KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG.

ABSTRAK

Skripsi ini merupakan hasil penelitian mengenai Kolaborasi Pengelolaan
Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung. Adapun latar belakang
penelitian ini, peneliti menemukan adanya indikasi masalah komunikasi dengan
para pemangku konservasi maish kurang rutin dilakukan dan juga peran dari
koordinator yang tidak jelas tugasnya dikarenakan tidak ada perjanjian atau
kontrak tertulis MoU (Memorandum of Understanding ) diantara para pihak yang
terlibat.
Untuk menganalisis permasalahan di atas peneliti menggunakan teori dari
Chris dan Vangen (1996) yang merumuskan enam tahapan dalam kolaborasi yaitu
dari Managing Aims, Compromise, Communication, Democracy and Equality,
Power and Trust, dan Determinaion, Commitment and Stamina . Metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian skripsi ini adalah metode
penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi
lapangan dengan cara observasi non partisipan dan wawancara secara mendalam.
Sedangkan dalam penentuan informan digunakan teknik purposive sampling
dengan informan berjumlah tujuh orang (Kepala Seksi Bagian Kebudayaan, Staff
Pelaksana Bagian Kebudayaan, Tim Pengawas Arsitektur, Tokoh Planologi
Bandung, Ketua Paguyuban Bandung Heritage, Sekertaris Umum Tim BCB dan
Staff Bagian Informasi dan Penataan Tata Kota Dinas Tata Ruang dan Cipta

Karya Kota Bandung). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik
Analisis Data menggunakan model Miles dan Huberman yaitu Reduksi Data,
Penyajian Data dan Menarik Kesimpulan/Verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Kolaborasi Pengelolaan
Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya di Kota Bandung, secara umum belum
sepenuhnya pelayanan dilaksanakan dengan baik. Hal ini terjadi karena
komunikasi yang dilakukan dengan pemilik konservasi tidak rutin sehingga masih
banyak pemilik yang tidak mengetahui bangunan cagar budaya, Disbudpar
sebagai koordinator kurang mengarahkan anggotanya dan tidak memonitoring
secara langsung kelapangan. Kemudian tidak adanya perjanjian atau kontrak MoU
(Memorantum of Understanding) diantara para pihak yang terlibat. Dari hasil
pembahasan yang penulis lakukan pada BAB IV dapat ditarik kesimpulan bahwa
kolaborasi pengelolaan kawasan dan bangunan cagar budaya secara umum belum
sepenuhnya dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tahapan kolaborasi menurut
Chris dan Vangen (1996) yang dikutip oleh Raharja (2010).

i

ABSTRACT


The thesis is the result of the research on Management Collaboration of
Area Cultural Heritage Buildings in Bandung City. The background of this study,
researchers found indications of communication problems with the conservation
stakeholders are still not routinely done and also the role of coordinators are not
clear because there was no agreement or MoU written contract among the parties
involved.
To analyze above problems researchers used the theory of Chris and
Vangen (1996) who formulated the six stages in the collaboration of Managing
Aims, Compromise, Communication, Democracy and Equality, Power and Trust,
and Determinaion, Commitment and Stamina. The method used in the thesis
research is a qualitative research method. Data collection techniques such a s
library research and field studies by non-participant observation and in-depth
interviews. While in determination of informants used purposive sampling
techniques with amount seven informants (Head of Cultural Section, Executive
Staff Section Culture, The team of Architecture Supervisor , Planning Leader
Bandung, head of Bandung Heritage Society, General Secretary of BCB team
and Information Section Staff and Arrangement of Urban Planning Dinas Tata
Ruang dan Cipta Karya Bandung city). In this research researchers used data
analysis technique using the model of Miles and Huberman Data Reduction, and
data serving and points conclusion / Verification.

The results showed that within Management Collaboration of Area Cultural
Heritage Buildings in Bandung City , generally the service has not been
completely properly implemented. This occurs due the communication with the
owner of conservation had not been conducted routinely so there are a lot of
owners who do not know about the cultural heritage buildings. Disbudpar as
coordinator directless its members and does not directly monitoring to the place.
Then the absence of an agreement or a MOU (Memorantum of Understanding)
contract among the parties involved. From the results of the discussion which the
author did in Chapter IV, it can be concluded in generally Management
Collaboration of Area Cultural Heritage Buildings has not been conducted
completely and not implemented properly yet according to the stages of
collaboration by Chris and Vangen (1996) cited by Prog (2010).

ii