HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

  

Kolaborasi Model Pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Strategi Pemasaran

Destri Cahyono

Suwarni

  Program Studi Manajemen

  • – Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang

  Abstract : Some of the tenth grade students of PBR at SMK PGRI 2 Malang has a low learning achievement on the subject of Marketing Strategy. One of the solutions to overcome this problem is to use collaborative learning model STAD with Peer Tutor. Aside of using the STAD Model that is conducted by teachers, peers assistance is believed to make the learning process be more effective. This is because students are usually more willing to ask their friends rather than their teachers. The type of this research is classroom action research (CAR). Subjects are the tenth grade students of PBR at SMK PGRI 2 Malang in 2014/2015 academic year. Data collection was done by using tests, observations, field notes, interviews and documentation. The results of the collaborative research that was conducted in the tenth grade students of PBR 2 show that: 1) the implementation of collaborative learning model STAD with Peer Tutor at Marketing Strategy subject in class X PBR SMK PGRI 2 Malang is in accordance with the plan or going well, which is conducted in two cycles. The process of implementing collaborative learning model STAD with Peer Tutor is that after the teacher explains the subject's.

  Keywords: STAD, Peer Tutor, Learning Outcome Abstrak : Sebagian siswa kelas X PBR di SMK PGRI 2 Malang pada mata pelajaran Strategi Pemasaran memperoleh hasil belajar yang kurang. Salah satu pemecahannya adalah dengan menggunakan kolaborasi Model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya. Selain menggunakan Model STAD yang dilakukan oleh guru, bantuan teman sebaya dalam pembelajaran akan menjadi lebih efektif. Hal ini dikarenakan, siswa biasanya lebih berani bertanya pada teman dari pada bertanya pada guru. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subyek penelitian adalah siswa kelas X PBR SMK PGRI 2 Malang tahun 2014/2015. Pengumpulan data menggunakan tes, observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian penerapan kolaborasi yang dilakukan di kelas X PBR SMK PGRI 2 Malang menunjukkan bahwa: 1) Penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya pada materi Strategi Pemasaran pada siswa kelas X PBR SMK PGRI 2 Malang sudah sesuai dengan rencana atau berjalan dengan baik,yang dilaksanakan dalam dua siklus. Proses penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya yaitu setelah guru menyampaikan materi, siswa yang paham akan materi membantu siswa yang kurang paham. Dengan cara demikian, semua siswa menjadi lebih memahami materi pelajaran dengan mudah; 2) Penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya pada mata pelajaran Strategi Pemasaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X PBR SMK PGRI 2 Malang.

  Kata kunci: STAD, Tutor Sebaya, Hasil Belajar

  Pembelajaran atau proses belajar mengajar evaluasi. Keseluruhan unsur-unsur merupakan suatu proses interaksi (hubungan pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi timbal balik) antara guru dan siswa atau keberhasilan proses belajar mengajar untuk pembelajaran beserta unsur-unsur yang ada meningkatkan prestasi belajar atau hasil belajar didalamnya. Unsur-unsur pembelajaran siswa. tersebut antara lain; tujuan pembelajaran, Salah satu tujuan pembelajaran di materi pembelajaran, sarana prasarana, situasi sekolah adalah untuk meningkatkan prestasi atau kondisi belajar, media pembelajaran, belajar atau hasil belajar siswa. Faktor utama penggunaan model atau metode pembelajaran yang tepat. Pembelajaran yang baik ditandai dengan rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, baik fisik, mental maupun emosi. Oleh karena itu, peningkatan hasil belajar siswa diperlukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

  Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Learning STAD (Student Team

  Achievement Division) adalah strategi

  pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat kepada anggota kelompok. Dalam berdiskusi, suatu kelompok terkadang cenderung hanya siswa yang berkemampuan lebih yang aktif dalam mengerjakan tugas sedangkan siswa yang berkemampuan kurang tidak terlalu aktif. Dikarenakan siswa yang kemampuan kurang cenderung tidak paham dengan apa yang telah di jelaskan oleh guru didalam kelas.

  Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut siswa yang berkemampuan kurang agar ikut berpartisipasi dalam mengerjakan tugas kelompok. Siswa yang kurang paham bisa bertanya kepada teman sebaya karena biasanya kebanyakan siswa malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang sudah dijelaskan dan sebaliknya siswa tidak malu jika bertanya kepada teman sebaya. Maka teman dalam anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih atau pandai harus membantu dan menjelaskan kembali kepada temannya yang berkemampuan kurang atau lambat. Melalui model Tutor Sebaya maka siswa yang berkemampuan kurang akan ikut berperan aktif dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas anggota kelompok. Tujuan dari penerapan model Tutor Sebaya adalah agar anak yang lambat dapat dibantu, sedangkan anak yang pandai kemampuannya bisa berkembang terus, untuk membantu temannya yang lambat dalam belajar. Dengan cara demikian, siswa menjadi lebih memahami materi pelajaran dengan mudah. Agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Tiap kelompok pastinya digolongkan pada beberapa karakter siswa. Dalam proses pembelajaran anak yang tergolong kurang pandai atau siswa yang lambat dalam menguasai pelajaran.

  Berdasarkan pengalaman proses pembelajaran pada mata pelajaran Strategi Pemasaran, guru menggunakan model pembelajaran STAD yaitu guru mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran di dalam kelas. Ketika guru menerapkan model pembelajaran STAD di dalam kelas cenderung hanya siswa berkemampuan lebih yang mengerjakan tugas dari guru, sedangkan siswa yang lambat cenderung pasif. Ketika model pembelajaran STAD diterapkan dalam pembelajaran hanya siswa yang berkemampuan lebih saja yang mengerjakan tugas kelompok sedangkan siswa yang berkemampuan kurang atau lambat mereka tidak berperan aktif dalam mengerjakan tugas. Dikarenakan siswa yang berkemampuan lambat tidak memahami materi yang sudah dijelaskan oleh guru. Semua siswa harus paham tentang materi yang sudah dijelaskan oleh guru agar mereka aktif dalam mengerjakan tugas kelompok. Siswa yang berkemampuan kurang cenderung takut untuk bertanya kepada guru dan mereka lebih suka bertanya kepada teman dari pada bertanya kepada guru secara langsung. Mereka enggan bertanya kepada guru karena timbulnya rasa malu dan takut salah apabila bertanya kepada gurunya. Hal ini menyebabkan sebagian siswa mata pelajaran Strategi Pemasaran memperoleh hasil belajar yang kurang.

  Tujuan dari pembelajaran Kolaborasi Model Pembelajaran STAD Dengan Tutor Sebaya yaitu; 1) Untuk mengetahui kemampuan penerapan kolaborasi model untuk meningkat hasil belajar siswa; 2) Agar siswa yang tidak paham materi bisa dibantu temannya sedangkan siswa yang sudah paham materi kemampuannya bisa berkembang terus.

  Salah satu pemecahannya adalah dengan menggunakan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya. Selain menggunakan model STAD yang dilakukan oleh guru, bantuan teman sebaya dalam pembelajaran akan menjadi lebih efektif. Hal ini dikarenakan, siswa biasanya lebih berani bertanya dengan teman dari pada bertanya pada guru. Kolaborasi model pembelajaran ini melibatkan semua siswa untuk lebih cepat dalam memahami materi. melalui hasil pre test dan post test.

  METODE

  Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research

  (CAR) merupakan bagian dari Penelitian

  Tindakan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penyelidikan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan dengan suatu rangkaian langkah yang terdiri atas 4 tahap yakni perencanaan, tindakan atau pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Kehadiran peneliti di dalam penelitian yang dilaksanakan di dalam kelas adalah pihak yang bisa merasakan langsung adanya masalah yang ada dan paling berkepentingan dalam pemecahan, atau perolehan jawaban atas masalah yang dihadapi di kelas secara menyeluruh. Peneliti bertindak sebagai guru model. Sedangkan guru mata pelajaran Strategi Pemasaran dan teman sejawat bertindak sebagai observer yang berjumlah sekitar dua orang.

  Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu organisasi secara langsung dari objek yang diteliti. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh/ dikumpulkan dan telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih informatif. Analisis data dapat diartikan mengubah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian yang dianalisis yaitu berupa hasil belajar setelah diterapkannya kolaborasi model pembelajaran apakah ada peningkatan hasil nilai rata-rata siswa dan KKM. Jika ada peningkatan dalam hasil belajar maka siswa dianggap berhasil atau tuntas dan sebaliknya apabila tidak ada peningkatan dalam penelitian ini, maka masih belum dianggap berhasil. Didalam hasil belajar Proses penganalisisan data penelitian ini berpedoman pada langkah-langkah analisis data penelitian kualitatif.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

  Dalam siklus I kegiatan yang dilakukan meliputi 4 tahap yaitu perencanaan tindakan

  (Planning), pelaksanaan tindakan (Action),

  pengamatan tindakan (Observation), dan melakukan refleksi (reflection).

  a) Perencanaan Tindakan Siklus

  I (Planning)

  Pada tahap perencanaan tindakan ini, peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut.(1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya, KD Mengembangkan Produk Baru dengan alokasi waktu 4x45 menit.(2) Menyiapkan lembar observasi/pegamatan untuk kegiatan guru.(3) observer.(4) Menyiapkan Handout materi untuk siswa.(5) Menyiapkan soal pre test dan

  post test

  untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif.(6) Menyusun kelompok secara heterogen berdasarkan nilai awal dari guru mata pelajaran.(7) Menyiapkan kamera untuk dokumentasi.

  Tahap pelaksanaan tindakan siklus I dimulai hari Senin, 19 Januari 2015 di ruang kelas

  X PBR, proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP. Tahap pertama peneliti dan observer masuk ke dalam ruangan, peneliti sebagai guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan mengabsen siswa untuk mengetahui satu per satu siswa kelas X PBR. Dari 33 siswa terdapat 23 siswa yang masuk dan 10 siswa yang tidak masuk sekolah. Sebelum memulai pelajaran peneliti memberikan gambaran umum tentang KD Mengembangkan Produk Baru dan menjelaskan model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya. Kemudian peneliti memberikan soal pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

  Kegiatan selanjutnya peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada siklus I. Peneliti menjelaskan inti pokok dari materi yang dibahas yaitu tentang pengertian produk kemudian siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan dari peneliti. setelah peneliti selesai menjelaskan siswa dipersilahkan untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan. Sebagian Siswa cenderung pasif saat di suruh bertanya.

  Peneliti membagi kelompok heterogen yang sudah ditentukan yang terdiri dari 4-5 siswa. Pada saat peneliti membagi siswa cenderung tidak setuju dan susah untuk bergabung dengan anggota kelompok yang sudah ditentukan oleh peneliti, tetapi setelah diberipenjelasan dan peringatan oleh peneliti agar tidak ramai dan dibantu observer dalam pembentukan kelompok, maka suasana kelas menjadi tenang kembali. Setelah semua siswa bergabung dengan kelompoknya masing- masing, peneliti memangil ketua dari tiap kelompok untuk maju kedepan kemudian dilakukan dengan kelompoknya. Yaitu ketua kelompok diberi saran agar mereka mengajari temannya yang masih belum memahami materi yang sudah dijelaskan oleh peneliti selain itu setiap siswa kelompok juga harus mengerjakan tiap soal sehingga siswa yang tidak paham dengan materi yang sudah dijelaskan oleh peneliti tidak bergantung dengan teman yang sudah paham.

  Kegiatan diskusi selesai, peneliti menyuruh perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru juga memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan tanggapan dari perwakilan kelompok yang melakukan persentasi di depan kelas. Setelah persentasi selesai peneliti meminta perwakilan siswa untuk memberikan kesimpulan dari materi yang sudah diberikan. Ada siswa yang bernama purwati menyimpulkan materi, setelah siswa selesai menyimpulkan peneliti menambahkan sedikit kesimpulan yang dirasa kurang. Selanjutnya peneliti selesai memberikan kesimpulan kemudian memberikan soal post test kepada siswa untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa setelah penerapan model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya dilakukan. Setelah siswa selesai mengerjakan soal post test kemudian dikumpulkan ke depan dan siswa di beri nasihat peneliti agar lebih giat lagi untuk belajar dirumah.

  b) Pengamatan Tindakan (Observation)

  Pada tahap pengamatan secara keseluruhan berdasarkan peneliti dan 2 teman sejawat sebagai observer mengamati proses pembelajaran dan ketepatan guru dalam menerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya. Pada penelitian ini observer memiliki tugas untuk mengamati proses pembelajaran selama penerapan model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya pada siklus I.

  Pengamat melihat bahwa sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan diskusi kelompok meskipun masih ada siswa yang pasif dan ramai sendiri. Mereka bertukar pendapat, saling belajar, saling pendapat siswa lain yang lebih paham, maka tercipta suasana yang kondusif. Pada penerapan siklus I yang telah dilaksanakan pada hari Senin, 19 Januari 2015 dan Setiap akhir siklus akan diadakan refleksi, dari hasil pengamatan dan catatan lapangan, refleksi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan pada siklus I berhasil atau tidak. Berdasarkan kesimpulan dari 2 observer adalah dalam penerapan model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya siklus I dalam membentuk kelompok untuk siswa masih kurang jelas. Sehingga setiap siswa menjadi binggung dan banyak yang bertanya kepada peneliti namanya berada di kelompok mana.

  Sehingga dalam penerapan model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya pada siklus II peneliti diharuskan untuk lebih jelas dalam membagi siswa dalam setiap kelompok agar siswa tidak kebingunggan dan menghemat waktu sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Dalam siklus II kegiatan yang dilakukan meliputi 4 tahap yaitu perencanaan tindakan (Planning), pelaksanaan tindakan

  (Action), pengamatan tindakan (Observation),

  dan melakukan refleksi (reflection). Sebelum peneliti menyampaikan materi, peneliti melakukan penggalian materi sebelumnya. Sebagian besar siswa masih ingat dengan materi sebelumnya. Selanjutnya peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari pada siklus II. Peneliti menjelaskan inti pokok dari materi yang dibahas yaitu tentang klasifikasi barang industri. Saat peneliti menjelaskan materi siswa sangat antusias jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. setelah peneliti selesai menjelaskan siswa dipersilahkan untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan sebagian siswa cenderung pasif.

  Peneliti membagi kelompok heterogen yang sudah ditentukan yang terdiri dari 4-5 siswa. Siswa sudah tidak kebingungan lagi dengan kelompoknya sehingga kelas sangat kondusif. Setelah semua siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing, peneliti memangil ketua dari tiap kelompok untuk maju apa saja yang harus dilakukan dengan kelompoknya. Yaitu ketua kelompok diberi saran agar mereka mengajari temannya yang masih belum memahami materi yang sudah dijelaskan oleh peneliti selain itu setiap siswa kelompok juga harus mengerjakan tiap soal sehingga siswa yang tidak paham dengan materi yang sudah dijelaskan oleh peneliti tidak bergantung dengan teman yang sudah paham.

  Ketua kelompok selesai diberikan penjelasan dan saran dari peneliti mereka kembali untuk bergabung dengan anggota kelompoknya masing-masing untuk mengerjakan lembaran soal diskusi yang sudah diberikan peneliti untuk didiskusikan siswa, pada saat siswa berdiskusi peneliti berjalan berkeliling sambil memantau kegiatan diskusi kelompok dan membantu jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam kegiatan diskusi. Sebagian besar siswa sudah dapat bekerja sama dengan baik jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya.

  Kegiatan diskusi selesai, peneliti menyuruh perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru juga memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan tanggapan dari perwakilan kelompok yang melakukan persentasi. Setelah persentasi selesai perwakilan kelompok yang berani maju ke depan kelas di beri hadiah bolpoin, sebagai bentuk apresiasi dan motivasi terhadap siswa. Setelah selesai persentasi peneliti meminta perwakilan siswa untuk memberikan kesimpulan dari materi yang sudah diberikan pada siklus II. Selanjutnya perwakilan dari siswa menyimpulkan materi setelah selesai menyimpulkan, peneliti menambahkan sedikit kesimpulan yang dirasa kurang.

  Peneliti selesai memberikan kesimpulan kemudian memberikan soal post

  test kepada siswa untuk melihat sejauh mana

  pemahaman siswa setelah penerapan model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya dilakukan. Setelah siswa selesai mengerjakan soal post test kemudian dikumpulkan ke depan dan peneliti mengucapkan banyak-banyak penelitian pada siklus I dan siklus II. Siswa di beri nasihat peneliti agar lebih giat lagi untuk belajar agar menjadi anak yang pandai dan menjadi orang sukses. Pada penelitian ini observer memiliki tugas untuk mengamati proses pembelajaran. Apakah guru sudah tepat dalam menerapkan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya pada siklus II. Pengamat melihat bahwa sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan diskusi kelompok jika di bandingkan dengan siklus sebelumnya pada siklus II siswa sangat aktif, saling memberi dan menerima gagasan maupun pendapat siswa lain yang lebih paham, maka tercipta suasana yang kondusif.

  Pada penerapan siklus II yang telah dilaksanakan pada hari Senin, 26 Januari 2015 kesimpulan dari 2 observer, dalam penerapan Model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya dapat menjadikan siswa lebih baik dari pada siklus sebelumnya, banyak siswa yang sudah paham dengan materi yang sudah di jelaskan oleh peneliti dengan cara bertanya dengan teman kelompoknya yang lebih paham dan proses pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar. Dapat dikatakan bahwa dalam penerapan Model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun temuan penelitian yang diperoleh dari penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya adalah sebagai berikut: 1. Temuan Siklus I(a) Penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya baru pertama diterapkan di kelas

  X PBR SMK PGRI 2 Malang, sehingga siswa belum terbiasa dan perlu adaptasi dengan Penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya. Siswa terbiasa dengan pembelajaran secara individual sedangkan dalam penerapan pembelajaran ini siswa di tuntut untuk bekerja sama dengan kelompok.(b) Dalam pembentukan kelompok, siswa masih kebingungan untuk mencari kelompoknya masing-masing selain itu kelompok yang sudah ditentukan guru masih masuk. Sehingga guru harus mengatur kembali siswa agar mendapatkan kelompok. Saat pembagian kelompok siswa cenderunglama dan susah berkumpul dengan anggota kelompoknya sehingga suasana kelas menjadi ramai.(c)Tempat duduk siswa cenderung berkelompok yang wanita di depan sedangkan laki-laki dibelakang. Sehingga saat peneliti menjelaskan materi, siswa laki-laki dibelakang ramai dan mengobrol sendiri dengan temannya.(d) Siswa tidak memiliki buku paket, modul dan LKS pada mata pelajaran strategi pemasaran.(e) Dalam diskusi kelompok masih banyak siswa yang pasif, sehingga dalam kegiatan diskusi kelompok masih kurang efektif

  Hasil observasi siklus I yang dilakukan oleh dua obsever terhadap kegiatan guru dalam menerapakan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya menunjukkan skor 28 dari skor maksimal 32, maka diperoleh nilai persentase 88% (lampiran 11a & 11b). Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan guru model dalam menerapkan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya sudah dapat dikatakan hampir berhasil

  Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai pre

  test dan post test. Hal ini untuk mengetahui

  kemampuan siswa setelah pelaksanaan tindakan. Hasil pre test siklus I (lampiran 5a) menunjukkan bahwa semua siswa sebanyak 23 siswa belum tuntas belajar, karena belum memenuhi nilai KKM. Sedangkan hasil post

  test siklus I (lampiran 6a) menunjukkanbahwa

  dari 23 siswa terdapat 17 siswa telah tuntas belajar dan sebanyak 6 siswa masih belum tuntas belajar, karena belum memenuhi nilai KKM.

  Pada siklus I terdapat semua siswa yaitu 23 siswa mengalami peningkatan hasil belajar dari pre test ke post test.Temuan siklus II(a) Siswa sudah mulai terbiasa dengan Penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya.(b) Guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kelompoknya masing- masing. Pada siklus II sebanyak 5 siswa yang tidak masuk. Sehingga sebagian kelompok masih ada kelompok. Sehingga guru mengatur kembali kelompok siswa. Setelah itu suasana kelas sudah kondusif tidak seperti siklus I. karena guru langsung mengambil tindakan dan proses diskusi berjalan dengan baik.(c) Guru sudah mengatur tempat duduk siswa sehingga tempat duduk siswa homogen antara laki-laki dan wanita. Siswa tidak ramai sendiri dan sudah kondusif.(d) Guru memberikan siswa lembar materi pada pertemuan hari ini. agar saat proses pembelajaran berlangsung siswa memiliki sumber belajar.(e) Dalam diskusi kelompok sudah mulai terlihat proses saling membagi pengetahuan, saling belajar dan bertukar pendapat. Sehingga saat diskusi kelompok tercipta suasana yang kondusif.i

  Hasil observasi yang dilakukkan dua orang obsever terhadap kegiatan guru model, dalam menerapakan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya menunjukkan skor 30 dari skor maksimal 32, maka diperoleh nilai persentase 94% .

  (lampiran 11c & 11d) Berdasarkan hasil

  observasi terhadap kegiatan guru model dalam menerapkan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya menurut kedua obsever sudah dapat dikatakan berhasil.

  Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai

  pre test dan post test. Hal ini untuk mengetahui

  kemampuan siswa setelah pelaksanaan tindakan. Hasil pre test siklus II (lampiran 5b) menunjukkan bahwa siswa yang berjumlah 27 sudah mengalami peningkatan ketuntasan belajar, karena sudah memenuhi nilai KKM. Hasil post test siklus II (lampiran 6b) menunjukkan bahwa dari 27 siswa terdapat 27 siswa telah tuntas belajar. Pada siklus II terdapat semua siswa yaitu 27 siswa mengalami peningkatan hasil belaj ar dari pre test ke post test.

  Pembahasan

  Penerapan model pembelajaran pada penelitian ini menggunakan model Pembelajaran kooperatif model STAD dengan Tutor Sebaya yang diterapkan pada siswa kelas X PBR SMK model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya diterapkan pada mata pelajaran Strategi Pemasaran. Model pembelajaran ini menggunakan 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Proses pembelajaran dalam menggunakan model STAD guru cenderung menjelaskan keseluruhan materi selanjutnya siswa dituntut lebih aktif dalam berdiskusi dengan anggota kelompoknya akan tetapi tidak mengulang kembali materi yang sudah dijelaskan oleh guru melainkan siswa hanya membantu sebagian siswa yang masih belum paham. Setelah itu tiap siswa diberi kuis untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang sudah dijelaskan oleh guru. Sedangkan dalam model pembelajaran Tutor Sebaya guru hanya menjelaskan materi pokok/inti, selanjutnya siswa mengembangkan materi tersebut dengan cara ketua kelompok yang sudah ditunjuk sebagai tutor menjelaskan dan mengembangkan kembali materipokok kepada anggota kelompoknya masing-masing sehingga tutor mampu menjadi guru untuk temannya yang belum paham dan siswa menjadi lebih aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.

  Pada penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya peneliti sebagai guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa, setelah itu guru mengabsen siswa kelas X PBR. Selanjutnya guru memberi penjelasan tentang proses belajar mengajar yang akan dilakukan. Kemudian guru melakukan penggalian pengetahuan siswa tentang pengertian produk dan jenis-jenis barang konsumen. Setelah itu guru menyampaikan tujuan materi yang akan di bahas hari ini. Selanjutnya guru menjelaskan materi tentang pengertian produk dan barang konsumen. Setelah guru selesai menjelaskan materi tersebut siswa dipersilahkan untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan. Guru menggunakan kolaborasi model STAD dengan Tutor Sebaya. Kemudian guru berencana membentuk siswa menjadi 8 heterogen, akan tetapi banyak siswa yang tidak masuk sehingga banyak siswa yang kebingungan dalam mencari anggota kelompoknya masing-masing maka guru mengubah 8 kelompok menjadi 6 kelompok dan setiap kelompok tetap terdiri dari 4-5 siswa heterogen. Selanjutnya guru memanggil ketua dari masing-masing kelompok. Guru menjelaskan langkah- langkah apa saja yang harus dilakukan ketua kelompok. Siswa yang pandai (Para Tutor Sebaya) disebar ke setiap kelompok untuk menjelaskan kembali materi yang sudah dijelaskan oleh guru jika ada teman kelompoknya yang masih belum paham. Kelompok Tutor Sebaya ini membantu siswa dalam proses pemahaman materi pembelajaran. Dalam diskusi kelompok Tutor Sebaya, siswa harus saling berbagi pengetahuan antar sesama anggota kelompoknya, berbagi dan menyimpulkan hasil diskusi kelompok. Sedangkan peran guru hanya sebagai fasilitator di mana guru akan membantu siswa jika siswa membutuhkan bantuan dan mengalami kesulitan. Guru mengamati kegiatan pembelajaran pada saat semua kelompok melakukan diskusi, apabila ada kelompok yang kurang mengerti dan mengalami kesulitan, guru memberikan penjelasan dan bimbingan sehingga kelompok tersebut dapat memahami materi. Guru memberikan kesempatan kepada perwakilan dari tiap kelompok untuk menyimpulkan hasil dari diskusi kelompok mereka dan kelompok lain mendengarkan. Setelah siswa melakukan diskusi dalam kelompok peneliti melakukan post-test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Dalam mengerjakan tes, siswa diwajibkan untuk mengerjakan secara individual.

  Dari penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya, dapat diperoleh langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggabungkan kedua model tersebut, yaitu: 1) Guru menyampaikan tujuan pelajaran, 2) Setelah itu guru menjelaskan materi yang dibahas hari ini. 3) Setelah guru menjelaskan maka dilanjutkan menggunakan model

  Kelas dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa dan kelompok yang dibentuk tersebut adalah kelompok yang heterogen. 5) Siswa yang pandai (Para Tutor Sebaya) disebar ke setiap kelompok untuk memberikan bantuannya. 6) Guru membimbing siswa yang perlu mendapat bimbingan khusus. 7) Jika ada masalah, siswa yang lebih paham memberi tahu siswa yang kurang paham. Jika ada masalah yang tidak dapat terpecahkan, siswa meminta bantuan kepada guru. 8) Setelah proses belajar mengajar selesai salah satu siswa disuruh untuk menyimpulkan tentang materi yang sudah dijelaskan oleh guru.

  Pelaksanaan dilapangan yang telah dijelaskan diatas telah sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hidayati, S. (2015). Dalam penelitian yang berjudul "Pembelajaran Kooperatif dengan Tutor Sebaya Pada Materi Ajar Statistika".

  JurnalDinamika, 5 (3): 1-8, Dalam penerapan

  model pembelajaran Kooperatif dengan Tutor Sebaya Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas dan dilaksanakan pada bulan September - Oktober Tahun 2014. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX B SMP N 19 Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 30 siswa. Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dan dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu a) Perencanaan (planning)Pada langkah ini peneliti sebagai guru mata pelajaran merancang kegiatan tindakan diantaranya adalah merancang scenario pembelajaran dalam bentuk format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b) Tindakan (Acting) Guru pengajar (peneliti) memberikan tindakan berupa penerapan pembelajaran kooperatif dengan tutor sebaya bagi siswa kelas. c) Observasi (observing) Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat diantaranya observasi terhadap keaktifan peserta didik dan meneliti guru pengajar berkaitan dengan hal- hal yang dilakukan dalam kegiatan Refleksi ini dilakukan bersama-sama antara guru dan teman sejawat untuk diskusi tentang pelaksanaan pengajaran yang telah dilaksanakan, apakah sesuai dengan rencana atau belum, untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dalam pengajaran selanjutnya. saat pertemuan pertama dan kedua diperoleh bahwa pembelajaran berjalan dengan baik. hal ini dapat dilihat dari antusias mereka dalam memperhatikan penjelasan dari tutor. Keaktivan siswa cukup baik, hal ini dapat dilihat dari respon siswa saat bertanya kepada tutor. Ada beberapa siswa yang pasif, bicara sendiri, dan kurang merespon kegiatan yang sedang berlangsung. Hal ini dikarenakan tutor tampak kewalahan dalam menjawab pertanyaan teman-temannya, sehingga pertanyaan ada yang tidak terlayani oleh tutor. Akibatnya siswa yang merasa diabaikan oleh tutor ada yang pasif, ada yang bicara sendiri.

  Dari penelitian terdahulu yang berjudul penerapan model kooperatif dengan tutor sebaya maka peneliti sekarang bisa membandingkan dan memperbaiki kekurangan dari penelitian sebelumnya. Pembelajaran kooperatif model STAD siswa di tuntut aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Siswa dikelompokkan secara heterogen menjadi beberapa kolompok dengan tujuan agar semua siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Huda, 2014:116). Sedangkan Ahmadi dan Supriyono (1991:173) berpendapat bahwa Tutor Sebaya adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk/ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru dengan siswa. Dengan petunjuk-petunjuk dari guru tutor ini membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar.jumlah nilai 1242 dari 23 siswa. Semua siswa atau 100% belum memenuhi kriteria tuntas belajar karena nilai masih dibawah nilai KKM. Sedangkan post test siklus I menunjukkan rata-rata nilai 78 dengan jumlah nilai 1790 dari 23 siswa. Sebanyak 17 memenuhi kriteria tuntas belajar, sedangkan 6 siswa atau 26% belum memenuhi kriteria tuntas belajar. Dari analisis data tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dari pre test untuk siklus I ke post test siklus I sebesar 74%.

  Hasil pre-test untuk siklus

  II menunjukkan rata-rata nilai 56 dengan jumlah nilai 1518 dari 27 siswa. Semua siswa atau 100% belum memenuhi kriteria tuntas belajar karena nilai masih dibawah nilai KKM. Sedangkan hasil post test siklus

  II menghasilkan rata-rata nilai 86 dengan jumlah nilai 2312 dari 27 siswa. Semua siswa atau 100% telah tuntas belajar. Dari analisis data tersebut menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dari pre test untuk siklus II ke

  post test siklus II sebesar 100%. Berdasarkan

  data evaluasi hasil belajar siswa penilaian aspek kognitif pada siklus I dan siklus II menunjukkan sebanyak 21 siswa mengalami peningkatan hasil belajarnya dan 12 siswa tidak dapat diketahui meningkat atau menurun hasil belajarnya karena tidak masuk sekolah disalah satu post test siklus II. Hasil dari data hasil belajar aspek afektif telah diketahui bahwa pada siklus I jumlah nilai keseluruhan siswa dari 23 siswa sebesar 1800 ataupersentase nilai keseluruhan siswa sebesar 78%. Sedangkan hasil belajar aspek afektif pada siklus II jumlah nilai keseluruhan siswa dari 27 siswa sebesar 2250 atau persentase nilai keseluruhan siswa sebesar 83%.

  Dari analisis data keseluruhan hasil belajar menunjukkan penerapan pembelajaran kolaborasi STAD dengan Tutor Sebaya ini dapat meningkatkan hasil belajar dalam aspek kognitif maupun dalam aspek afektif. Hal ini dibuktikan dari meningkatnya persentase keberhasilan hasil belajar siswa aspek kognitif pada siklus I sebanyak 74% menjadi 100 % pada siklus II, jadi peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif dari siklus I ke siklus

  II sebesar 26%. Sedangkan persentase keberhasilan hasil belajar siswa aspek afektif pada siklus I sebanyak 78% meningkat menjadi 83%. pada siklus II, jadi peningkatan siswa sebesar 5%.

  Hasil tersebut membuktikan bahwa dengan menggunakan model kolaborasi pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya pada siklus I mampu memecahkan masalah dan lebih mendalami materi bagi siswa. Melalui hasil belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan, tetapi masih harus melihat hasil belajar siswa, selanjutnya pada siklus II untuk lebih membuktikan bahwa kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar. Pada siklus II data yang diperoleh mengalami peningkatan sebanyak 100% siswa telah tuntas belajar. Penilaian hasil belajar siswa diperlukan untuk mengetahui keberhasilan dalam menerima materi pembelajaran. Temuan penelitian ini mengalami peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, S. (2015).". dalam Jurnal Dinamika, 5 (3): 1-8, peningkatan hasil belajar terlihat dari hasil belajar pada siklus I ke siklus II meningkat menjadi 84,8 atau naik 60,3 %. Jurnal yang berjudul "Pembelajaran Kooperatif dengan Tutor Sebaya Pada Materi Ajar Statistika. Penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran Model Kooperatif dengan Tutor Sebaya dapat meningkatan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini hasil belajar siswa diperoleh dari hasil belajar akhir tiap siklus. Hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil pengukuran. Secara keseluruhan penerapan pembelajaran kolaborasi STAD dengan Tutor Sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

  Bloom dalam Suprijono (2010:6) menyatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan pikomotor. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi aspek kemanusiaan saja, akan tetapi juga mencakup pada mata pelajaran Strategi Pemasaran. Sedangkan Dimyanti dan Mudjiono (2006:3) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Kendala-kendala yang dihadapi dan solusi untuk penelitian ini antara laina) Dalam pembentukan kelompok, siswa masih kebingungan untuk mencari kelompoknya masing-masing, selain itu kelompok yang sudah ditentukan guru masih belum sesuai, karena banyak siswa yang tidak masuk. Sehingga guru harus mengatur kembali siswa agar mendapatkan kelompok. Sehingga suasana di dalam kelas menjadi ramai. Solusi yang dapat diberikan yaitu guru mengarahkan dan memberi penjelasan kepada siswa selain itu guru mengatur kembali kelompok siswa. Setelah itu suasana kelas menjadi kondusif.(b) Tempat duduk siswa cenderung berkelompok yang wanita di depan sedangkan laki-laki dibelakang. Sehingga saat peneliti menjelaskan materi, siswa laki-laki dibelakang ramai dan mengobrol sendiri dengan temannya. Solusinya dengan cara guru sudah mengatur tempat duduk siswa sehingga tempat duduk siswa homogen antara laki-laki dan wanita. Siswa tidak ramai sendiri dan sudah kondusif. (c) Siswa tidak memiliki buku paket, modul dan LKS pada mata pelajaran Strategi Pemasaran. Solusinya dengan guru memberikan siswa lembar materi. Agar saat proses pembelajaran berlangsung siswa memiliki sumber belajar.(d) Dalam diskusi kelompok masih banyak siswa yang pasif, sehingga dalam kegiatan diskusi kelompok masih kurang efektif solusinya adalah gurumemberikan motivasi terhadap siswa sehingga dalam diskusi kelompok siswa sudah mulai terlihat proses saling membagi pengetahuan, saling belajar dan bertukar pendapat. Diskusi kelompok tercipta suasana yang kondusif.

  SIMPULAN & SARAN Simpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut: Penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya pada materi Strategi Pemasaran pada siswa kelas X PBR SMK PGRI 2 Malang, sudah sesuai dengan dilaksanakan dalam dua siklus. Proses penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya yaitu setelah guru menyampaikan materi, siswa yang paham akan materi membantu siswa yang kurang paham. Dengan cara demikian, semua siswa menjadi lebih memahami materi pelajaran dengan mudah. Penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya pada mata pelajaran Strategi Pemasaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X PBR SMK PGRI 2 Malang. Hal ini dibuktikan dari meningkatnya persentase keberhasilan hasil belajar siswa pada siklus I yaitu sebesar 74% menjadi 100% pada siklus II. Kendala dan solusi saat penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya pada mata pelajaran Strategi Pemasaran, siswa di kelas X PBR SMK PGRI 2 Malang. Siswa masih kebingungan dalam mencari anggota kelompoknya karena banyak siswa yang tidak masuk sekolah. Sehingga suasana kelas menjadi ramai. Tetapi guru bisa mengatasi masalah tersebut. Sehingga proses belajar mengajar di dalam kelas menjadi kondusif.

  Saran

  Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat peneliti berikan adalah: Bagi guru mata pelajaran Strategi Pemasaran dianjurkan menerapkan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Bagi siswa dengan penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya, mampu meningkatkan kreativitas mereka untuk lebih maju dengan cara terus belajar berfikir lebih kritis dan mau mengungkapkan pendapat sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan perbaikan pada kekurangan yang terjadi dalam penerapan kolaborasi model pembelajaran STAD dengan Tutor Sebaya sebagai salah satu upaya peningkatan hasil belajar. Guru harus lebih aktif dalam membantu siswa yang belum menemukan anggota kelompoknya. Guru bersama observer dapat bekerja sama dalam membantu siswa untuk mencari anggota kelompoknya. Agar suasana kelas tidak ramai.

  Ahmadi, A. & Supriyono, W. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

  Arikunto, S. 1986. Pengelolaan Kelas Dan Siswa : Sebuah Pendekatan Evaluatifi. Jakarta : Rajawali.

  Dimyanti & Mudjiono. 2006. Belajar dan

  Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

  Huda, M. 2014. Cooperative Learning.

  Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabet.

  Kunandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas.

  Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning.

  Yogyakarta: Pustaka Belajar.

  Widodo, Gigih Prasetyo. 2011. Implementasi Pembelajaran Kooperatif Model Stad (Student Team Achievement Division) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa (Studi Pada Siswa Kelas X Pemasaran SMK YP 17 Pare. ) Skripsi tidak diterbitkan. Malang:

  Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang.

  Fitriah, Husnul. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Bilangan Pecahan Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya Pada Siswa Kelas V SDN Kauman 01 Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

  Hanik, Umi. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Melalui Model Tutor Sebaya Siswa Kelas V Sdn Pandanwangi 4 Kecamatan Blimbing Kota Malang. . Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu

  Pendidikan Universitas Negeri Malang.

  Gusniar. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN No. 2 Ogomas II.

  Jurnal Kreatif Tadulako Online,

  2 (1): 198-221. Hidayati, S. 2015. Pembelajaran Kooperatif dengan Tutor Sebaya Pada Materi Ajar

  Statistika. JurnalDinamika, 5 (3): 1-8.