Menyambut Era Cyber Democracy.

ts'EPUTAR
INDONESIA
o Sabtu
12

13
27

28

OSep o Ok!

Menyambut
EraCyberDemocracy
SEBELUM
silang sengke-

ta

Komisi


Pemberantas-

an

Korupsi

(KPK) versus
Polri mencuat

ke permukaan, dayatarik
dunia maya
(internet) sebagai salah sa-

tu kunci kesuksesancyber democracytak ba-

kan kebuntuan-kebuntuan penyaluran aspirasi melalui institusi formal pun seolah terjawab sudah.
Artinya,kehadiranpoliticalonline
partisipant menjadi kritik nyata
bagi institusi-institusi politik yang
selama ini memegang monopoli

penyaluran suara rakyat, tetapi
pada kenyataannya mandul, sebut
saja misalnya seperti MPR,DPR,
DPRD(propinsi/kotalkabupaten),
partai politik, bahkan pemerintah
sekalipun.
Singkat kata, kehadiran online

nyak dibicarakan publik, Bahkan
pengamat-pengamat pun belum
mendiskusikannya secara serius
walaupun eksistensi dan daya
dongkrak instrumen ini cukup signifikan dalam menyuarakan berbagai macamaspirasi publik. Contohnya, perseteruan Prita versus
RS Omni Internasional beberapa
waktu lalu yang tergolong cukup
cepat berubah menjadi konsumsi
publik lantaran keluhannyamengalami multiplikasi di dunia maya,
terutama melalui situs jejaring
sosialFacebook.
Kemudian, gelora cyber democracyitu menggurita dan sangat terasa pengaruhnya setelah per-seteruanKPK versusPolisi(yangumum

disebut cicak vs buaya, walaupun
diprotes petinggi negara ini) berakhir dengan penahanan dua deputi nonaktif KPK, Bibit Samad
Rianto dan Chandra M Hamzah,

Instrumen dunia cyber

(Facebook)

terse but bagai tersulap menjadi
media yang sangat simpel dan signifikan untuk berpartisipasi langsung dalam kehidupan politik ke-

negaraan (polity), Simpel karena
para aspirant tidak perlu membuang-buang banyak energi alias
berpanas-berkeringat
di jalanan

untuk menyampaikan aspirasi
(baca: street parliament). Signifikan karena ternyata dalam
waktu singkat bisa menggiring
opini publik ke arah apa yang


diinginkan para online partisipan

tersebut.
Dalam hal ini, kita melihat perpaduan antara perkembangan teknologi informasi dengan kreativitaspolitikmasyarakat bertemudan
saling mendukung. Perpaduan dua
faktor ini membuat realitas demokrasi kita semakin berwarna. Bah-

Kllplng

parliament bukan hanya sebagai
substitusi bagi street parliament
atau pengganti cara-cara penyampaian aspirasi konvensionallainnya, tapilebih tepatnya diposisikan
sebagai pelengkap (complementary)

rak~t dalam waktu singkat.
Akhirnya, seperti yang kita saksikan hingga hari ini, dunia maya
telah sanggup menorehkan warna
tersendiri bagi demokrasi Indonesia. Di kemudian hari diharapkan,
berjuta- juta rakyat Indonesia bisa

berkomunikasi dan beraspirasi dengan pihak-pihak yang berwenang
tanpa batasan-batasan yang kaku,
baikdilembaga pemerintahanatau
di lembaga-Iembaga publik lainnya. Hal ini juga akan menjadi bukti tak terbantahkah bahwa mayoritas rakyat menginginkan keterlibatan yang tinggi dalam pemerintahan, tetapi keterlibatan tersebut
bisa dengan instrumen apa saja,
salah satunya melalui dunia maya,
Tentunya ini akan menjadi berita
baik bagi demokrasi kita bukan?
Mari kita sambut era cyber democracy ini dengan semangat demokratisasi yang konstruktif demi semakin terakomodasinya
kepentingan publik dalam aplikasi kekuasaan sehari.hari,Mudah-mudahan!(*)

Humas

-

di mana semua instrumen pe-

nyampaian aspirasi tetap bisa dijalankan oleh publik sesuai tuntutan lapangan. Secara teknis, saat
instrumen penyampaian aspirasi
konvensional (seperti demonstrasi,

aksi teatrikal, atau aksi pengumpulan tanda tangan) digunakan
'oleh publik, diharapkan kehadiran
online parliament bisa menambah
efektivitas penyampaian aspirasi
menuju sasaran dan menyebarkannya ke berbagai segmen masya-

2009

Unpad

-

---

-