10. Turunan Fungsi Polinom - II-1 Turunan Fungsi Polinom

10. Turunan Fungsi Polinom

10.1. Pengertian Dasar

  Kita telah melihat bahwa apabila koordinat dua titik yang terletak pada suatu garis lurus diketahui, misalnya [x 1, y 1 ] dan [x 2 ,y 2 ], maka kemiringan garis tersebut dinyatakan oleh persamaan

  ∆ y ( yy )

  2

  1 (10.1)

  m = = ∆ x ( xx )

  2

  1 Untuk garis lurus, m bernilai konstan dimanapun titik [x 1, y 1 ] dan [x 2 ,y 2 ] berada. Bagaimanakah jika yang kita hadapi bukan garis lurus melainkan garis lengkung? Perhatikan Gb.10.1.

  y = f(x) y P 2 Δy

  P 1 Δx x

  (a)

  y = f(x) y P′ 2 Δy

  P 1 Δxx

  (b) Gb.10.1. Tentang kemiringan garis. 1 P 2 dan bukan kemiringan garis lengkung Pada Gb.10.1.a. ∆y/∆x merupakan kemiringan garis lurus P

  y

  = f(x). Jika ∆x kita perkecil, seperti terlihat pada GB.10.1.b., ∆y/∆x menjadi ∆y′/∆x′ yang merupakan kemiringan garis lurus P 1 P′ 2 . Jika ∆x terus kita perkecil maka kita dapatkan kemiringan garis lurus yang sangat dekat dengan titik P 1 , dan jika ∆x mendekati nol maka kita mendapatkan kemiringan garis singgung kurva y di titik P 1 . Jadi jika kita mempunyai persamaan garis

  y ==== f (x )

  dan melihat pada suatu titik tertentu [x,y], maka pada kondisi dimana ∆x mendekati nol, persamaan (10.1) dapat kita tuliskan

  ∆ + y f ( xx ) − f ( x ) lim lim f ′ ( x ) (10.2)

  = = x x

  ∆ → ∆ x ∆ → ∆ x

  merupakan fungsi dari x karena untuk setiap posisi titik yang kita tinjau memiliki nilai

  f ′ (x ) f ′ (x )

  berbeda; disebut fungsi turunan dari , dan kita tahu bahwa dalam hal garis lurus,

  f ′ (x ) f (x ) f ′ (x )

  bernilai konstan dan merupakan kemiringan garis lurus tersebut. Jadi formulasi (10.1) tidak hanya berlaku untuk garis lurus. Jika ∆x mendekati nol, maka ia dapat diaplikasikan juga untuk garis lengkung, dengan pengertian bahwa kemiringan m adalah kemiringan garis lurus yang menyinggung kurva lengkung di titik [x,y]. Perhatikan Gb. 11.2.

  y (x ,y ) 2 2 (x ,y ) 1 1 x Gb.10.2. Garis singgung pada garis lengkung.

  Jika fungsi garis lengkung adalah maka pada titik [x 1 ,y 1 ] adalah kemiringan garis

  y f (x ) f ′ (x ) =

  singgung di titik [x 1 ,y 1 2 ,y 2 ) adalah kemiringan garis singgung di [x 2 ,y 2 ].

  ], dan f ′(x) di titik (x Bagaimana mencari f ′(x) akan kita pelajari lebih lanjut.

  y

  Jika pada suatu titik x 1 di mana seperti yang dinyatakan oleh (10.2) benar ada, fungsi f(x)

  lim x

  ∆ x ∆ →

  memiliki turunan di titik tersebut dan dikatakan sebagai “dapat didiferensiasi di titik tersebut” dan

  y

  nilai merupakan nilai turunan di titik tersebut (ekivalen dengan kemiringan garis singgung di

  lim x x

  ∆ → ∆ titik tersebut).

  Persamaan (10.2) biasanya ditulis

  

dy d y

  ( y ) lim = = x

dx dx x

  ∆ → ∆

  (10.3)

  • +

    f ( x x ) f ( x )

  ∆ − = lim = f ′ ( x ) x

  ∆ x ∆ → dy

  kita baca “turunan terhadap x dari fungsi y”, atau “turunan fungsi y terhadap x”. Penurunan ini

  dx

  dapat dilakukan jika y memang merupakan fungsi x. Jika tidak, tentulah penurunan itu tidak dapat dilakukan. Misalnya y merupakan fungsi t , ; maka penurunan y hanya bisa dilakukan

  

y f (t )

=

terhadap t, tidak terhadap x. dy df ( t )

y ′ = = = f ′ ( t )

dt dt

10.2. Fungsi Mononom Kita lihat uraian-uraian berikut ini.

  1). , bernilai konstan. Di sini

  y = f ( x ) = k

  • +

    f ( x x ) f ( x )

  ∆ − y ′ = lim = = x

  ∆ xx ∆ →

  2). y = f ( x ) =

  2 x

  1

  1

  • 2 ( xx ) −

  2 x 2 ∆ x

  ⇒

  ′ f ( x ) = lim = =

  2

  1

  x ∆ → ∆ xx

  10 y

  8

  6

  4

  2

  1

  2 3 x

  4

  5 Gb.10.3. Fungsi mononom y = 2x dan turunannya.

  Kurva membentuk garis lurus sejajar sumbu-x; ia bernilai konstan 2 untuk semua x.

  f ′ ( x )

  1

  2 3). y f ( x ) 2 x

  = =

  2

  2

  2

  2

  2

  2

  2 ( x x ) 2 x 2 ( x 2 x x x ) 2 x ∆ − ∆ ∆ − + + f ′ ( x ) lim lim

  • 2

  = =

  2

  

xxxx

∆ ∆

  2 2 x 2 x )

4 x

= × ∆ =

  • lim (

  ∆ x → Turunan fungsi ini membentuk kurva garis lurus dengan kemiringan 4.

  3 4). y f ( x ) 2 x

  = =

  3

  3

3

3

  2 x

  • 2 ( x x )

  ∆ − f ′ ( x ) lim 3 = x

  ∆ → x 3

2

3 3 3

  3 x x 3 x x x ) 2 x

  ∆ ∆ ∆ −

+ +

  • 2 ( x

  lim

  = x ∆ → x 22 x + 2

  2 3 x

  2 3 x x 2 x 6 x

  

= × × ∆ ∆ =

2 ∆ → Turunan fungsi ini membentuk kurva parabola.

  • lim

  5). Secara umum, turunan mononom n

  (10.4) y = f ( x ) = mx adalah

  ( n − 1 ) (10.5) y ′ ( m n ) x

  = × Jika n pada (10.4) bernilai 1 maka kurva fungsi y f (x ) akan berbentuk garis lurus dan

  = turunannya akan berupa nilai konstan,

y ′ = f ′ ( x ) = k

  Jika n > 1, maka turunan fungsi akan merupakan fungsi x, . Dengan demikian maka y ′ = f ′ (x ) fungsi turunan ini dapat diturunkan lagi dan kita mendapatkan fungsi turunan berikutnya

y ′′ f ′′ (x )

  = yang mungkin masih juga merupakan fungsi x dan masih dapat diturunkan lagi untuk memperoleh fungsi turunan berikutnya lagi

y ′′′ f ′′′ (x )

  = dan demikian seterusnya. dy kita sebut turunan pertama, y f ( x )

  ′ = ′ = dx

  2 d y turunan kedua, y f ( x )

  ′′ = ′′ =

  2 dx

  Gb.10.4. Mononom dan fungsi turunan-nya.

  2

  Gb.10.4. memperlihatkan kurva mononom

  4

x y

  

=

  dan turunan-turunannya

  3 4x y

  = ′ ,

  2 12 x y

  = ′′ , x y

  ′′′ 24 = , ′′′ 24 = ′ y .

  3

  1

  n mx y

  100 200

  4x y = ′

  3

  12x y = ′′

  2

  24 = ′′′ ′ y

  24 = ′′′

  12x y = ′′ x y

  2

  4x y = ′

  4

  P P = Koordinat titik potong kurva mononom dengan kurva-kurva turunan selanjutnya dapat pula dicari.

  P dan

  3

  n x =

  4

  3

  3 ) ( dx y d x f y

  = ′′′ = ′′′ turunan ke-tiga, dst.

  Contoh: 3 4 4

  ( 2 ) x x f y

  = =

  12 ; 12 ) 2 ( 6 ;

  6 ) 3 (

  2 4 ) 1 2 ( 4 2 ) ′ 4 = ′′′ = = ′′ = = 1 3 (

  − − y x x y x x y

  6) Dari (10.4) dan (10.5) kita dapat mencari titik-potong antara kurva suatu fungsi dengan kurva fungsi turunannya.

  Fungsi mononom

  n mx x f y

  = = ) (

  memiliki turunan

  ) 1 ( ) (

  − × = ′ n x n m y

  . Koordinat titik potong P antara kurva mononom f(x) dengan turunan pertamanya diperoleh dengan

  ) 1 ( ) (

  − × = → ′ = n n

x n m mx y y

  ⇒

  x y =

  • 3 -2 -1
  • 100

10.3. Fungsi Polinom Polinom merupakan jumlah terbatas dari mononom. Kita lihat contoh-contoh berikut.

  Gb.10.5. f 1 (x) = 4x + 2 dan turunannya.

  → ∆ x x x x x f x x Kurva fungsi ini dan turunannya terlihat pada Gb.10.5.

  2 x

  10

  8

  6

  4

  2

  f 1 (x) = 4x + 2 f 1 ′(x) = 4

  1).

  2 ( 4 )

  • = = x x f y

  1

  1

  • − + ∆ + = ′

  { } { }

  4

  2

  4

( 2 )

4 ) lim (

  1

  = ∆

  • 1 -0,5 0,5 1 1,5
  • 4
  • 2
Suku yang bernilai konstan pada f (x), berapapun besarnya, positif maupun negatif, tidak memberikan 1 kontribusi dalam fungsi turunannya.

  2). ⇒

  y f ( x ) 4 ( x 2 ) f ( x ) 4 x

  8 = = − = −

  2

  2

  2 ⇒

  f ′ ( x )

  4 =

  2

  10

  5

  • 1

  1

  2

  3 x

  4

  • 5
  • 10
  • 15 Gb.10.6. f (x) = 4(x – 2) dan turunannya.
  • 2

      y f ( x ) 4 x 2 x

      5 = = −

    • 2 3).

      3

      3

      2

      2

      4 ( x x ) 2 ( x x )

      5 4 x 2 x

      5 ∆ ∆ − − − + + + +

      { } { } lim y ′ =

      3

      ∆ x → ∆ x

      4 2 x

      2 8 x

      2 = × = + +

      3

      2 4). y f ( x ) 5 x 4 x 2 x

      5 = = − + +

      4

      4

      3

      2

      3

      2 { } { }

      4 ( x x ) 2 ( x x )

      5 5 x 4 x 2 x

      5 ∆ ∆ ∆ − − − + + + + + + y ′ lim

    • 5 ( x x )

      =

      4 x x

      ∆ → ∆

      2

      2

      5 3 x

      4 2 x

      2 15 x

    8 x

      2 = × × = + + + +

      5) Secara Umum: Turunan suatu polinom, yang merupakan jumlah beberapa mononom, adalah jumlah turunan masing-masing mononom dengan syarat setiap mononom yang membentuk polinom itu memang memiliki turunan.

    10.4. Nilai Puncak

      Kita telah melihat bahwa turunan fungsi di suatu nilai x merupakan kemiringan garis singgung terhadap kurva fungsi di titik [x,y]. Jika titik [x p ,y p ] adalah titik puncak suatu kurva, maka garis singgung di titik [x ,y ] tersebut akan berupa garis mendatar yang kemiringannya nol. Dengan kata p p lain posisi titik puncak suatu kurva adalah posisi titik di mana turunan pertama fungsi bernilai nol.

      Polinom Orde Dua. Kita ambil contoh fungsi polinom orde dua (fungsi kuadrat):

      2 y 2 x 15 x

      13 = + +

      Turunan pertama fungsi ini adalah

      15 Jika kita beri y = 0 maka kita dapatkan nilai x dari titik puncak yaitu ′ p

    x p = − (15/4) = − 3,75

    Jika nilai x p ini kita masukkan ke fungsi asalnya, maka akan kita dapatkan nilai puncak y p .

      

    4 x

    + y ′ =

      2 y 2 x 15 x

      

    13

    = + + p p p

      2 = 2(-3,75) 15 × ( − 3 , 75 )

    + +

    13 = − 15 , 125

    2 Secara umum, x p dari fungsi kuadrat y = + + ax bx c dapat diberoleh dengan membuat

      ′ 2 ax b = (10.6)

    + y = sehingga diperoleh

      b x = − (10.7) p

      2 a

    2 Nilai puncak, y dari fungsi kuadrat y ax bx c dapat diperoleh dengan memasukkan x

      p =

    • p

      2

      2 b b − 4 ac

      2 y ax bx c c (10.8)

      = = − = + − + + p p p

      4 a 4 a

    Maksimum dan Minimum. Bagaimanakah secara umum menentukan apakah suatu nilai puncak

      merupakan nilai minimum atau maksimum? Kita manfaatkan karakter turunan kedua di sekitar nilai puncak. Lihat Gb.10.7.

      

    y

    P yyx

      Q Gb.10.7. Garis singgung di sekitar titik puncak.

      Turunan pertama di suatu titik pada kurva adalah garis singgung pada kurva di titik tersebut. Di sekitar titik maksimum, mulai dari kiri ke kanan, kemiringan garis singgung terus menurun sampai menjadi nol di titik puncak kemudian menjadi negatif. Ini berarti turunan pertama y di sekitar titik

      ′ maksimum terus menurun dan berarti pula turunan kedua di titik maksimum bernilai negatif.

      Sebaliknya, di sekitar titik minimum, mulai dari kiri ke kanan, kemiringan garis singgung terus meningkat sampai menjadi nol di titik puncak kemudian menjadi positif. Ini berarti turunan pertama y ′ di sekitar titik minimum terus menurun dan berarti pula turunan kedua di titik minimum bernilai positif .

      Jadi apabila turunan kedua di titik puncak bernilai negatif, titik puncak tersebut adalah titik maksimum. Apabila turunan kedua di titik puncak bernilai positif, titik puncak tersebut adalah titik minimum.

      Dalam kasus fungsi kuadrat y ax bx c , turunan pertama adalah y

      2 ax b dan turunan kedua = = + +

    • 2

      adalah y ′′

      2 a . Jadi pada fungsi kuadrat, apabila a bernilai positif maka ia memiliki nilai minimum; = jika a negatif ia memiliki nilai maksimum.

      Contoh: Kita lihat kembali contoh fungsi kuadrat yang dibahas di atas.

      

    2

    y 2 x 15 x

      13 = + + y

      Nilai puncak fungsi ini adalah = −

      15 , 125 dan ini merupakan nilai minimum, karena turunan p

      ′′

      keduanya y = 4 adalah positif. Lihat pula Gb.10.5.c.

      Contoh: Kita ubah contoh di atas menjadi:

      2 y = −

    2 x

    + + 15 x

      13 Turunan pertama fungsi menjadi

    yx yx

      = −

      75 p

      4 + + 15 , yang jika = memberi = 3 ,

      Nilai puncak adalah

      y = − 2 ( 3 , 75 )^

      

    2

    15 × 3 ,

      75 + + + 13 = 41 , 125 p

      Turunan kedua adalah y ′′

      4 bernilai negatif. Ini berarti bahwa nilai puncak tersebut = − adalah nilai maksimum.

      

    Contoh: Dua buah bilangan positif berjumlah 20. Kita diminta menentukan kedua bilangan tersebut

      sedemikian rupa sehingga perkaliannya mencapai nilai maksimum, sementara jumlahnya tetap 20.

      Jika salah satu bilangan kita sebut x maka bilangan yang lain adalah (20 − x ). Perkalian antara keduanya menjadi

      2 y x ( 20 x ) 20 x x

      = − = −

      Turunan pertama yang disamakan dengan nol akan memberikan nilai x yang memberikan y . puncak

      y

      20 2 x memberikan x = 10 = − =

      dan nilai puncaknya adalah

      y = 200 − 100 = 100 puncak

      Turunan kedua adalah y ′′ = −

      2 ; ia bernilai negatif. Jadi y puncak yang kita peroleh adalah

      nilai maksimum; kedua bilangan yang dicari adalah 10 dan (20 10) = 10. Kurva dari

      − fungsi dalam contoh ini terlihat pada Gb.10.8.

      120

      y

      100

      80

      60

      40

      20

    • 5

      5

      10

      15

      20

      25

    • 20

      x

    • 40

      Gb.11.8. Kurva Kurva tersebut memotong sumbu-x di

      ⇒ y x ( 20 x ) x dan x

      20 = − = = =

      1

      2 Dalam contoh di atas kita memperoleh hanya satu nilai maksimum; semua nilai x yang lain akan memberikan nilai y dibawah nilai maksimum y puncak yang kita peroleh. Nilai maksimum demikian ini kita sebut nilai maksimum absolut. Jika seandainya y puncak yang kita peroleh adalah nilai minimum, maka ia akan menjadi minimum absolut , seperti pada contoh berikut.

      

    Contoh: Dua buah bilangan positif berselisih 20. Kita diminta menentukan kedua bilangan tersebut

    sedemikian rupa sehingga perkaliannya mencapai nilai minimum, sementara selisihnya tetap 20.

      Jika salah satu bilangan kita sebut x (positif) maka bilangan yang lain adalah (x + 20). Perkalian antara keduanya menjadi

      2 y x ( x 20 ) x 20 x

      = = + + Turunan pertama yang disamakan dengan nol akan memberikan nilai x yang memberikan y puncak .

      10 dan nilai puncak adalah

      2 x + y ′ = 20 = sehingga x = −

      y = 100 − 200 = − 100 puncak

      ′′

      2 ; ia bernilai positif. Jadi y yang kita peroleh adalah = puncak

    • Turunan kedua adalah y

      nilai minimum; kedua bilangan yang dicari adalah 10 dan ( 10+20) = +10. Kurva fungsi

      − − dalam contoh ini terlihat pada Gb.10.9. y

      40

      20

    • 5

      5

    • 25 -20 -15 -10
    • 20

      x

    • 40
    • 80
    • 100
    • 120

      20 ) =

    • Gb.10.9. Kurva y x ( x

      Polinom Orde Tiga. Fungsi pangkat tiga diberikan secara umum oleh

      3

      2 y = ax bx cx d (10.10) + + +

      Turunan dari (10.29) adalah

      2 y ′ 3 ax 2 bx c (10.11)

      

    =

    + + Dengan membuat y ′′′′ kita akan mendapatkan x p .

      ====

      2

      y 3 ax 2 bx c

    = = p p

      Ada dua posisi nilai puncak, yaitu

      2

      

    2 b ± 4 b − 12 ac x , x

      = p

      1 p

      2

      6 a

      (10.12)

      2

      − b ± b − 3 ac = 3 a

      Dengan memasukkan x p 1 dan x p 2 ke penyataan fungsi (10.11) kita peroleh nilai puncak y p 1 dan y p 2 . Namun bila x p 1 = x p 2 berarti dua titik puncak berimpit atau kita sebut titik belok.

      2 Contoh: Kita akan mencari di mana letak titik puncak dari kurva fungsi y 2 x 3 x 3 dan apakah = − nilai puncak merupakan nilai minimum atau maksimum.

    • 3

      Jika turunan pertama fungsi ini kita samakan dengan nol, akan kita peroleh nilai x di mana puncak-puncak kurva terjadi.

      2 y ′ 6 x 6 x 6 x ( x 1 )

      = − = − = memberikan dan

      1 x = x =

      Memasukkan nilai x yang diperoleh ke persamaan asalnya memberikan nilai y, yaitu nilai puncaknya.

      3 = = puncak

    • x memberikan y

      1 memberikan y

      2 = = puncak

    • x

      Jadi posisi titik puncak adalah di P[0,3] dan Q[1,2]. Apakah nilai puncak y puncak minimum atau maksimum kita lihat dari turunan kedua dari fungsi y

      y ′′

    12 x

      6 = −

      Untuk x y ′′

      6 = = − ′′

      1 y

      6 = =

    • Untuk x

      Jadi nilai puncak di P[0,3] adalah suatu nilai maksimum, sedangkan nilai puncak di Q[1,2] adalah minimum. Kurva dari fungsi dalam contoh ini terlihat pada Gb.10.10.

      15

      y

      10 P[0,3] Q[1,2] R

      5 0,5

    • 2 -0,5 1 1,5

      2 2,5

    • 1
    • 1,5

      x

    • 5
    • 10 y s
    • 15
    • 20

      3

      Gb.10.10. Kurva y

      2 x 3 x 3 dan garis singgung di R.

      = −

    • 2

      10.5. Garis Singgung y f (x )

      Persamaan garis singgung pada titik R yang terletak di kurva suatu fungsi = secara umum adalah y = mx dengan kemiringan m adalah turunan pertama fungsi di titik R.

      s

      3

      2

      2 x 3 x 3 yang kurvanya diberikan pada Gb.10.10.

      = −

    • Contoh : Lihat fungsi y

      2 Turunan pertama adalah y ′ 6 x 6 x 6 x ( x 1 ) . Titik R dengan absis x = 2 , memiliki ordinat = − = −

      R

      2

      8

      3

      4

      3 7 ; jadi koordinat R adalah R(2,7). Kemiringan garis singgung di titik R = × − × =

    • y

      R

      adalah m

      6

      2

      1 12 .

      = × × =

      12 x K . Garis ini harus melalui R(2,7) dengan kata lain = s koordinat R harus memenuhi persamaan garis singgung. Jika koordinat R kita masukkan ke persamaan garis singgung akan kita dapatkan nilai K.

    • Persamaan garis singgung y

      ⇒ ⇒

      7

      12

      2 K K

      7

      24

      17 y = 12 x K = × = − = − . + + s

      Persamaan garis singgung di titk R adalah y = 12 x

      17

    s

      10.6. Contoh Hubungan Diferensial Berikut ini adalah beberapa contoh relasi diferensial. (ref. [3] Bab-2)

    Arus Listrik. Arus litrik adalah jumlah muatan listrik yang mengalir per detik, melalui suatu luas

    penampang tertentu. Ia merupakan laju aliran muatan. Kalau arus diberi simbol i dan muatan diberi

    simbol q maka

    dq

    i

      =

    dt

    Satuan arus adalah ampere (A), satuan muatan adalah coulomb (C). Jadi 1 A = 1 C/detik.

      

    Tegangan Listrik. Tegangan listrik didefinisikan sebagai laju perubahan energi per satuan muatan.

      Kalau tegangan diberi simbol v dan energi diberi simbol w, maka

      dw v = dq Satuan daya adalah watt (W). Satuan energi adalah joule (J). Jadi 1 W = 1 J/detik.

      

    Daya Listrik. Daya listrik didefinisikan sebagai laju perubahan energi. Jika daya diberi simbol p maka

    dw p

      

    =

    dt dw dw dq

      Dari definisi tegangan dan arus kita dapatkan

      p vi = = = dt dq dt

      

    Karakteristik Induktor. Karakteristik suatu piranti listrik dinyatakan dengan relasi antara arus yang

      melewati piranti dengan tegangan yang ada di terminal piranti tersebut. Jika L adalah induktansi induktor, v L dan i L masing-masing adalah tegangan dan arus-nya, maka relasi antara arus dan tegangan induktor adalah

      di L v L

      = L dt

      

    Karakteristik Kapasitor. Untuk kapasitaor, jika C adalah kapasitansi kapasitor, v C dan i C adalah

      tegangan dan arus kapasitor, maka

      dv c

    i C

      = C dt

Dokumen yang terkait

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN THINK - TALK -- WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI PELUANG DIKELAS X SMA NEGERI 1 AIR JOMAN. TA 2017/2018

0 0 9

PENGARUH PARKIR PADA BADAN JALANTERHADAP KINERJA RUAS JALAN (STUDY KASUS JALAN RIVAI) Oleh: Ferry Anderson Universitas Asahan Email: Ferryanderson38gmail.com ABSTRAK - PENGARUH PARKIR PADA BADAN JALANTERHADAP KINERJA RUAS JALAN (STUDY KASUS JALAN RIVAI)

0 4 12

Marhamah, Abzeni, dan Juwita UPBJJ-UT Serang - Banten e-mail: marhamahut.ac.id ABSTRACT - View of PERILAKU KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA SERANG

0 0 9

Kata Kunci: Aktivitas, model pembelajaran, Quick on the Draw 1. PENDAHULUAN - Sumargiyani, Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Quick on the Draw pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar, hal. 87-96.

0 1 10

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang dan Permasalahan - Gunawan, Karakteristik Operator Hiponormal-p pada Ruang Hilbert, hal. 105-114.

0 0 10

Teorema Titik Tetap Fungsi Demicontinuous Hampir Lipschitzian di Ruang Hilbert

0 0 9

Kata kunci : pembelajaran kooperatif, jigsaw, hasil belajar Pendahuluan - PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIKA PENELITIAN PENDIDIKAN

0 0 6

GAJAH MADA SANG MAHA PATIH PEMERSATU NUSANTARA DI BAWAH MAJAPAHIT TAHUN 1336 M - 1359 M Agus Susilo

0 0 10

Pengaruh Persentase Massa Gipsum Dan Serat Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Lentur Papan Semen - Gipsum Berserat Eceng Gondok

0 0 5

76 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika Dan Riset Ilmiah, 1(2), 75 - 82. 2017

0 0 8