PROS Nurul Istifadah Potensi Interlinkage Industri Manufaktur fulltext

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
POTENSIINTERLINKAGE INDUSTRI MANUFAKTUR JAWA TIMUR
MENGHADAPIPERSAINGAN BEBAS DI KAWASAN ASEAN

Nurul Istifadah
Faculty of Economics and Business, Airlangga University
nistifadah@yahoo.com.au

ABSTRACT
The economic potential of the manufacturing industry in East J ava is relatively large compared
to other economic sectors. The rapid growth in the manufacturing industry in East Java will have an
impact on the economic development of East Java, especially the economic sectors which have high
inter-sector linkages. However, since 2004 the manufacturing industries in East Java have symptoms
of de-industrialization, namely the phenomenon of decline in the ratio of manufacturing to GDP
continuously. In addition, East Java manufacturing industries will also face the ASEAN single market
that would apply in 2015. This will provide greater competitive challenges. Thus, it is necessary to
exploit the potential of the development strategy of manufacturing industries in East Java in facing the
challenges of global change.
The purpose of this study was to analyze (1) manufacturing industry linkages with other
economic sectors, (2) analyze the impact of the development of the manufacturing industry to the

economy of East Java, and (3) formulate strategies for the development of the manufacturing industry
in East Java to be able to contribute the growth rate of East Java greater. Analytical tool in this study
is the Input Output Model.
The analysis showed that the degree of relatedness of the manufacturing industry and other
economic sectors are relatively high, especially for backward linkages (upstream linkages). The
development of manufacturing industry also gives a fairly high economic impact on the economy of
East Java. To face the increasing global competition, the development of manufacturing industries in
East Java are not only intended to increase the comparative advantage, but also to increase competitive
advantage.
Keywords: manufacturing industry, sector linkages, de-industrialization, input-output models.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Potensi ekonomi industri manufaktur di Jawa Timur relatif besar dibandingkan dengan sektorsektor ekonomi lainnya. Pada tahun 2013, industri manufaktur menyumbang sebesar 24,68 persen
terhadap PDRB Jawa Timur. Industri manufaktur merupakan kontributor terbesar kedua setelah sektor
perdagangan, hotel dan restoran terhadap pembentukan PDRB Jawa Timur. Indushi manufaktur Jawa
Timur juga berperan besar dalam pembentukan output industri manufaktur secara nasional. Pada tahun
2011, kontribusi industri manufaktur Jawa Timur terhadap industri manufaktur nasional sebesar 16,28
persen. Industri manufaktur Jawa Timur merupakan kontributor terbesar kedua, setelah industri
manufaktur Jawa Barat, terhadap pembentukan total output indushi manufaktur nasional. Pada tahun

2011, industri manufaktur Jawa Barat menyumbang 25 persen terhadap output indushi manufaktur
nasional.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1029

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Potensi yang besar dari industri manufaktur Jawa Timur tersebut, secara relatif ternyata
mengalami penurunan. Rasio industri manufaktur Jawa Timur terhadap PDRB Jawa Timur, disebut
juga rasio industrialisasi, menunjukkan trend yang semakin menurun. Industri manufaktur Jawa Timur
sedang mengalami gejala deindustrialisasi, yaitu fenomena turunnya rasio industrialisasi secara terus
menerus. Turunnya rasio industrialisasi ini merupakan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan
terhadap perkembangan perekonomian Jawa Timur jangka panjang, mengingat sumber-sumber input,
yaitu potensi sumber daya alam yang dimiliki provinsi Jawa Timur sangat besar-.
Industri manufaktur memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja serta produktivitas yang lebih
tinggi dari sektor-sektor ekonomi lainnya. Sehingga perlu untuk merencanakan dan menyusun strategi
sehingga peran industri manufaktur tidak semakin turun. Hal ini penting untuk dilakukan kar ena selain
potensi besar- dari nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja tersebut, industri manufaktur Jawa Timur

juga memiliki kemampuan dalam mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya. Industri
manufaktur memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage).
Produk industri manufaktur juga merupakan produk yang diharapkan dapat menghadapi
persaingan global. Pada tahun 2015, perekonomian Jawa Timur akan menghadapi pasar- tunggal
ASEAN. Hal ini akan memberi tantangan persaingan yang semakin besar-. Sehingga, perlu strategi
pengembangan untuk memanfaatkan potensi industri manufaktur Jawa Timur untuk menghadapi
tantangan global tersebut.

RUMUSAN MASALAH
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis:
a.

keterkaitan industri manufaktur dengan sektor-sektor ekonomi lainnnya di Jawa Timur

b. menganalisis

dampak

peningkatan


output

industri

manufaktur

terhadap

output

perekonomian Jawa Timur
e.

memformulasikan strategi pengembangan industri manufaktur Jawa Timur sehingga
mampu menyumbang tingkat pertumbuhan Jawa Timur yang lebih besar.

MANFAAT Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
a.


Sebagai masukan terhadap penegembangan industri manufaktur di Jawa Timur atau di
daerah lain di luar Jawa Timur.

b.

Sebagai bahan masukan untuk penyusunan pereneanaan pereepatan pengembangan industri
manufaktur di Jawa Timur melalui prioritas subsektor industri unggulan, sehingga basil
eapaiannya lebih efisien

e.

Sebagai salah satu referensi untuk penelitian yang terkait dengan industri manufaktur atau
perekonomian di Jawa Timur

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1030

3rd Economics & Business Research Festival

13 November 2014
KAJIAN PUSTAKA
Pembangunan Ekonomi Daerah
Pengertian pembangunan dapat dijelaskan berdasarkan pandangan tradisional dan modem
(Widodo, 2006: 3-4). Pengertian pembangunan dalam pandangan tradisional diartikan sebagai upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan PDB/PDRB, indikator produksi, dan penyerapan
tenaga kerja.
Sedangkan pandangan modem melihat pembangunan sebagai suatu proses
multidimensional yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap masyarakat serta institusi dalam
mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan dan perluasan
kesempatan kerja.
Pelaksanaan pembangunan pada umumnya diprioritaskan pada pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu
masyarakat meningkat dalam jangka panjang yang disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan
(Arsyad, 1999: 6). Proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah disebut dengan pembangunan
ekonomi daerah.
Pembangunan ekonomi daerah adalah kemampuan daerah untuk mencari terus-menerus
(menciptakan) peran spesifik daerah melalui efisiensi dan penggunaan sumber daya k re at if yang
dimiliki oleh sistem ekonomi daerah (Capello, 2007:85). Pembangunan ekonomi daerah juga
mengandung pengertian sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah
dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja barn dan merangsang pertumbuhan
ekonomi di wilayah tersebut (Arsyad, 1999 : 108).
Konsep dasar dari pembangunan ekonomi daerah adalah bahwa pembangunan barns bertumpu
pada kekuatan endogen dengan memanfaatkan sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya
fisik daerah. Konsep ini mengarah pada kekhasan daerah, potensi daerah, dan inisiatif daerah dalam
proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja dan merangsang peningkatan kegiatan
ekonomi.
Pada dasarnya daerah memiliki kondisi dan potensi yang berbeda-beda. Indentifikasi kegiatan
yang menggambarkan potensi daerah dan keunggulan komparatif daerah tersebut merupakan tugas
utama dari pemerintah daerah (Azis, 1994:65). Kebijakan dan strategi pembangunannya juga barns
menyesuaikan dengan kondisi (permasalahan, kebutuhan, dan potensi) daerah tersebut. Dalam kondisi
nyata dapat terjadi bahwa suatu daerah memiliki keunggulan komparatif yang mencakup beberapa
komoditas dibanding daerah sekitarnya. Dalam kasus tersebut, maka menurut Ricardo (dalam Setiono,
2002:230) daerah tersebut barns menetapkan spesialisasi pada komoditas yang memiliki keunggulan
komparatif tcrbcsar atau yang memiliki ketidak-unggulan komparatif terkecil. Prinsip keunggulan
kompar atif perlu memperhitungkan biaya pengangkutan karena mengandung unsur keterkaitan an tar
daerah. Keterkaitan antar daerah merupakan faktor positif, dari segi kepentingan integrasi ekonomi
nasional (Azis, 1994: 66-67).


Pengertian Industri Manufaktur
Pengertian industri adalah: (1) merupakan himpunan perusahaan-perusahaan sejenis; dan (2)
sektor ekonomi yang di dalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi (Dumairy, 1996). Dalam pengertian kedua ini, kata industri sering
disebut sebagai industri pengolahan atau industri manufaktur (manufacturing industry).
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1031

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014
Pengertian industri pengolahan atau industri manufaktur adalah suatu kegiatan yang mengubah
suatu barang dasar sccara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi
atau baiang jadi (Hadikusumo: 1990). Sektor industri manufaktur dalam PDB/PDRB dibagi menjadi
sembilan jenis subsektor industri, yaitu: 1) industri makanan, minuman, dan tembakau; 2) industri
tekstil, barang dari kulit dan alas kaki; 3) industri kayu dan produk lainnya; 4) industri produk kertas
dan percetakan; 5) industri produk pupuk, kimia, dan karet; 6) industri produk semen dan penggalian
bukan logam; 7) industri logam dasar- besi dan baja; 8) industri peralatan, mesin, dan perlengkapan
transportasi; serta 9) produk industri pengolahan lainnya.

Secara umum, industri manufaktur dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu industri
dasar-, aneka industri hilir, dan industri kecil dan rumah tangga. Industri dasar- meliputi industri mesin
logam dasar- dan industri kimia dasar-. Industri dasar- adalah industri yang memiliki peran yang sangat
penting dalam menunjang pertumbuhan lebih lanjut sektor industri lainnya untuk meningkatkan nilai
tambah dalam perekonomian. Industri dasar- ini meliputi industri pupuk, besi dan baja, peleburan
aluminium dan sebagainya. Kedua, kelompok aneka industri hilir yang memiliki misi untuk
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Indonesia. Kelompok ketiga adalah industri kecil dan rumah
tangga yang memiliki misi sebagai pemerataan ekonomi Indonesia. Industri kecil (IK) merupakan
industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit dan teknologi yang sederhana. Biasanya
dinamakan industri rumah tangga. Adapun industri yang termasuk dalam kelompok IK ini misalnya:
industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
Pada umumnya, semakin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah,
maka semakin banyak jumlah dan macam industrinya. Cara penggolongan atau pengklasifikasian
industri pun berbeda-beda. Pengklasifikasian industri didasarkan antar a lain berdasarkan pada kriteria:
bahan baku, tenaga kerja, modal atau jenis teknologi yang digunakan, proses produksi, pemilihan lokasi,
produktivitas perorangan, dan lain-lain. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman industri negara tersebut. Semakin besardan kompleks kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beraneka-ragam jenis
industrinya yang berkembang.
Tingkat industrialisasi suatu negara diukur dari besarnya kontribusi sektor industri manufaktur
dalam menciptakan produksi nasional. Perbandingan antara besarnya nilai produksi sektor industri

dengan produksi nasional disebut rasio industrialisasi. Perkembangan industrialisasi suatu negara pada
khususnya negara sedang berkembang dapat dilihat dari kontribusi sektor industrinya. Tahapan
industrialisasi dikemukakan oleh United Nations Industrial Development Organization (UNINDO) dan
Bank Dunia yang mengelompokkan negara-negara berdasarkan rasio antara nilai tambah industri
terhadap PDB. Pengelompokan tersebut meliputi:
1. negara non industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi kurang dari 10 persen
2. negara yang sedang dalam proses industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi antara
10-20 persen
3. negara semi industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi antara 20 - 30 persen
4. negara industri, yaitu negara dengan rasio industrialisasi di atas 30 persen

Industrialisasi merupakan usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
kemampuannya dalam mengelola secara optimal sumber daya alam dan sumber-sumber daya lainya.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana

1032

3rd Economics & Business Research Festival
13 November 2014

Kegiatan industrialisasi tidak hanya akan meningkatkan nilai tambah kegiatan ekonomi tetapi juga
dapat meningkatkan produktivitas penduduknya. Industri pada umumnya mampu berperan penting
sebagai sektor pemimpin (leading sector). Industri sebagai leading sector dapat memacu dan
mendorong pembangunan di sektor-sektor lainnya, baik sektor hulu maupun sektor hilir. Pertumbuhan
industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan di sektor-sektor lainnya untuk menyediakan bahanbahan baku bagi industri tersebut (keterkaitan hulu atau keterkaitan ke belakang). Dan, sebaliknya,
sektor-sektor ekonomi lainnya menggunakan output sektor industri sebagai bahan bakunya (keterkaitan
hilir atau keterkaitan ke depan).

Metode Penelitian
Penelitian difokuskan di sektor industri manufaktur Jawa Timur, dengan tehnik analisis
menggunakan Input Output model. Model input-output digunakan untuk menganalisis keterkaitan
industri manufaktur Jawa Timur terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya serta dampaknya terhadap
output perekonomian di Jawa Timur. Keterkaitan tersebut meliputi keterkaitan ke depan atau
keterkaitan hilir (forward linkage) dan keterkaitan ke belakang atau keterkaitan hulu (backward
linkage).
Data yang digunakan adalah sekunder. Data utama adalah tabel input output provinsi Jawa
Timur tahun 2010 dengan matriks transaksi 110x110 dengan kode IO 37 - kode IO 78 (42 jenis industri
manufaktur). Data pendukung lainnya berasal dari BPS dan sumber-sember terkait lainnya. Secara
sederhana model input-output digambarkan dalam tabel berikut.
Permintaan Antaia

""\Output

Permintaan Akhir
Jumlah Output

Input

n

C+I+G+X

ā€”

Zln

Yi

X!

Z22

ā€”

Z28

Y2

X2

Zn2

Zn3

Yn

xn

1

2

3

1

Zn

Z12

2

Z21

n

Znl

Input Antaia

Znn

Nilai Tambah

Vl

V2

...

vā€ž

Impor

Mi

M2

...

Mn

Jumlah Input

X!

X2

...

xn

tabel di atas, persamaan output menurut bails adalah sebagai berikut:
Zn + Z12 + Z13 ....+ Zis + Yi = Xi
Z21 + Z21 + Z23

+ Z28 + Y2 = X2

Z31 + Z32 + Z33

+ Z38 + Y3 = X3

3
XZij+Yi
j=i

=

Xi

; dimana(i = 1,2.3... 42 )

pers(3.1)

jrsamaan total input menurut kolom adalah sebagai berikut:
Zn + Z21 + Z31 .... Z38 + Vi = Xi
m
life

feb