kembali pada jabatan yang sama pada
BUMN yang sama, berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Menteri atau Deputi Teknis atas
kinerja yang bersangkutan pada periode sebelumnya meliputi pencapaian target kinerja perusahaan,
kekompakan tim, integritas dan track record.
Bagian Kedua
Pengangkatan Anggota Direksi pada Jabatan yang Berbeda
pada BUMN yang Sama, dan pada BUMN Lain.
Pasal 10
(1) Terhadap Anggota Direksi yang telah menyelesaikan masa jabatannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 angka 1, dapat dipertimbangkan untuk diangkat pada jabatan yang berbeda pada
BUMN yang sama, berdasarkan UKK yang dilakukan oleh Tim atas kinerja yang bersangkutan
pada jabatan sebelumnya meliputi pencapaian target kinerja perusahaan, kekompakan tim,
integritas dan track record.
(2) Terhadap Anggota Direksi yang telah menyelesaikan masa jabatannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 angka 1, dapat dipertimbangkan untuk diangkat sebagai Anggota Direksi pada
BUMN lain, berdasarkan UKK yang dilakukan oleh Tim atas kinerja yang bersangkutan pada
jabatannya di BUMN sebelumnya, meliputi pencapaian target kinerja perusahaan, kekompakan
tim, integritas dan track record.
(3) Terhadap _17

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-7-

(3) Terhadap Anggota Direksi yang masih menjabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 1,
dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pengalihan tugas pada jabatan yang berbeda pada
BUMN yang sama oleh Menteri berdasarkan pertimbangan kebutuhan perusahaan.
(4) Terhadap Anggota Direksi yang masih menjabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 1,
dapat dipertimbangkan untuk diangkat sebagai Anggota Direksi pada BUMN lain, berdasarkan
UKK yang dilakukan oleh Tim atas kinerja yang bersangkutan pada jabatannya di BUMN
sebelumnya, meliputi pencapaian target kinerja perusahaan, kekompakan tim, integritas dan
track record.
Bagian Ketiga
Pengangkatan Anggota Direksi yang Berasal dari Internal BUMN
Pasal 11
(1) Terhadap Bakal Calon Anggota Direksi yang berasal dari internal BUMN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 angka 2, dapat dipertimbangkan untuk diangkat sebagai Anggota
Direksi pada BUMN yang bersangkutan berdasarkan UKK oleh Lembaga Profesional yang
dipilih oleh BUMN.
(2) Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas Kepada Menteri.
Bagian Keempat
Pengangkatan Anggota Direksi yang berasal dari Instansi Pemerintah

(1)
(2)

(3)

(4)

(5)

Pasal 12
Menteri dapat menugaskan pejabat Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
angka 3 untuk diangkat menjadi Anggota Direksi BUMN.
UKK terhadap Bakal Calon Anggota Direksi yang berasal dad Pejabat Eselon I dan Eselon H
Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 3 huruf a, dilakukan oleh Tim
atas kinerja yang bersangkutan selama menjabat.
UKK terhadap Bakal Calon Anggota Direksi yang berasal dari Pejabat Eselon III dan Eselon
IV sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 3 huruf b, dilakukan oleh Lembaga Profesional
yang ditetapkan Sekretaris Kementerian atas nama Menteri.
Dalam hal tidak tersedia anggaran di Kementerian BUMN, Bakal Calon Anggota Direksi yang
berasal dari Pejabat Eselon III dan Eselon IV sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
mengikuti UKK pada Lembaga Profesional atas biaya sendiri.
Bakal Calon Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), (3), dan (4),
dikoordinasikan dan diadministrasikan oleh Sekretaris Kementerian.
Bagian Kelima
Pengangkatan Anggota Direksi
Yang Berasal dari Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN
Pasal 13

(1) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas BUMN dapat menjadi Bakal Calon Anggota Direksi
BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 4, setelah melalui UKK yang dilakukan
oleh Lembaga Profesional yang dipilih oleh Bakal Calon yang bersangkutan atas biaya sendiri.
(2) Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan dan diadministrasikan oleh
Sekretaris Kementerian.
Bagian.../8

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-8-

Bagian Keenam
Pengangkatan Anggota Direksi
Yang Berasal dari Eksternal BUMN dan Eksternal Instansi Pemerintah
Pasal 14
(1) Orang perseorangan yang berasal dari Eksternal BUMN dan Eksternal Instansi Pemerintah,
dapat menjadi Bakal Calon Anggota Direksi BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
angka 5, setelah melalui UKK yang dilakukan oleh Lembaga Profesional yang dipilih oleh
Bakal Calon yang bersangkutan atas biaya sendiri.
(2) Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan dan diadministrasikan oleh
Sekretaris Kementerian.
Bagian Ketujuh
Pelaksanaan UKK dan Evaluasi Bakal Calon Anggota Direksi.
Pasal 15
UKK dilakukan oleh Tim terhadap:
1. Bakal Calon Anggota Direksi yang berasal dari Anggota Direksi BUMN yang telah
menyelesaikan masa jabatannya untuk diangkat menjadi Anggota Direksi pada jabatan yang
berbeda atau menjadi Anggota Direksi pada BUMN lain.
2. Bakal Calon Anggota Direksi yang berasal dari Pejabat Eselon I dan Eselon II Instansi
Pemerintah.
Pasal 16
(1) UKK dilakukan oleh Lembaga Profesional terhadap:
a. Bakal Calon yang berasal dari internal BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
b. Bakal Calon yang berasal dari Eselon III dan Eselon IV sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 ayat (3) dan ayat (4).
c. Bakal Calon yang berasal dari Dewan Komisaris/Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1).
d. Bakal Calon yang berasal dari Eksternal BUMN dan Eksternal Instansi Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1).
(2) Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dievaluasi oleh Tim untuk selanjutnya
disampaikan kepada Menteri guna mendapatkan keputusan.
(3) Menteri dapat menggunakan langsung basil UKK yang dilakukan oleh Lembaga Profesional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tanpa melalui evaluasi oleh Tim sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dalam memutuskan Calon Direksi terpilih.
Pasal 17
(1) Dalam melaksanakan UKK dan Evaluasi, Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
melakukan:
a. Pemanggilan terhadap Bakal Calon Anggota Direksi yang telah disetujui oleh Menteri,
untuk mengikuti UKK atau Evaluasi.
b. UKK terhadap Calon Anggota Direksi, jika UKK tidak menggunakan Lembaga Profesional.
c. Evaluasi.../9

414

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-9-

c. Evaluasi terhadap hasil UKK Lembaga Profesional, jika UKK menggunakan Lembaga
Profesional.
d. Penetapan hasil akhir UKK dan Evaluasi, yang disertai dengan penjelasan mengenai proses
penetapannya dan rekomendasi, disampaikan kepada Menteri untuk mendapatkan
keputusan.
e. Penyampaian seluruh dokumen UKK dan Evaluasi kepada Sekretaris Kementerian untuk
diadministrasikan.
(2) Hasil UKK dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, ditandatangani oleh
seluruh Anggota Tim.
(3) Dalam hal terdapat anggota Tim yang tidak menandatangani basil UKK dan Evaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, maka dibuatkan penjelasan tentang hal tersebut.
Bagian Kedelap an
Formulasi Penilaian UKK oleh Lembaga Profesional

(1)
(2)

(3)

(4)
(5)

(6)

Pasal 18
Penilaian pertama terhadap Calon Anggota Direksi dilakukan terhadap pemenuhan
Persyaratan Formal dan Persyaratan Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
Dalam hal data dan/atau informasi untuk membuktikan pemenuhan persyaratan formal dan
persyaratan lain tidak diperoleh oleh Lembaga Profesional, maka pembuktiannya dapat
dilakukan dengan pernyataan tertulis dari Calon Anggota Direksi yang bersangkutan
sebagaimana contoh yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terbukti
tidak benar, maka yang bersangkutan diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya
sebagai Anggota Direksi BUMN, dan Menteri memproses pernyataan yang tidak benar
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan tanpa prosedur sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri ini.
Anggota Direksi BUMN yang diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak
berhak atas fasilitas puma jabatan dan fasilitas lainnya sebagaimana yang diberlakukan bagi
mantan Anggota Direksi BUMN.
Dalam hal satu atau lebih dari persyaratan formal dan/atau persyaratan lain tidak terpenuhi,
maka Calon Anggota Direksi yang bersangkutan dinyatakan gugur.

Pasal 19
(1) Penilaian terhadap persyaratan materiil dilakukan terhadap Calon Anggota Direksi setelah
dinyatakan memenuhi persyaratan formal dan persyaratan lain.
(2) Penilaian syarat materiil terhadap Calon Anggota Direksi dilakukan dengan memberikan
pembobotan sebagai berikut:
a. Pengalaman, dalam arti yang bersangkutan memiliki rekam jejak (track record) yang
menunjukan keberhasilan dalam pengurusan BUMN/Perusahaan/Lembaga tempat yang
bersangkutan bekerja sebelum pencalonan, diberikan bobot 30%.
b. Keahlian, diberikan bobot sebesar 20% dengan perincian sebagai berikut :
1) memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha BUMN yang bersangkutan,
diberikan bobot sebesar 5%;
2) memiliki pemahamam terhadap manajemen dan tata kelola perusahaan, diberikan
bobot sebesar 5%;
3) memiliki kemampuan untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan strategis dalam
rangka pengembangan BUMN, diberikan bobot sebesar 10%.
c. Integritas.../10

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-10-

c. Integritas dan moral diberikan bobot penilaian sebesar 20%, dengan perincian sebagai
berikut:
1) tidak pernah terlibat dalam perbuatan rekayasa dan praktek-praktek menyimpang pada
tempat yang bersangkutan bekerja sebelum pencalonan (berbuat tidak jujur), diberikan
bobot sebesar 5%;
2) tidak pernah terlibat dalam perbuatan cidera janji yang dapat dikategorikan tidak
memenuhi komitmen yang telah disepakati pada tempat yang bersangkutan bekerja
sebelum pencalonan (berperilaku tidak baik), diberikan bobot sebesar 5%;
3) tidak pernah terlibat dalam perbuatan yang dikategorikan dapat memberikan
keuntungan secara melawan hukum kepada yang bersangkutan dan/atau pihak lain
sebelum pencalonan (berperilaku tidak baik), diberikan bobot sebesar 5%;
4) tidak pernah terlibat dalam perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
terhadap ketentuan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip pengurusan perusahaan yang
sehat (berperilaku tidak baik), diberikan bobot sebesar 5%.
d. Kepemimpinan, diberikan bobot penilaian sebesar 20% dengan perincian sebagai berikut:
1) mampu memformulasikan dan mengartikulasikan visi perusahaan, diberikan bobot
sebesar 5%;
2) mampu membuat pejabat dan karyawan perusahaan mampu melakukan sesuatu untuk
mewujudkan tujuan perusahaan, diberikan bobot sebesar 5%;
3) mampu membangkitkan semangat (memberi energi baru) dan memberikan motivasi
kepada pejabat dan karyawan perusahaan untuk mampu mewujudkan tujuan
perusahaan, diberikan bobot sebesar 10%.
e. Memiliki kemauan yang kuat (antusias) dan dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan
mengembangkan BUMN yang bersangkutan, diberikan bobot sebesar 10%.
(3)

Setiap persyaratan materil diberikan nilai antara 1 sampai dengan 10.

(4)

Penilaian terhadap persyaratan integritas dan moral diberikan dengan perhitungan bahwa
apabila yang bersangkutan terlibat dengan tindakan-tindakan dimaksud, maka nilai yang
diberikan semakin kecil sesuai dengan tingkat keterlibatan yang bersangkutan.

(5)

Penilaian terhadap persyaratan pengalaman, keahlian, kepemimpinan, dan antusias diberikan
dengan perhitungan bahwa apabila yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat dimaksud,
maka nilai yang diberikan semakin besar sesuai dengan tingkat pemenuhan persyaratan.

(6) Nilai akhir merupakan penjumlahan dari nilai persyaratan pengalaman, keahlian, Integritas
dan Moral, kepemimpinan, dan antusias dengan memperhatikan bobot masing-masing.
(7)

Rekomendasi hasil akhir UKK diklasifikasikan sebagai berikut:
a. "Sangat Disarankan" (SD) untuk nilai akhir di atas 8,5;
b. "Disarankan" (D) untuk nilai akhir di atas 7,5 sampai dengan 8,5;
c. "Disarankan dengan Pengembangan" (DP) untuk nilai akhir 7,0 sampai dengan 7,5;
d. "Tidak Disarankan" (TD) untuk nilai akhir di bawah 7,0.
Pasal 20

(1) Bakal Calon yang dapat diangkat menjadi Calon Anggota Direksi adalah Bakal Calon yang
memenuhi klasifikasi penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (7) huruf a, huruf b,
dan huruf c.
(2) Lembaga Profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal 12 ayat (3) dan (4), serta
Pasal 14 ayat (1), wajib menggunakan formulasi penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 dan Pasal 19.
BAB.../11

40t,

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-11-

BAB VII
PENGANGKATAN ANGGOTA DIREKSI
Bagian Kesatu
Proses Penetapan
Pasal 21
(1) Menteri mengambil keputusan atas basil UK.K. dan Evaluasi yang dilakukan oleh Tim dan/atau
Lembaga Profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) dan (3) dan Pasal 17 ayat
(1) huruf d, guna menetapkan 1 (satu) Calon Terpilih untuk masing-masing jabatan Anggota
Direksi.
(2) Menteri dapat melakukan wawancara terhadap calon yang disampaikan oleh Tim atau Lembaga
Profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Menteri memilih calon Direktur Utama, dan memilih Anggota Direksi lainnya dari calon-calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan apabila diperlukan dapat meminta masukan dari calon
Direktur Utama terpilih.
(4) Terhadap BUMN tertentu, Calon Terpilih yang ditetapkan oleh Menteri ditindaklanjuti dengan
proses lebih lanjut sebagaimana dipersyaratkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang usaha BUMN yang bersangkutan dan/atau kebijakan Pemerintah.
Pasal 22
(1) Pengangkatan Calon Anggota Direksi Terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
dilakukan dengan:
a. Keputusan Menteri/Pemilik Modal untuk Perum;
b. Keputusan Menteri/RUPS bagi Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara;
c. Keputusan RUPS secara fisik maupun Keputusan seluruh pemegang saham di luar
RUPS bagi Persero yang tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara;
d. Keputusan RUPS secara fisik untuk Persero Tbk;
(2) Pengangkatan Calon Anggota Direksi Terpilih yang merupakan Calon yang mewakili Negara
RI pada Perseroan Terbatas yang sebagian kecil sahamnya dimiliki oleh Negara, dilakukan
dengan Keputusan RUPS secara fisik maupun Keputusan seluruh pemegang saham di luar
RUPS.
(3)

Sekretaris Kementerian memproses rancangan Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dan b, dan Keputusan seluruh pemegang saham di luar RUPS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c.

(4) Dalam hal penetapan pengangkatan Anggota Direksi Persero dilakukan dalam RUPS secara
fisik, dan Menteri tidak dapat menghadiri sendiri RUPS, maka Menteri memberi kuasa kepada
Deputi Teknis untuk menghadiri dan mengambil keputusan dalam RUPS.
(5)

Menteri dapat pula memberi kuasa kepada Sekretaris Kementerian dan/atau Deputi Lainnya
untuk menghadiri dan mengambil keputusan dalam RUPS sebagaimana dimaksud pada
ayat (4).
Pasal 23

(1) Calon Anggota Direksi Terpilih menandatangani Kontrak Manajemen dengan Menteri,
sebelum ditetapkan menjadi Anggota Direksi BUMN.
(2) Dengan.../12

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-12-

(2)

Dengan Peraturan Menteri ini, Menteri memberi kuasa kepada Deputi Teknis untuk
menandatangani kontrak manajemen sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3)

Caton Anggota Direksi Terpilih menandatangani surat pernyataan/pakta integritas
sebagaimana contoh yang tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini, yang berisi
kesanggupan untuk menjalankan tugas dengan baik dan bersedia diberhentikan sewaktu-waktu
berdasarkan alasan apapun yang dinilai tepat oleh Menteri/RUPS, dan tidak akan menggugat
atau mengajukan proses hukum sehubungan dengan pemberhentian tersebut.

Bagian Kedua
Berlakunya Pengangkatan
Pasal 24
Pengangkatan Anggota Direksi BUMN mulai berlaku efektif terhitung sejak tanggal pelantikan atau
tanggal yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri/Pemilik Modal/RUPS.
Pasal 25
(1) Dengan Peraturan Menteri ini, Menteri memberi kuasa dengan hak substitusi kepada Deputi
Teknis untuk melakukan pelantikan Anggota Direksi BUMN.
(2) Semua dokumen yang berkaitan dengan proses pelantikan dikoordinasikan dengan atau
disiapkan oleh Sekretaris Kementerian atau pejabat Eselon II yang ditunjuk oleh Sekretaris
Kementerian.
BAB VIII
ALASAN DAN TATA CARA
PEMBERHENTIAN ANGGOTA DIREKSI
Bagian Kesatu
Alasan Pemberhentian
Pasal 26
(1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan RUPS atau Keputusan
Menteri dengan menyebutkan alasannya.
(2) Pemberhentian sewaktu-waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila
Anggota Direksi yang bersangkutan, antara lain:
a. tidak/kurang dapat memenuhi kewajibannya yang telah disepakati dalam kontrak
manajemen;
b. tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik;
c. melanggar ketentuan anggaran dasar dan/atau peraturan perundang-undangan;
d. terlibat dalam tindakan yang merugikan BUMN dan/atau negara;
e. melakukan tindakan yang melanggar etika dan/atau kepatutan yang seharusnya dihormati
sebagai Anggota Direksi BUMN;
f. dinyatakan bersalah dengan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang
tetap;
g. mengundurkan diri.
(3) Disamping.../13

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-13(3)

Disamping alasan pemberhentian Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Direksi dapat diberhentikan oleh RUPS atau Menteri berdasarkan alasan lainnya yang dinilai
tepat oleh RUPS atau Menteri demi kepentingan dan tujuan BUMN, antara lain karena
terjadinya ketidakharmonisan antar Anggota Direksi.

(4)

Apabila terjadi perbedaan antara ketentuan Peraturan Menteri ini dengan Anggaran Dasar
BUMN mengenai alasan pemberhentian, maka yang berlaku adalah ketentuan Anggaran
Dasar, dan selanjutnya ketentuan Anggaran Dasar segera disesuaikan dengan Peraturan
Menteri ini.
Bagian Kedua
Usulan Pemberhentian
Pasal 27

(1)

Deputi Teknis melakukan Evaluasi terhadap Anggota Direksi sebelum mengusulkan
pemberhentian yang bersangkutan kepada Menteri.

(2) Deputi Teknis menyampaikan usulan pemberhentian Anggota Direksi BUMN kepada Menteri
untuk mendapatkan penetapan.
(3) Penyampaian usulan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disertai dengan:
a. penjelasan mengenai alasan pemberhentian;
b. konsep surat keputusan Menteri atau keputusan seluruh pemegang saham di luar RUPS
tentang pemberhentian, atau surat kuasa untuk menghadiri dan mengambil keputusan
dalam RUPS mengenai pemberhentian, atau surat kuasa untuk melakukan
pemanggilan/penerimaan pembelaan diri dalam hal pemberhentian akan dilakukan di luar
RUPS.
(4) Dalam proses penyampaian usulan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
(3), Deputi Teknis berkoordinasi dengan Sekretaris Kementerian dan prosesnya menggunakan
nota dinas bersama.
(5)

Menteri melakukan Evaluasi akhir atas usulan pemberhentian Anggota Direksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
Pasal 28

(1) Menteri dapat memberhentikan Anggota Direksi berdasarkan hasil Evaluasi Menteri sendiri
selain yang diusulkan oleh Deputi Teknis dan Sekretaris Kementerian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27.
(2) Dalam proses pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri dapat meminta
pertimbangan Deputi Teknis dan/atau Sekretaris Kementerian.

Bagian Ketiga
Pemberitahuan dan Pembelaan Diri
Pasal 29
(1) Rencana pemberhentian Anggota Direksi sebelum berakhir masa jabatannya, wajib
diberitahukan terlebih dahulu kepada Anggota Direksi yang bersangkutan secara lisan atau
tertulis oleh Menteri atau Deputi Teknis.
(2) Dalam.../14

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-14-

(2) Dalam hal Menteri tidak melakukan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
maka Menteri, dengan Peraturan Menteri ini memberi kuasa kepada Deputi Teknis untuk
melakukan pemberitahuan dimaksud.
(3) Menteri dapat menugaskan Sekretaris Kementerian berdasarkan surat kuasa khusus untuk
melakukan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 30
(1) Keputusan pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf
a, b, c, d dan e dan Pasal 26 ayat (3) diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan
membela diri.
(2) Pembelaan diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada RUPS
untuk Persero atau Menteri untuk Perum dalam waktu 14 (empat belas) hari terhitung sejak
Anggota Direksi yang bersangkutan diberitahu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29.
(3) Pembelaan diri dapat diberikan langsung pada saat pemberitahuan kepada pejabat yang
memberitahukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29.
(4) Dalam hal Anggota Direksi yang bersangkutan telah melakukan pembelaan diri atau
menyatakan keberatan atau tidak berkeberatan atas rencana pemberhentiannya pada saat
diberitahukan, maka ketentuan waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggap telah
terpenuhi.
(5) Dalam hal pemberitahuan dan pembelaan diri secara lisan, maka dilakukan secara tatap muka
dan dibuktikan dengan notulen atau berita acara yang ditandatangani oleh Anggota Direksi
yang bersangkutan dan pejabat yang memberitahukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29.
(6) Apabila Anggota Direksi yang bersangkutan tidak bersedia menandatangani notulen atau
berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (5), maka disebutkan alasannya dalam notulen
atau berita acara tersebut.
(7) Dalam hal pemberitahuan dilakukan dalam RUPS, maka pembelaan diri dilakukan dalam
RUPS tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 105 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
Pasal 31
Semua dokumen yang berkaitan dengan proses pemberitahuan dan pembelaan diri, dikoordinasikan
dengan dan disiapkan oleh Sekretaris Kementerian atau pejabat Eselon II yang bertanggungjawab
di bidang hukum.
Bagian Keempat
Proses Penetapan Pemberhentian
Pasal 32
(1) Penetapan pemberhentian Anggota Direksi Perum dilakukan dengan keputusan Menteri.
(2) Penetapan pemberhentian Anggota Direksi Persero dapat dilakukan dengan keputusan RUPS
secara fisik, keputusan Menteri selaku RUPS, dan keputusan seluruh pemegang saham di luar
RUPS.

(3) Dalam hal penetapan pemberhentian Anggota Direksi dilakukan dengan keputusan Menteri

selaku RUPS atau keputusan seluruh pemegang saham di luar RUPS, maka Sekretaris
Kementerian memproses rancangan keputusan Menteri atau keputusan seluruh pemegang
saham tersebut.

(4) Dalam.../15

Ale

MENTER1 NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-15-

(4) Dalam hal penetapan pemberhentian Anggota Direksi dilakukan dalam RUPS secara fisik, dan
Menteri tidak dapat menghadiri sendiri RUPS, maka Menteri memberi kuasa kepada Deputi
Teknis untuk menghadiri dan mengambil keputusan dalam RUPS.
(5) Menteri dapat pula memberi kuasa kepada Sekretaris Kementerian dan/atau Deputi Lainnya
untuk menghadiri dan mengambil keputusan dalam RUPS sebagaimana dimaksud pada
ayat (4).
(6) Selama pemberhentian masih dalam proses, maka Anggota Direksi yang bersangkutan wajib
tetap melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya.
Pasal 33
Pemberhentian Anggota Direksi dapat diproses bersamaan dengan proses pengangkatan Anggota
Direksi pada BUMN yang bersangkutan.

BAB IX
BERAKHIRNYA JABATAN
Pasal 34
(1) Jabatan Anggota Direksi berakhir apabila:
a. meninggal dunia;
b. masa jabatannya berakhir;
c. tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Anggota Direksi berdasarkan ketentuan anggaran
dasar dan peraturan perundang-undangan;
d. diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS secara fisik, keputusan Menteri selaku RUPS,
atau keputusan seluruh pemegang saham di luar RUPS;
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c termasuk tetapi tidak terbatas pada
rangkap jabatan yang dilarang dan pengunduran diri.
Pasal 35
Dalam hal jabatan Anggota Direksi berakhir karena kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34
ayat (1) huruf a, b, dan c, maka:
1. Deputi Teknis menyampaikan informasi mengenai keadaan tersebut kepada Menteri dengan
tembusan kepada Sekretaris Kementerian untuk diproses sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Menteri ini.
2. Berakhirnya jabatan Anggota Direksi tersebut dikukuhkan dengan keputusan RUPS secara fisik,
Keputusan Menteri selaku RUPS atau keputusan seluruh pemegang saham di luar RUPS.
Pasal 36
(1) Anggota Direksi BUMN dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
a. Anggota Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta;
b. anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas pada BUMN;
c. jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/lembaga pemerintah pusat dan/atau
daerah;
d. jabatan.../16

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA

-16d. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, pengurus
partai politik dan/atau calon/anggota legislatif dan/atau calon kepala daerah/wakil kepala
daerah dan/atau kepala daerah/wakil kepala daerah; dan/atau
e. jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.
(2)

(3)

(4)

(5)

Selain jabatan rangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anggota Direksi BUMN
dilarang memangku jabatan rangkap sebagai anggota Dewan Komisaris pada lebih dari 1
(satu) badan usaha swasta.
Anggota Direksi yang memangku jabatan rangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masa
jabatannya sebagai Anggota Direksi berakhir terhitung sejak terjadinya perangkapan jabatan
tersebut.
Dalam hal seseorang yang menjabat pada jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diangkat menjadi Anggota Direksi, maka yang bersangkutan harus mengundurkan diri dari
jabatannya tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak pengangkatannya sebagai
Anggota Direksi.
Dalam hal Anggota Direksi yang bersangkutan tidak mengundurkan diri dari jabatannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka jabatannya sebagai Anggota Direksi BUMN
berakhir dengan lewatnya 30 (tiga puluh) hari tersebut.
BAB X
KARYAWAN MENJADI ANGGOTA DIREKSI
Pasal 37

(1) Karyawan BUMN yang diangkat menjadi Anggota Direksi di BUMN tempat yang
bersangkutan bekerja maupun BUMN lain, maka yang bersangkutan pensiun sebagai
karyawan BUMN dengan pangkat tertinggi pada BUMN yang bersangkutan (BUMN tempat
karyawan yang bersangkutan menjadi karyawan), terhitung sejak yang bersangkutan diangkat
menjadi Anggota Direksi.
Bagi karyawan yang pensiun dengan pangkat tertinggi karena menjabat sebagai Anggota
Direksi, diberikan hak pensiun dengan kategori tertinggi berdasarkan ketentuan perusahaan.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), tidak berlaku bagi karyawan yang
diangkat menjadi Anggota Direksi sementara.
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), dan (3) di atas, berlaku pula bagi
karyawan anak perusahaan yang sebelumnya berstatus sebagai BUMN.
Pemberlakuan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pada anak perusahaan yang
sebelumnya berstatus sebagai BUMN, ditetapkan dengan Keputusan RUPS anak perusahaan
BUMN yang bersangkutan.
BAB XI
LAIN-LAIN
Pasal 38
(1) Proses dan hasil UKK dan Evaluasi bersifat rahasia dan hanya dipergunakan oleh
Kementerian BUMN.
(2) Tim, Pejabat dan Pegawai Kementerian BUMN serta pihak lain dilarang membocorkan hasil
UKK dan Evaluasi.
(3) Hasil.../17

4/0

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
-17-

(3) Hasil UKK dan Evaluasi hanya dapat diberikan atas persetujuan Menteri Negara BUMN
apabila diminta oleh instansi yang berwenang dalam rangka pelaksanaan kewajiban
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(4) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), dan (3) dikenakan
sanksi berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pasal 39
(1) Peraturan Menteri ini diberlakukan pula terhadap calon Anggota Direksi Perusahaan yang
sebagian sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia, khusus untuk calon yang
mewakili pemegang saham Negara Republik Indonesia.
(2) Ketentuan dalam Bab X Peraturan Menteri ini dikukuhkan pemberlakuannya dalam Perjanjian
Kerja Bersama (PKB) atau Peraturan masing-masing BUMN dan anak perusahaan yang
sebelumnya berstatus sebagai BUMN.
Pasal 40
Proses UKK dan Evaluasi yang dilakukan oleh Kementerian BUMN, mulai dari penyusunan Daftar
Bakal Calon sampai dengan pelantikan, diselesaikan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari.
Pasal 41
Menteri selaku RUPS/Pemilik Modal, sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan
Undang-Undang BUMN :
1. memiliki hak prerogatif dalam menentukan basil akhir;
2. dapat mengangkat Anggota Direksi dengan persyaratan yang berbeda dari ketentuan Peraturan
Menteri ini, dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 42
(1) Dalam keadaan tertentu, Menteri dapat melakukan pengangkatan Anggota Direksi untuk
jangka waktu tertentu tanpa melalui proses UKK.
(2) Pengangkatan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak tanggal
pelantikan atau tanggal yang ditetapkan dalam Keputusan pengangkatannya.
(3) Pengangkatan Anggota Direksi definitif untuk mengganti Anggota Direksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini dan
peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sebagai Anggota
Direksi definitif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka masa jabatannya sebagai Anggota
Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperhitungkan sebagai masa jabatan Anggota
Direksi definitif.
(5) Terhadap BUMN tertentu, Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan
ditetapkan sebagai Anggota Direksi definitif, tetap menjalani proses sebagaimana
dipersyaratkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang usaha BUMN yang
bersangkutan dan/atau kebijakan Pemerintah.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Untuk proses UKK yang telah berjalan sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, dengan
ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka proses selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Menteri ini.
BAB.../18

410

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA

-18-

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER04/MBU/2009 tanggal 16 November 2009 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengangkatan dan
Pemberhentian Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara jo Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor PER-08/MBU/2010 tanggal 31 Desember 2010, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 45
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Januari 2012

MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA
ttd.
Salina, sesuai dengan slinya

ukum,

t
198003 1 001

DAHLAN ISKAN

Lampiran I
Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor : PER- 01 /MBU/2012

Tanggal : 20 Januari 2012
MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA

Lampiran I A, Direksi Persero

SURAT PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Nomor Identitas
Dalam rangka memenuhi persyaratan penilaian kelayakan dan kepatutan bakal calon Direksi
PT (yang selanjutnya disebut Perusahaan), dengan ini kami menyatakan dengan
sebenamya, bahwa :
1. kami dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pernyataan ini dibuat, tidak pernah:
a. dinyatakan pailit;
b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu BUMN dan/atau perusahaan dinyatakan pailit;
c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan Negara, BUMN,
perusahaan, dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan.
kami bukan pengurus partai politik, dan/atau anggota legislatif, dan/atau tidak sedang
2.
mencalonkan did sebagai calon anggota legislatif.
3. kami bukan kepala/wakil kepala daerah dan/atau tidak sedang mencalonkan diri sebagai
calon kepala/wakil kepala daerah.
kami berusia tidak melebihi 58 tahun pada saat pernyataan ini dibuat.
4.
5. kami tidak sedang menjabat sebagai pejabat pada Lembaga, Anggota Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas pada BUMN, Anggota Direksi pada BUMN dan/atau
Perusahaan.
6. kami tidak sedang menduduki jabatan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
dilarang untuk dirangkap dengan jabatan anggota Direksi.
7. kami tidak menjabat sebagai anggota Direksi pada BUMN yang bersangkutan selama 2
(dua) periode berturut-turut.
8. sehat jasmani dan rohani (tidak sedang menderita suatu penyakit yang dapat menghambat
pelaksanaan tugas sebagai anggota Direksi).
Demikian pernyataan ini dibuat dan disampaikan dengan sebenar-benarnya tanpa
menyembunyikan fakta dan hal material apapun, dan dengan demikian kami akan bertanggung
jawab sepenuhnya atas kebenaran dari hal-hal yang kami nyatakan disini, demikian pula akan
bersedia bertanggung jawab baik secara perdata maupun pidana, apabila laporan dan pernyataan
ini tidak sesuai dengan keadaan sebenamya.
Demikian pernyataan ini kami buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, tanggal
*) Apabila yang bersangkutan menjabat sebagaimana
dimaksud butir 5 dan 6, maka yang bersangkutan
menandatangani surat pernyataan bersedia
mengundurkan diri dari jabatan tersebut jika terpilih
sebagai anggota Direksi.

bulan

tahun

Meterai 6.000

Nama

4in

Lampiran I
Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor : PER- 01 /MBU/2012
Tanggal : 20 Januari 2012
MENTERI NEGARA
BADAN USAHA MILIK NEGARA

Lampiran I B. Direksi Perum

SURAT PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
Nomor Identitas
Dalam rangka memenuhi persyaratan penilaian kelayakan dan kepatutan bakal calon Direksi
Perum (yang selanjutnya disebut Perusahaan), dengan ini kami menyatakan dengan
sebenarnya, bahwa :
1. kami mampu melaksanakan perbuatan hukum dan kami tidak pernah:
a. dinyatakan pailit;
b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas yang
dinyatakan bersalah menyebabkan suatu BUMN dan/atau Perusahaan dinyatakan pailit;
c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara, BUMN,
dan/atau Perusahaan.
kami bukan pengurus partai politik, dan/atau anggota legislatif, dan/atau tidak sedang
2.
mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif.
3. kami bukan kepala/wakil kepala daerah dan/atau tidak sedang mencalonkan diri sebagai
calon kepala/wakil kepala daerah.
kami berusia tidak melebihi 58 tahun pada saat pernyataan ini dibuat.
4.
5. kami tidak sedang menjabat sebagai pejabat pada Lembaga, Anggota Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas pada BUMN, Anggota Direksi pada BUMN dan/atau
Perusahaan.
6. kami tidak sedang menduduki jabatan yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
dilarang untuk dirangkap dengan jabatan anggota Direksi.
7. kami tidak menjabat sebagai anggota Direksi pada BUMN yang bersangkutan selama 2
(dua) periode berturut-turut.
8