Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan Kemampuan Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas Jambi

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan

Kemampuan Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas

  

Jambi

Dra. Sofnidar, M.Si., Drs. Husni Sabil, M.Pd., Sri Winarni, S.Pd., M.Pd.

  

PMIPA FKIP Universitas Jambi

E-mail: sofnidar21@yahoo.com

Abstrak. Kemampuan geometri mahasiswa PGSD FKIP Universitas Jambi tentang

konsep-konsep geometri yang dipelajari di sekolah dasar rata-rata masih antara 40-50%

saja dapat dikuasai dengan baik. Masih terjadi beberapa miskonsepsi, seperti menyebut

bangun datar dengan bangunan datar, memberi nama bangun datar tidak secara berurutan,

menotasikan titik dengan huruf kecil, dll. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD

FKIP Universitas Jambi masih memerlukan proses penanaman konsep untuk setiap

materi geometri yang dipelajari agar mampu dikuasai dengan baik, salah satunya melalui

pendekatan pendidikan realistik. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan geometri mahasiswa dengan penerapan pendekatan PMRI di

PGSD Universitas Jambi. Karena melalui pendekatan PMRI mahasiswa dilatih untuk

terbiasa berfikir, berani mengemukakan pendapat dan bekerjasama dengan penggunaan

benda-benda kongkret yang biasa ditemui dan dimanipulasinya dalam kehidupan sehari

hari pada tahap penanaman konsep, berdiskusi pada tahap pemahaman konsep dan

bekerja secara individu pada tahap pembinaan keterampilan. Penelitian tindakan kelas ini

dilakukan terhadap mahasiswa PGSD FKIP Universitas Jambi kelas A semester II yang

mengikuti kuliah matematika dasar II, yang terdiri dari 46 orang, dengan 8 orang laki-laki

dan 38 orang perempuan pada semester genap 2011/2012. Penelitian ini dilaksanakan

dengan 3 siklus yang masing-masing siklusnya diuraikan dengan 4 tahap, yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi dan revisi untuk siklus

berikutnya. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan mengikuti langkah-langkah pembelajaran

dengan pendekatan PMRI yang diamati menggunakan lembar observasi untuk kegiatan

dosen dan aktifitas mahasiswa, serta menggunakan lembar tes untuk melihat kemampuan

geometri mahasiswa. Pelaksanaan tindakan lebih melatih mahasiswa dalam menjelaskan

setiap konsep yang dipelajari melalui benda kongkret atau gambarnya langsung. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan rata-

rata kemampuan geometri mahasiswa PGSD FKIP Universitas Jambi dari 36,70 pada

siklus 1 menjadi 55,5 pada siklus 2 dan 70 pada siklus 3, dengan nilai kemampuan

mahasiswa minimal cukup meningkat dari 17% pada siklus 1 menjadi 28% pada siklus 2

dan 74% pada siklus 3. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan kepada dosen-

dosen PGSD Universitas Jambi khususnya pada pembelajaran matematika dasar II materi

geometri agar dapat menerapkan pendekatan PMRI, karena dapat meningkatkan

kemampuan geometri mahasiswa serta dapat membuat mahasiswa lebih mempersiapkan

diri untuk mengikuti proses pembelajaran, dapat menumbuhkan rasa keingintahuan siswa

yang tinggi dalam menyelesaikan masalah, serta dapat meningkatkan aktivitas dan

kreativitas mahasiswa untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan caranya

sendiri dengan lebih tekun. Kata Kunci: Kemampuan, Geometri, dan PMRI

  PENDAHULUAN pada mata kuliah matematika dasar II di

  program studi Pendidikan Guru Sekolah Konsep dasar geometri yang dipelajari

  Dasar (PGSD) jurusan Ilmu Pendidikan

  Semirata 2013 FMIPA Unila |489

  

Sofnidar dkk: Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan Kemampuan

Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas Jambi

  (IP) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi meliputi konsep titik, garis, dan bidang serta hubungan satu sama lainnya, konsep segitiga (unsur-unsurnya dengan beberapa perhitungannya), konsep lingkaran (unsur- unsurnya dengan beberapa perhitungannya). Konsep-konsep tersebut sangat penting dan dasar untuk dapat memahami konsep-konsep geometri yang lainnya. Terkait dengan konsep geometri yang dipelajari di Sekolah Dasar (SD) juga sangat erat, dimana konsep bangun datar dan bangun ruang yang dipelajari juga meliputi pengenalan bangun, unsur- unsurnya serta sifat-sifat yang berlaku untuk setiap bangun yang dipelajari.

  Pembahasan atau pembelajaran materi geometri untuk pembelajaran matematika SD tersebut dibahas pada mata kuliah matematika dasar II.

  • –konsep yang dipelajari dengan cepat dan mudah. Penggunaan definisi dalam proses pembelajaran memberikan aturan dan batasan dari suatu konsep yang dipelajari. Proses pembelajaran tanpa menggunakan alat peraga dan siswanya pasif masih didasarkan pada paradigma mengajar. Pada tahun 2001 beberapa LPTK (Unesa, UNY, USD dan UPI) telah melakukan uji coba pembelajaran yang didasarkan pada paradigma belajar setelah mempelajari ciri-ciri khas RME (Realistic Mathematics Education) yang digunakan di negeri Belanda. Di Indonesia pembelajaran

  Di dalam praktek, sering penulis temukan kesalahan-kesalahan konsep dasar geometri yang disajikan mahasiswa, seperti menyebut bangun datar atau bangun ruang dengan bangunan datar dan bangunan ruang, pemberian nama bangun datar atau bangun ruang yang tidak urut (salah), klasifikasi masing-masing bangun tersebut sering salah, seperti kubus dan balok dikatakannya bangun datar, trapesium dikatakan bangun ruang, tidak jelasnya perbedaan sifat-sifat masing- masing bangun tersebut dan lain-lainnya. Selama ini penulis menganggap bahwa kesalahan-kesalahan tersebut muncul karena mahasiswa grogi tampil dan dalam proses belajar menjadi seorang guru. Karena permasalahan tersebut selalu muncul untuk setiap angkatan yang mengikuti perkuliahan mata kuliah matematika dasar II maka penulis baru mempertanyakan tentang kemampuan geometri mahasiswa tentang konsep- konsep geometri yang dipelajari di sekolah dasar tersebut dengan memberikan tes. Ternyata hasilnya sangat di luar dugaan penulis, di mana rata-rata mahasiswa hanya memahami antara 40-50 % saja konsep-konsep geometri materi matematika SD tersebut. Masih terjadi beberapa miskonsepsi, seperti menyebut bangun datar dengan bangunan datar, memberi nama bangun datar tidak secara berurutan, menotasikan titik dengan huruf kecil, dll. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa PGSD Universitas Jambi masih memerlukan proses penanaman konsep untuk setiap materi geometri yang dipelajari agar mampu menguasainya.

  Menurut Karim dkk (1996) untuk penanaman konsep dapat dilakukan dengan menggunakan benda-benda kongkrit sebelum memahami definisi. Penggunaan benda-benda kongkrit dalam proses pembelajaran dapat membantu siswa memahami konsep

  tersebut dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Pembelajaran PMRI ini merubah paradigma mengajar ke paradigma belajar. Berdasarkan hasil uji coba diperoleh bahwa beberapa siswa berhasil melepaskan diri dari cara berfikir lama yang telah mereka miliki sebagai hasil pembelajaran lama, yaitu mengikuti contoh yang diberikan guru dan mementingkan hasil dari pada proses. Mereka sudah mulai berani memberikan cara penyelesaian masalah yang berbeda (Marpaung, 2001). Kemudian menurut Ratini dan Sutarsih (2001) kesan-kesan

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |491

  guru dalam menerapkan PMRI tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

  1. siswa tidak mudah lupa pengetahuan yang diperoleh karena mereka sendiri yang membangunnya, 2. suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan, sehingga siswa tidak cepat bosan belajar matematika,

  3. siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban siswa ada nilainya, Dengan pendekatan PMRI siswa dilatih untuk terbiasa berfikir, berani mengemukakan pendapat dan bekerjasama. Siswa tidak boleh dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi, sehingga pendidikan matematika harus mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan cara mereka sendiri.

  Dengan demikian, menurut Zulkardi (2002) PMRI merupakan teori pembelajaran yang bertitik tolak dari hal- hal yang nyata atau pernah dialami siswa. Teori ini juga menekankan pada keterampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri dan pada akhirnya siswa menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, moderator atau evaluator sementara siswa berfikir, mengkomunikasikan argumentasinya, menjustifikasi jawaban mereka serta melatih nuansa demokrasi dengan menghargai strategi atau pendapat teman lain.

  Pada dasarnya matematika adalah abstrak. Pengertian realistic dalam RME atau PMRI adalah dapat dibayangkan. Jadi nyata dipikiran si siswa (Marpaung, 2002). Pokok persoalan dapat diperoleh dari dunia nyata, tetapi tidak harus. Dalam

  RME persoalan yang bersifat kontekstual amat perlu. Dalam pendekatan pendidikan matematika tradisional yang bersifat mekanistik, persoalan kontekstual, kalaupun digunakan, berfungsi sebagai contoh atau penerapan untuk meyakinkan bahwa siswa sudah memahami materi pokok. Dalam RME persoalan kontekstual dan keadaan dunia nyata digunakan baik sebagai bahan penerapan konsep maupun untuk memunculkan dan mengembangkan matematika. Dalam RME soal harus disajikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pemecahannya dengan berbagai cara, tidak tunggal, meski jawabannya tunggal. Jadi siswa atau kelompok siswa didorong mengambil inisiatif dan kreatif mengembangkan kemampuan sendiri. Diharapkan juga memupuk kepercayaan pada diri sendiri.

  Berdasarkan kenyataan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tindakan kelas tentang bagaimana penerapan pendekatan PMRI untuk meningkatkan kemampuan konsep geometri mahasiswa PGSD Universitas Jambi. Karena materi geometri dipelajari secara berkelanjutan di sekolah dasar dan banyak ditemukan permasalahannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga harus dikuasai mahasiswa dengan baik agar dapat mempelajari materi-materi selanjutnya dengan baik juga sampai jenjang yang lebih tinggi serta dapat melaksanakan pembelajarannya di sekolah dasar nantinya dengan benar dan tepat.

  Rencana pemecahan terhadap permasalahan yang telah diuraikan di atas, untuk meningkatkan kemampuan konsep geometri mahasiswa pada pembelajaran mata kuliah matematika dasar II dengan menerapkan pendekatan PMRI akan dilakukan dengan cara-cara atau langkah- langkah sebagai berikut: a.

  Dosen akan menerapkan pendekatan PMRI dalam pembelajaran materi geometri melalui penggunaan benda- benda kongkret yang biasa ditemui dan

  

Sofnidar dkk: Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan Kemampuan

Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas Jambi

  3) PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu masalah tidaklah tunggal, bahkan tidak harus sama antara sesama siswa bahkan dengan gurunya.

  3) Dapat memberikan pemahaman yang lebih tringgi kepada siswa tentang konsep-konsep matematika, karena konsep-konsep tersebut dikonstruksi sendiri oleh siswa.

  Dapat menumbuhkan rasa keingintahuan siswa yang tinggi dalam menyelesaikan masalah, karena masalah berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa.

  Menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif, siswa selalu berupaya mencari strategi dalam menyelesaikan masalah serta berani mengungkapkan ide atau pendapat sendiri. 2)

  Sedangkan kelebihan-kelebihan yang lain dari PMR adalah: 1)

  5) PMR memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai pendekatan pembelajaran lain yang dianggap unggul, antara lain pendekatan pemecahan masalah, pendekatan konstruktivis, dan pendekatan yang berbasis lingkungan dan lain-lain.

  4) PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika orang harus mempelajari sendiri proses itu. Tanpa kemauan untuk mempelajari sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi.

  2) PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa.

  dimanipulasi mahasiswa dalam kehidupan sehari hari pada tahap penanaman konsep, berdiskusi pada tahap pemahaman konsep dan bekerja secara individu pada tahap pembinaan keterampilan.

  PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan tentang kegunaan matematika pada umumnya.

  Pada akhir setiap siklus mahasiswa mengerjakan soal tes untuk melihat keberhasilan mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan kriteria ketuntasan masing-masing mahasiswa secara individu dalam belajar, yaitu minimal mencapai 65%. Pembelajaran matematika realistik mempunyai kelebihan dan kelemahan, menurut Suwarsono (2001:5) kelebihan dari Pendidikan Matematika Realistik (PMR) adalah sebagai berikut: 1)

  d.

  Untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maka akan digunakan juga berbagai metode permainan dan demonstrasi. Dalam permainan tersebut mahasiswa akan menyelesaikan berbagai permasalahan geometri dalam waktu yang ditentukan serta mendemonstrasikannya. Hal ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Penilaian dilakukan oleh dosen untuk menentukan nilai dari masing-masingnya secara komulatif.

  c.

  Mahasiswa dapat memanipulasi langsung benda-benda yang digunakan seperti yang telah diuraikan di atas dalam proses pembelajaran serta berinisiatif dan kreatif mengembangkan kemampuannya baik secara individu dan kelompok dalam menyelesaikan masalah geometri yang diberikan. Dosen berperan sebagai fasilitator, moderator dan evaluator.

  b.

  4) Memberikan pemahaman pada siswa bahwa dalam matematika terdapat keterkaitan antara berbagai bagian materi pelajaran sehingga siswa termotivasi untuk selalu mengingat materi yang pernah dipelajari.

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |493

  Membuat scenario pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI untuk setiap siklus.

  Pada tahap ini dilaksanakan proses pembelajaran mata kuliah matematika dasar II dengan penerapan pendekatan

  Pelaksanaan Tindakan

  Membuat alat evaluasi untuk melihat apakah kemampuan geometri mahasiswa pada pembelajaran geometri sudah dapat ditingkatkan serta apakah mahasiswa telah mampu menguasai konsep-konsep geometri dengan baik dan benar.

  h.

  Membuat lembar observasi untuk melihat efektifitas penerapan pendekatan PMRI dalam proses pembelajaran.

  g.

  Membuat soal-soal kontekstual tentang geometri yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

  f.

  Pembelajaran (RPP) untuk setiap kali pertemuan.

  Membuat Rencana Pelaksanaan

  e.

  d.

  Selanjutnya, menurut Suwarsono (2001:8) kelemahan-kelemahan PMR adalah sebagai berikut: 1)

  Membuat dan mempersiapkan alat peraga (benda-benda kongkrit yang sering ditemui mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari) yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

  c.

  Menyiapkan bahan tentang materi pembelajaran geometri.

  b.

  Analisis silabus dan materi mata kuliah matematika dasar II.

  Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah: a.

  Perencanaan

  Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, dimana penelitian ini dilaksanakan oleh ketua peneliti beserta anggota terhadap mahasiswa program studi PGSD yang mengikuti proses pembelajaran mata kuliah matematika dasar II kelas A yang terdiri dari 46 orang, dengan 8 orang laki-laki dan 38 orang perempuan pada semester genap 2011/2012 di PGSD FKIP Universitas Jambi dengan menerapkan pendekatan PMRI. Penelitian tindakan ini akan dilaksanakan dengan prosedur penelitian sebagai berikut:

  Proses pemgembangan kemampuan berfikir siswa melalui soal-soal kontekstual, proses matematisasi horizontal dan proses matematisasi vertical juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme berfikir siswa harus diikuti dengan cermat agar dapat membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap konsep-konsep matematika tertentu.

  Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan soal juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan oleh guru. 4)

  Pencarian soal-soal kontekstual yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut dalam PMR tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih karena soal- soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam-macam cara. 3)

  Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah dipraktekkan. Siswa dalam pembelajaran PMR tidak lagi dipandang sebagai pihak yang mempelajari segala sesuatu yang sudah jadi tetapi dipandang sebagai pihak yang aktif mengkonstruksi konsep- konsep matematika. Guru tidak lagi sebagai pengajar tetapi lebih sebagai pendamping siswa. Disamping itu, peranan soal kontekstual tidak sekedar dipandang sebagai wadah untuk menerangkan aplikasi dari matematika, tetapi justru digunakan sebagai titik tolak untuk mengkonstruksi konsep- konsep matematika itu sendiri. 2)

METODE PENELITIAN

  

Sofnidar dkk: Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan Kemampuan

Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas Jambi

  PMRI sesuai dengan scenario b.

  Proses elaborasi: pembelajaran yang telah direncanakan,

  1. Mahasiswa secara berpasangan atau dengan memperhatikan kegiatan dosen berkelompok menyelesaikan dan kegiatan mahasiswa dalam masalah kontekstual dengan cara melaksanakan proses pembelajaran untuk mereka sendiri, yang diutamakan setiap siklus. Pelaksanaan tindakan sesuai adalah cara pemecahan dan jawaban dengan scenario pembelajaran yang telah masalah yang berbeda. Dosen direncanakan, dengan langkah-langkah memotivasi mahasiswa dengan pembelajaran secara umum sebagai memberikan pertanyaan, petunjuk berikut: atau saran untuk menyelesaikan

Kegiatan Awal: masalah dengan cara mereka sendiri.

  1.

  2. Memberikan orientasi tentang materi Memberikan waktu dan kesempatan yang akan dipelajari melalui pemberian kepada mahasiswa untuk ilustrasi atau bercerita atau membandingkan dan mendiskusikan memberikan gambar-gambar. jawaban dari soal secara

  2. apersepsi dengan berkelompok untuk selanjutnya Memberikan membahas permasalahan-permasalahan dibandingkan dan didiskusikan pada sehari-hari yang berkaitan dengan diskusi kelas yang dipimpin materi geometri yang akan dipelajari langsung oleh dosen. menggunakan alat peraga.

  c.

  Proses konfirmasi: 3. motivasi dengan 1. hasil diskusi, dosen

  Memberikan Dari menyampaikan pentingnya materi mengarahkan mahasiswa untuk pembelajaran dikuasai dengan baik menarik kesimpulan suatu konsep serta aplikasi materi dalam kehidupan atau prosedur dengan metode tanya sehari-hari serta mamfaatnya untuk jawab. pembelajaran di sekolah dasar. Kegiatan Akhir:

  4. acuan dengan a.

  Memberikan Melakukan umpan balik terhadap menyampaikan tujuan pembelajaran proses pembelajaran yang serta menyapaikan materi yang akan dilaksanakan. dipelajari secara singkat dan garis b.

  Membimbing mahasiswa membuat besarnya saja. rangkuman/kesimpulan dari semua

  Kegiatan Inti: konsep yang dibahas.

  a. c. Proses eksplorasi: Memberikan tindak lanjut terhadap

  1. masalah (tugas) proses pembelajaran yang Memberikan kontekstual beserta alat peraganya dilaksanakan dengan memberikan dan meminta mahasiswa untuk pekerjaan rumah tentang materi memahami masalah tersebut. Peran yang dipelajari dan menyampaikan dosen hanya sebagai fasilitator dan materi yang akan dipelajari mahasiswa diminta untuk berikutnya serta meminta siswa memikirkan cara penyelesaian dari untuk mempersiapkan diri mengikuti suatu masalah. proses pembelajaran tersebut.

  2.

3. Observasi dan Evaluasi

  Menjelaskan situasi dan kondisi dengan memberikan petunjuk atau Observasi dilaksanakan selama proses saran seperlunya(terbatas) terhadap pembelajaran dalam pelaksanaan bagian-bagian tertentu yang belum penelitian dengan menggunakan lembar dipahami mahasiswa, penjelasan observasi yang telah dibuat. Observasi hanya sampai mahasiswa mengerti dilakukan terhadap dosen dalam maksud tugas. melaksanakan tindakan melalui

  

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Semirata 2013 FMIPA Unila |495

  4. Refleksi

  Kriteria yang ditetapkan terhadap indicator yang diobservasi disesuaikan dengan standar penilaian yang digunakan di Universitas Jambi yaitu:

  c.

  Menentukan criteria hasil observasi yang diperoleh untuk setiap indikatornya.

  Mencari persentase aktivitas untuk setiap indicator untuk setiap siklus b.

  Data yang diperoleh dari hasil observasi setiap kali pertemuan dalam masing-masing siklus dianalisis dengan: a.

  Refleksi dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Data hasil observasi dianalisis dengan mencari persentase untuk setiap indicator yang diobservasi, sedangkan data hasil evaluasi dianalisis dengan menjumlahkan skor yang diperoleh untuk masing-masing mahasiswa serta mencari rata-rata dan ketuntasan secara klasikal. Selanjutnya data hasil evaluasi tersebut dikelompokkan serta dibandingkan dengan criteria keberhasilan untuk melihat apakah proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan PMRI yang dilaksanakan telah dapat meningkatkan kemampuan geometri mahasiswa pada pembelajaran mata kuliah matematika dasar II, serta sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya jika criteria keberhasilan belum tercapai. Tetapi jika criteria keberhasilan telah tercapai sebelum semua materi terselesaikan maka siklus selanjutnya digunakan untuk pemantapan sampai semua materi selesai dipelajari dengan tindakan yang sama.

  Sedangkan evaluasi dilaksanakan setiap akhir siklus untuk melihat tingkat kemampuan geometri mahasiswa dengan memberikan tes berupa uraian konsep- konsep dasar geometri sesuai dengan materi yang dipelajari yang telah dirancang oleh tim penelitian dengan memperhatikan kualitas dari tes yang diberikan, yaitu dengan memperhatikan validitas isi dari tes tersebut.

  pendekatan PMRI meliputi aktivitas dalam melaksanakan kegiatan awal, inti dan akhir, serta terhadap mahasiswa tentang hal-hal yang terkait dengan motivasi dan aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran akibat pelaksanaan tindakan, seperti kesiapan mahasiswa untuk mengikuti proses pembelajaran, perhatian mahasiswa terhadap penjelasan dosen, keseriusan dan keaktifan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan diskusi kelompok, keaktifan mahasiswa dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan, keseriusan mahasiswa dalam mengerjakan tugas individu yang diperintahkan dosen.

  Observasi terhadap mahasiswa dilakukan dengan menghitung frekuensi mahasiswa yang memunculkan indikator yang diobservasi.

  e.

  (sangat sesuai/ baik).

  (sesuai/baik) d. Skor 4 jika pelaksanaan indikator yang diobservasi muncul 76% - 100%

  Skor 1 jika pelaksanaan indikator yang diobservasi muncul 0% - 25% (kurang sesuai/baik) b. Skor 2 jika pelaksanaan indikator yang diobservasi muncul 26% - 50% (cukup sesuai/baik) c. Skor 3 jika pelaksanaan indikator yang diobservasi muncul 51% - 75%

  Proses observasi akan dilaksanakan oleh ketua pelaksana penelitian dan anggota peneliti yang lain dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat secara bersama. Observasi terhadap aktivitas dosen dalam melaksanakan pembelajaran akan diberikan penskoran dengan kriteria sebagai berikut: a.

  1. K = Kurang, yaitu mahasiswa yang menunjukkan keseriusan/ kemampuan/ hasil aktifitasnya kurang dari 60%.

  Sofnidar dkk: Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan Kemampuan Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas Jambi

  2. penelitian tindakan kelas ini adalah C = Cukup, yaitu mahasiswa yang menunjukkan keseriusan/ apabila penguasaan konsep geometri kemampuan/ hasil aktifitasnya lebih mahasiswa pada pembelajaran mata kuliah atau sama dengan 60% dan kecil matematika dasar II rata-rata telah dari 70%. mencapai nilai minimal 70 (B) atau secara

  3. klasikal mahasiswa yang telah berhasil B = Baik, yaitu mahasiswa yang menunjukkan keseriusan/ lulus (memperoleh nilai minimal C) sudah kemampuan/ hasil aktifitasnya lebih mencapai 85% atau lebih, hal ini berarti atau sama dengan 70% dan kecil bahwa mahasiswa telah menguasai dari 80%. konsep-konsep geometri dari materi mata

  4. kuliah matematika dasar II rata-rata sudah SB = Sangat Baik, yaitu mahasiswa yang menunjukkan keseriusan/ baik. Apabila criteria tersebut belum kemampuan/ hasil aktifitasnya lebih tercapai maka pelaksanaan tindakan atau sama dengan 80%. direvisi sesuai hasil refleksi sampai d. tercapainya indikator keberhasilan yang

  Mereratakan persentase aktivitas semua indicator dalam setiap siklus serta ditetapkan. Jika kriteria keberhasilan telah menentukan kriterianya seperti di atas. tercapai sebelum semua materi mata Sedangkan, data hasil tes yang kuliah matematika dasar II selesai, maka diperoleh mahasiswa untuk setiap siklus penelitian tetap dilakukan dengan dianalisis dengan langkah-langkah: pemantapan tindakan yang telah 1. diperoleh. Melakukan penskoran terhadap hasil jawaban mahasiswa langkah HASIL DAN PEMBAHASAN perlangkah sesuai dengan skor yang

  Hasil Penelitian Siklus 1

  telah ditetapkan untuk masing-masing Pada siklus 1, konsep geometri yang soal dengan total skor 100. dipelajari dalam pembelajaran matematika

  2. dasar II adalah konsep titik, garis, bidang;

  Menjumlahkan skor yang diperoleh masing-masing mahasiswa. hubungan titik dengan titik, titik dengan

  3. garis, titik dengan bidang; hubungan garis

  Menentukan nilai angka dan nilai huruf yang diperoleh masing-masing dengan garis, garis dengan bidang; serta mahasiswa sesuai standar penilaian hubungan bidang dengan bidang; bagian- yang digunakan atau yang ditetapkan di bagian garis; sudut, jenis-jenis sudut dan Universitas Jambi, yaitu seperti pada hubungan antar sudut; kurva dan jenis- tabel 1. berikut. jenis kurva; transversal dengan sifat-sifat

  Tabel 1. Standar Penilaian di Universitas sudut yang dibentuknya; serta geometri Jambi trasformasi. Alat peraga yang digunakan

  Nilai Nilai pada proses pembelajarannya adalah Keterangan

  Angka Huruf spidol untuk membuat nokhtah kecil, lidi

  80 A Sangat Baik

  • – 100

  tusuk sate untuk menyatakan garis dengan

  75 B Baik

  • – 79,99 +

  tanda-tanda panahnya, serta kertas karton

  70 B Baik

  • – 74,99 +

  65 C Cukup

  • – 69,99

  untuk menyatakan bidang. Semua materi

  60 C Cukup

  • – 64,99
    • + tersebut dipelajari tiga kali pertemuan

      55 D Kurang

    • – 59,99

      50 D Kurang

    • – 54,99

      yang diakhir pertemuan ketiga dilakukan

      E Kurang

    • – 49,99

      kuis. Dalam proses pembelajaran Keterangan: Nilai C

    • – A sudah lulus,
      • mahasiswa dikelompokkan atas 3-3 orang D & D lulus tapi harus diulang, dan E yang duduk berdekatan.

      tidak lulus.

      Pelaksanaan proses pembelajaran Menentukan nilai rata-rata kelas yang dengan penerapan pendekatan PMRI pada diperoleh mahasiswa untuk setiap siklus. siklus 1 ini menunjukkan bahwa saat

      Yang menjadi indikator keberhasilan

      

    Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

    Semirata 2013 FMIPA Unila |497

      dosen membagikan lidi tusuk sate dan kertas karton, semua mahasiswa menunjukkan keheranan, awalnya mahasiswa tidak tahu mau diapakan, tetapi setelah dosen memberikan petunjuk dan membagikan tugas yang harus dilakukan mahasiswa, barulah mahasiswa menunjukkan antusiasnya untuk mengerjakan tugas melalui proses pengamatan langsung dan memanipulasi alat peraga yang diberikan. Mahasiswa pada umumnya sudah sibuk dan aktif mengerjakan tugas, hanya saja mahasiswa masih banyak yang tidak membawa mistar, sehingga dalam menggambarkan garis, bidang, dan sudut main coret saja, karena mahasiswa sudah terbiasa seperti itu saja sebelumnya, walaupun dosen sudah selalu mengingatkan mahasiswa untuk selalu melatih diri untuk melakukan yang seharusnya dan yang sebenarnya.

      Keaktifan yang ditunjukkan mahasiswa masih didominasi oleh mahasiswa yang berkemampuan sedang ke atas, yang biasanya aktif dalam pembelajaran. Walaupun demikian akatifitas yang ditunjukkan mahasiswa secara keseluruhan sudah ada peningkatan akibat adanya alat peraga yang dimanipulasinya.

      Ketika dosen memimpin diskusi kelompok dalam menyampaikan hasil kerja kelompoknya, mahasiswa sudah melakukanya dengan serius, tetapi banyak mahasiswa yang terlena saja, tidak mencatatnya dengan lengkap. Sehingga ketika dosen meminta mahasiswa untuk menjawab pertanyaan dosen tentang pengertian dan definisi-definisi dari konsep materi yang dipelajari, mahasiswa banyak yang masih ragu-ragu, dan bertanya kiri-kanan kepada teman- temannya untuk meyakinkan diri menjawabnya. Begitu juga ketika dosen membimbing mahasiswa dalam membuat kesimpulan sesuai tujuan pembelajaran yang ingin di capai.

      Hasil observasi terhadap aktivitas dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI terlihat bahwa dosen sudah menerapkan pendekatan PMRI dengan sangat baik, walaupun masih ada aktivitas yang belum mendapatkan skor maksimal, yaitu aktivitas dosen dalam memberikan orientasi, motivasi, masalah kontekstual dengan alat peraganya, dan memberikan umpan balik. Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI terlihat bahwa hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran masih berkategori kurang aktif. Perhatian mahasiswa terhadap penjelasan dosen sudah cukup, aktifitas mahasiswa dalam mengerjakan tugas sudah baik, dan keseriusan mahasiswa dalam mengerjakan tugas masih cukup karena hanya 30 orang yang menyelesaikan tugasnya. Tetapi indikator yang lain masih berkategori kurang. Hal tersebut karena 20 orang mahasiswa masih belum mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, dengan tidak membawa mistar, 18 orang masih duduk-duduk santai saja dan tidak mencatat, 21 orang belum memahami apa yang diperintahkan, 28 orang hanya mengikut saja apa yang dilakukan teman sekelompoknya, 31 orang mengikuti apa yang dilakukan temannya, 34 orang aktif bertanya dalam mengerjakan tugas dengan 10 orang mau memberikan penjelasan pada temannya,

      12 orang aktif menanggapi penjelasan dan pertanyaan dosen, tetapi ketika tanya jawab dalam umpan balik dan meminta mahasiswa untuk menyimpulkan sesuai dengan tujuan pembelajaran 29 orang masih belum bisa memberikan penjelasan dengan tepat dan benar.

      Hasil belajar yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti tes di akhir siklus 1 seperti terlihat bahwa hanya 6 orang (13%) mahasiswa yang telah mencapai hasil belajar yang sangat baik, 2 orang

      Sofnidar dkk: Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan Kemampuan Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas Jambi

      (4%) mahasiswa yang cukup dan 83% mahasiswa hasil belajarnya masih kurang. Kesalahan yang dilakukan mahasiswa dari jawaban yang diberikannya antara lain: mahasiswa belum dapat menjelaskan setiap konsep yang ditanyakan dengan lengkap, jelas, dan tepat. Uraian yang dinyatakan sekedar saja, gambar yang diminta digambar dengan mencoret-coret saja tanpa mistar, busur, dan jangka. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan.

      Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang telah diuraikan di atas diperoleh bahwa: 1.

      Belum semua mahasiswa mempersiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran dan membawa alat bantu yang diperlukan untuk pembelajaran.

      3. Mahasiswa masih belum percaya diri dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga masih sangat tergantung dan mengikuti temannya yang lebih pintar dan aktif bertanya pada dosen.

      4. Mahasiswa masih belum dapat menjelaskan setiap konsep yang dipelajari dengan jelas, tepat, dan lengkap. Berdasarkan hasil refleksi yang telah di uraikan di atas, maka tindakan harus dilanjutkan pada siklus 2 dengan melakukan perbaikan teknis pelaksanaan tindakan antara lain sebagai berikut: 1.

      Pada kegiatan penutup, saat memberikan tindak lanjut, mahasiswa diingatkan untuk membawa dan melengkapi alat-alat tulis seperti mistar, busur, siku-siku, dan jangka untuk pertemuan berikutnya.

      2. Dosen memberikan penjelasan yang lebih rinci dan terstruktur kepada siswa terhadap tugas yang harus dikerjakan mahasiswa dengan memadu mahasiswa secara langsung tahap pertahap.

      3. Memberikan ukuran yang bebas dan lebih mengingatkan mahasiswa agar membuat tugas yang diberikan dengan cara dan ukuran sendiri dan menegaskan tidak boleh sama persis dengan teman yang duduk di kiri kanannya.

      4. Pada konfirmasi dan menyimpulkan dosen lebih membimbing mahasiswa untuk menjelaskan kembali setiap konsep yang dipelajari dengan jelas, tepat, dan lengkap sesuai tujuan pembelajaran.

      Hasil Penelitian Siklus 2

      Pada siklus 2 ini konsep geometri yang dipelajari dalam pembelajaran matematika dasar II adalah konsep segitiga yang meliputi jenis-jenis segitiga dengan sifat- sifatnya, menggambar segitiga, garis-garis pada segitiga dengan sifat-sifatnya, serta beberapa perhitungan pada segitiga menggunakan dalil steward, dalil menelaos, dan dalil de ceva. Alat peraga yang digunakan pada proses pembelajarannya adalah kertas HVS, mistar, siku-siku, busur, dan jangka). Semua materi tersebut dipelajari tiga kali pertemuan yang diakhir pertemuan ketiga dilakukan kuis. Dalam proses pembelajaran mahasiswa dikelompokkan atas 3-3 orang yang duduk berdekatan.

    2. Mahasiswa masih sulit memahami tugas yang diberikan.

      Pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan PMRI pada siklus 2 ini menunjukkan bahwa saat dosen meminta mahasiswa untuk mengeluarkan kerta HVS, mistar, busur, siku-siku, dan jangka, masih ada juga mahasiswa yang tidak membawanya. Sehingga dalam proses pembelajaran mahasiswa tersebut meminjam-minjam kepada teman sekelompoknya.

      Dalam mengerjakan tugas dosen memberikan penjelasan dan membimbing mahasiswa secara langsung dengan mencontohkan terlebih dahulu di depan kelas, hanya saja misalnya dalam membuat gambar segitiga, mahasiswa harus menggunakan ukurannya sendiri

      

    Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

    Semirata 2013 FMIPA Unila |499

      Mahasiswa masih belum dapat menjelaskan setiap konsep yang dipelajari dengan jelas, tepat, dan lengkap. Berdasarkan hasil refleksi yang telah di uraikan di atas, maka tindakan harus dilanjutkan pada siklus 3 dengan melakukan perbaikan teknis pelaksanaan tindakan antara lain sebagai berikut: a.

      Hasil Penelitian Siklus 3

      Pada konfirmasi dan menyimpulkan dosen lebih menegaskan kepada mahasiswa untuk menjelaskan kembali setiap konsep yang dipelajari dengan jelas, tepat, dan lengkap sesuai tujuan pembelajaran.

      c.

      Memberikan penjelasan yang lebih tegas agar mahasiswa agar membuat tugas yang diberikan dengan cara dan ukuran sendiri dan menegaskan tidak boleh sama persis dengan teman yang duduk di kiri kanannya.

      b.

      Pada kegiatan penutup, saat memberikan tindak lanjut, mahasiswa diingatkan untuk membawa dan melengkapi alat-alat tulis seperti mistar, busur, siku-siku, dan jangka untuk pertemuan berikutnya dan ditegaskan tidak boleh minjam-minjam dalam pembelajaran.

      Mahasiswa masih belum percaya diri dalam mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga masih tergantung dan mengikuti temannya yang lebih pintar. 3)

      tidak sama dengan ukuran yang dibuat dosen di papan tulis. Proses tersebut membuat mahasiswa lebih aktif dan serius dalam mengerjakan tugasnya dan bagi yang kurang mengerti sudah langsung menanyakannya kepada dosen. Kegiatan proses pembelajaran lebih aktif dari siklus

      Masih ada mahasiswa yang tidak membawa alat bantu yang diperlukan untuk pembelajaran. 2)

      Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang telah diuraikan di atas diperoleh bahwa: 1)

      Hasil belajar yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti tes di akhir siklus 2 terlihat bahwa hanya 7 orang (15%) mahasiswa yang telah mencapai hasil belajar yang sangat baik, 1 orang (2%) mahasiswa yang baik, dan 5 (11%) mahasiswa yang cukup dan 72% mahasiswa hasil belajarnya masih kurang, walaupun nilai rata-rata yang diperoleh sudah naik menjadi 55,5. Kesalahan yang dilakukan mahasiswa karena gambar yang dihasilkan belum tepat. Mahasiswa membuat gambarnya belum halus sehingga garis garis yang dihasilkan masih banyak yang bergeser, perhitungannya tidak benar, serta gambar yang dihasilkan tidak diberi keterangan.

      Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI terlihat bahwa hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran sudah berkategori baik (aktif). Hanya saja mahasiswa masih belum dapat menjelaskan setiap konsep yang dipelajari dengan percaya diri, jelas, tepat, dan lengkap sesuai dengan tujuan pembelajaran.

      Hasil observasi terhadap aktivitas dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI pada siklus 2 ini terlihat bahwa dosen sudah menerapkan pendekatan PMRI dengan sangat baik, walaupun masih ada aktivitas yang belum mendapatkan skor maksimal, yaitu aktivitas dosen dalam memberikan motivasi, masalah kontekstual dengan alat peraganya, dan memberikan umpan balik.

      1. Keaktifan yang ditunjukkan mahasiswa tidak lagi didominasi oleh mahasiswa yang berkemampuan sedang ke atas, yang biasanya aktif dalam pembelajaran.

      Pada siklus 3 ini konsep geometri yang dipelajari dalam pembelajaran matematika dasar II adalah (1) konsep bagian-bagian lingkaran (titik pusat, jari-jari, diameter,

      

    Sofnidar dkk: Penerapan Pendekatan PMRI untuk Meningkatkan Kemampuan

    Konsep Geometri Mahasiswa PGSD Universitas Jambi

      tali busur, apotema, busur lingkaran (busur besar dan busur kecil), tembereng, juring atau sektor, sudut pusat dan sudut keliling, (2) konsep hubungan antar sudut pusat, panjang tali busur, dan luas juring.

      Alat peraga yang digunakan pada proses pembelajarannya adalah kertas HVS, mistar, siku-siku, busur, dan jangka, serta spidol bewarna. Semua materi tersebut dipelajari tiga kali pertemuan yang diakhir pertemuan ketiga dilakukan kuis. Dalam proses pembelajaran mahasiswa dikelompokkan atas 3-3 orang yang duduk berdekatan.

      Pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan PMRI pada siklus 3 ini menunjukkan bahwa saat dosen mengeluarkan gambar lingkaran beserta bagian-bagiannya yang sudah diberi warna-warni yang menarik untuk menunjukkan bagian-bagian lingkaran yang berbeda, mahasiswa pada umumnya memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Ketika dosen melakukan apersepsi, masih banyak mahasiswa yang ragu-ragu dalam menjawab, tetapi sangat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, begitu juga ketika dosen memberikan motivasi dan pemberian acuan terhadap ruang lingkup materi yang akan dipelajari.

      Mahasiswa diberi tugas untuk mengamati gambar lingkaran dengan bagian-bagiannya yang diberi warna- warni untuk membedakan satu sama lainnya, seperti gambar lingkaran yang ditempel di papan tulis. Mahasiswa mendefinisikan setiap bagian-bagian lingkaran dengan menunjukkan langsung berdasarkan gambar. Dalam mengerjakan tugas dosen memberikan penjelasan dan membimbing mahasiswa secara langsung dengan mencontohkan terlebih dahulu di depan kelas, hanya saja misalnya dalam membuat gambar lingkaran, mahasiswa harus menggunakan ukurannya sendiri tidak sama dengan ukuran yang dibuat dosen di papan tulis. Proses tersebut membuat mahasiswa lebih aktif dan serius dalam mengerjakan tugasnya dan bagi yang kurang mengerti sudah langsung menanyakannya kepada dosen. Kegiatan proses pembelajaran lebih aktif dari siklus

      1. Keaktifan yang ditunjukkan mahasiswa tidak lagi didominasi oleh mahasiswa yang berkemampuan sedang ke atas, yang biasanya aktif dalam pembelajaran.

      Hasil observasi terhadap aktivitas dosen dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI pada siklus 3 ini terlihat bahwa dosen sudah menerapkan pendekatan PMRI dengan sangat baik, walaupun masih ada aktivitas yang belum mendapatkan skor maksimal, yaitu aktivitas dosen dalam memberikan motivasi dan masalah kontekstual dengan alat peraganya.

      Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan PMRI terlihat bahwa hasil observasi terhadap aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran sudah berkategori sangat baik (sangat aktif). Hanya saja mahasiswa masih belum dapat memberikan alasan yang lebih tepat terhadap jawaban-jawaban yang diberikan dari pertanyaan-pertanyaan dosen yang berkenaan dengan definisi dari setiap konsep-konsep yang dipelajari, walaupun mahasiswa sudah dapat menunjukkan dengan benar konsep tersebut melalui gambarnya. Mahasiswa dalam menjelaskannya masih ragu-ragu, melihat- lihat ke teman disekitarnya untuk meyakinkan jawabannya.

      Hasil belajar yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti tes di akhir siklus 3 terlihat bahwa 13 orang (28%) mahasiswa yang telah mencapai hasil belajar yang sangat baik, 10 orang (22%) mahasiswa yang baik, dan 11 orang (24%) mahasiswa yang cukup dan 12 orang (26%) mahasiswa hasil belajarnya masih kurang, walaupun demikian nilai rata-rata yang diperoleh sudah mencapai 70. Bentuk-

      

    Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013