AGRIBISNIS PADI : TINJAUAN KEARIFAN LOKAL DAN HUBUNGANNYA DENGAN IMPLEMENTASI PRINSIPPRINSIP EKONOMI SYARIAH DI KECAMATAN KEDUNGADEM KABUPATEN BOJONEGORO.

AGRIBISNIS PADI : TINJ AUAN KEARIFAN LOKAL DAN
HUBUNGANNYA DENGAN IMPLEMENTASI PRINSIPPRINSIP EKONOMI SYARIAH DI KECAMATAN
KEDUNGADEM KABUPATEN BOJ ONEGORO

SKRIPSI

Diajukan Oleh :
ZAENAL ARIPIN
NPM : 0924010012

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SUR ABAYA
2013
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

AGRIBISNIS PADI : TINJ AUAN KEARIFAN LOKAL DAN

HUBUNGANNYA DENGAN IMPLEMENTASI PRINSIPPRINSIP EKONOMI SYARIAH DI KECAMATAN
KEDUNGADEM KABUPATEN BOJ ONEGORO

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi : Agribisnis

Diajukan Oleh :
ZAENAL ARIPIN
NPM : 0924010012

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SUR ABAYA
2012


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PROPOSAL SKRIPSI
AGRIBISNIS PADI: TINJAUAN KEARIFAN LOKAL DAN HUBUNGANNYA
DENGAN IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP EKONOMI SYARIAH DI
KECAMATAN KEDUNGADEM KABUPATEN BOJONEGORO.
Disusun oleh :
ZAENAL ARIPIN
NPM: 0924010012
Telah Diuji dan Diterima
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 11 Oktober 2012

Tim Dosen Pembimbing :
1. Pembimbing Utama:

2. Pembimbing Pendamping:


Prof. Dr. Ir. H. SYARIF IMAM HIDAYAT, MM.

Ir. SRI WIDAYANTI, MP.

Mengetahui :
Ketua Program Studi
Agribisnis

Dr. Ir. EKO NURHADI, MS.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
AGRIBISNIS PADI: TINJAUAN KEARIFAN LOKAL DAN HUBUNGANNYA
DENGAN IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP EKONOMI SYARIAH DI
KECAMATAN KEDUNGADEM KABUPATEN BOJONEGORO
Disusun oleh:
ZAENAL ARIPIN
NPM: 0924010012

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada Tanggal 22 Januari 2013
Tim Pembimbing :
1. Pembimbing Utama :

Tim Penguji :
1. Ketua

Prof.Dr.Ir. SYARIF IMAM HIDAYAT, MM

Prof.Dr.Ir. SYARIF IMAM HIDAYAT, MM

2. Pembimbing Pendamping :

2. Sekretaris

Ir. SRI WIDAYANTI, MP


Dr. Ir. EKO NURHADI, MS
3. Anggota

Dr.Ir. ENDANG YEKTININGSIH, MP
Mengetahui :
Dekan
Fakultas Pertanian

Ketua Program Studi
Agribisnis

Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MS
NIP. 196202051987031005

Dr. Ir. EKO NURHADI, MS
NIP. 195702141987031001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


TELAH DIREVISI
TANGGAL: 24 Oktober 2012

Tim Dosen Penguji :
1. Ketua

2. Sekretaris

Prof. Dr. Ir. H. SYARIF IMAM HIDAYAT, MM.

3. Anggota

Dr. Ir. EKO NURHADI, MS.

4. Anggota

Ir. MUBAROKAH, MT.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Ir. SRI WIDAYANTI, MP.

5. Anggota

Dr. Ir. SUMARTONO, SU.

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian dengan judul Agribisnis Padi: Tinjauan
Kearifan Lokal dan Hubungannya dengan Implementasi Prinsip-prinsip
Ekonomi Syariah di Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.
Dalam hal ini penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan
kesuksesan tidak terlepas dari sang khaliq dan juga tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : Prof. Dr. Ir .H. Syarif Imam Hidayat, MM selaku dosen
pembimbing utama dan Ir. Sri Widayanti, MP selaku dosen pembimbing
pendamping yang telah banyak memberikan pengarahan, motivasi, masukan
serta meluangkan waktu dan tenaganya dengan penuh kesabaran dan

keikhlasan untuk membimbing penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr.Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS selaku ketua Jurusan Agribisnis, Fakultas PertanianUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Seluruh keluarga besarku terutama Orang tuaku, kakak-kakakku dan adikadikku yang telah banyak memberikan dukungan do’a, semangat dan kasih
sayang yang tak terhingga.
4. Sahabat-sahabatku serta teman-temanku Jurusan Agribisnis, serta semua
pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Namun demikian penulis menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun
penyajian proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu penulis harapkan kepada pembaca, kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan proposal penelitian
ini. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga proposal penelitian ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Surabaya, Oktober 2012

Penulis

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................

i

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
I.


v

PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

6

A. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 6
B. Tinjauan Tentang Padi .................................................................... 8
1. Sejarah Tanaman Padi .............................................................. 8
2. Arti Penting dan Manfaat Padi Bagi Kehidupan Manusia ........

8


3. Syarat Tumbuh Tanaman Padi .................................................

9

4. Bercocok Tanam Padi ..............................................................

9

C. Tinjauan Tentang Kearifan Lokal ....................................................

11

1. Pengertian Kearifan Lokal .......................................................

11

2. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal .................................................

12

3. Kearifan Lokal Komunitas Petani .............................................

13

4. Pengertian Modal Sosial ..........................................................

15

5. Bentuk-bentuk Modal Sosial ....................................................

18

6. Modal Sosial dan Pembangunan Pertanian ............................. 19
7. Dimensi Modal Sosial dalam Kearifan Lokal ...........................

20

C. Sistem Perekonomian Syariah .......................................................

22

1. Pengertian Ekonomi Syariah ...................................................

22

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah ..............................................

24

3. Prinsip-prinsip Syariah di Bidang Pertanian ............................

32

III. KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................

35

A. Kerangka Pemikiran ......................................................................

35

IV. METODE PENELITIAN .....................................................................

38

A. Jenis Penelitian .............................................................................

38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................

39

C. Penentuan Informan .....................................................................

39

D. Pengumpulan Data .......................................................................

40

E. Definisi Operasional Variabel ........................................................

41

F. Analisis Data .................................................................................

44

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................

38

A. Gambaran Umum Kecamatan Kedungadem Kabupaten
Bojonegoro ....................................................................................

48

1. Letak Geografis Kecamatan Kedungadem ...........................

48

2. Kondisi Pertanian ...................................................................

50

3. Kependudukan .......................................................................

51

B. Identifikasi Bentuk-bentuk Kearifan Lokal dan Implementasi
Prinsip Ekonomi Syariah dalam Kegiatan Agribisnis padi ..........

54

1. Kerjasama Penggunaan Lahan dalam Kegiatan Agribisnis
Padi .......................................................................................

54

a. Sewa lahan Pertanian .....................................................

54

b. Sistem Bagi Hasil “Paron” ...............................................

58

c. Gadai Tanah ....................................................................

60

2. Persemaian Benih dalam kegiatan Agribisnis padi ...............

62

3. Persiapan dan Pengolahan Lahan dalam Kegiatan Agribisnis
Padi ........................................................................................ 65
4. Penanaman Padi dalam Kegiatan Agribisnis Padi ................

69

5. Panen Padi ............................................................................

79

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Pasca Panen padi ..................................................................

90

C. Analisis Pengembangan dan Upaya Revitalisasi kearifan Lokal
Sebagai Modal Sosial yang Berbasis Prinsip Ekonomi Syariah
dalam Kegiatan Agribisnis Padi Menurut Persepsi Petani ..........

92

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

46

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Zaenal Aripin. 0924010012. Agribisnis Padi: Tinjauan Kearifan Lokal dan
Hubungannya dengan Implementasi Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah di
Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Dosen Pembimbing:
Prof.Dr.Ir.H. Syarif Imam Hidayat MM. Dan Ir. Sri Widayanti, MP
ABSTRAK
Indonesia sebagai salah satu negara agraris sebagian besar penduduknya
banyak yang menyandarkan kebutuhan hidupnya dari hasil pertanian. Sektor
pertanian memmiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam
pembangunan nasional dan regional.Padi di Indonesia merupakan komoditas
yang memiliki nilai strategis dengan dimensi yang sangat luas dan kompleks,
padi memiliki tingkat sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang
tinggi. Kearifan lokal merupakan internalisasi dari pengalaman hidup yang
panjang dan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat lokal dengan normanorma sosialnya. Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian tanaman
pangan, kearifan lokal dapat dijadikan pendamping dari ilmu-ilmu serta teknologi
modern. Keberadaan kearifan lokal saat ini sudah mulai luntur bahkan
menghilang dari kehidupan masyarakat pedesaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kearifan
lokal dalam kegiatan agribisnis padi, menganalisis kearifan lokal sebagai modal
sosial masyarakat dalam kaitannya dengan implementasi prinsip ekonomi
syariah, dan menganalisis pengembangan dan upaya revitalisasi kearifan lokal
masyarakat sebagai modal sosial yang berbasis perinsip ekonomi syariah dalam
kegiatan agribisnis padi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif kualitatif dan sign Test (uji tanda). Metode penentuan sampel yang
digunakan adalah non random sampling (purposive sampling). Pengumpulan
data melalui data primer dan data sekunder.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah bentuk – bentuk kearifan lokal yang
ada di Kecamatan Kedungadem dikaitkan dengan implementasi prinsip ekonomi
syariah yaitu sebagai berikut: Sewa sesuai dengan ijarah. Paron sesuai dengan
Muzara’ah, Mukhabarah dan Musyarakah. Gadai sesuai dengan Ar-rahn,
sedangkan prinsip ekonomi syariah pada penggunaan benih sendiri,
meminjamkan tanah untuk penebaran benih secara cuma-cuma, selametan kawit
ngluku, kawit tandur, keleman dan wiwitan, tandur gilir, meminjam pupuk tanpa
adanya bunga, bagi hasil panen yaitu bawon, luku kerbau, garu kerbau, soyo
daud, penggunaan alat ani-ani, mesin perontok gebyok sesuai dengan ta’awwun,
sodaqah, mujahadah, tidak adanya riba, tidak zhulm, muamalah dan muzara’ah.
Pengeringan padi, proses penyimpanan setelah kering dan penjualan sesuai
dengan prinsip tolong menolong, tidak berlaku boros, dan lebih mengutamakan
kebutuhan dari pada keinginan. Sehingga perlu adanya pengembangan dan
upaya revitalisasi kearifan lokal sebagai modal sosial yang berbasis prinsip
ekonomi syariah dalam kegiatan agribisnis padi di Kecamatan Kedungadem
Kabupaten Bojonegoro guna mewujudkan pembangunan pertanian yang maju
dan mandiri agar masyarakat petani lebih sejahtera baik didunia maupun
diakhirat kelak.
Kata Kunci : Agribisnis Padi, Kearifan Lokal, Prinsip Ekonomi Syariah.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Zaenal Aripin. 0924010012. Agribisnis Padi: Tinjauan Kearifan Lokal dan
Hubungannya dengan Implementasi Prinsip-prinsip Ekonomi Syariah di
Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Dosen Pembimbing:
Prof.Dr.Ir.H. Syarif Imam Hidayat MM. Dan Ir. Sri Widayanti, MP

ABSTRACT

Indonesia as a predominantly agricultural country many are resting their
livelihoods from agriculture. Memmiliki agricultural sector played an important and
strategic role in national development and regional.Padi in Indonesia is a
commodity that has strategic value to the vast dimensions and complex, rice has
a sensitivity level of political, economic and social insecurity is high. Local
knowledge is the internalization of the experience of a long life and be a part of
the lifestyle of the local communities with social norms. In an effort to increase
the productivity of food crops, local wisdom to the associates of science and
modern technology. The existence of local wisdom is starting to fade and even
disappear from the lives of rural people.
The purpose of this study was to identify the forms of local wisdom in rice
agribusiness activities, analyzing local knowledge as social capital in relation to
the implementation of Islamic economic principles, and analyze the development
and revitalization of indigenous communities as social capital based on Islamic
economic perinsip in activities agribusiness rice.
The method used in this research is descriptive qualitative analysis method
and sign test. Sampling method used was non-random sampling (purposive
sampling). Data collection through primary and secondary data.
The results of this research is a form - the form of local knowledge in the
District Kedungadem associated with the implementation of the principles of
Islamic finance are as follows: according to the ijara rental. Paron accordance
with muzara'ah, Mukhabarah and Musyarakah. Pawn in accordance with Ar-rahn,
while Islamic economic principles on the use of its own seed, seeding the ground
to lend freely, selametan Kawit ngluku, Kawit tandur, keleman and wiwitan,
tandur cultivation, fertilizer borrow without interest, for the harvest is bawon,
buffalo plow, harrow buffalo, soyo daud, the use of ani-ani, thresher machines
gebyok accordance with ta'awwun, sodaqah, Mujahadah, no usury, no zhulm,
muamalah and muzara'ah. Rice drying process after dry storage and sale in
accordance with the principle of mutual help, do not apply wasteful, and more
emphasis needs than wants. So the need for the development and revitalization
of local knowledge as social capital based on the principles of Islamic finance in
paddy agribusiness activities in the District Kedungadem Bojonegoro agricultural
development in order to create a developed and independent society that is more
prosperous farmers both in the world and the Hereafter later.
Keywords: Agribusiness Rice, Local Wisdom, Principles of Islamic Economics.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia

sebagai

salah

satu

negara

agraris

sebagian

besar

penduduknya banyak yang menyandarkan kebutuhan hidupnya dari hasil
pertanian. Pertanian yang terbagi dalam sub sektor tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan memegang peranan penting
dalam memenuhi kebutuhan pangan disamping sebagai mata pencaharian
sebagian besar penduduk Indonesia. Sub sektor tanaman pangan harus
mendapatkan perhatian yang sangat besar karena sub sektor ini berfungsi
sebagai penyuplai bahan pangan bagi rakat. Oleh karena itu pembangunan
sektor pertanian merupakan syarat mutlak dalam pembangunan perekonomian
nasional.

Pembangunan

sektor pertanian bertujuan untuk mempertinggi

produksi, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan petani
serta kemakmuran di pedesaan dapat tercapai (Mubyarto, 2002).
Sektor pertanian memmiliki peranan yang cukup penting dan strategis
dalam pembangunan nasional dan regional. Peranan tersebut bukan hanya
terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang cukup besar
terhadap PDB dengan kontribusi dalam PDB 2011 sebesar 14,7 persen, menempati
posisi kedua setelah sektor industri pengolahan, kesempatan kerja, sumber

pendapatan dan perekonomian regional maupun nasional. Pertanian yang maju,
efisien

dan

tangguh

merupakan

bagian

dari

pembangunan

nasional.

Mewujudkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh diperlukan peranan
pemerintah, antara lain menciptakan iklim yang kondusif bagi potensi
masyarakat, memperkuat daya saing serta melindungi masyarakat tani dari
persaingan yang tidak seimbang (Anonim, 2003).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

Pertanian adalah salah satu wujud dari pembangunan nasional yang
merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya
pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
seluruhnya,

dengan

Pancasila

sebagai

dasar,

tujuan

serta

pedoman

pembangunan nasional. Pembangunan nasional pada dasarnya berorientasi
dengan kemajuan dalam segala aspek kehidupan yang terdapat dikehidupan
rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu cara untuk
mewujudkan

pembangunan

nasional

ialah

dengan

cara

memperkokoh

ketahanan pangan yaitu melalui sektor pertanian. Indonesia adalah negara
agraris yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Para
petani biasanya memiliki lahan berupa sawah ataupun ladang sebagai tempat
untuk mengolah berbagai macam tanaman yang menjadi bahan pokok seperti
padi, jagung dan sebagainya. Dalam penerapannya pengolahan sawah biasanya
terjadi semacam perjanjian tentang bagi hasil tanah pertanian antara pemilik
tanah dengan penggarap sebagai buruh tani (Iko, 2008).
Padi di Indonesia merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis
dengan dimensi yang sangat luas dan kompleks. Berbeda dengan komoditas
pertanian lainnya, padi di Indonesia memiliki tingkat sensitivitas politik, ekonomi
dan kerawanan sosial yang tinggi. oleh karena itu, tidak mengherankan jika
ketersediaan dan pemerataan distribusi beras serta keterjangkauan oleh daya
beli masyarakat sejak dulu sampai sekarang merupakan isu sentral yang
berpengaruh terhadap kebijaksanaan ekonomi nasional (Surono 2001 dalam
Tambunan, 2003). Pada era orde baru, Tahun 1960-an hingga awal 1990-an
Indonesia termasuk salah satu negara yang berhasil mengantar sektor pertanian,
terutama beras, dari jurang kekurangan menuju swasembada. Pemenuhan
kebutuhan sendiri ini berlangsung pada era 1980-an. Bahkan pada Tahun 1980
hingga Tahun 1985 Indonesia adalah net-eksportir beras ( Pramono, 2009).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Pengembangan teknologi dewasa ini telah mengakibatkan terjadinya
perubahan paradigma masyarakat dalam bidang kehidupan sosial ekonomi
termasuk dalam bidang pertanian. Ketergantungan terhadap ketersediaan hasil
teknologi cukup tinggi, hal ini tidak menjadi masalah apabila memang benarbenar memberi manfaat berkelanjutan kepada petani, namun apabila hasil
teknologi tersebut ternyata banyak memberikan mudharat kepada petani maka
akan menjadi masalah besar bagi penguatan ketahanan pangan dan sudah tentu
akan berimplikasi pada kualitas sumber daya manusia Indonesia. Akses inovasi
terhadap teknologi juga tidak semua petani dapat menikmati, oleh karena itu
pengembangan kearifan lokal, yang berasal dari masyarakat dan sudah ada
sejak lama dalam suatu komunitas masyarakat perlu dihidupkan kembali.
Dengan kearifan lokal, masyarakat dapat mengembangkan nilai-nilai budaya
setempat guna pelestarian lingkungan secara berkelanjutan (Patinduka, 2012).
Dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian tanaman pangan,
kearifan lokal ini dapat dijadikan pendamping dari ilmu-ilmu serta teknologi
modern. Kearifan lokal merupakan internalisasi dari pengalaman hidup yang
panjang dan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat lokal dengan normanorma sosialnya. Hal tersebut juga dapat menjadi penyaring modernisasi yang
dapat berdampak negatif bagi kehidupan sosial dan budaya masyarakat
setempat, maupun merusak alam lingkungan (Tupan. 2012).
Keberadaan kearifan lokal saat ini sudah mulai luntur bahkan menghilang
dari kehidupan masyarakat pedesaan apalagi dalam kaitannya dengan agribisnis
padi. Masyarakat petani sekarang lebih cenderung ke arah kapitalisme yang
semua diukur dengan uang sehingga nilai-nilai yang sudah mengakar dalam
kehidupan masyarakat sejak dulu sedikit demi sedikit mulai tergeser dengan
adanya budaya barat, padahal kearifan lokal sangat penting untuk dihidupkan
dan dikembangkan di era sekarang. Dengan adanya nilai-nilai kearifan lokal

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

diharapkan budaya yang sudah mengakar sejak dulu seperti gotong royong, dan
sebagainya dapat dikembangkan dan dihidupkan kembali agar dapat tercapai
masyarakat petani yang tangguh dan sejahtera.
Penelitian

mengenai

kearifan

lokal

dan

hubungannya

dengan

implementasi prinsip-prinsip ekonomi syariah relatif masih sedikit bahkan jarang,
oleh karena itu dengan meneliti kearifan lokal dan hubungannya dengan
implementasi prinsip-prinsip ekonomi syariah diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan dalam mengembangkan
pembangunan pertanian yang berbasis prinsip ekonomi syariah.
B. Perumusan Masalah Penelitian
1. Bagaimana

bentuk-bentuk

kearifan

lokal

sebagai

modal

sosial

masyarakat dalam kegiatan agribisnis padi di Kecamatan Kedungadem
Kabupaten Bojonegoro?
2. Bagaimana implementasi kearifan lokal sebagai modal sosial masyarakat
yang telah berkembang dikaitkan dengan prinsip ekonomi syariah dalam
kegiatan agribisnis padi?
3. Bagaimana kemungkinan pengembangan menghidupkan kembali nilainilai kearifan lokal sebagai modal sosial yang berbasis perinsip ekonomi
syariah untuk memajukan dan mengembangkan agribisnis padi?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kearifan lokal dalam kegiatan
agribisnis padi di Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.
2. Untuk menganalisis kearifan lokal sebagai modal sosial masyarakat
dalam kaitannya dengan implementasi prinsip ekonomi syariah dalam
kegiatan agribisnis padi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

3. Untuk menganalisis pengembangan dan upaya revitalisasi kearifan lokal
masyarakat sebagai modal sosial yang berbasis perinsip ekonomi syariah
dalam kegiatan agribisnis padi menurut persepsi petani padi.
D. Kegunaan Penelitian
1. Untuk memberikan gambaran pelaksanaan agribisnis padi yang sesuai
dengan implementasi prinsip-prinsip syariah.
2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengambil kebijakan
dalam mengatur dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam
pelaksanaan agribisnis padi yang sesuai dengan implementasi prinsipprinsip syariah.
3. Hasil

penelitian

ini

dapat

digunakan

sebagai

bahan

informasi

pengetahuan dan bahan perbandingan bagi yang berminat mempelajari
permasalahan yang sama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian

yang dilakukan

Roosgandha elizabeth (2001) berjudul

Revitalisasi Ketenagakerjaan dan Kesempatan Kerja Terkait Strategi dan
Kebijakan Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah Persepsi para buruh tani
terhadap ketenagakerjaan di sektor usahatani berkaitan erat dengan manfaat
yang diperoleh (tingkat upah, insentif) di samping mempererat hubungan sosial
(berdasarkan silaturahmi) di antara pemilik dan buruh tani, yang memberikan
jaminan kerja pada mereka dan keberlanjutan pekerjaan tersebut bagi mereka.
Penelitian yang dilakukan Budiman Setyo Haryanto (2010) berjudul
Kedudukan Gadai Syariah (Rahn) dalam Sistem Hukum Jaminan Indonesia.
Hasil dari penelitian ini adalah Konstruksi hubungan

hukum

Rahn

(Gadai

Syariah) identik (persamaan dalam unsur) dengan konstruksi hubungan
hukum gadai (pand) menurut KUH. Perdata, yaitu sebagai perjanjian ikutan
(accessoir) terhadap perjanjian pokok yang pada umumnya berupa perjanjian
peminjaman sejumlah uang, obyeknya berupa benda bergerak dan benda
tersebut harus dikeluarkan dari kekuasaan debitur (asas inbezit stelling), dan
memberikan hak kepada kreditur untuk mengambil pelunasan lebih dahulu
atas hasil eksekusi benda yang secara khusus diperikatkan.
Penelitian yang dilakukan Mulyati rahayu dan Mangasa H. siagian (2001)
berjudul Makna Tumbuhan dalam Ritual Sistem Pertanian Tradisional: Studi
Kasus Penanaman Padi di Desa Pasir Eurih Ciomas Bogor. Hasil dari penelitian
ini adalah upacara mitemeyan dan mipit merupakan salah satu upacara
tradisional yang berhubungan dengan kegiatan penanaman padi yang masih
dilakukan di Desa Pasir Eurih. Upacara tradisional ini mempunyai tujuan agar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

7

memperoleh hasil yang tinggi dan bibit yang baik.pemenfaatan jenis-jenis
tumbuhan dalam kebudayaan lokal ini memperlihatkan betapa eratnya hubungan
antara manusia, tumbuhan dan alam lingkungan sekitarnya.
Penelitian yang dilakukan Sri hery susilowati (2005) berjudul Gejala
Pergeseran Kelembagaan Upah pada Pertanian padi Sawah. Hasil dari
penelitian ini adalah perubahan sistem bawon ke sistem harian dan borongan
merupakan cara untuk mengurangi keterlibatan tenaga kerja panen. Dari sisi
petani, perubahan tersebut dipandang lebih menguntungkan
mengurangi biaya panen dan kehilangan hasil.

Namun

karena dapat

perubahan sistem

bawon ke sistem upah harian memberi peluang buruh tani untuk melakukan
tindakan tidak jujur menyangkut kualitas dan jam kerja. Strategi yang dilakukan
petani

untuk mengatasi hal tersebut adalah menjalin hubungan patron-client

dengan buruh langganan dan buruh tetap, serta menggunakan buruh yang
mempunyai hubungan famili yang sekaligus berfungsi sebagi pengawas.
Penelitian yang dilakukan Ahmad khoironi (2007) berjudul Tradisi Wiwitan
dalam Arus Modernisasi Pertanian. Studi atas Memudarnya Tradisi Wiwitan di
Desa Sendangrejo Tayu Pati dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah upacara wiwitan merupakan suatu upacara yang
dilakukan petani di Desa Sendangrejo dengan perlengkapan-perlengkapan dan
prosesi tertentu yang dimaksudkan untuk mewujudkan ‘harapan akan masa
depan’ (kesuksesan panen dan keselamatan), sekaligus sebagai rasa syukur
atas rezeki yang diberikan oleh Tuhan yang dilakukan sebelum memulai tanam
atau panen agar pekerjaan mereka dapat berjalan dengan lancar tanpa ada
gangguan apa pun. Upacara ini bisa dimaknai sebagai ritus peralihan (rites de
passage), upacara wiwitan akhirnya memudar seiring proses modernisasi
pertanian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

B. Tinjauan Tentang Padi
1. Sejarah Tanaman Padi
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies,
tersebar di daerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika
dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua
Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan
jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund
berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan
antara Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada
mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim
ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil usahanya dengan cara
mengairi daerah yang curah hujannya kurang. Tanaman padi yang dapat
tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah Indica, sedangkan Japonica
banyak diusakan didaerah sub tropika.
2. Arti Penting dan Manfaat Padi Bagi Kehidupan Manusia
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun
padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak
dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain.
Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan
penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung
bahan yang mudah diubah menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga
makanan energi. Menurut Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan
oleh setiap orang dewasa adalah 1821 calori yang apabila disetarakan
dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

mengandung berbagai zat makanan antara lain: karbohidrat, protein, lemak,
serat kasar, abu dan vitamin. Disamping itu beras mengandung beberapa
unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain
sebagainya.
3. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan
banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per
bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang
dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman
padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan
lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah
yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan
lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.
4. Bercocok Tanam Padi
Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggitinginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan
subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama
dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang
diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan
tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan clan perkembangannya
tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.
Teknik

bercocok

tanam

yang

baik

sangat

diperlukan

untuk

mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen.
Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara
yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan
hama dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi.
1). Persemaian
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi.
Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya,
sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah,
oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar
harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
a. Penggunaan benih unggul
b. Persiapan lahan untuk persemaian
c. Pengolahan tanah calon persemaian
d. Penaburan benih
e. Pemeliharaan persemaian
2). Persiapan dan Pengolahan Tanah Sawah
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian
dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang
dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa
tahap:
a. Pembersihan
b. Pencangkulan
c. Pembajakan
d. Penggaruan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

3). Penanaman Padi
Dalam penanaman bibit padi, yang harus diperhatikan sebelumnya
adalah :
a. Persiapan lahan
b. Umur bibit
c. Tahap penanaman
4). Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman padi meliputi :
a. Penyulaman dan penyiangan
b. Pengairan dan
c. Pemupukan
5). Panen
C. Tinjauan Tentang Kearifan Lokal
1. Pengertian Kearifan Lokal
Menurut Ardhana (2005), kearifan lokal dapat diartikan sebagai
perilaku bijak yang selalu menggunakan akal budi, pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam suatu wilayah geografis
tertentu. Dalam kearifan lokal ada karya atau tindakan manusia yang sifatnya
bersejarah, yang masih diwarisi masyarakat setempat. Perilaku bijak ini
biasanya adalah tindakan, kebiasaan atau tradisi, dan cara-cara masyarakat
setempat yang menuntun untuk hidup tentram, damai dan sejahtera.
Sunaryo dan Laxman (2003), menjelaskan kearifan lokal merupakan
pengetahuan

lokal

yang

sudah

demikian

menyatu

dengan

sistem

kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan
mitos yang dianut dalam waktu yang cukup lama.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Menurut Keraf (2002), kearifan lokal atau kearifan tradisional yaitu
semua bentuk keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan
atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam
komunitas ekologis.
2. Bentuk-bentuk Kearifan Lokal
Memahami kearifan lokal dapat dilakukan melalui pendekatan
struktural, kultural dan fungsional (Ardhana, 2005). Menurut perspektif
sturktural, kearifan lokal dapat dipahami dari keunikan struktur sosial yang
berkembang dimasyarakat, yang dapat menjelaskan tentang institusi atau
organisasi sosial serta kelompok sosial yang ada.
Ardhana (2005), menjelaskan bahwa menurut perspektif kultural,
kearifan lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan dan
dipertahankan masyarakat yang menjadi pedoman hidup mereka, termasuk
mekanisme dan cara untuk bersikap, bertingkah laku dan bertindak yang
dituangkan dalam suatu tatanan sosial. Menurut perspektif fungsional,
kearifan lokal dapat dipahami bagaimana masyarakat menjalankan fungsifungsinya,

yaitu

fungsi

adaptasi,

integrasi,

pencapaian

tujuan

dan

pemeliharaan pola.
Terdapat lima dimensi kultur tentang kearifan lokal antara lain:
1. Pengetahuan lokal, yaitu informasi dan data tentang karakter keunikan
lokal serta pengetahuan dan pengalaman masyarakat untuk menghadapi
masalah serta solusinya. Pengetahuan lokal penting untuk diketahui
sebagai dimensi kearifan lokal sehingga diketahui derajat keunikan
pengetahuan yang dikuasai oleh masyarakat untuk menghasilkan inisiasi
lokal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2. Budaya lokal, yaitu yang berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan yang
telah terpola sebagai tradisi lokal yang meliputi sistem nilai, bahasa,
tradisi, dan teknologi.
3. Keterampilan lokal, yaitu keahlian dan kemampuan masyarakat setempat
untuk menerapkan dan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki.
4. Sumber lokal, yaitu sumber yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya dan melaksanakan fungsi-fungsi utamanya.
5. Proses sosial lokal, berkaitan dengan bagaimana suatu msyarakat
menjalankan fungsi-fungsinya sistem tindakan sosial yang dilakukan, tata
hubungan sosial serta kontrol sosial yang ada.
3. Kearifan Lokal Komunitas Petani
Kesadaran terhadap kearifan lokal marak setelah tumbangnya rezim
Orde Baru. Pada mulanya, segala kebijakan harus berawal dari kehendak
pemimpin dan mengenyampingkan kehendak masyarakat. Di penghujung
Orde Baru, diberlakukan program pemerintah untuk membuka pertanian
lahan gambut sejuta hektar dan mendatangkan transmigran ke Kalimantan
Tengah. Ternyata mega proyek yang menghabiskan biaya besar serta
membabat hutan secara luas tidak mendapatkan hasil memuaskan, bahkan
mengalami kegagalan. Inilah fenomena orientasi kepada otoritas negara dan
pasar yang telah melakukan konfigurasi ekonomi dan politik atas kenyataan
atau keabsahan kultural sehingga melemahkan posisi manusia dalam
berbagai bentuk (Abdullah, 2008).
Belajar dari pengalaman tersebut, diyakini peran serta masyarakat
dalam pembangunan menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan. Setelah
turunnya pemerintah Orde Baru, LSM-LSM Indonesia mendapat kesempatan
yang sangat luas untuk terlibat dalam berbagai aktivitas pembangunan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

masyarakat, dan pemerintah daerah memperoleh kesempatan untuk
merencanakan strategi pembangunan berdasarkan kebutuhan lokal dan
kemampuan yang dimiliki (Alhimsa, 2008).
Di tengah menguatnya keinginan untuk mengangkat pengetahuan
masyarakat setempat atau kearifan lokal, tentulah yang pertama kali
dilakukan adalah pemahaman tentang kearifan lokal itu sendiri. Menurut
Wahyu yang menitik beratkan bahwa kelebihan kearifan lokal diperoleh dari
hasil uji coba yang terus-menerus dan bersifat lokal. Kelebihannya terletak
pada sifatnya yang lentur dan tahan dalam beradaptasi dengan perubahan
lingkungan, sehingga dalam pemanfaatannya, sumberdaya alam dan
lingkungan dapat berkelanjutan. Pengetahuan lokal juga lebih mengarah
pada penyesuaian terhadap sistem ekologi, sehingga dapat menjaga
keberlanjutan sistem ekologi tersebut.
Pendapat

lain,

menurut

Ahimsa-Putra,

kearifan

lokal

dapat

didefinisikan sebagai perangkat pengetahuan dan praktek-praktek baik yang
berasal dari generasi-generasi sebelumnya maupun dari pengalaman
berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat lainnya milik suatu
komunitas di suatu tempat, yang digunakan untuk menyelesaikan secara baik
dan benar berbagai persoalan dan/atau kesulitan yang dihadapi.
Ada dua poin penting dalam kearifan lokal, yakni pengetahuan dan
praktek yang tidak lain adalah pola interaksi dan pola tindakan (Ahimsa,
2008). Pengetahuan dapat disamakan dengan knowledge yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti media massa ataupun cerita orang
lain sehingga mudah dilupakan, sedangkan pengalaman atau memory, relatif
permanen sifatnya, terutama karena ia berkaitan dengan pengalaman
langsung (direct experiences) dalam perjalanan hidup manusia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Jadi kearifan lokal penduduk adalah sistem pengetahuan penduduk
setempat didapatkan sebagai warisan dari generasi ke generasi dan
merupakan proses pengalaman hidup yang dijalani. Sistem pengetahuan itu
beroperasi dalam tataran kehidupan sehari-hari sebagai upaya dari individu
maupun kolektif untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
4. Pengertian Modal Sosial
Modal sosial (social capital) dapat didefinisikan sebagai kemampuan
masyarakat untuk bekerja bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama,
di dalam berbagai kelompok dan organisasi (Coleman, 1999). Secara lebih
komperehensif Burt (1992) mendefinsikan, modal sosial adalah kemampuan
masyarakat untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain dan
selanjutnya menjadi kekuatan yang sangat penting bukan hanya bagi
kehidupan ekonomi akan tetapi juga setiap aspek eksistensi sosial yang lain.
Menurut Cohen dan Prusak L. (2001), modal sosial adalah setiap
hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling
pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared value)
yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi
bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Senada dengan Cohen
dan Prusak L., Hasbullah (2006) menjelaskan, modal sosial sebagai segala
sesuatu hal yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau
bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilainilai dan norma yang menjadi unsurunsur utamanya sepetri trust (rasa saling
mempercayai),

keimbal-balikan,

aturan-aturan

kolektif

dalam

modal

sosial

suatu

masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.
Fukuyama

(1995)

mengatakan

bahwa

adalah

kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan (trust) dalam sebuah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

komunitas. Suharto (2007) mengartikan modal sosial sebagai sumber
(resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam
komunitas. Pengukuran modal sosial sering dilakukan melalui hasil interaksi
tersebut, seperti terpeliharanya kepercayaan antar warga masyarakat.
Interaksi dapat terjadi dalam skala individual maupun institusional. Dalam
skala individual interaksi terjadi pada relasi intim antara individu yang
menghasilkan ikatan emosional. Dalam skala institusional, interaksi terjadi
pada saat beberapa organisasi memiliki kesamaan visi dan tujuan.
Modal sosial adalah konsep yang muncul dari hasil interaksi di dalam
masyarakat dengan proses yang lama. Meskipun interaksi terjadi karena
berbagai alasan, orang-orang berinteraksi, berkomunikasi, dan kemudian
menjalin kerjasama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan untuk berbagi
cara untuk mencapai tujuan bersama yang tidak jarang berbeda dengan
tujuan dirinya sendiri. Keadaan ini terutama terjadi pada interaksi yang
berlangsung relative lama. Interaksi semacam ini melahirkan modal sosial;
berupa ikatan-ikatan emosional yang menyatukan orang untuk mencapai
tujuan bersama, yang kemudian menumbuhkan kepercayaan dan keamanan
yang tercipta dari adanya relasi yang relative panjang.
Modal sosial akan tumbuh dan berkembang kalau digunakan bersama
dan akan mengalami kepunahan kalau tidak dilembagakan secara bersama,
oleh karena itu, pewarisan nilai modal sosial dilakukan melalui proses
adaptasi, pembelajaran, serta pengalaman dalam praktek nyata (bukan
pewarisan genetik)
Unsur-unsur modal sosial, menuruta Blakeley dan Suggate (1977),
dalam Suharto (2007) menyatakan bahwa unsur-unsur modal sosial adalah :
a. Kepercayaan: Tumbuhnya sikap saling percaya antar individu dan antar

institusi dalam masyarakat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

b. Kohesifitas: Adanya hubungan yang erat dan padu dalam membangun

solidaritas masyarakat
c. Altruisme: Paham yang mendahulukan kepentingan orang lain. Perasaan

tidak egois dan tidak individualitik yang mengutamakan kepentingan
umum dan orang lain di atas kepentingan sendiri.
d. Gotong-royong: Sikap empati dan perilaku yang mau menolong orang lain

dan bahu membahu dalam melakukan berbagai upaya untuk kepentingan
bersama
e. Jaringan, dan kolaborasi social: Membangun hubungan dan kerjasama

antar individu dan antar institusi baik di dalam komunitas sendiri/
kelompok maupun di luar komunitas/ kelompok dalam berbagai kegiatan
yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
Ridell, (1997) dalam Suharto (2007) menuliskan tiga parameter modal sosial:
a. Kepercayaan (trust): Harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat,

yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama
berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.
b. Norma-norma (norms):Norma terdiri pemahaman-pemahaman, nilai-nlai,

harapan-harapan, dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan
bersama oleh sekelompok orang.
c. Jaringan-jaringan (networks) :Merupakan infrastruktur dinamis yang

berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut
memfasilitasi

terjadinya

komunikasi

dan

interaksi,

memungkinkan

tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.
Jadi modal sosial adalah sumberdaya

yang muncul dari hasil

interaksi dalam suatu komunitas, baik antar individu maupun institusi yang
melahirkan ikatan emosional berupa kepercayaan, hubungan-hubungan
timbal balik, dan jaringan-jaringan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

membentuk struktur masyarakat dan menjadi perekat antar anggota
kelompok yang berguna untuk koordinasi dan kerjasama dalam mencapai
tujuan bersama.
5. Bentuk-bentuk Modal Sosial
Ada beberapa karakteristik yang perlu diketahui mengenai modal
sosial. Menurut Cox (1995), karakteristik modal sosial adalah dilahirkan dari
bawah (bottom-up), tidak hierarkhis, berdasar pada interaksi yang saling
menguntungkan, bukan merupakan produk dari inisiatif dan kebijakan
pemerintah dan dapat ditingkatkan atau dihancurkan oleh negara melalui
kebijakan public.
Menurut Suharto (2005), beberapa betuk modal sosial yang penting adalah :
a. Kemampuan dan bakat-bakat individual (individual talents)
b. Seluruh pengetahuan masyarakat (accumulated knowledges of societies)
c. Interaksi dan hubungan dalam masyarakat (society interactions)
d. Organisasi dan jaringan sosial (organization)
e. Budaya masyarakat (culture).

Modal sosial mencakup institutions, relationships, attitudes dan
values yang mengarahkan dan menggerakkan interaksi-interaksi antar orang
dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan pertanian. Modal sosial
berlangsung melalui berbagai bentuk, antara lain melalui aliran informasi
(contohnya adalah pembelajaran kelahlian kerja, pertukaran ide di kelompok,
dan sebagainya), norma hubungan timbal balik atau kerjasama mutual
(menghubungkan masyarakat sejenis yang berlangsung terus menerus),
tindakan kolektif, dan solidaritas yang didukung hubungan sosial. Bentukbentuk modal sosial tersebut diwujudkan dalam bentuk kesedian mereka
bekerjasama, saling membantu, dan saling membangun pengertian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

6. Modal Sosial dan Pembangunan Pertanian
Hasbullah (2006) menuliskan bahwa memasukkan modal sosial
sebagai salah satu komponen pembangunan tidaklah mudah. Di masingmasing daerah atau negara, spektrum modal sosial tersebut dengan
berbagai dimensinya, bervariasi tergantung pada sejarah kebudayaan
wilayah atau daerah tersebut. Serta struktur sosial dan peradaban yang
telah terbentuk cukup lama sesuai dengan lingkungannya. Hubungan yang
terbentuk antara kultur dan isntitusi, bagaimanapun memiliki jalinan yang
sangat kompleks. Namun keberadaan institusi dan lembaga dalam
masyarakat tidak dapat terbangun denga kuat tanpa modal sosial, demikian
juga sebaliknya, modal sosial pun tidak dapat eksis tanpa institusi yang
menopangnya.
Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi akan membuka
kemungkinan menyelesaikan kompleksitas persoalan dengan lebih mudah.
Dengan saling percaya, toleransi, dan kerjasama mereka dapat membangun
jaringan baik di dalam kelompok masyarakatnya maupun dengan kelompok
masyarakat lainnya.
Pada masyarakat tradisional, telah diketahui memiliki asosiasiasosiasi informal yang umumnya kuat dan memiliki nilai-nilai, norma, dan
etika kolektif sebagai sebuah komunitas yang saling berhubungan. Hal ini
merupakan modal sosial yang dapat mendorong munculnya organisasiorganisasi modern dengan prinsip keterbukaan, dan jaringan-jaringan
informal dalam masyarakat yang secara mandiri dapat mengembangkan
pengetahuan dan wawasan dengan tujuan peningkatan kesejahteraan dan
kualitas hidup bersama dalam kerangka pembangunan masyarakat.
Berkembangnya

modal

sosial

di

tengah

masyarakat

akan

men