B1J010144 11.

I. PENDAHULUAN
Pewarna sintetis telah banyak digunakan dalam berbagai industri seperti
pangan, kosmetik, farmasi, tekstil, dan kertas. Seiring dengan semakin tingginya
konsumsi pewarna sintetis ini, semakin banyak pula laporan mengenai gangguan
kesehatan yang ditimbulkan. Menurut Joshi et al. (2003), beberapa pewarna sintetis
diketahui memiliki sifat karsinogenik dan menyebabkan gangguan fungsi pada
beberapa organ. Selain dampaknya terhadap kesehatan, proses pembuatan pewarna
sintetis juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Munculnya
kesadaran akan toksisitas pewarna sintetis tersebut menyebabkan permintaan
terhadap pewarna yang berasal dari sumber alami meningkat.
Pigmen alami dapat diperoleh dari tanaman, hewan, atau mikroorganisme.
Pigmen yang dihasilkan mikroorganisme dianggap lebih berpotensi sebagai alternatif
pengganti pewarna sintetis. Hal ini disebabkan pigmen mikroorganisme memiliki
beberapa keunggulan yaitu bahan baku melimpah, proses produksi lebih mudah,
hasil yang lebih tinggi, tidak tergantung pada musim, dan dapat menghasilkan nuansa
warna yang berbeda dengan ditumbuhkan pada substrat yang murah (Gupta et al.,
2011). Pigmen alami mikroorganisme juga menguntungkan bagi kesehatan karena
beberapa memiliki aktivitas biologis sebagai antioksidan, antibiotik, atau antikanker.
Hingga saat ini beberapa pigmen mikroorganisme sudah diaplikasikan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Salah satu mikroorganisme yang berpotensi sebagai
sumber pigmen alami adalah aktinomisetes.

Aktinomisetes adalah mikroorganisme prokariot, termasuk kelompok bakteri
Gram positif, serta memiliki kandungan Guanin (G) dan Citosin (C) tinggi di dalam
DNAnya. Kebanyakan bakteri dari filum ini bersifat pleomorfik. Morfologi koloni
Aktinomisetes berfilamen menyerupai fungi, tetapi diameter filamennya jauh lebih
kecil dibandingkan dengan fungi eukariot (Tortora et al., 2010). Aktinomisetes

bio.unsoed.ac.id

terkenal dengan kemampuannya dalam memproduksi beragam senyawa metabolit
seperti antibiotik, antitumor, antikanker, vitamin, enzim, dan pigmen.
Pigmen aktinomisetes telah dimanfaatkan sebagai karakteristik penting dalam
membedakan spesies-spesies aktinomisetes. Pigmen aktinomisetes dapat berdifusi ke
medium atau tetap dipertahankan dalam miselium. Pigmen ini biasanya terdiri dari
beragam warna seperti gradasi biru, ungu, merah, warna mawar, kuning, coklat, dan
hitam(Amal et al., 2011). Penelitian mengenai pigmen aktinomisetes saat ini belum
3

intensif

dilakukan.


Eksplorasi

pigmen

masih

terpusat

pada

kelompok

mikroorganisme selain aktinomisetes. Potensi aktinomisetes yang cukup besar dalam
menghasilkan pigmen menjadikannya penting untuk diteliti lebih lanjut.
Aktinomisetes berpigmen telah ditemukan pada berbagai lingkungan hidup,
salah satunya adalah lahan mangrove. Lahan mangrove merupakan wilayah yang
unik karena terletak di perbatasan antara darat dan laut serta dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Penelitian sebelumnya oleh Asnani & Ryandini (2011), telah berhasil
mengisolasi sebanyak 22aktinomisetes dari kawasan mangrove Segara Anakan

Cilacap. Beberapa diantaranya, termasuk isolat K-4B dan U3-3B diduga memiliki
kemampuan menghasilkan pigmen alami.Oleh karena itu, dilakukan penelitian
lanjutan mengenai potensi produksi pigmen dari kedua isolat aktinomisetes tersebut.
Masalah yang timbul dalam produksi pigmen aktinomisetes adalah adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses produksi. Menurut Joshi et
al.

(2003),produksi

pigmen

oleh

mikroorganisme,

termasuk

aktinomisetes

dipengaruhi oleh suhu, tingkat keasaman, sumber karbon, sumber nitrogen, tipe

fermentasi, dan mineral. Beberapa faktor tersebut dapat dilihat pengaruhnya pada
medium pertumbuhan. Produksi pigmen aktinomisetes dapat mengalami peningkatan
produksi atau bahkan penurunan drastis pada kondisi nutrisi yang berbeda, sehingga
sangat penting untuk mengetahui medium pertumbuhan yang memberikan kondisi
optimum bagi aktinomisetes tertentu untuk produksi pigmen.
Melalui beberapa laporan hasil penelitian sebelumnya, dapat diketahui bahwa
setiap jenis aktinomisetes memiliki kemampuan tumbuh berbeda di setiap medium.
Penelitian ini menguji produksi pigmen aktinomisetes isolat K-4B dan U3-3B pada 3
medium pertumbuhan, yaitu Starch Casein Nitrate, Yeast Extract Malt Extract
(YEME), dan Oatmeal Broth. Dasar pemilihan ketiga medium tersebut, selain karena
telah ada laporan mengenai produksi pigmen pada medium SCN, YEME dan
Oatmeal, adalah ketiga medium tersebut memiliki sumber karbon dan sumber

bio.unsoed.ac.id

nitrogen, serta nutrisi lain yang berbeda.

Sumber karbon pada medium SCN berasal dari starch, sedangkan casein
berfungsi sebagai sumber nitrogen. Medium YEME dengan komposisi yeast
extractsebagai sumber nitrogen, vitamin, dan asam amino. Sedangkan sumber karbon

pada medium ini berasal dari glukosa danmalt extract. Medium Oatmeal memiliki
komposisi yang sederhana hanya terdiri dari oatmeal komersial yang berfungsi
sebagai sumber karbon dan yeast extract sebagai sumber nitrogen.
4

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan yang
perlu dikaji lebih mendalam adalah : Genus aktinomisetes apakah yang berpotensi
memproduksi pigmen alami,medium apakah yang paling baik untuk pertumbuhan
dan produksi pigmen aktinomisetes dan berapakah

maks

dari pigmen yang dihasilkan

aktinomisetes tersebut.
Tujuan dari penelitian adalah :
1. Mengetahui genus aktinomisetes asal tanah rawa Segara Anakan Cilacapyang
berpotensi sebagai sumber pigmen alami
2. Mengetahui medium yang paling baik untuk pertumbuhan dan produksi
pigmen aktinomisetes

3. Mengetahui

maks

pigmen alami yang dihasilkan oleh aktinomisetes tersebut

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah mengenai
genus aktinomisetes yang berpotensi sebagai sumber pigmen alami dan medium
yang cocok untuk produksi pigmen sehingga hasil pigmen yang diperoleh optimal,
serta karakteristik pigmen alami yang dihasilkan meliputi warna dan

bio.unsoed.ac.id

5

maks pigmen.