PROS Supriyono Potensi Ekstrak Bawang fulltext

POTENSI EKSTRAK BAWANG PUTIH SEBAGAI FUNGISIDA NABATI
TERHADAP JAMUR Sclerotium rolfsii SACC.
Supriyono
Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Jl. Raya Karangploso Km. 4, Kotak Pos 199, Malang 65152
Telp. 0341-491447, Fax. 0341-485121
e-mail: ysupria@yahoo.co.id

ABSTRACT
Garlic extract has been widely used as a pesticide plant, particularly in plant
pest control but still a bit of research on plant diseases. Some research suggests garlic
extracts have antifungal activity, antiviral, and antibacterial. Research to determine the
effect of garlic extract on the of Sclerotium rolfsii Sacc. on synthetic media. Research
conducted at the Laboratory of Plant Research Institute Sweeteners and Fiber, Malang
Start Month April to June 2015. The study using completely randomized design with
eight treatments were 0% (control); 1%; 2%; 3%; 4%; 5%; 6%; and Delsen 0.05%
which is repeated three times. Each poured on PDA (Potato Dextrose Agar and Media
PDB (Potato Dextrose Broth) separately and then Inkubasikan at room temperature.
Observations included the development of fungal colonies, the percentage inhibition of
dry weight fungal colonies and the number of sclerotia. The results showed that the
extract garlic is able to inhibit the development of fungal colony growth up to 92.66%,

at a concentration of 5%, inhibit fungal dry weight and number of sclerotia up to 75.14 %.
Keywords: Garlic extract and Sclerotium rolfsii.

PENDAHULUAN
Sclerotium rolfsii merupakan patogen
penting pada beberapa tanaman inang yaitu
Kenaf (Yulianti dan Supriyono, 2009), famili
Leguminoceae (kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, kacang merah, dan buncis (Sumartini,
2011), dapat bertahan hidup di dalam tanah
dengan membentuk struktur istirahat dalam
bentuk sclerotia, mampu bertahan sampai 7
tahun didalam tanah. Dalam keadaan yang
kering, sclerotia dapat mengeriput, dan akan
berkecambah dengan cepat jika dalam
lingkungan yang lembab (Semangun, 2004). S.

rolfsii termasuk salah satu faktor pembatas
produksi tanaman kenaf, dan merupakan
patogen tular tanah. Sebaran penyakit tular

tanah yang menyerang kedelai di Indonesia
sangat luas, meliputi Jawa, Sumatera,
Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur (Sumartini, 2011). S.
rolfsii merupakan penyakit penting tanaman
kedelai dan jenis kacang-kacangan lainnya di
Indonesia, dengan kehilangan hasil sekitar 75100 persen (Sastrahidayat et al., 2007).
Pengendalian menggunakan fungisida
sintetis untuk menekan S. rolfsii menimbulkan
17

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506

dampak negatif yaitu menimbulkan residu
pestisida pada pada tanaman relatif tinggi, biaya
produksi meningkat, bahaya terhadap kesehatan pekerja, juga menyebabkan pencemaran
lingkungan (Cesnik et al., 2006). Untuk itu
perlu dicari pengendalain alternatif antara lain
pemanfaatan fungisida nabati.
Pemanfaatan pestisida nabati di

Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan,
karena tanaman nabati sangat tersedia, dengan
bermacam-macam kandungan yang tersedia
yang bersifat racun terhadap pathogen, bahan
bakunya melimpah di alam, proses pembuatannya tidak membutuhkan teknologi tinggi,
cukup dengan kemampuan dan pengetahuan
yang ada. Pestisida nabati mempunyai bahan
aktif yang mudah terurai (bio-degradable)
sehingga relatif aman bagi lingkungan (Wiratno
et al., 2008).
Untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida sintetis
adalah dengan menggunakan pengendalian
secara alami yaitu memanfaatkan bahan nabati.
Pestisida nabati dengan cara memanfaatkan
senyawa bahan aktif yang bersumber pada
tanaman (Regnault-Roger 2005). Salah salah
bahan nabati yaitu bawang putih. Umbi bawang
putih mempunyai potensi sebagai agen
antimikrobia. Kemampuannya menghambat
pertumbuhan mikrobia sangat luas, mencakup

virus, bakteri, protozoa, dan jamur (Yin et al.,
2002). Bawang putih telah digunakan di bidang
kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan
penyakit seperti antitumorigenesis,
antiantheroscleriosis, modulasi gula darah dan
antibiosis, penghambatan pertumbuhan kanker
(Wang et al., 2011). Senyawa bawang putih
adalah senyawa sulfida merupakan senyawa senyawa disebut dengan alicin (Agnetha,
18

2014). Kandungan senyawa bawang putih yaitu
alliin sebagai antifungi yang disintesis dari asam
amino sistein. Apabila bawang putih dihancurkan atau dipotong-potong maka allinase akan
mengkonversi alliin menjadi allicin (Syamsiah,
2003).
Tujuan penelitian untuk mengetahui
pengaruh ekstrak bawang putih terhadap
Sclerotium rolfsii Sacc. pada media buatan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian dilakukan dilaboratorium Balai

Penelitian tanaman Tanaman Pemanis dan Serat
Malang, Mulai bulan April sampai Juli 2015.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu ekstrak
bawang putih, biakan murni S. rolfsii pada
media PDA berumur 7 hari, Desinfektan,
Potato Dextrose Agar (PDA), Potato Dextrose
Broth dan bahan kimia pembantu lainnya.
Terdiri dari dua kegiatan : (1) Penelitian
ekstrak bawang putih terhadap pertumbuhan
S. rolfsii pada media padat (PDA). (2)
Penelitian ekstrak bawang putih terhadap
pertumbuhan S. rolfsii pada media cair (PDB).
Penelitian menggunakan Rancangan Acak
Lengkap dengan delapan perlakuan dengan
konsentrasi (1, 2, 3, 4, 5, 6%, Delsen, dan
kontrol) diulang tiga kali. Penelitian dilakukan
pada media PDA steril yang dicairkan dan
dicampur dengan ekstrak bawang putih sesuai
dengan konsentrasi masing-masing kemudian
dituang pada petridish sebanyak 10 ml dan

didiamkan sampai dingin kemudaian media PDA
tersebut diinokulasi dengan jamur S. rolfsii lalu
diinkubasikan pada suhu ruang. Juga dilakukan
pada media PDB pada konsentrasi yang sama
yang dilakukan pada erlemeyer pada 100 ml
media PDB.

Pengamatan dilakukan setiap hari
dengan mengukur diameter pertumbuhan S.
rolfsii selama tujuh hari, berat kering S.
rolfsii, jumlah sclerotia dan persentase
penghambatan. Persentase penghambatan
dihitung dengan rumus (Montealegre et al.,
2003) sebagai berikut: % penghambatan =
(1 – N) x 100%
N = pertumbuhan jamur/pertumbuhan
kontrol
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan koloni jamur S. rolfsii
pada pengamatan hari pertama belum

menunjukan penghambatan pada semua
konsentrasi uji, pada hari kedua sudah menunjukan penghambatan pada konsentrasi
1- 6%. Peningkatan penghambatan sejalan
dengan peningkatan konsentrasi uji, yang
berarti semakin tinggi konsentrasi semakin
berkurang pertumbuhan koloni jamur. Perlakuan konsentrasi 5 dan 6% koloni jamur
S. rolfsii tidak mampu tumbuh tidak berbeda
dengan perlakuan delsen 0,05% yang berarti
perlakuan 5 dan 6% sama dengan fungisida
delsen 0,05%. Dengan demikian, ekstrak
bawang putih efektif untuk mengendalikan
jamur S. rolfsii. (Gambar 1).

Gambar 1 Pertumbuhan diameter koloni jamur
S.rolfsii pada beberapa perlakuan
ekstrak bawang putih 1- 6%, Delsen
0,05 % dan kontrol

Perlakuan ekstrak bawang putih pada
semua konsentrasi yang diuji menunjukan

penghambatan, konsentrasi dengan perlakuan
semakin tinggi semakin tinggi pula daya hambat
pertumbuhan jamur S. rolfsii. Pada perlakuan
5% dan 6% tidak menunjukan perbedaan dengan
perlakukan pembanding delsen 0,05% yang berarti
perlakuaan ekstrak bawang putih pada konsentrasi
tersebut sebanding dengan perlakuan delsen
0,05%. (Tabel 1).
Tabel 1 Persentase penghambatan pertumbuhan koloni
jamur S. rolfsii. pada hari ke 6 pada beberapa
perlakuan ekstrak bawang putih 1- 6%, Delsen
0,05 % dan control
No

Perlakuan

Penghambatan

1


Ekstrak bawang putih 1%

43 d

2

Ekstrak bawang putih 2%

80 c

3

Ekstrak bawang putih 3%

86,33 b

4

Ekstrak bawang putih 4%


82,22 c

5

Ekstrak bawang putih 5%

92,66 a

6

Ekstrak bawang putih 6%

93,33 a

7

Delsen 0,05 %

93,33 a


8

Kontrol

0e

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada
setiap kolom tidak berbeda nyata pada taraf
5% DMRT

Berat kering hifa S. rolfsii pada kegiatan
ekstrak bawang putih pada media PDB (media
cair), semua konsentrasi uji yaitu 1-5 % tidak
menunjukan perbedaan tetapi berbeda dengan
konsentrasi uji pada kontrol. Tidak adanya
perbedaan berat kering hifa secara analisis Duncan
5 % berarti hifa mampu berkembang sama pada
perlakuan konsentrasi 1-5%. (Tabel 2).
Perbedaan mulai terjadi pada pembentukan jumlah
sclerotia pada hari ke 10. Perbedaan pembentukan
slerotia akan mengakibatkan kurangnya jumlah
inokulum patogen yang mampu bertahan hidup
sebagai patogen. (Tabel 3).

19

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506

Tabel 2 Berat kering hifa S.rolfsii pada media cair, 6
hari setelah inkubasi
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Perlakuan
Ekstrak bawang putih 1%
Ekstrak bawang putih 2%
Ekstrak bawang putih 3%
Ekstrak bawang putih 4%
Ekstrak bawang putih 5%
Ekstrak bawang putih 6%
Delsen 0,05 %
Kontrol

Berat kering hifa
0,5086 c
0,5748 b
0,6011 b
0,6944 a
0,6850 a
0,6139 b
0,1 d
0,7
a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap
kolom tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT

Tabel 3 Jumlah sclerotiajamur S.rolfsii pada media cair, 10 hari setelah
inkubasi dan persentase penghambatan pembentukan jumlah
sclerotia
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Perlakuan
Ekstrak bawang putih 1%
Ekstrak bawang putih 2%
Ekstrak bawang putih 3%
Ekstrak bawang putih 4%
Ekstrak bawang putih 5%
Ekstrak bawang putih 6%
Delsen 0,05 %
Kontrol

Jumlah
sclerotia
40,33 b
41,33 b
39,33 b
39,33 b
15 c
14 c
0d
60,33 a

Persentase penghambatan
pembentukan jumlah
sclerotia
33,15
31,49
34,80
34,80
75,14
76,79
100
0

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap kolom tidak berbeda
nyata pada taraf 5% DMRT

Penurunan pembentukan jumlah sclerotia
terjadi pada konsentrasi uji 1% hingga 6%.
Pada semua konsentrasi uji menunjukkan
perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan
kontrol. Penelitian lain Ekstrak bawang putih
konsentrasi 5% mampu membunuh nyamuk
sampai 47% (Sumampouw, 2014); Konsentrasi 4% membunuh Sitophilus zeamais sampai
68% dengan rerata kematian 6 hari (Hasnah
dan Hanif, 2010); Umbi bawang putih
berpotensi sebagai agen anti-mikrobia, yaitu
virus, bakteri, protozoa, dan jamur (Yin et al.,
2002). Perbedaan menunjukkan ekstrak
Bawang putih mampu untuk pengendalian
penyakit S. rolfsii. Kandungan ekstrak bawang
20

putih Allicin dan sulfur ammonia acid allin. sulfur
ammonia acid allin ini oleh enzim Allicin lyase
diubah menjadi piruvad acid ,ammonia, dan
allicin anti mikroba (Hasnah dan Hanif, 2010)
KESIMPULAN
Hasil penelitian dapat disimpulkan,
ekstrak bawang putih konsentrasi 1-6%
mampu menghambat perkembangan koloni
jamur S. rofsii sebesar 43-93.33%, menghambat pembentukan jumlah sclerotia sebesar
31,49-76,79 %.

DAFTAR PUSTAKA
Agnetha A.Y., 2014. Efek Ekstrak Bawang
Putih (Allium sativum) Sebagai
Larvasida Nyamuk Aedes sp . Program
Studi Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang.
Cesnik H.B., A. Gregorcic, S.V. Bolta, V. Kmecl.
2006. Monitoring of Pesticide Residues
In Apples, Lettuce And Potato of The
Slovene Origin, 2001-04. Food Additives
and Contaminants 23(2) Hal 164 -173
Hasnah dan U. Hanif., 2010. Efektivitas Ekstrak
Bawang Putih Terhadap Mortalitas
Sitophilus zeamais M Pada Jagung di
Penyimpanan. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan Jurusan Pertanian
Unsyiah, Banda Aceh Darusalam. J.
Floratek 5:1-10
Montealegre, J.R., R. Reyes, L.M. Perez, R.
Herrera, P. Silva, and X. Besoain. 2003.
Selection of biantagonistic bacteria to be
used in biological control of Rhizoctonia
solani in tomato. Electronic Journal of
Biotechnology 6:116–127.
Regnault-Roger, C. 2005. New insecticides of plant
origin for the third millenium? In B.J.R.
Regnault-Roger, C. Philogene, and C.
Vincent (Eds). Biopesticides of Plant
Origin. Lavoisier Publishing Inc. pp. 17-35.
Sastrahidayat, I. R., S. Djauhari, dan N. Saleh.
2007. Pemanfaatan Teknologi Pellet
Mengandung Saproba Antagonis dan
Endomikoriza (VAM) untuk Mengendalikan Penyakit Rebah Semai (Sclerotium
rolfsii) dan Meningkatkan Produksi
Kedelai. Laporan Hasil Penelitian

Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian
dengan Perguruan Tinggi (KKP3T).
Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.
Malang. 89 h.
Semangun. 2004. Penyakit-Penyakit Tanaman
Pangan Di Indonesia. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Syamsiah I.S., Tajudin. 2003. Khasiat dan
Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik
Alami. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Sumartini. 2011. Penyakit Tular Tanah
(Sclerotium rolfsii dan Rhizoctonia
solani) pada Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Serta Cara
Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian,
31(1): 27-34
Sumampouw P.M.S., G.J. P. Wahongan, V.D.
Pijoh. 2014. Pengaruh larutan bawang
putih (allium sativum) pada larva aedes
spp di kecamatan Malalayang kota
Manado Jurnal e-Biomedik (eBM),
Volume 2 (2): 436-441
Yin, M.C., H.C. Chang, and S.M. Tsao. 2002.
Inhibitory effects of aqueous garlic extract,
garlic oil and four diallyl sulphides against
four enteric pathogens. Journal of Food
and Drug Analysis 10 (2): 120- 126.
Yulianti, T. dan Supriyono. 2009. Penyakit
Tanaman Kenaf dan Pengendaliannya.
Monograf BALITTAS No. 1. Kenaf.
Buku 2. Balai Penelitian Tembakau dan
Tanaman Serat. Malang. hal. 93 - 106
Wang, Xin., Jiao, F., Wang, Q.W., Wang, J. et
al., 2011. Aged Black Garlic Extract
Induces Inhibition of Gastric Cancer Cell

21

PROSIDING KONSER KARYA ILMIAH Vol.2, Agustus 2016 | ISSN: 2460-5506

Growth in Vitro and in Vivo. The Journal
of Molecular Medicine Reports.
Wiratno, D. Taniwiryono, I.M.C.M. Rietjens,
and A.J. Murk. 2008. Bioactivity of plant
extracts toT. castaneum. Effectiveness and

22

safety of botanical pesticides applied in
black pepper. Wageningen University,
Wageningen. p. 126.