J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 TAHUN 1970
TENTANG
PEMBENTUKAN DAERAH PERDAGANGAN BEBAS DENGAN PELABUHAN
BEBAS SABANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang

: a.

bahwa semenjak Sabang dinyatakan sebagai Pelabuhan Bebas
berdasarkan Penetapan Presiden No. 10 tahun 1963 dan Peraturan
Presiden No. 22 tahun 1964, pelabuhan tersebut telah dapat
berkembang sebagai sarana ekonomi yang menunjang kegiatan

ekonomi nasional, terutama bagi ekonomi daerah;

b.

bahwa dalam peningkatan pembangunan ekonomi nasional pada
umumnya, kegiatan-kegiatan perdagangan, pelajaran dan industri
regional khususnya, kepulauan Weh dengan Pelabuhan Bebas
Sabang dari segi geografis dan strategic dalam lalu-lintas
perdagangan internasional dapat diusahakan dan diselenggarakan
sebagai Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas
Sabang;

c.

bahwa dalam rangkaian melakukan fungsi tersebut diatas, kegiatankegiatan yang.biasanya dilakukan diluar negeri khususnya di
Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas lebih baik
dilakukan di dalam negeri antara lain di Sabang;

d.


bahwa pembentukan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan
Bebas Sabang akan lebih memanfaatkan dan merupakan daya
penarik bagi penanaman modal nasional dan asing :

e. bahwa ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2e.

bahwa syarat-syarat bagi penunjukkan Daerah Perdagangan Bebas
dengan Pelabuhan Bebas Sabang, seperti tersebut dalam pasal 14
ayat (3) Undang-undang No. 3 tahun 1970 tentang Ketentuanketentuan Pokok Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
telah dipenuhi;

f.

bahwa maksud dan tujuan ketentuan-ketentuan Penetapan Presiden
No. 10 tahun 1963 dan Peraturan Presiden No. 22 tahun 1964 pada
azasnya dapat dianggap sebagai penunjukkan oleh Presiden

sebagaimana dimaksud oleh pasal 14 ayat (1) Undang-undang No.
3 tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Daerah
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas;

g.

bahwa berdasarkan pasal 14 ayat (1) Undang-undang No. 3 tahun
1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Daerah Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas perlu menetapkan pembentukan
Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang
dengan Undang-undang;

Mengingat

: 1.

Undang-undang Dasar 1945 pasal 5 ayat (1), pasal 20 ayat (1),
pasal 21 ayat (1), pasal 23 dan pasal 33;

2.


Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.
XXIII/MPRS/1966 ;

3.

Undang-undang No. 18 tahun 1965 juncto Undang-undang No. 10
tahun 1965 juncto Undang-undang No. 6 tahun 1959;

4.

Undang-undang No. 5 tahun 1969,

5.

Undang-undang No. 3 tahun 1970.

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong;

MEMUTUSKAN :


Menetapkan

: Undang-undang tentang Pembentukan Daerah Perdagangan Bebas
dengan Pelabuhan Bebas Sabang.
BAB I ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3BAB I.
KETENTUAN-KETENTUAN PEMBENTUKAN.

Pasal 1.
(1)

a. Membentuk Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan
Bebas Sabang yang berpenduduk sebagai badan hukum publik,
didirikan untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun dan dapat
diperpanjang menurut kebutuhan.
b. Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang

termasuk seluruh Pelabuhan Bebas Sabang merupakan satu
kesatuan wilayah pembinaan.

(2)

Wilayah Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas
Sabang meliputi pulau Weh, pulau Klah, pulau Rubiah, pulau
Seulake, sedangkan batas-batas perairan daerah itu ialah:
a. garis lurus dari lampu suar pantai sebelah Utara ujung Lokme
keujung Seukoendo dan garis pantai Pulau Weh.
b. garis pantai tiap-tiap pulau lainnya.

(3)

Tempat-tempat pelabuhan bebas di daerah Perdagangan Bebas
dengan Pelabuhan Bebas Sabang adalah Pelabuhan Sabang menurut
batas-batas yang ditetapkan dan tempat-tempat yang kemudian
ditetapkan sebagai pelabuhan menurut peraturan yang berlaku.

Pasal 2.

(1)

Membentuk Badan Pengusahaan Daerah Perdagangan Bebas
dengan

Pelabuhan

Bebas

Sabang

dipimpin

oleh

seorang

Administrator yang melaksanakan pengusahaan daerah tersebut.
(2)


Badan Pengusahaan tersebut berkedudukan dikota Sabang.

Pasal 3.
Pembinaan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang
berada langsung dibawah Pemerintah Pusat.

Pasal 4 ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4Pasal 4.
(1)

Tempat-tempat kedudukan instalasi pertahanan yang ada dan yang
diperlukan kemudian di Daerah Perdagangan Bebas dengan
Pelabuhan Bebas Sabang merupakan enclave militer.

(2)

Mengenai letak, luas dan ketentuan-ketentuan lain mengenai

enclave militer ditetapkan oleh Menteri Pertahanan/Keamanan.

Pasal 5.
Administrator membentuk Badan Musyawarah Swasta untuk Daerah
Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang sesuai ketentuanketentuan tentang tugas susunan dan tata kerja yang diatur oleh Dewan
Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

BAB II
KETENTUAN-KETENTUAN TUGAS, WEWENANG,
USAHA DAN TATA KERJA.

Pasal 6.
Pengusahaan dan penyelenggaraan Daerah Perdagangan Bebas dengan
Pelabuhan Bebas Sabang diarahkan kepada pelaksanaan pasal 13
Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Daerah Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas dan terutama diarahkan kepada pembinaan
suatu pusat kegiatan perdagangan dan pengolahan barang-barang untuk
perdagangan international dan industri.

Pasal 7.

Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang sebagai
badan hukum publik yang diberi tugas tertentu dalam bidang
pemerintahan, tunduk kepada ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah
yang diundangkan berdasarkan pasal 5 ayat (2) dan pasal 10 ayat (2) dan
(4)

Undang-undang

tentang

Ketentuan-ketentuan

Pokok

Daerah

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
Pasal 8 ...

PRESIDEN

REPUBLIK INDONESIA
-5Pasal 8.
(1)

Didalam Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas
Sabang sebagai wilayah diluar peraturan-peraturan pabean dan
devisa peraturan-peraturan khusus dibidang industri, perdagangan,
pelajaran, keuangan/perbankan imigrasi, kesehatan dan lain-lain
ditetapkan oleh Pemerintah.

(2)

Pelaksanaan tata-kerja antara Pemerintah Daerah Kota Madya
Sabang dan Badan Pengusahaan Daerah Perdagangan Bebas
dengan Pelabuhan Bebas Sabang tidak mengurangi wewenang
pengawasan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Daerah Istimewa
Aceh terhadap Daerah Kota Madya Sabang.

Pasal 9.
(1)

Pembagian hasil dari pajak-pajak Negara dimaksud oleh pasal 19
ayat (1) Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, ditentukan oleh
Dewan.

(2)

Dengan Peraturan Pemerintah dapat dilimpahkan sumber-sumber
pendapatan Negara lainnya kepada Daerah Perdagangan Bebas
dengan Pelabuhan Bebas Sabang tanpa mengurangi pendapatan
Pemerintah Daerah.

Pasal 10.
Hal-hal mengenai struktur organisasi Badan Pengusahaan Daerah
Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang, tugas dan
wewenang Admistrator dan para Deputy dan Sekretariat, tata-laksana dan
tata-kepegawaian di atur oleh Dewan.

BAB III ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6BAB III.
KETENTUAN-KETENTUAN PERALIHAN.

Pasal 11.
Penyerahan segala urusan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan
Bebas Sabang kepada Badan Pengusahaan Daerah Perdagangan Bebas
dengan Pelabuhan Bebas Sabang diatur oleh Pemerintah cq. Dewan
Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Pasal 12.
Sambil menunggu keluarnya peraturan-peraturan pelaksanaan daripada
Undang-undang ini, segala peraturan dan keputusan-keputusan mengenai
Pelabuhan Bebas Sabang yang telah ada sebelumnya, tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan bunyi Undang-undang ini.

BAB IV
KETENTUAN-KETENTUAN PENUTUP.

Pasal 13
Didalam Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang
berlaku semua ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Undangundang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok, Daerah Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas.

Pasal 14
Hal-hal yang belum diatur dalam Undang-undang ini akan diatur
selanjutnya oleh Pemerintah cq. Dewan.

Pasal 15.
Undang-undang ini.disebut Undang-undang Daerah Perdagangan Bebas
dengan Pelabuhan Bebas Sabang, dan mulai berlaku pada hari
diundangkan.
Agar ...

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam LembagaNegara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 27 Maret 1970
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOEHARTO.
Jenderal TNI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Maret 1970.
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ALAMSJAH
Mayor Jenderal TNI

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1970
TENTANG
DAERAH PERDAGANGAN BEBAS DENGAN PELABUHAN
BEBAS SABANG.

A. PENJELASAN UMUM.

Dengan berlakunya Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Daerah Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas dapat diatur tentang daerah-daerah dan pelabuhan-pelabuhan di
Indonesia yang dapat diusahakan untuk melakukan fungsinya sebagai Daerah Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas dengan baik, untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi
dan pembangunan nasional, mensukseskan Pembangunan Lima Tahun.
Tersedianya fasilitas Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dapat mendorong
kegiatan lalu-lintas perdagangan internasional yang mendatangkan devisa bagi negara serta
dapat memberi pengaruh besar dalam memajukan kegiatan ekonomi dalam negeri, seperti
membuka lapangan usaha dan kesempatan kerja, yang berarti pula membantu usaha
mengembangkan perekonomian nasional.
Dari segi geografis dan strategis dalam lalu-lintas perdagangan internasional Indonesia,
kepulauan Weh dan Pelabuhan Bebas Sabang memenuhi persyaratan untuk diusahakan
sebagai Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas menurut ketentuan-ketentuan
Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Daerah Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas.
Kegiatan-kegiatan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang pertama-tama
harus diarahkan kepada usaha-usaha agar Daerah tersebut mendapat bagian yang makin besar
dari Perdagangan transhipment internasional serta berhasil dalam fungsinya sebagai "tempat
pemasukan"/"inlet" dari barang-barang impor untuk Daerah belakangnya.
Usaha-usaha lainnya ialah dikembangkannya manufacturing industries dan industri lainnya.
Sesuai dengan Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Daerah Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, maka penentuan suatu Daerah Perdagangan Bebas mensyaratkan
adanya suatu pelabuhan yang untuk seluruhnya atau sebagian termasuk dalam Daerah
Perdagangan Bebas itu dan merupakan satu kesatuan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9Dengan demikian Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang adalah
inklusif pelabuhan yang ada atau yang ditetapkan kemudian oleh Pemerintah.
Berhubung Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang adalah daerah yang
berpenduduk dan yang wilayahnya menyamai wilayah Kotamadya Sabang maka sehubungan
dengan tugas dan wewenang Pemerintah Daerah itu perlu diadakan pengaturan tata-kerja lebih
lanjut.
Peraturan-peraturan yang terlebih dahulu dikeluarkan untuk menyelenggarakan dan
mengusahakan Pelabuhan Bebas Sabang diatur dalam Bab tentang ketentuan-ketentuan
peralihan Undang-undang ini.

B. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL.

Pasal 1.
Pasal ini menetapkan pembentukan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan
Bebas kedudukan hukumnya dan luas wilayahnya. Wilayah ini menyamai Wilayah
Kotamadya Sabang menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1965, kecuali Pulau
Rondo.
Mengenai batas-batas perairannya diambil perairan yang termasuk batas-batas bandar
(reedegrenzen) pelabuhan laut Sabang yang telah ada.
Bila di kemudian hari akan ditetapkan pelabuhan lain di dalam Daerah Perdagangan
Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang, maka dapat dilakukan berdasarkan peraturan
yang berlaku.

Pasal 2.
Cukup jelas.

Pasal 3.
Cukup jelas.

Pasal 4.
Cukup jelas.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 Pasal 5.
Cukup jelas.

Pasal 6.
Vide Penjelasan Umum.

Pasal 7.
Di samping tugas pokoknya Badan Pengusahaan menunjang Pemerintah Daerah untuk
membangun Daerahnya, karena kemajuan Daerah itu tidak hanya berguna bagi Daerah
otonom itu akan tetapi juga untuk Daerah Perdagangan Bebas sendiri.
Sifat dan cara menunjang disesuaikan dengan perkembangan Daerah Perdagangan
Bebas.

Pasal 8.
(1) Sesuai pasal 1 Undang-undang Ketentuan-ketentuan Pokok tentang Daerah
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas serta penjelasan pasal 1 tersebut maka
peraturan-peraturan khusus tersebut tergantung dari materinya diatur oleh
Pemerintah atau Menteri/Instansi yang bersangkutan untuk bidang tugasnya.
(2) Dengan tata-kerja dimaksudkan kerja-sama antara kedua instansi tersebut;
wewenang Gubernur Kepala Daerah terhadap Daerah Swatantra bawahannya tetap
ada.

Pasal 9.
Sumber-sumber pendapatan Negara yang dapat dilimpahkan kepada Daerah
Perdagangan Bebas, adalah sumber-sumber pendapatan yang tidak bersifat pajak, lagi
pula pelimpahan itu tidak boleh mengurangi pendapatan pemerintah Daerah.

Pasal 10.
Cukup jelas.

Pasal 11.
Pelaksanaan dari pasal ini diatur oleh Pemerintah selambat-lambatnya enam bulan
setelah berlakunya Undang-undang ini.

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 Komando Pelaksanaan Pembangunan Proyek Pelabuhan Bebas Sabang (K.P4.B.S,)
dibubarkan dengan penyerahan tersebut.

Pasal 12.
Menjelaskan tentang berlakunya peraturan-peraturan mengenai Pelabuhan Bebas
Sabang selama masa peralihan untuk menghindarkan adanya vacuum.

Pasal 13.
Cukup jelas.

Pasal 14.
Cukup jelas.

Pasal 15.
Pelaksanaan dari pasal ini diatur dengan Peraturan Pemerintah selambat-lambatnya
enam bulan setelah berlakunya Undang-undang ini.

Kutipan:

LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA
TAHUN 1970 YANG TELAH DICETAK ULANG