PENDAHULUAN Pengembangan Nasionalisme Siswa Melalui Kegiatan ekstrakurikuler (Studi Situs Di SMK N 5 Surakarta).

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan masyarakat global menunjukkan trend yang kian dinamis. Kondisi ini memunculkan berbagai masalah baru. Teknologi informasi berkembang cepat, membawa dilema bagi kehidupan manusia. Bisa menguntungkan atau merugikan. Hal ini berarti dampak teknologi berpengaruh pada perubahan aspek kehidupan, termasuk persoalan karakter bangsa.

Persoalan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam dalam masyarakat, melalui berbagai media cetak atau elektronik. Ironisnya, persoalan yang muncul seperti korupsi, konflik pemanfaatan Sumber Daya Alam, kriminalitas, premanisme, terorisme, radikalisme, anarkisme, gaya hidup konsumtif, kehidupan politik yangtidak produktif, dekadensi moral, perselingkuhan, penyalahgunaan Narkotika terus menjadi topik hangat. Generasi muda bangsa yang hidup saat ini dihadapkan pada dinamika perkembangan lingkungan global yang penuh dilema, tantangan hidup kian kompleks diwarnai lunturnya nilai-nilai luhur bangsa dan nasionalisme.

Tekanan sosial makin berat dirasakan oleh kaum muda, persaingan di dunia kerja dan semakin sempitnya peluang kerja menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang melibatkan kaum muda.


(2)

Ada kecenderungan di tengah situasi tekanan sosial seperti itu, para remaja berusahamenunjukkan eksistensi dan identitas sosial dengan cara yang negatif. Seperti Fenomena geng motor, pendukung grup musik, suporter klub sepak bola, geng sekolah dan kampung.Bentuk solidaritas sosial yang sempit ditunjukkan dengan seringnya tawuran antar sekolah atau suporter sepakbola.Model kekerasan lain yaitu remaja yang terpengaruh oleh pemahaman sempit tentang agama atauradikalisme. Terbukti dengan banyaknya tersangka kasus terorisme yang berusia remaja dan generasi baru teroris terus bermunculan dari kalangan generasi muda.

Degradasi nilai luhur bangsa apabila dibiarkan akan menjadi ancaman bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Melalui infiltrasi nilai-nilai liberalisme, kapitalisme, konsumerisme, radikalisme, fundamentalisme yang berbalut aneka kepentingan. Seperti bisnis, ekonomi, hak asasi manusia, kemanusiaan atau agama.

Pembentukan karakter manusia Indonesia yang religius, cerdas dan nasionalis merupakan tujuan pendidikan yang ingin diraih dalam sistem pendidikan nasional. Namun karakter yang muncul di permukaan adalah religiusitas formalis, kualitas sdm yang rendah dan nasionalis simbolik. Tiga permasalahan ini seolah menjadi masalah mentalitas negatif bangsa. Mustaqim (2011 : 51)

Kita merasakan krisis multi dimensi diberbagai bidang. Nilai keakraban bangsa menjadi luntur, nilai-nilai agama, budaya terasa kurang diperhatikan atau dipahami secara sempit dan dangkal.


(3)

Dalam keadaan seperti sekarang ini sering tampak perilaku masyarakat menjadi lebih korup bagi yang punya kesempatan. Sebagian masyarakat tampak beringas dan mendemostrasikan sikap antisosial, antikemapanan, dan tidak produktif serta goyah dalam keseimbangan rasio dan emosinya. Perilaku negatif yang lain yaitu mudahnya terpengaruh oleh ajaran-ajaran agama yang ditafsirkan sempit padahal agama tidak ada yang mengajarkan kekerasan.

Pengaruh budaya barat dan nilai-nilai asing sulit dicegah. Meskipun ada nilai positif namun lebih banyak sisi negatif yang memperlemah karakter bangsa. Oleh karena itu, generasi muda sebagai subyek pembangunan perlu dipersiapkan sedini mungkin agar mampu menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapinya serta membangun kembalijati diri bangsa.

Berbagai simbol untuk menyatakan kecintaan pada bangsa juga semakin terkikis.Upacara danberbagai tayangan media bernuansa kebangsaan dipandang sinis oleh sebagian masyarakat, bahkan dipertentangkan dengan pemahaman agama yang dangkal.Simbol-simbol nasionalisme menjadi terasa semu.

Menurut Dale Carnegie dan Reza A.A Wattimena dalam “Mengembangkan nasionalisme Indonesia melalui penegasan ingatan kolektif” menjelaskan pemaparannya tentang definisi negara dan nasionalismeyaitu :

Bahwa arti penting wacana nasionalisme tidaklah muncul di dalam lemahnya negara, melainkan sebaliknya, problem tentang nasionalisme muncul didalam adanya negara.Namun tidak dialami oleh semua negara."Tidak berarti bahwaproblematika nasionalisme muncul di dalam setiap negara, "sebaliknya, itu hanya muncul dibeberapa


(4)

negara."Nasionalisme dapat dipahami sebagai proses membentuk sebuah bangsa. (Gelner)

Melihat situasi sekarang ini, proses tersebut tidak lagi berjalan sehat. Indonesia sebagai negara memang ada. Namun sebagai bangsa, yang terdiri dari beragam suku, ras, dan agama, kini luntur rasa kebersamaannya. Proyek Indonesia sudah diganti proyek korupsi para penyelenggara negara. Ketegasan politik, keadilan hukum dan ekonomi kian jauh dari harapan. Nasionalisme Indonesia sebagai bangsa kini mulai dipertanyakan.

Nasionalisme adalah kesadaran pribadi warga negara yang merasa menjadi bagian dari suatubangsa, demikian tulis Norman. Kesadaran tersebut terwujud didalam perilaku hidup sehari-hariyang mencerminkan kecintaannya pada bangsa.(Dale Carnegie dan Reza A.A Wattimena “Mengembangkan Nasionalisme Indonesia Melalui Penegasan Ingatan Kolektif”, 2011).

Krisis nasionalisme dipahami sebagai tidak adanya kesadaran pribadi dari warga negara sebagai bagian integral dari suatu bangsa. Inilah yang kiranya terjadi di Indonesia.

Menata masa depan bangsa kearah yang lebih baik perlu dilakukan dan didisain melalui pembinaan karakter generasi muda. Guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional.

Pembinaan karakter generasi muda dapat ditempuh memalui berbagai upaya termasuk melalui upaya pendidikan yang dilakukan secara terprogram, bertahap dan berkesinambungan. (Hasan, 2010 diunduh dari


(5)

Kegiatan ekstra kurikuler (ekskul) merupakan suatu kegiatan siswa di luar kegiatan belajar mengajar di sekolah yang sangat potensial untuk menciptakan siswa-siswa yang kreatif, bermovasi, trampil, dan berprestasi. Kegiatan ekstra kurikuler ini sangat signifikan, karena banyak anak yang pintar merupakan anak yang pandai membagi waktu dengan banyak aktivitas yang dilakukannya sehingga membuatnya menjadi anak yang cerdas. (Harian Waspada Online, 22/8/11 KADIKPORA Kota Medan, Ir.H.Hasan Basri.MM)

Paradigma kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan fisik, psikologis dansosial dalam bingkai budaya guna mengembangkan potensi, bakat, dan minatpeserta didik.Artinya, pengembangan berdasarkan kaidah-kaidah fisiologis, psikologis, sosiologis, dan keilmuan, serta teknologi pendidikan yang dikemas dalam kaji-terapan program kegiatan yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik. (diunduh dari

http://olalanenymoo.wordpress.com /2009/11/05/pengembangan-diri-melalui-kegiatan-ekstrakurikuler/

Kekuatan potensi siswa diukur bukan hanya dari sisi akademik namun juga harus dilihat dari segi psikomotorik. Bagaimana bisa seorang anak berusaha menempuh pendidikan dengantarget nilai yang dicapai kalau untuk mencapainya ditempuh dengan cara yang merusak karakter pribadinya. Kepuasan seorang peserta didik justru diberikan melalui pengalaman seutuhnya dari proses pembelajaran dikelas dan diluar kelas, informasi media, interaksi sosial dan lingkungan pergaulan yang akan membentuk pribadi yang utuh dan dewasa.


(6)

Pembelajaran tanggung jawab, kepeminpinan siswa, kemampuan membuat hasil karya adalah sisi non akademis yang kurang tergali. Keinginan siswa umumnya memperoleh pendidikan yang nyaman, bakat tersalurkan, mendapat teman, bersenang-senang.Namun jika diperhatikan kebanyakan orang tua dan guru hanyaberpikir formal mendidik secara akademis dan mengabaikan mendidik karakter siswa.

Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengamanatkan

Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pendidikan sesungguhnya berkaitan erat dengan manusia. N Driyarkara dalam Stefan Sikone, (2006 : 01)

Memandang bahwa manusia dan pendidikan merupakan dua sisi dari satu kehidupan.Melalui pendidikan seseorang dapat dimanusiakan menjadi manusia.Persoalannya adalah, apakah kita di negeri ini sudah sampai ideal seperti itu?Pendidikan kita tidak pernah jujur di dalam mengajar nilai-nilai kebenaran karena semua dilakukan di area formalisme belaka.

Sistem pendidikan kita hanya mengandalkan cara berpikir yang bermuatan kurikulum, bukan pada pembentukan karakter anak didik. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah perlu mengusahakannya dengan kebijakan pendidikan yang jelas, konsisten serta berkesinambungan.


(7)

Kita membutuhkan ruang baru untuk mengelola pendidikan jika tidak mau melihat kemunduran bangsa ini.Kegiatan ekstrakurikuler adalah program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat, minat, serta keunikannya meraih prestasi yang bermakna bagi diri dan masa depannya.

Dari berbagai permasalahan diatasmenjadi faktor yang mendorong untuk melakukan penelitian.Menurut Irianto dalam Jurnal Istiwa Volume 16 No. 2 Maret 2010 menyatakan :

Bahwa telah terjadi distorsi nasionalisme (penyimpangan pemutarbalikan nilai-nilai kebangsaan).Hingga kini bangsa Indonesia masih menghadapi persoalan kebangsaan yang rumit dan kompleks,yaitu krisis multidimensional.Bermula dari krisis moneter, berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis politik, krisis moral dan menjalar ke dalam krisis budaya, menjadikan masyarakat telah kehilangan orientasi nilai.Perikehidupan menjadi hambar, kejam dan kasar, gersang dalam kemiskinan budaya dan spiritual.

Kini kita dihadapkan pada tantangan yang mengarah ke situasi kehidupan kebangsaan yang disintegratif.Bersumber dari faktor internal antara lain : infrastruktur mental yang mengarahkan demokrasi ke anarki. Dari sisi eksternal menggulirnya semangat neoliberalisme kapitalisme, primordialisme dan fanatisme, akibatnya hilang rasa kebersamaan dan saling percaya secara horisontal dan vertikal.

Lemahnya komitmen masyarakat terhadap nilai-nilai dasar yang telah lama menjadi pandangan dan pedoman hidup.Bangsa Indonesia kini sedang mengalami kerapuhan sistem filsafat yang menjadi dasar dan arah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Kekacauan ini disebabkan salah dalam memahami Pancasila. Menyamakan antara nilai, norma dan fakta dalam memahami Pancasila. Seakan-akan Pancasila secara langsung bersifat operasional dalam berbagai konteks kehidupan.Implikasinya dikalangan masyarakat muncul pandangan yang menyalahkan Pancasila.Bahwa Pancasila tidak mampu menjawab persoalan krisis yang berkembang. (Irianto, Jurnal Istiwa Vol 16 No 2, maret 2010).


(8)

Langkah pembinaan nasionalisme Indonesia dapat dilakukan melalui jalur pendidikan,diharapkan mampu mengembangkan substansi yang mengacu pada tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdaulat dan berjati diri.Perlu pengembangan metode pembelajaran yang memungkinkan pengembangan nasionalisme bagi peserta didik dapat berjalan efektif. Langkah yang dapat ditempuh mengubah paradigma pembelajaran dari teacher oriented menjadi student oriented. Dari teacher active learning menjadi student active learning atau memanfaatkan ruang non akademik yaitu kegiatan ekstrakurikuler. Pembinaan nasionalisme Indonesia hendaknya dilakukan menurut jenjang pendidikan yang ada.

Penelitian yang akan dilakukan mengambil situs di SMK Negeri 5 Surakarta sesuai dengan visi dan misi sekolah, tujuan, nilai, menyadari bahwa keberadaan Sekolah sangat tergantung pada Steakholder.

SMK Negeri 5 Surakarta bertekad untuk mengutamakan Kepuasan para Pelanggan dengan senantiasa melaksanakan Perbaikan Berkelanjutan Sistem Manajemen Mutu dan Berusaha untuk memenuhi Persyaratan Pelanggan. SMK Negeri 5 Surakarta bertekad membentuk Tamatan yang tangguh dan Kompeten dengan:

1. Melaksanakan Program SBI dan sekolah model/ rujukan untuk semua Program Keahlian.

2. Mengembangkan SMK sebagai daya dukung perekonomian Daerah dan Nasional melalui Bisnis Center Manufaktur dan Teaching Industri.


(9)

3. Mendukung Solo sebagai kota Vokasi.

Mengacu Falsafah "Mulat sariro hangroso Wani" maksudnya dengan potensi yang dimiliki, sekolah bertekad mewujudkan SMK Negeri 5 Surakarta TERDEPAN, TERDEPAN dalam pelayanan, TERDEPAN dalam prestasi, dan TERDEPAN dalam inovasi.

Relevansinya dengan penelitian yang akan dilakukan di SMK Negeri 5 Surakarta.Bahwa di sekolah ini siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mencapai 90%.Angka partisipasi yang cukup besar untuk sebuah sekolah menengah. SMK Negeri 5 juga mentargetkan pada sasaran mutu mengikuti lomba nonakademik tingkat kota / propinsi / nasional minimal 20 bidang lomba, minimal 50% juara I dan yang lainnya juara II atau III.

B. Fokus Penelitian

Beranjak dari uraian latar belakang diatas, maka fokus penelitian adalah bagaimana nasionalisme siswa dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Fokus penelitian diatas dijabarkan menjadi 2 sub fokus : 1. Bagaimana pengelolaan ekstrakurikuler yang berkarakter nasionalisme di

SMKN 5 ?

2. Bagaimana nilai-nilai nasionalisme siswa yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler .


(10)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Medeskripsikan pengelolaan ekstrakurikuler di SMKN 5 Surakarta

2. Mendeskripsikan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan nasionalisme siswa di SMKN 5 Surakarta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih bagi ilmu manajemen pendidikan khususnya manajemen SDM dan manajemen kesiswaan.

2. Manfaat Praktis a. Kepala Diknas

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dan kebijakan perbaikan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan nasionalisme siswa.

b. Kepala Sekolah

Sebagai motivasi SMKN 5 Surakarta dan unit ekstrakurikuler yang lain untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang mampu mengembangkan nasionalisme siswa dengan lebih baik.


(11)

c. Komite Sekolah

Sebagai bahan dalam meningkatkan pengembangan kegiatan ekstrakurikuler siswa yang memiliki nilai lebih yaitu pengembangan nasionalisme siswa.

d. Guru

Sebagai bahan dalam memberikan layanan dan motivasi kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang mampu meningkatkan nasionalisme siswa.

E. Daftar Istilah

Di bawah ini diuraikan beberapa istilah yang dianggap erat hubungannya dengan pengembangan nasionalisme siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. 1. Pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal

yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri. Iskandar Wijoyokusumo (diunduh dari http://id.shvoong.com/social-sciences/ education)


(12)

2. Menurut Louis Sneyder, Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual. Suatu negara kebangsaan akan menjadi kuat bila timbul nafsu untuk mengembangkan negaranya.(Dale Carnegie dan Reza A.A Wattimena “Mengembangkan Nasionalisme Indonesia Melalui Penegasan Ingatan Kolektif”, 2011)

3. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. (Irwansyah 2006 : 208).


(1)

Kita membutuhkan ruang baru untuk mengelola pendidikan jika tidak mau melihat kemunduran bangsa ini.Kegiatan ekstrakurikuler adalah program yang dipilih peserta didik berdasarkan bakat, minat, serta keunikannya meraih prestasi yang bermakna bagi diri dan masa depannya.

Dari berbagai permasalahan diatasmenjadi faktor yang mendorong untuk melakukan penelitian.Menurut Irianto dalam Jurnal Istiwa Volume 16 No. 2 Maret 2010 menyatakan :

Bahwa telah terjadi distorsi nasionalisme (penyimpangan pemutarbalikan nilai-nilai kebangsaan).Hingga kini bangsa Indonesia masih menghadapi persoalan kebangsaan yang rumit dan kompleks,yaitu krisis multidimensional.Bermula dari krisis moneter, berkembang menjadi krisis ekonomi dan krisis politik, krisis moral dan menjalar ke dalam krisis budaya, menjadikan masyarakat telah kehilangan orientasi nilai.Perikehidupan menjadi hambar, kejam dan kasar, gersang dalam kemiskinan budaya dan spiritual.

Kini kita dihadapkan pada tantangan yang mengarah ke situasi kehidupan kebangsaan yang disintegratif.Bersumber dari faktor internal antara lain : infrastruktur mental yang mengarahkan demokrasi ke anarki. Dari sisi eksternal menggulirnya semangat neoliberalisme kapitalisme, primordialisme dan fanatisme, akibatnya hilang rasa kebersamaan dan saling percaya secara horisontal dan vertikal.

Lemahnya komitmen masyarakat terhadap nilai-nilai dasar yang telah lama menjadi pandangan dan pedoman hidup.Bangsa Indonesia kini sedang mengalami kerapuhan sistem filsafat yang menjadi dasar dan arah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Kekacauan ini disebabkan salah dalam memahami Pancasila. Menyamakan antara nilai, norma dan fakta dalam memahami Pancasila. Seakan-akan Pancasila secara langsung bersifat operasional dalam berbagai konteks kehidupan.Implikasinya dikalangan masyarakat muncul pandangan yang menyalahkan Pancasila.Bahwa Pancasila tidak mampu menjawab persoalan krisis yang berkembang. (Irianto, Jurnal Istiwa Vol 16 No 2,


(2)

Langkah pembinaan nasionalisme Indonesia dapat dilakukan melalui jalur pendidikan,diharapkan mampu mengembangkan substansi yang mengacu pada tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdaulat dan berjati diri.Perlu pengembangan metode pembelajaran yang memungkinkan pengembangan nasionalisme bagi peserta didik dapat berjalan efektif. Langkah yang dapat ditempuh mengubah paradigma pembelajaran dari teacher oriented menjadi student oriented. Dari teacher active learning menjadi student active learning atau memanfaatkan ruang non akademik yaitu kegiatan ekstrakurikuler. Pembinaan nasionalisme Indonesia hendaknya dilakukan menurut jenjang pendidikan yang ada.

Penelitian yang akan dilakukan mengambil situs di SMK Negeri 5 Surakarta sesuai dengan visi dan misi sekolah, tujuan, nilai, menyadari bahwa keberadaan Sekolah sangat tergantung pada Steakholder.

SMK Negeri 5 Surakarta bertekad untuk mengutamakan Kepuasan para Pelanggan dengan senantiasa melaksanakan Perbaikan Berkelanjutan Sistem Manajemen Mutu dan Berusaha untuk memenuhi Persyaratan Pelanggan. SMK Negeri 5 Surakarta bertekad membentuk Tamatan yang tangguh dan Kompeten dengan:

1. Melaksanakan Program SBI dan sekolah model/ rujukan untuk semua Program Keahlian.

2. Mengembangkan SMK sebagai daya dukung perekonomian Daerah dan Nasional melalui Bisnis Center Manufaktur dan Teaching Industri.


(3)

3. Mendukung Solo sebagai kota Vokasi.

Mengacu Falsafah "Mulat sariro hangroso Wani" maksudnya dengan potensi yang dimiliki, sekolah bertekad mewujudkan SMK Negeri 5 Surakarta TERDEPAN, TERDEPAN dalam pelayanan, TERDEPAN dalam prestasi, dan TERDEPAN dalam inovasi.

Relevansinya dengan penelitian yang akan dilakukan di SMK Negeri 5 Surakarta.Bahwa di sekolah ini siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mencapai 90%.Angka partisipasi yang cukup besar untuk sebuah sekolah menengah. SMK Negeri 5 juga mentargetkan pada sasaran mutu mengikuti lomba nonakademik tingkat kota / propinsi / nasional minimal 20 bidang lomba, minimal 50% juara I dan yang lainnya juara II atau III.

B. Fokus Penelitian

Beranjak dari uraian latar belakang diatas, maka fokus penelitian adalah bagaimana nasionalisme siswa dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Fokus penelitian diatas dijabarkan menjadi 2 sub fokus : 1. Bagaimana pengelolaan ekstrakurikuler yang berkarakter nasionalisme di

SMKN 5 ?

2. Bagaimana nilai-nilai nasionalisme siswa yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler .


(4)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Medeskripsikan pengelolaan ekstrakurikuler di SMKN 5 Surakarta

2. Mendeskripsikan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan nasionalisme siswa di SMKN 5 Surakarta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih bagi ilmu manajemen pendidikan khususnya manajemen SDM dan manajemen kesiswaan.

2. Manfaat Praktis a. Kepala Diknas

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dan kebijakan perbaikan kegiatan ekstrakurikuler yang dapat mengembangkan nasionalisme siswa.

b. Kepala Sekolah

Sebagai motivasi SMKN 5 Surakarta dan unit ekstrakurikuler yang lain untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang mampu mengembangkan nasionalisme siswa dengan lebih baik.


(5)

c. Komite Sekolah

Sebagai bahan dalam meningkatkan pengembangan kegiatan ekstrakurikuler siswa yang memiliki nilai lebih yaitu pengembangan nasionalisme siswa.

d. Guru

Sebagai bahan dalam memberikan layanan dan motivasi kepada peserta didik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang mampu meningkatkan nasionalisme siswa.

E. Daftar Istilah

Di bawah ini diuraikan beberapa istilah yang dianggap erat hubungannya dengan pengembangan nasionalisme siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler. 1. Pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun nonformal

yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing dan mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesama maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan pribadi yang mandiri. Iskandar Wijoyokusumo (diunduh dari http://id.shvoong.com/social-sciences/ education)


(6)

2. Menurut Louis Sneyder, Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual. Suatu negara kebangsaan akan menjadi kuat bila timbul nafsu untuk mengembangkan negaranya.(Dale Carnegie dan Reza A.A Wattimena “Mengembangkan Nasionalisme Indonesia Melalui Penegasan Ingatan Kolektif”, 2011)

3. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. (Irwansyah 2006 : 208).


Dokumen yang terkait

Upaya madrasah dalam mengembangkan kreativitas siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler: penelitian di MAN 4 Jakarta

0 8 126

PEMBINAAN SEMANGAT NASIONALISME SISWA MELALUI KEGIATAN INTRAKURIKULER DAN EKSTRAKURIKULER DI SMP N 1 PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU

0 20 131

PENANAMAN SIKAP NASIONALISME RELIGIUS MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER HIZBUL WATHAN Penanaman Sikap Nasionalisme Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Hizbul Wathan(Studi Kasus Di Smp Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016).

0 3 16

PENANAMAN SIKAP NASIONALISME RELIGIUS MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER HIZBUL WATHAN Penanaman Sikap Nasionalisme Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Hizbul Wathan(Studi Kasus Di Smp Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016).

0 2 18

PENDAHULUAN Penanaman Sikap Nasionalisme Religius Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Hizbul Wathan(Studi Kasus Di Smp Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016).

0 6 6

PENDAHULUAN Peranan Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan Dalam Mewujudkan Pengembangan Budi Pekerti Siswa (Studi Deskriptif Ekstrakurikuler Kepramukaan Kelas VII di SMP Negeri 22 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 3 5

PENGEMBANGAN NASIONALISME SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Pengembangan Nasionalisme Siswa Melalui Kegiatan ekstrakurikuler (Studi Situs Di SMK N 5 Surakarta).

0 1 15

PENGEMBANGAN NASIONALISME SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Pengembangan Nasionalisme Siswa Melalui Kegiatan ekstrakurikuler (Studi Situs Di SMK N 5 Surakarta).

0 4 16

PENDAHULUAN Pengelolaan Ekstrakurikuler Pramuka Studi Situs Smk Negeri 1 Banyudono.

0 1 13

EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMK N 2 WONOSA.

0 0 124