PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN METAKOGNITIF MELALUI MODEL RECIPROCAL LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNINGDITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA.

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 86-92)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN
METAKOGNITIF MELALUI MODEL RECIPROCAL LEARNING
DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS MAHASISWA
Afandi1), Sugiyarto2), Widha Sunarno2)
1) Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Tanjungpura, Pontianak
2) Program Studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Email: pandibio@yahoo.co.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan metakognitif model Reciprocal Learning
(RL) dan Problem Based Learning (PBL), kemandirian belajar dan kemampuan berpikir kritis serta interaksinya
terhadap prestasi belajar mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental faktorial 2x2x2 dengan
subjek penelitian seluruh mahasiswa P.MIPA yang mengambil mata kuliah Biologi Umum tahun ajaran
2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan: (1) pembelajaran dengan pendekatan metakognitif model PBL secara
signifikan lebih baik dibandingkan model RL terhadap prestasi belajar mahasiswa; (2) kemandirian belajar tinggi
secara signifikan lebih baik dibandingkan kemandirian belajar rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa; (3)

kemampuan berpikir kritis tinggi secara signifikan lebih baik dibandingkan kemampuan berpikir kritis tinggi
terhadap prestasi belajar mahasiswa; (4) interaksi antara model pembelajaran dengan kemandirian belajar secara
signifikan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa; (5) interaksi antara model pembelajaran dengan
kemampuan berpikir kritis belajar secara signifikan mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa; (6) tidak terdapat
interaksi antara kemandirian belajar dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar mahasiswa; (7)
tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemandirian belajar dan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Kata kunci : Metakognitif, PBL, RL, Kemandirian Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis

Pendahuluan
Sains memiliki peranan penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
saat ini. Pembelajaran sains di berbagai jenjang
pendidikan termasuk perguruan tinggi seharusnya
berpijak pada hakikat sains yakni produk, proses,
dan sikap ilmiah. Pelaksanaan pembelajaran sains
yang berpijak pada hakikat sains seharusnya
dapat menjadi pondasi bagi pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) ke depan.
Sayangnya,

peranan
tersebut
belum
sepenuhnya didukung oleh proses pembelajaran
sains yang semestinya. Sains masih sering
dianggap sebagai kendala bagi banyak peserta
didik maupun tenaga pengajar. Pembelajaran
sains di berbagai jenjang pendidikan hanya
dipandang sebagai kewajiban dalam menjalankan
kurikulum, kehilangan daya tariknya, dan lepas
relevansinya dengan dunia nyata yang
seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan
tersebut. Kondisi di atas juga diperburuk dengan
munculnya berbagai persepsi bahwa pelajaran
sains (termasuk biologi) merupakan pelajaran

yang sulit dan kompleks, membosankan, bersifat
hafalan, dan hanya siswa tertentu saja yang dapat
menguasainya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya

revitalisasi proses pembelajaran termasuk pada
proses pendidikan calon guru sains. Sharma
(1983)
mengemukakan
bahwa
“kualitas
pendidikan sains sangat bergantung pada kualitas
guru sains, bukan pada fasilitas dan material
semata”. Dengan adanya kenyataan tersebut,
tampaknya upaya peningkatan kualitas guru sains
(termasuk guru biologi) melalui pendidikan calon
guru perlu ditangani lebih serius lagi.
Pembelajaran yang berlangsung bagi calon
guru sains dalam pelaksanaannya tidak cukup
hanya membekali mereka dengan berbagai
pengetahuan, tetapi lebih dari itu diperlukan
adanya upaya nyata yang dilakukan secara
intensif untuk menumbuh kembangkan kesadaran
belajar, kemampuan dalam memecahkan
masalah, kecakapan berpikir tingkat tinggi, dan


86

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 86-92)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
kemampuan menerapkannya dalam situasi
masyarakat saat ini.
Kenyataan di lapangan menunjukan
menunjukan bahwa kegiatan perkuliahan bagi
calon guru yang berlangsung belum banyak
mencerminkan
pembelajaran
sains
yang
semestinya. Pelaksanaan perkuliahan yang terjadi
selama ini masih di dominasi dengan metode
ceramah, berorientasi pada buku teks, diktat dan
power point dosen, belum mengarah kepada
upaya pemecahan masalah dan kemampuan

berpikir tingkat tinggi, serta masih lemahnya
kesadaran belajar yang dimiliki oleh banyak
mahasiswa.
Hal ini berakibat pada rendahnya prestasi
belajar mahasiswa yang tercermin dari data nilai
akhir mahasiswa yang dihimpun pada mata
kuliah Biologi Umum tahun akademik 2010/2011
yakni sekitar 56 % dari 43 orang mahasiswa
memperoleh nilai B atau dibawah target
pencapaian prestasi yang diharapkan.
Berpijak dari permasalahan-permasalahan di
atas, maka implikasi terpenting dalam proses
pembelajaran sains (terutama biologi) adalah
mewujudkan suatu suatu bentuk pembelajaran
alternatif yang dirancang untuk meningkatkan
keterlibatan mahasiswa secara aktif dalam
menanamkan kesadaran kognisi mereka sendiri.
Upaya tersebut dapat diwujudkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran yang
sesuai yakni dengan pendekatan metakognitif.

Sehingga diharapkan proses perkuliahan akan
menitikberatkan kepada aktivitas belajar,
membantu dan membimbing mahasiswa jika ada
kesulitan serta membantu mahasiswa untuk
mengembangkan kesadaran metakognisinya.
Model pembelajaran yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model reciprocal learning
(RL) dan problem based learning (PBL).
Dipilihnya kedua model pembelajaran tersebut
karena landasan utamanya adalah adanya
kebebasan bagi peserta didik untuk dapat
menggembangkan cara berpikir mereka sendiri
dengan menggunakan strategi belajar tertentu
dengan tepat yang memudahkan mereka dalam
belajar dan memecahkan masalah belajar sesuai
dengan prinsip yang dimiliki oleh pendekatan
metakognitif.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak
semata-mata dipengaruhi oleh pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Berbagai faktor baik

internal maupun eksternal yang telah diteliti
meyakinkan bahwa bahwa kedua faktor tersebut

memberi kontribusi yang besar terhadap
perkembangan kognitif peserta didik, namun
berbagai faktor tersebut belum mendapat
perhatian dari banyak tenaga pengajar di kelas.
Salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar adalah
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
kritis. Menurut Zimmerman (1990) “kemandirian
belajar merupakan cara seseorang membangun
pikiran, perasaan, strategi, dan perilaku yang
diorientasikan ke arah pencapaian tujuan
belajar”. Sedangkan kemampuan berpikir kritis
digambarkan sebagai ”proses aktif yang
melibatkan peran yang dimainkan oleh
metakognisi (berpikir tentang pemikiran sendiri)”
(Fisher, 2010).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu

dilaksanakan penelitian dalam pembelajaran
biologi menggunakan pendekatan metakognitif
melalui model RL dan PBL ditinjau dari
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa. Adapun tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1)
pengaruh pendekatan Metakognitif melalui
model RL dan PBL terhadap prestasi belajar
mahasiswa; (2) pengaruh kemandirian belajar
kategori tinggi dan kemandirian belajar kategori
rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa; (3)
pengaruh kemampuan berpikir kritis mahasiswa
kategori tinggi dan kemampuan berpikir kritis
kategori rendah terhadap prestasi belajar
mahasiswa; (4) interaksi antara pendekatan
metakognitif melalui model RL dan PBL dengan
kemandirian belajar terhadap prestasi belajar
mahasiswa; (5) interaksi antara pendekatan
metakognitif melalui model RL dan PBL dengan
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi

belajar mahasiswa; (6). interaksi antara
kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar mahasiswa; (7)
interaksi antara pendekatan Metakognitif melalui
model RL dan PBL dengan kemandirian belajar
dan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar mahasiswa.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di FKIP
Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Desember 2011 – Januari
2012. Penelitian ini menggunakan metode

eksperimen. Kelompok eksperimen I diajar
87

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 86-92)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dengan model RL sedangkan kelompok

eksperimen II diajar dengan model PBL.

kritis mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 2,
Tabel 3 dan Tabel 4 di bawah ini.

Rancangan penelitian ini menggunakan
desain faktorial dengan rancangan penelitian
Anava tiga jalan 2 X 2 X 2. Variabel bebas
meliputi model RL dan PBL, variabel terikat
adalah prestasi belajar mahasiswa dan variabel
moderator meliputi kemandirian belajar dan
kemampuan berpikir kritis.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan tes untuk mengukur prestasi
belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis,
angket untuk mengukur kemandirian belajar dan
lembar observasi untuk mengukur prestasi belajar
afektif dan psikomotorik mahasiswa. Data
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
kritis diperoleh sebelum sampel diberikan

perlakuan, sedangkan data prestasi belajar
diperoleh setelah sampel diberikan perlakuan.
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
secara deskriptif kemudian dilanjutkan dengan
uji statistik Anava dan uji Scheffe jika terdapat
interaksi. Uji statistik dilakukan pada taraf
signifikansi 5%. Sebelum dilakukan analisis
statistik dilakukan uji prasyarat, yaitu uji
homogenitas dan uji normalitas terhadap data
yang diperoleh.

Tabel 2 Rata-Rata Prestasi Belajar Mahasiswa
Berdasarkan Model Pembelajaran
Model
Prestasi Belajar
Pembelajaran
Kognitif
Afektif
Psikom
otorik
PBL
70,68
24,88
20,45
RL
67,10
21,70
18,43
Tabel 3 Rata-Rata Prestasi Belajar Mahasiswa
Berdasarkan Kemandirian Belajar
Kemandirian
Prestasi Belajar
Belajar
Kognitif
Afektif
Psikomo
torik
Tinggi
71,46
23,23
19,46
Rendah
66,44
22,34
19,41
Tabel 3 Rata-Rata Prestasi Belajar Mahasiswa
Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan
Prestasi Belajar
Berpikir Kritis
Kognitif
Afektif
Psikom
otorik
Tinggi
71,18
24,51
20,72
Rendah
66,71
22,12
18,22
Catatan: Skor tertinggi Prestasi Belajar Kognitif : 100
Skor tertinggi Prestasi Belajar Afektif dan Psikomotorik: 60

Tabel 2 di atas menunjukan bahwa skor ratarata prestasi belajar kognitif, afektif, dan
psikomotorik
mahasiswa
yang
diajar
menggunakan pendekatan metakognitif model
PBL lebih baik dibandingkan model RL.
Selanjutnya, skor rata-rata prestasi belajar
kognitif dan afektif mahasiswa yang memiliki
kemandirian
belajar
tinggi
lebih
baik
dibandingkan
mahasiswa
yang
memiliki
kemandirian belajar rendah, namun relatif sama
untuk prestasi belajar psikomotorik (Tabel 3).
Sedangkan Tabel 4 menunjukan bahwa skor ratarata prestasi belajar kognitif, afektif, dan
psikomotorik
mahasiswa
yang
memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi lebih baik
dibandingkan
mahasiswa
yang
memiliki
kemampuan berpikir kritis rendah.
Data yang diperoleh tersebut kemudian
diolah menggunakan analisis statistik anava
2x2x2 dan dilanjutkan dengan uji Scheffe.
Rangkuman hasil uji statistik Anava disajikan
pada Tabel 4, Tabel 5 dan Tabel 6 di bawah ini.

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data penelitian ini diperoleh melalui tes
kemampuan berpikir kritis, angket kemandirian
belajar, dan tes prestasi belajar pada aspek
kognitif. Sedangkan data prestasi belajar pada
aspek afektif dan psikomotorik diperoleh
menggunakan lembar observasi mahasiswa.
Deskripsi data kemandirian belajar (KB),
kemampuan berpikir kritis (KBK) disajikan pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Deskripsi Data Kemandirian Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa
Kelas
KB
KBK
SD
SD
X
X
Eksperimen I
127,93
9,35
41,03
3,87
Eksperimen II
123,70
9,84
40,00
4,22
Catatan: Skor tertinggi KB : 160
Skor tertinggi KBK : 60

Tabel 4 Rangkuman Anava Prestasi Belajar Kognitif
No
Source
pKesimpulan
value
Uji
1.
Model Pembelajaran
0,045 Di tolak
2.
Kemandirian Belajar
0,000 Di tolak
3.
Kemampuan Berpikir Kritis
0,021 Ditolak
4.
Model*Kemandirian belajar 0,025 Ditolak
5.
Model*Kemampuan
0,030 Di tolak
Berpikir kritis
6.
Kemandirian
0,995 Diterima

Tabel 1 di atas, terlihat bahwa rata-rata
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
kritis mahasiswa pada kelas eksperimen I lebih
baik dibandingkan kelas eksperimen II.
Sedangkan deskripsi data prestasi belajar
mahasiswa berdasarkan model pembelajaran,
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir

88

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 86-92)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
7.

belajar*berpikir kritis
Model*kemandirian
belajar*berpikir kritis

0,821

pada materi metabolime. Pembelajaran dengan
pendekatan metakognitif model PBL secara
signifikan lebih baik dalam meningkatkan
prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotorik
mahasiswa dibandingkan dengan model RL.
Temuan ini dinilai sebagai suatu kewajaran
mengingat salah satu keunggulan yang dimiliki
model tersebut adalah adanya masalah
kontekstual yang sifatnya tidak terstruktur (illstructured) yang menjadikan model ini mampu
memberikan stimulus lebih bagi perkembangan
kognisi mahasiswa. Sedangkan pada pendekatan
metakognitif melalui model RL pembelajaran
hanya diawali dengan penyajian wacana dan
bahan bacaan untuk dipelajari. Temuan ini
semakin diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Sadia (2007) yang menggungkapkan bahwa
proses pembelajaran yang diawali dengan
penyajian masalah dan dilanjutkan dengan
analisis masalah dalam kelompok-kelompok
kecil sampai pada penemuan konsep, ataupun
prinsip untuk memecahkan masalah merupakan
wahana yang sangat baik dalam meningkatkan
prestasi belajar.
Lebih lanjut, Pierce & Jones (dalam Runi,
2005)
menggemukakan beberapa hal yang
menjadikan pembelajaran dengan pendekatan
metakognitif model PBL penting dalam
pembentukan sikap dan aktivitas belajar antara
lain: (1) keterlibatan dalam keseluruhan proses
pembelajaran; (2) investigasi yang mencakup
eksplorasi dan distribusi informasi (3)
performansi yaitu menyajikan temuan dan (4)
diskusi. Oleh karena itu, pembelajaran dengan
pendekatan metakognitif melalui model PBL
patut dipertimbangkan sebagai wahana untuk
meningkatkan sikap dan aktivitas belajar
mahasiswa.
b. Hipotesis Kedua
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa
terdapat pengaruh kemandirian belajar kategori
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif mahasiswa, namun tidak
pada prestasi belajar psikomotorik mahasiswa.
Prestasi belajar kognitif dan afektif mahasiswa
yang memiliki kemandirian belajar tinggi secara
signifikan lebih baik dibandingkan mahasiswa
yang memiliki kemandirian belajar rendah.
Mencermati hasil bahwa kemandirian
belajar sangat mempengaruhi prestasi belajar,
kenyataan dilapangan menunjukan bahwa
mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar
tinggi lebih rendah jumlahnya dibandingkan

Diterima

Tabel 5 Rangkuman Anava Prestasi Belajar Afektif
No
Source
pKesimpulan
value
Uji
1.
Model Pembelajaran
0,001
Ditolak
2.
Kemandirian Belajar
0,026
Ditolak
3.
Kemampuan Berpikir Kritis
0,040
Ditolak
4.
Model*Kemandirian belajar 0,031
Ditolak
5.
Model*Kemampuan
0,079
Diterima
Berpikir kritis
6.
Kemandirian
0,264
Diterima
belajar*berpikir kritis
7.
Model*kemandirian
0,155
Diterima
belajar*berpikir kritis
Tabel 6 Rangkuman Anava Prestasi Belajar Psikomotorik
No
Source
pKesimpulan
value
Uji
1.
Model Pembelajaran
0,001
Ditolak
2.
Kemandirian Belajar
0,026
Ditolak
3.
Kemampuan Berpikir Kritis
0,040
Ditolak
4.
Model*Kemandirian belajar 0,031
Ditolak
5.
Model*Kemampuan
0,079
Diterima
Berpikir kritis
6.
Kemandirian
0,264
Diterima
belajar*berpikir kritis
7.
Model*kemandirian
0,155
Diterima
belajar*berpikir kritis

Sedangkan rangkuman uji Scheffe dilakukan
pada hipotesis ke-4 dan hipotesis ke-5 yang
disajikan pada Tabel 7 dan tabel 8 berikut ini.
Tabel 7 Hasil Uji Scheffe Model Pembelajaran dengan
Kemandirian belajar
Interaksi
I-J

Interaksi
I-J

PBL_KBT

PBL_KBR
RL_KBT
RL_KBR
PBL_KBT
RL_KBT
RL_KBR

PBL_KBR

Prestasi Belajar
Kognitif
Afektif
Sig
Sig
0,279
0,890
*
0,744
0,003
*
0,172
0,004
0,279
0,890
*
0,895
0,044
0,509
0,649

Tabel 8 Hasil Uji Scheffe Model Pembelajaran dengan
Kemampuan Berpikir Kritis
Interaksi
I-J
PBL_KBKT

PBL_KBKR

Interaksi
I-J
PBL_KBKR
RL_KBKT
RL_KBKR
PBL_KBKT
RL_KBKT
RL_KBKR

Sig
0,346
0,629
*
0,007
0,251
0,975
0,478

a. Hipotesis Pertama
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa
terdapat pengaruh pendekatakan metakognitif
model RL dan PBL terhadap prestasi belajar
kognitif, afektif dan psikomotorik mahasiswa

89

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 86-92)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar
rendah. Hal ini menunjukan bahwa ditingkat
perguruan tinggi sekalipun, kemandirian belajar
memang perlu mendapat perhatian serius.
Menurut
Arixs
(2006)
rendahnya
kemandirian belajar disebabkan oleh banyak hal,
namun secara umum setidaknya terdapat 6
penyebab, yaitu: (1) sistem pembelajaran belum
membuat peserta didik diharuskan untuk banyak
membaca buku, mencari informasi atau
pengetahuan lebih dari apa yang diajarkan; (2)
banyaknya jenis hiburan, permainan (game) dan
tayangan TV yang mengalihkan perhatian peserta
didik; (3) banyaknya tempat hiburan untuk
menghabiskan waktu seperti taman rekreasi,
tempat karaoke, night club, mall, supermarket;
(4) budaya membaca yang belum terwariskan; (5)
Perhatian dari orangtua terhadap aktivitas anak
dan (6) sarana untuk memperoleh bacaan, seperti
perpustakaan atau taman bacaan masih minim.
c. Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa
terdapat pengaruh kemampuan berpikir kritis
kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik
mahasiswa pada materi metabolisme. Prestasi
belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik
mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar
tinggi secara signifikan lebih baik dibandingkan
mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar
rendah.
Sebagai salah satu dari aktivitas berpikir
tingkat tinggi, berpikir kritis memainkan peranan
penting dalam membangun kognisi seseorang
karena berpikir kritis sebagai bagian dari sebuah
proses aktif dimana seseorang memikirkan
berbagai hal secara mendalam, mengajukan
berbagai pertanyaan, menemukan informasi yang
relevan dari pada hanya menerima informasi
secara pasif. Oleh karena itu, seseorang yang
mempunyai kemampuan berfikir kritis apabila
mempunyai kesulitan dalam belajar akan berfikir
bagaimana menyelesaikan masalah tersebut
berdasar fakta yang terjadi. Sehingga suatu
kewajaran jika mahasiswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi dapat
menghasilkan prestasi belajar yang tinggi pula.
Besarnya pengaruh yang diberikan oleh
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar ternyata bertolak belakang dengan
kenyataan dilapangan bahwa kemampuan
berpikir kritis yang dimiliki mahasiswa masih
tergolong rendah yakni sekitar 51,25%.

Secara teoretik, hal ini berbeda dengan
pandangan Piaget. Semestinya, seseorang dengan
rentangan umur diatas 17 tahun sudah memiliki
kemampuan berpikir pada kualifikasi tinggi, jika
kelima faktor penentu perkembangan intelektual
siswa, yaitu: (1) kedewasaan; (2) pengalaman
fisik; (3) pengalaman logikal; (4) transmisi sosial
dan (5) pengaturan-diri berinteraksi dan
berkontribusi
secara
optimal
dalam
pengembangan intelektual anak. Tampaknya
teori Piaget tentang perkembangan intelektual
anak bahwa anak yang telah berusia 11 tahun ke
atas sudah mencapai periode operasi formal
kurang sesuai dengan kondisi mahasiswa di
Universitas Tanjungpura.
d. Hipotesis Keempat
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa
terdapat interaksi antara pendekatan metakognitif
melalui model RL dan PBL dengan kemandirian
belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan
afektif mahasiswa, namun tidak memberikan
interaksi terhadap prestasi belajar psikomotorik
mahasiswa.
Temuan tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fauzi (2011) yang
menyatakan bahwa adanya interaksi antara
pendekatan metakognitif (group dan klasikal)
dengan kemandirian belajar secara bersama-sama
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi belajar dan sikap ilmiah siswa. Adanya
interaksi tersebut dikarenakan karakteristik dari
pendekatan metakognitif yang dipadukan dengan
kedua model pembelajaran diatas menekankan
kepada penanaman kesadaran belajar kepada
mahasiswa untuk dapat merancang, memonitor,
serta mengontrol segala proses belajar yang
diperlukan sebagai bagian yang terintegrasi
dalam mewujudkan kemandirian belajar.
Perwujudan kemandirian belajar yang telah
dimiliki mahasiswa tersebut pada akhirnya akan
mendorong mereka untuk senantiasa berusaha
mencari informasi-informasi yang relevan guna
meningkatkan prestasi belajarnya.
Berbeda dengan temuan pada kedua aspek
diatas, pada aspek psikomotorik hasil penelitian
menunjukan tidak ditemukan interaksi antara
pendekatan metakognitif melalui model RL dan
PBL dengan dengan kemandirian belajar
mahasiswa. Namun, hal ini dinilai sebagai suatu
kewajaran karena jika ditinjau dari karakteristik
materi yang diajarkan maka pembelajaran yang
berlangsung cenderung akan didominasi oleh
proses kognitif. Sifat materi yang cenderung

90

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 86-92)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
abstrak dan kurangnya keterlibatan mahasiswa
dalam proses-proses penemuan seperti pada
kegiatan-kegiatan praktikum diduga memiliki
pengaruh yang besar terhadap tidak adanya
interaksi antara faktor-faktor tersebut.
e. Hipotesis Kelima
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa
terdapat interaksi antara pendekatan metakognitif
melalui model RL dan PBL dengan kemampuan
berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif
mahasiswa, namun tidak memberikan interaksi
terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotorik
mahasiswa.
Temuan tersebut sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa meningkatnya kemampuan
metakognitif berdampak pada peningkatan
kemampuan berpikir kritis karena metakognitif
sebagai suatu aspek dari berpikir kritis yang
mencakup kemampuan untuk mengembangkan
sebuah cara yang sistematik selama memecahkan
masalah dan mengevaluasi produktivitas dari
proses berpikir (Nindiasari, 2004).
Model PBL dan RL dengan segala sintaks
pembelajarannya
dinilai
mampu
untuk
menumbuhkembangkan kemampuan berpikir
kritis yang menjadikan kedua model ini efektif
untuk diterapkan guna meningkatkan prestasi
belajar mahasiswa. Perpaduan antara pendekatan
metakognitif dengan model PBL dan RL inilah
yang menjadikan interaksi tersebut semakin
besar.
f. Hipotesis Keenam
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa
tidak terdapat interaksi antara kemandirian
belajar dengan kemampuan berpikir kritis
terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan
psikomotorik mahasiswa.
Temuan tersebut dimungkinkan terjadi
mengingat pada dasarnya kemampuan berpikir
kritis berkaitan erat dengan tingkat kecerdasan
dan logika sedangkan kemandirian belajar
berkaitan erat dengan motivasi belajar. Seseorang
yang memiliki kemandirian belajar tinggi belum
tentu memiliki kemampuan berpikir kritis yang
tinggi, demikian pula sebaliknya seseorang yang
memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi belum
tentu memiliki kemandirian belajar yang tinggi
pula. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya
interaksi antara kemandirian belajar dan
kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi
belajar mahasiswa. Disamping itu, kemampuan
berpikir kritis dan kemandirian belajar sebagai
faktor internal dari dalam diri mahasiswa terikat

erat dengan proses kognitif. Prestasi belajar
psikomotorik yang sebagian besar berkaitan
dengan olah gerak tubuh dinilai kurang terkait
dengan kedua variabel tersebut.
Phan (2010) menjelaskan bahwa berpikir
kritis
sebagai
praktek
kognitif,
membantu dalam mengembangkan kemandirian
belajar seseorang namun tidak berkaitan dengan
pengaturan diri seseorang dan subproses yang
terlibat dalam pengaturan diri dan membantu
dalam pengembangan keterampilan berpikir
kritis. Aspek teoritis dari kedua kerangka tersebut
menunjukkan bahwa subproses terlibat dalam
pengaturan diri dan berpikir kritis berkaitan erat
dalam suatu sistem perubahan yang dinamis.
g. Hipotesis Ketujuh
Hasil pengujian statistik menunjukan bahwa
tidak terdapat interaksi antara pendekatan
metakognitif melalui model RL dan PBL dengan
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar kognitif, afektif
dan psikomotorik mahasiswa.
Seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa
pembelajaran inovatif memainkan peranan
penting dalam pencapaian tujuan belajar.
Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif
melalui model PBL dan RL sesungguhnya
diharapkan dapat menjadi sarana dalam mencapai
prestasi belajar mahasiswa yang optimal. Namun,
dalam penelitian ini hasil analisis menunjukan
bahwa tidak terdapat interaksi antara pendekatan
metakognitif melalui model PBL dan RL dengan
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
kritis terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Dari hipotesis satu, dua, tiga dapat di
simpulkan bahwa mahasiswa yang menerima
pembelajaran dengan pendekatan metakognitif
melalui model PBL memiliki prestasi belajar
biologi lebih baik daripada mahasiswa yang
diajar dengan pendekatan metakognitif melalui
model RL, mahasiswa yang mempunyai
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
tinggi akan mempunyai prestasi belajar yang
lebih baik dari pada mahasiswa yang mempunyai
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
kritis rendah. Hasil ini memberikan bukti bahwa
apapun model pembelajaran yang diterapkan,
mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar
dan kemampuan berpikir kritis tinggi akan
sensntiasa memiliki prestasi belajar yang lebih
baik daripada mahasiswa yang memiliki
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
rendah.

91

JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 1, No 2, 2012 (hal 86-92)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Faktor lain yang menyebabkan tidak adanya
interaksi
antara
model
pembelajaran,
kemandirian belajar dan kemampuan berpikir
kritis adalah banyaknya faktor baik dari luar
maupun dari dalam diri mahasiswa yang tidak
dapat dikontrol oleh peneliti yang diduga
memberikan pengaruh kuat bagi temuan tersebut.

kelas; (2) faktor kemandirian belajar dan
kemampuan berpikir kritis mahasiswa hendaknya
menjadi faktor yang patut dipertimbangkan
dalam merancang proses pembelajaran di kelas.

Daftar Pustaka
Arixs. 2006. Enam Penyebab Rendahnya Minat
Baca. Bandung: Gramedia Pustaka Utama

Penutup
Adapun kesimpulan penelitian ini antara lain
sebagai berikut: (1) prestasi belajar kognitif,
afektif, dan psikomotorik mahasiswa yang diajar
menggunakan pendekatan metakognitif melalui
model PBL lebih baik dibandingkan model RL;
(2) prestasi belajar kognitif dan afektif
mahasiswa yang memiliki kemandirian belajar
tinggi lebih baik dibandingkan mahasiswa yang
memiliki kemandirian belajar rendah; (3) prestasi
belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik
mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir
kritis tinggi lebih baik dibandingkan mahasiswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah;
(4)
pembelajaran
dengan
pendekatan
metakognitif model PBL dan RL secara bersamasama dengan kemandirian belajar mempengaruhi
secara signifikan prestasi belajar mahasiswa pada
aspek kognitif dan afektif mahasiswa; (5)
pembelajaran dengan pendekatan metakognitif
model PBL dan RL secara bersama-sama dengan
kemampuan berpikir kritis mempengaruhi secara
signifikan prestasi belajar mahasiswa pada aspek
kognitif mahasiswa; (6). secara bersama-sama
(interaksi) antara variabel kemandirian belajar
(tinggi dan rendah) dan variabel kemampuan
brpikir kritis (tinggi dan rendah) tidak
memberikan hasil yang signifikan dalam
mempengaruhi prestasi belajar kognitif, afektif,
dan psikomotorik mahasiswa; (7) secara
bersama-sama (interaksi) antara variabel
kemandirian belajar (tinggi dan rendah), variabel
kemampuan berpikir kritis (tinggi dan rendah)
dan variabel penerapan pembelajaran baik
dengan menggunakan pendekatan metakognitif
melalui model PBL maupun pendekatan
metakognitif
melalui
model
RL
tidak
memberikan hasil yang signifikan dalam
mempengaruhi prestasi belajar kognitif, afektif
dan psikomotorik mahasiswa.
Saran yang disampaikan dalam tulisan ini
adalah: (1) pembelajaran biologi menggunakan
pendekatan metakognitif melalui melalui PBL
dan RL layak dijadikan alternatif dalam
mengembangkan prestasi belajar mahasiswa di

Fauzi, A. 2011. Peningkatan Kemampuan Koneksi
Matematis dan Kemandirian Belajar
Siswa Dengan Pendekatan Pembelajaran
Metakognitif di Sekolah Menengah
Pertama. Desertasi. PPS UPI Bandung
(Unpublished)
Fisher, A. 2009. Berfikir Kritis; Sebuah Pengantar.
Jakarta: Erlangga
Nindiasari, H. 2004. Pembelajaran Metakognitif
Untuk Meningkatkan Pemahaman dan
Koneksi Matematika Siswa SMU
Ditinjau dari Perkembangan Kognisi
Siswa. Tesis. PPS UPI Bandung
(Unpublished)
Phan, H.P. 2010. Critical Thinking As a SelfRegulatory
Process
Component
In
Teaching and Learning. Psicothema,
22(2):285-292
Runi.
2005.
Meningkatkan
Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa Pada Mata
Pelajaran Sains Konsep Pencemaran
Lingkungan di Kelas VII SMP Melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis.
Program Pasca Sarjana UPI Bandung
(Unpublished)
Sadia, I.W. 2007. Pengembangan Kemampuan
Berpikir Formal Siswa SMA Melalui
Penerapan Model Pembelajaran “Problem
Based Learning” Dan “Cycle Learning”
Dalam Pembelajaran Fisika. Pendidikan
dan Pengajaran UNDHIKSA, 1 (1):1-20
Sharma, R.C. 1983. Modern Science Teaching. New
Delhi: Dhanpat Rai and Sons
Zimmerman, B.J. 1990. Self Regulated Learning and
Academic Achievement: An Overview.
Educational Psychologist, 25(1); 3-17

92

Dokumen yang terkait

Pengaruh penggunaan model pbl (problem based learning) terhadap pengetahuan metakognitif biologi siswa Kelas X pada konsep virus

2 18 226

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika (PT

0 5 16

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL).

0 0 46

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP melalui Model Problem-Based Learning dan Project-Based Learning.

0 4 39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INVESTIGASI.

0 0 53

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN INVESTIGASI.

0 1 53

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KETERAMPILAN METAKOGNITIF DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

0 0 10

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN METODE BUZZ GROUP DISCUSSION DAN WHOLE GROUP DISCUSSION DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN VERBAL.

0 0 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA.

0 0 18

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

0 0 16