"Marketing" Politik dan Rekam Jejak.

Pikiran
o- Selasa o Rabu

3
19

4
20

0

6

2.

7
22

8

.


Rakyat
(J

Kamis

1

9

23

24

Jumat
11

)

25


.Mar

o Sabtu o Minggu
12

26

OApr
OMei
OJun
o JuJ OAgs
-------_....------_.
.------.-----.--OPeb

--.J

UNI'AD.
eX-NON IINP'AD )


13
27

OSep

14
28

15
29

OOkt

16
30

ONov

31


ODes

"Marketing" Politik
dan Rekam Jejak
Oleh HERYWIBOWO, S.Psi., M.M.

P

ERANG Baratayudha telah dimulai. Namun, kali
ini bukan peperangan seratus pasukan Kurawa melawan lima orang Pandawa, melainkan
puluhan parpol dengan ratusan
caleg melawan (calon) konstituen.
Tujuan perang kali ini pun bukan
membinasakan pasukan musuh
sebanyak-banyaknya, melainkan
bagaimana menancapkan nama
parpol dan caleg tertentu di benak
,,' calon pemilih (top of mind). Ya,
. .~
inilah marketing politik.


i

J:

AIRiesdan Jack Trout menya-

takan, perang marketing (pemasaran) yang sesungguhnya adalah
perjuangan menempatkan produk kita di urutan pertama (top of
list) di pikiran pelanggan. Berbagai poster, baliho, stiker, kalender,
iklan radio dan televisi, tiada henti membombardir benak kita setiap hari.
Pada beberapa segi, strategi pemasaran politik identik dengan
strategi pemasaran produk atau perusahaan tertentu: bagaimana
sebuah produk ataujasa dapat dikenal (dan kemudian dikonsurnsi) oleh calon konsumen. Hermawan Kertajaya, mahaguru pemasaran Indonesia menyatakan, kesuksesan dan kegagalan suatu
produk ataujasa dapat dianalisis melalui segi tiga PDB (positioning-dijJerentiation-brand). Gerak langkah parpol tampaknya dapat pula dianaIisis dengan segi tiga PDB itu.
Pertama, apakah partai memiliki positioning yang kuat. Dalam
bahasa yang lain, bagaimana partai memosisikan dirinya atau apakah ia memiliki kemampuan untuk mengarahkan (calon) konstituen secara kredibel. Sebagai contoh, beberapa positioning partai
dapat berbunyi "partai bebas korupsi", "partai wong cilik", dan
"partai reformasi".
Kedua, bagaimana partai tersebut memperkokoh dan membedakan (dijJerentiation) dirinya dengan partai yang lain melalui

langkah-Iangkah nyata. Hal ini penting, mengingat, di benak calon
pemilih -paling tidak sebulan terakhir- tersimpan ratusan gambar, simbol, moto, serta visi dan misi partai. Artinya, tanpa diferensiasi yang jelas, didukung langkah konkret untuk merealisasikannya, sulit bagi partai untuk memenangi perang.
Terakhir, apakah partai politik memiliki "nama" atau "merek"
yang ringkas,mudah diingat,mudah diucapkan,dan memilikimeaning yang kuat bagi pencitraan partai. lni menjadi penting mengingat banyak sekali nama partai yang serupa. Nama yang solid, sederhana -namun mampu menggambarkan citra kepartaian yang
kuat- merupakan competitive advantage tertentu. Jika ketiganya
terpenuhi, akan terciptalah partai yang memiliki brand kuat, positioning mantap, serta dijJerentiation yang nyata dibandingkan
dengan partai politik kompetitor.
Pertanyaan selanjutnya adalah, ketika segi tiga itu sudah dimiliki, apakah sudah pasti partai tersebut memenangi pemilihan? Belurn tentu. Soalnya, masih perlu diuji konsistensi partai dalam
menjaga piramida PDB tersebut. Selain itu, perlujuga dievaluasi
tingkah polah partai dalam memelihara sikap politik mereka. Era
demokrai>imultipartai telah berjalan hampir sepuluh tahun. Artinya, masyarakat pemilih sudah semakin ~pintar". Masyarakat kini,
sudah mulai bisa "merekam" jejak partai-partai. Era transparansi
dan keterbukaan telah datang. Pemilu yang (mudah-mudahan)
langsung, umum, bebas, dan rahasia sudah 9i depan mata. Mari
junjung tinggi sportivitas. (Penulis, dosen nmu Kesejahteruan
Sosial FISIP Unpad)***

~------

--


, ------

----

-- - k lip i n 9
---

Hum QsUn

"-.---

p Qd 2 00 9--'
---

-