PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Kasus Kabupaten

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI
DAERAH (PAD), DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP
PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL
(Studi Kasus pada Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2010-2012)

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh:
ADHIKA NURCANDRA
B 200 100 347

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD), DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP
PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL
(Studi Kasus pada Kabupaten/Kota di provinsi Jawa Tengah
Tahun Anggaran 2010-2012)

ADHIKA NURCANDRA
(B200100347)
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email : zona.dhika@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi,
pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum terhadap pengalokasian anggaran
belanja modal pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah tahun anggaran
2010-2012.
Dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
teknik sampel jenuh dimana seluruh populasi akan dijadikan sampel penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dan metode
pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi. Sedangkan alat analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda.
Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pemerintah daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan pendapatan asli daerah dan
dana alokasi umum secara parsial berpengaruh signifikan terhadap belanja modal
pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Namun secara simultan (uji
F) pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum
berpengaruh signifikan terhadap belanja modal pemerintah daerah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
Kata kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Belanja Modal

PENDAHULUAN
Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring
dengan diberilakukannya otonomi daerah. Otonomi daerah berlaku di Indonesia
berdasarkan UU nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah memisahkan
tugas dengan antara fungsi Pemerintah Daerah (Eksekutif) dengan fungsi
Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif). Berdasarkan pembedaan fungsi tersebut,
menunjukkan bahwa antara legislatif dan eksekutif terjadi hubungan keagenan.
Pada pemerintah, peraturan perundang-undangan secara implisit merupakan

bentuk kontrak antara eksekutif, legislatif, dan publik.
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam
pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk provinsi maupun
kabupaten dan kota. Penyusunan APBD diawali dengan membuat kesepakatan
antara eksekutif dan legislatif tentang Kebijakan Umum APBD dan prioritas &
Plafon Anggaran yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan anggaran
pendapatan dan anggaran belanja. Eksekutif membuat rancangan APBD sesuai
dengan Kebijakan Umum APBD dan Prioritas & Plafon Anggaran yang kemudian
diserahkah kepada legislatif untuk dipelajari dan dibahas bersama-sama sebelum
ditetapkan sebagai Peraturan Daerah (Perda). Dalam perspektif keagenan, hal ini
merupakan bentuk kontrak (incomplete contract), yang menjadi alat bagi legislatif
untuk mengawasi pelaksanaan anggaran oleh eksekutif.
Besarnya kewenangan legislatif dalam proses penyusunan anggaran (UU
nomor 23 tahun 2014) membuka ruang bagi legislatif untuk “memaksakan”

kepentingan pribadinya. Posisi legislatif sebagai pengawas bagi pelaksanaan
kebijakan

pemerintah


preferensinya

dalam

daerah,

dapat

penganggaran.

digunakan
Untuk

untuk

memprioritaskan

merealisasikan


kepentingan

pribadinya, politisi memiliki dampak politik jangka panjang. Oleh karena itu,
legislatif akan merekomendasi eksekutif untuk menaikkan alokasi pada sektorsektor yang mendukung kepentingannya. Legislatif cenderung mengusulkan
pengurangan atas alokasi untuk pendidikan, kesehatan dan belanja publik lainnya
yang tidak bersifat job programs dan targetable.
Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan
pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan
publik. Pergeseran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal dalam bentuk
aset tetap, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya.
Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas
layanan publik, karena aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja
modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh
pemerintah daerah.
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja
modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini
didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasaran, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh
karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah
daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah

lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih

(2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk
hal-hal produktif, misalnya untuk program-program pelayanan publik, hal ini
menyiratkan pentingnya mengalokasikan belanja pemerintah daerah untuk
berbagai kepentingan publik.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi,
pendapatan asli daerah, dan dana alokasi umum terhadap pengalokasian anggaran
belanja modal pada kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran
2010-2012.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) dan Belanja Modal
Hasil penelitian yang dilakukan Darwanto dan Yustikasari (2007)
menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi (PDRB) memiliki korelasi positif
namun tidak signifikan terhadap variabel belanja modal. Hal tersebut ditunjukkan
dengan tingkat signifikansi t sebesar 0,0055 yang lebih besar dari tingkat
signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0,05; dan nilai korelasi
antara variabel ini dengan belanja modal yang sebesar 0,226 atau 22,6 persen.
Artinya Pertumbuhan ekonomi kurang memiliki pengaruh yang nyata terhadap
belanja modal.

H1 =

Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran
belanja modal.

Hubungan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Modal.
Abdullah & Halim (2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah
berupa pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh terhadap belanja daerah secara

keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari total
pendapatan daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian anggaran cukup besar
terutama bila dikaitkan dengan kepentingan politis (Abdullah, 2004). Studi
Abdullah (2004) juga menemukan adanya perbedaan preferensi antara eksekutif
dan legislatif dalam pengalokasian spread PAD ke dalam belanja sektoral.
Alokasi untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi untuk
pendidikan dan kesehatan justru mengalami penurunan.
H2 =

Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran
Belanja Modal.


Hubungan antara Dana Alokasi Umum (DAU) dan Belanja Modal
Hasil penelitian Darwanto (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan
positif dan signifikan antara DAU dengan belanja modal. Prakoso (2004)
memperoleh bukti empiris bahwa jumlah belanja modal dipengaruhi oleh dana
Dana Alokasi Umum yang diterima dari pemerintah pusat. Hasil penelitan
Harianto dan Adi (2007) semakin memperkuat bukti empiris tersebut. Mereka
menemukan bahwa kemandirian daerah tidak menjadi lebih baik, bahkan yang
terjadi adalah sebaliknya yaitu ketergantungan pemerintah daerah terhadap
transfer pemerintah pusat (DAU) menjadi semakin tinggi. Hal ini memberikan
adanya indikasi kuat bahwa perilaku belanja daerah khususnya belanja modal
akan sangat dipengaruhi sumber penerimaan DAU.
H3 = Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap pengalokasian anggaran belanja
modal.

METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen.
Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah
belanja modal. Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal

merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Indikator
variabel belanja modal diukur dengan :
Belanja Modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja
Gedung dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigrasi, dan
Jaringan + Belanja Aset Tetap Lainnya
2. Variabel Independen.
a. Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output per
kapita (Boediono, 1985). Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
ukuran

kuantitatif

yang

menggambarkan

perkembangan


suatu

perekonomian daerah dalam suatu tahun tertentu. Pertumbuhan
Ekonomi diukur dengan rumus :
Pertumbuhan Ekonomi =

PDRBt −PDRBt −1
PDRBt −1

b. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah
adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam

daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli
Daerah merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah
tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar pemerintah daerah dalam
membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil
ketergantungan dana dari pemerintah pusat..
Indikator variabel Pendapatan Asli Daerah dapat diukur

dengan rumus :
PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan + Lain-lain PAD yang Sah
c. Dana Alokasi Umum (DAU)
Menurut UU No.33 Tahun 2004, Dana Alokasi Umum (DAU)
adalah transfer yang bersifat umum dari Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Daerah untuk mengatasi ketimpangan horizontal dengan
tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. DAU
suatu daerah adalah kebutuhan wilayah otonomi daerah yang
bersangkutan dikurangi potensi ekonomi daerah. Bobot daerah adalah
proporsi kebutuhan DAU suatu daerah dengan total kebutuhan DAU
seluruh daerah. Dana Alokasi Umum untuk masing-masing Kabupaten /
Kota dapat dilihat dari pos dana perimbangan dalam Laporan Realisasi
APBD.

Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)
(Indriantoro, 2002:147). Data sekunder yang digunakan bersumber dari laporan
realisasi APBD yaitu jumlah realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi

Umum

(DAU),

Pertumbuhan

Ekonomi

dan

Belanja

Derah

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengan tahun 2010-2012.
Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2012. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel jenuh, yaitu teknik
penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Total sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 35 Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah x 3 tahun = 105 total anggaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan pengujian dengan regresi berganda untuk menguji pengaruh
variabel independen (Pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU) terhadap variabel
dependen (Anggaran Belanja Modal), maka dapat disusun persamaan sebagai
berikut :
BM = 11060,243 + 0,002PDRB + 0,258PAD + 0,137DAU

Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil pengujian normalitas menggunakan KolmogorovSmirnov menunjukkan bahwa nilai probabilitas signifikansi 0,200 dan nilainya
lebih besar dari α=0,05, sehingga keseluruhan data tersebut dinyatakan memiliki
distribusi normal atau memiliki sebaran data yang normal.
Berdasarkan hasil uji Multikolinearitas menunjukkan semua variabel
memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 (tolerance > 0,1) dan semua variabel bebas
memiliki nilai VIF kurang dari 10 (VIF < 10), sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada gejala multikolinearitas di dalam model regresi dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser, nampak
bahwa semua variabel bebas menunjukkan nilai probabilitas signifikansinya lebih
besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak ada masalah

heteroskedastisitas dalam penelitian ini.
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan bahwa nilai statistik DurbinWatson sebesar 1,636, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan
menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel 98 (n) dan jumlah variabel
independen 3 (k=3), maka pada tabel Durbin-Watson akan di dapatkan nilai batas
bawah (dl) sebesar 1,6086 dan nilai batas atas (du) sebesar 1,7345. Dari data
tersebut diperoleh nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl)
atau dl < DW < du, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Karena dengan uji
autokorelasi Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan, maka dilakukan uji Run
Test. Berdasarkan hasil uji Run Test menunjukkan bahwa nilai probabilitas 0,104
lebih besar dari nilai signifikan yg digunakan yaitu 0,05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa residual tidak random atau tidak terjadi autokorelasi antar
nilai residual.
Uji Ketepatan Mode
Hasil uji F menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 42,956 > 2,70 dan
nilai signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak, artinya secara
simultan seluruh variabel PDRB, PAD, DAU berpengaruh signifikan terhadap
variabel Belanja Modal. Dengan demikian model yang digunakan dalam
penelitian ini dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku belanja modal dalam
APBD.
PEMBAHASAN
Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) dan Belanja Modal
Berdasarkan pengujian statistik untuk pertumbuhan ekonomi (PDRB)
memperoleh nilai thitung = (1,632) lebih kecil daripada ttabel (1,66123) atau dapat
dilihat dari nilai signifikansinya 0,106 > α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis pertama (H1) yang menyatakan “pertumbuhan ekonomi berpengaruh
terhadap

alokasi

belanja modal” tidak terbukti

kebenarannya.

Artinya

pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Darwanto dan Yustikasari (2007) serta Harianto dan Adi (2007) yang
membuktikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap anggaran
belanja modal.
Menurut penelitian (Boediono (1985) dalam Darwanto dan Yustikasari
(2007) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output

per kapita. Secara tradisional, pertumbuhan ekonomi ditujukan untuk peningkatan
yang berkelanjutan Produk Domestik Regional Daerah / PDRB. Otonomi daerah
mendorong Pemda untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.
Perbedaan kemampuan daerah yang satu dengan daerah yang lainnya dalam
mengelola potensi lokalnya dan ketersediaan sarana prasarana serta sumber daya
menyebabkan pertumbuhan ekonomi antara satu daerah dengan daerah lainnya
tidak sama.
Hubungan antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Modal.
Berdasarkan pengujian statistik untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD)
memperoleh nilai thitung = (4,189) lebih besar dari ttabel (1,66123) atau dapat dilihat
dari nilai signifikansinya 0,000 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
kedua (H2) yang menyatakan “Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh
terhadap alokasi Belanja modal” terbukti kebenarannya. Artinya PAD
berpengaruh terhadap alokasi Belanja Modal.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Darwanto dan Yustikasari (2007) serta Harianto dan Adi (2007) yang
membuktikan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap
anggaran belanja modal.
Tingkat PAD yang tinggi, maka pemerintah daerah lebih bisa untuk
mengoptimalkan potensi PAD. Anggaran belanja modal adalah anggaran yang
disediakan untuk membiayai proses perubahan, yang merupakan perbaikan dan
pembangunan menuju kemajuan yang ingin dicapai. Pengeluaran yang

dianggarkan dalam pengeluaran pembangunan didasarkan atas alokasi sektoral.
Belanja pembangunan umumnya menghasilkan wujud fisik seperti jalan,
jembatan, gedung, pengadaan jaringan listrik dan air minum, dan sebagainya.
Belanja pembangunan non fisik di antaranya mencakup pendidikan, pelayanan
kesehatan, dan pemeliharaan keamanan masyarakat. Peningkatan PAD suatu
daerah belum tentu diikuti peningkatan anggaran Belanja Modal, tergantung pada
situasi dan kondisi setiap daerah, serta kebijakan Pemerintah Pusat.
Hubungan antara Dana Alokasi Umum (DAU) dan Belanja Modal.
Berdasarkan pengujian statistik untuk Dana Alokasi Umum (DAU)
memperoleh nilai thitung = (5,159) lebih besar dari ttabel (1,66123) atau dapat dilihat
dari nilai signifikansinya 0,000 < α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis
ketiga (H3) yang menyatakan “Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap
alokasi Belanja modal” terbukti kebenarannya. Artinya DAU berpengaruh
terhadap alokasi Belanja Modal.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan Darwanto dan Yustikasari (2007) serta Harianto dan Adi (2007) yang
membuktikan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap
anggaran belanja modal.
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan dengantujuan pemerataan keuangan daerah untuk membiayai
kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Artinya
kebijakan penggunaan DAU tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah.
Semakin besar Dana Alokasi Umum (DAU), maka semakin besar pula Belanja

Modal. Besarnya Belanja Modal dipengaruhi oleh jumlah Dana Alokasi Umum
(DAU) yang diterima dari Pemerintah Pusat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
ketergantungan Pemerintah Kabupaten / Kota terhadap Pemerintah Pusat masih
tinggi.
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka
dapat diambil simpulan sebagai berikut :
1.

Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengalokasian anggaran belanja modal Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa
Tengah secara parsial. Hal ini terbukti dari hasil uji t memperoleh nilai thitung
(1,632) lebih kecil darpada ttabel (1,66123) atau dapat dilihat dari nilai
signifikansinya 0,106 > α = 0,05.

2.

Pendapatan

Asli

Daerah

(PAD)

berpengaruh

signifikan

terhadap

pengalokasian anggaran belanja modal Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa
Tengah secara parsial. Hal ini terbukti dari hasil uji t memperoleh nilai thitung =
(4,189) lebih besar dari ttabel (1,66123) atau dapat dilihat dari nilai
signifikansinya 0,000 < α = 0,05.
3.

Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh signifikan terhadap pengalokasian
anggaran belanja modal Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah secara
parsial. Hal ini terbukti dari hasil uji t memperoleh nilai thitung = (5,159) lebih
besar dari ttabel (1,66123) atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya 0,000 <
α = 0,05.

Keterbatasan
1.

Keterbatasan dalam mengambil jumlah sampel penelitian, yaitu terbatas pada
Kabupaten / Kota di Provinsi Jawa Tengah.

2.

Periode penelitian ini dibatasi hanya dari tahun 2010, 2011, 2012, sehingga
tingkat generalisasinya kurang baik.

3.

Variabel yang diteliti hanya terbatas Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi umum (DAU) sehingga masih
terdapat variabel lain yang kemungkinan mempengaruhi Belanja Modal.

Saran
1.

Bagi peneliti mendatang hendaknya sampel dan dan daerah penelitian lebih
diperluas lagi, sehingga akan memberikan hasil yang lebih mendekati
kenyataan yang sebenarnya.

2.

Bagi peneliti mendatang periode penelitian lebih diperpanjang lagi, yaitu
tidak hanya tiga tahun, sehingga tingkat generalisasinya lebih baik.

3.

Bagi peneliti mendatang hendaknya melibatkan atau menambah variabel
lainnya, sehinggal kemampuan mengukurnya akan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy dan Halim Abdul. 2004. “Pengaruh Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah
Daerah : Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali”. Simposium
Nasional Akuntansi VI, 16-17 Oktober 2003, Surabaya.
Arsyad, Lincolin. 2005. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah.
BPFE, Yogyakarta.
Bastian, Indra. 2002. Sistem Akuntansi Sketro Publik : Buku Satu. Salemba
Empat, Jakarta.
Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta, BPFE UGM.
Darise, Nurlan. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. Indeks, Jakarta.
Darwanto dan Yulia Yustikasari, 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum terhadap Pengalokasian
Anggaran Belanja Modal : Studi Kasus Kabupaten / Kota di Jawa dan Bali.
Simposium Nasional Akuntansi X, Juli 2007.
Ghozalli, I.. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang : Universitas Dipenogoro.
Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan antara Dana Alokasi
Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per
Kapita. Simposium Nasional Akuntansi, Juli 2007.
Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi revisi, Salemba Empat,
Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi & Manajemen. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas
Ekonomi, UGM.
Maimunah, Mutiara. 2006. Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada
Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. Simposium Nasional Akuntansi IX
Padang, 23-26 Agustus 2006.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi,
Yogyakarta.

Pradita, Rizanda Ratna. 2012. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal di Provinsi Jawa Timur”. Jurnal,
Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
Prakosa, Kesit Bambang. 2004. “Analisa Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah
(Studi Empirik di Propinsi Jawa Tengah dan DIY”. JAAI Vol.8 No.2, 101118.
Putro, Nugroho Suratno. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi
Kasus Pada Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah. Skripsi Sarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.
Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002
tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah Serta Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk bisnis. Jakarta, Salemba empat.
Setiawan, Anjar dan Sugeng Wahyudi. 2011. Pengaruh Dana Alokasi
Umum(DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja
Daerah (Studi Kasus Pada Provinsi Jawa Tengah). Undergraduate thesis,
Universitas Diponegoro.
Siagian, Monica. 2008. “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lainnya yang dianggap Sah Terhadap
Nelanja Pemerintahan Daerah : studi KasusKabupaten/Kota di Propinsi
Sumatera Utara”. Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sidik, Machfud. 2004. Bunga Rampai Desentralisasi Fiskal. Direktorat Jendral
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Jakarta.
Singgih, Sanoso. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
Siswantoro, Dodik dan Kusnandar. 2012. Pengaruh Dana Alokasi Umum,
Pendapatan Asli Daerah, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran dan Luas

Wilayah Terhadap Belanja Modal. SNA XV Banjarmasin 20-23 September
2012.
Soekarwo. 2003. Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah. Airlangga
University Press, Surabaya.
Sugiyono. 2010. Statistik untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi, PT Bumi
Aksara, Jakarta.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Ghalia Indonesia, Bogor.
Yamin, S., Rachmach, L., A. & Kurniawan, H., 2011. Regresi dan Korelasi dalam
Genggaman Anda. Jakarta : Salemba Empat.
----------------------, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
-----------------------, Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
antara Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daer

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

7 86 98

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Luas Wilayah terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 85 80

Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo

13 325 66

Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu

1 40 81

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Propinsi Sumatera Utara

1 41 93

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Di Kota Semarang Periode Tahun 2005-2009 (The Influence of Economic Growth, Regional Own Revenue, and General Allocati

0 0 15

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL Se-Provinsi Sumatera Utara 2007-2010

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1.1 Pengertian APBD - Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal

0 1 15

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

SKRIPSI PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN LUAS WILAYAH TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL PADA KABUPATENKOTA DI SUMATERA UTARA

0 0 11