TUGAS AKHIR MAKALAH PAK IMAM

MAKALAH EKONOMI MONETER II
BAB 21
KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL DALAM MODEL ISLM

Dosen Pengampu :
1. DR. Ir. Yoke Moelgini, M.Sc.
2. Imam Awaluddin, S.E., M.E.
3. Thomas Andrian P.A, S.E., M.Si.
Disusun oleh :
Syailendra Kurniawan

1411021104

Sofie Maghfira

1411021101

Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
2016

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas akhir mata kuliah Ekonomi
Moneter II tentang Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Model ISLM.
Adapun makalah Ekonomi Moneter II tentang Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Model
ISLM ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan
saran dari para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki makalah Ekonomi Moneter II ini
serta makalah-makalah lainnya yang akan kami susun di masa mendatang.
Penyusun berharap dari makalah Ekonomi Moneter II tentang Kebijakan Moneter dan Fiskal
dalam Model ISLM. para pembaca mendapatkan wawasan-wawasan baru yang akan bermanfaat
sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca di kemudian hari.


Bandar Lampung, 14 Juni 2016

Penyusun

2

DAFTAR ISI
ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
A. LATAR BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1
B. RUMUSAN MASALAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
C. TUJUAN PENELITIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB II PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
A. KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL DALAM MODEL ISLM . . . . . . . . . . . .
B. PERUBAHAN TINGKAT HARGA KESEIMBANGAN SUKU BUNGA DAN
OUTPUT AGREGAT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MONETER DAN FISKAL . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D. APLIKASI: TARGET UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA . . . .

E. MODEL ISLM DALAM JANGKA PANJANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
F. MODEL ISLM DAN KURVA PERMINTAAN AGREGAT . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
A. KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .36
B. SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .37
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak Perang Dunia II, pembuat kebijakan pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan
lapangan kerja tanpa menyebabkan inflasi. Jika perekonomian mengalami resesi seperti yang
terjadi pada Maret 2001, pembuat kebijakan mempunyai dua perangkat kebijakan pokok yang
dapat digunakan untuk memengaruhi aktivitas ekonomi agregat: kebijakan moneter, kontrol
terhadap suku bunga atau uang beredar, dan kebijakan fiskal, kontrol terhadap pengeluaran
pemerintah dan pajak.
Model ISLM dapat membantu pembuat kebijakan memperkirakan apa yang akan terjadi pada
output agregat dan suku bunga jika mereka memutuskan untuk meningkatkan jumlah uang

beredar atau menaikkan pengeluaran pemerintah. Dengan cara ini, analisis ISLM membantu kita
menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai kegunaan dan keefektifan kebijakan moneter
dan fiskal dalam memengaruhi aktivitas ekonomi.
Dalam makaalh ini, kita menggunakan model ISLM untuk membantu menjawab pertanyaanpertanyaan dan mempelajari bagaimana model tersebut menghasilkan kurva permintaan agregat
yang digambarkan dengan baik sekali dalam kerangka permintaan dan penawaran agregat, yang
tidak hanya digunakan untuk memahami perubahan output agregat tetapi juga tingkat harga.
Analisis kita akan menunjukkan mengapa ekonom memfokuskan begitu banyak perhatian pada
topik-topik seperti stabilitas fungsi permintaan aatas uang dan apakah permintaan atas uang
sangat dipengaruhi oleh suku bunga.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1

Apakah yang dimaksud Kebijakan Moneter (Kurva LM) dan Kebijakan Fiskal (Kurva
IS)?

1.2.2

Apakah instrumen-instrumen yang digunakan dalam Kebijakan Moneter dan Fiskal?

1.2.3


Apakah yang dimaksud Model ISLM dan bagaimanakah mekanismenya?

1.2.4

Kapan kebijakan moneter lebih efektif daripada kebijakan fiskal dalam mengontrol
tingkat output agregat?

4

1.2.5

Kapan kebijakan fiskal lebih efektif daripada kebijakan moneter dalam mengontrol
tingkat output agregat?

1.2.6

Apakah kebijakan fiskal menjadi lebih efektif jika dilakukan dengan mengubah
pengeluaran pemerintah daripada mengubah pajak?


1.2.7

Haruskah otoritas moneter melakukan kebijakan moneter dengan memanipulasi uang
beredar atau suku bunga?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yag dapat diperoleh dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1.3.1

Mengetahui lebih jelas mengenai kebijakan moenetr dan fiskal serta instrumeninstrumennya.

1.3.2

Mengetahui lebih jelas mengenai model ISLM dan mekanismenya.

1.3.3

Mengetahui manfaat yang diperoleh dari diberlakukannya kebijakan moneter dan fiskal.

1.3.4


Mengetahui secara rinci kapan kebijakan moneter lebih efektif daripada kebijakan fiskal.

1.3.5

Mengetahui secara rinci kapan kebijakan fiskal lebih efektif daripada kebijakan moneter.

5

BAB II
PEMBAHASAN

II. I Kebijakan Moneter dan Fiskal dalam Model ISLM
Kebijakan fiskal (fiscal policy) adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran pemerintah dan pendapatan (berupa
pajak). Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran pemerintah dan pajak. Perubahan
tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi variabel-variabel
di dalamnya, seperti permintaan agregat.
Kebijakan moneter (monetary policy) adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengantetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk

mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan
antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai
kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter
dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut
yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai temapt
terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Model ISLM dapat membantu pembuat kebijakan memperkirakan apa yang akan terjadi
pada output agregat dan suku bunga jika mereka memutuskan untuk meningkatkan jumlah uang
beredar atau menaikkan pengeluaran pemerintah. Dengan cara ini, analisis ISLM membantu kita
menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai kegunaan dan keefektifan kebijakan moneter
dan fiscal dalam memengaruhi aktivitas ekonomi.
II. I. I Faktor-faktor yang Menyebabkan Pergeseran Kurva IS
1. Perubahan Pengeluaran Konsumen Otonom
Kenaikan pengeluaran konsumen otonom menggeser permintaan agregat ke atas dan
menggeser kurva IS ke kanan. Penurunan pengeluaran konsumen otonon memberikan
arah analisis yang berlawanan. Untuk setiap suku bunga tertentu, fungsi permintaan

6

agregat bergeser ke bawah, tingkat keseimbangan output agregat turun, dan kruva IS

bergeser ke kiri.
2. Perubahan Pengeluaran Investasi yang Tidak Terkait dengan Suku Bunga
Perubahan pada pengeluaran investasi hanya akan menyebabkan pergerakan sepanjang
kruva IS dan bukan pergeseran. Peningkatan pengeluaran investasi yang direncanakan
tidak terkait dengan suku bunga, katakanlah karena perusahaan-perusahaan menjadi lebih
yakin mengenai keuntungan investasi setelah penemuan sumber minyak, lalu menggeser
kurva permintaan agregat ke kanan. Untuk setiap suku bunga tertentu, tingkat
keseimbangan output agregat meningkat, dan kurva IS akan bergeser ke kanan.
3. Perubahan pengeluaran Pemerintah
Peningkatan pengeluaran pemerintah juga akan menyebabkan fungsi permintaan agregat
pada setiap suku bunga tertentu bergeser ke atas. Tingkat keseimbangan output agregat
meningkat pada setiap suku bunga tertentu, dan kurva IS bergeser ke kanan. Sebaliknya,
penurunan pengeluaran pemerintah menggeser fungsi permintaan agregat ke bawah, dan
tingkat output keseimbangan turun, sehingga menggeser kurva IS ke kiri.
4. Perubahan Pajak
Penurunan pajak menggeser fungsi permintaan agregat dengan meningkatkan
pengeluaran konsumen dan menggeser fungsi permintaan agregat ke atas pada setiap
suku bunga tertentu. Penurunan pajak menaikkan tingkat keseimbangan output agregat
pada setiap suku bunga tertentu dan menggeser kurva IS ke kanan. Namun demikian juga,
bahwa perubahan pajak mempunyai pengaruh yang lebih kecil terhadap permintaan

agregat daripada perubahan yang setara dalam pengeluaran pemerintah. Sehingga untuk
setiap suku bunga tertentu, kurva IS akan bergeser lebih sedikit daripada untuk perubahan
yang sama dalam pengeluaran pemerintah.
5. Perubahan Ekspor Bersih yang Tidak Terkait dengan Suku Bunga
Sebagaimana pengeluaran onvestasi yang direncanakan, perubahan terjadi pada ekspor
bersih yang ditimbulkan oleh perubahan suku bunga hanya menyebabkan pergerakan di
sepanjang kurva IS dan bukan pergeseran. Peningkatan ekspor bersih otonom yang tidak
terkait dengan suku bunga. Sebaliknya, penurunan ekspor bersih otonom menggeser
fungsi permintaan agregat ke bawah, dan tingkat output keseimbangan turun, sehingga
menggeser kurva IS ke kri.
7

SukuBunga
,i
iA

A

A


IS2
IS1
Output
Agregat, Y
(a)

YA

YA

PermintaanAgr
egatYad

Y = Yad

Y2ad

iA
A

Y1ad

A

(a)

Output
Agregat, Y
YA

YA

(Pergeseran Kurva IS)
Kurva IS akan bergeser dari IS1 ke IS2 sebagai akibat dari (1) peningkatan pengeluaran
konsumen otonom, (2) peningkatan pengeluaran investasi yang direncanakan seiring dengan
optimisme usaha-usaha, (3) peningkatan pengeluaran pemerintah, (4) penurunan pajak, (5)
peningkatan ekspor bersih yang tidak terkait dengan sukubunga. Panel (b) menunjukkan
bagaimana perubahan pada faktor-faktor tersebut mendorong pergeseran kurva IS kekanan
dengan menggunakan diagram silang Keynes. Untuk setiap suku bunga tertentu (disini iA),
perubahan-perubahan ini menggeser fungsi permintaan agregat ke atas dan meningkatkan output
keseimbangan dari YA ke YÁ.
II.I. II Faktor-Faktor yang menyebabkan pergeseran Kurva LM
1. Perubahan Uang Beredar
Peningkatan uang beredar menggeser kurva LM ke kanan. Anggaplah bahwa kurva LM
awalanya pada LM1, dalam panel (a) dan Federal Reserve melakukan pembelian pasar
8

terbuka yang meningkatkan uang beredar. Jika kita perhatikan titik A, yang ada di kurva
LM1, kita dapat mempelajari apa yang terjadi pada tingkat keseimbangan suku bunga,
dengan asumsi output konstan pada YA. Dengan membalik logina ini, penurunan uang
beredar menggeser kurva LM ke kiri. Penurunan uang beredar menghasilkan penurunan
jumlah uang pda titik di kurva LM awal. Kondisi kelebihan permintaan uang ini dapat
dihilangkan dengan menaikkan suku bunga, yang menurunkan jumlah uang yang diminta
sampai permintaan uang sama dengan jumlah yang ditawarkan.
SukuBunga
,i

SukuBunga
,i

LM1
LM2
A

iA

iA

Ms1

Ms2

A

iA

A

iA

A

Md(YA)

(a)

YA

Output
Agregat, Y

(b)

M1/P

M2/P

JumlahdarisaldoUan
gRiil, M/P

(PergeseranKurva LM Disebabkan Uang beredar Meningkat)
Kurva LM bergeser ke kanan dari LM1 ke LM2 ketika uang beredar meningkat karena,seperti yang
terlihat dalam panel (b), pada setiap tingkat output agregat tertentu (katakanlah,YA),
keseimbangan suku bunga turun (titik A ke A ).
2. Perubahan Permintaan Uang Otonom
Teori permintaan aset menunjukkan bahwa bisa jadi terdapat peningkatan permintaan
uang otonom, yaitu perubahan yang tidak disebabkan oleh perubahan tingkat harga,
output agregat, atau suku bunga. Sebagai contoh, kenaikan volatilitas pengembalian
obligasi (bond returns) akan membuat risiko obligasi meningkat relatif terhadap uang dan
akan meningkatkan jumlah uang yang diminta pada tingkat suku bunga tertentu, tingkat
harga, atau besarnya output agregat. Hasil dari peningkatan otonom pada permintaan atas
uang akan menggeser kurva LM ke kiri. Anggaplah terjadi kepanikan keuangan yang
besar, mengakibatkan banyak perusahaan menuju kebangkrutan. Karena obligasi telah
menjadi aset yang lebih berisiko, masyarakat ingin mengubah dari memegang obligasi
menjadi memegang uang, mereka akan memegang uang lebih pada tingkat suku bunga
dan output berapa pun. Sebaliknya, penurunan permintaan uang otonom akan mendorong
9

pergeseran kurva LM ke kanan. Turunnya permintaan uang akan menciptakan kelebihan
penawaran uang, yang dihapuskan dengan kenaikan jumlah permintaan uang sebagai
hasil dari penurunan suku bunga.

(Pergeseran Kurva LM ketika Permintaan Uang Meningkat)

II. II Perubahan Tingkat Keseimbangan Suku Bunga dan Output Agregat
 Respons terhadap Perubahan Kebijakan Moneter
SukuBunga
,i

LM1

LM2

1
i1

2

i2
IS1

Y1

Y2

Output
Agregat, Y

Peningkatan uang beredar menggeser kurva LM ke kanan dari LM1 menuju LM2; perekonomian
bergerak menuju titik 2, di mana output meningkat menuju Y2 dan suku bunga turun menuju i2.
 Respons terhadap Perubahan Kebijakan Fiskal
Berikut ini merupakan respons output agregat dan suku bunga terhadap kebijakan
fiskal ekspansif. Peningkatan uang beredar menggeser kurva LM ke kanan dari LM1

10

ke LM2; perekonomian bergerak menuju titik 2, di mana output meningkat menuju Y2
dan suku bunga turun menuju i2.
SukuBunga
,i

LM1

i2
i1
IS2
IS1
Y1

Y2

Output
Agregat, Y

II. III Efektivitas Kebijakan Moneter dan Fiskal

SukuBunga
,i

LM1

i2

2

i1

1
IS2
Output
Agregat, Y

IS1
Y1
(a)

SukuBunga
,i

LM2

LM1

1

i1

2

i2

IS1
Y1
(b)

Y2

Output
Agregat, Y

(Efektivitas Kebijakan Moneter dan Fiskal ketika
Permintaan Uang Tidak Dipengaruhi oleh Suku Bunga)

11

Ketika permintaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, kurva LM adalah vertikal. Pada
panel (a), kebijakan fiskal ekspansif (peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan
pajak) menggeserkurva IS dari IS1 menuju IS2 dan output agregat tetap tidak berubah pada Y1.
Pada panel (b), peningkatan uang beredar menggeser kurva LM dari LM1 ke LM2 dan menaikkan
output agregat dari Y1 ke Y2. Dengan demikian, kebijakan moneter adalah efektif, sedangkan
fiskal tidak.
II. IV APLIKASI: Target Uang Beredar dan Suku Bunga
Penargetan moneter (monetary targeting) yaitu mereka menggunakan instrumen
kebijakannya untuk membuat uang beredar sama dengan nilai yang ditargetkan. Model ISLM
mempunyai implikasi penting untuk suatu variabel yang dipakai sebagai target oleh bank sentral
dan kita dapat menerapkannya untuk menjelaskan mengapa bank sentral menghapuskan
penargetan moneter dan menggantikannya dengan penargetan suku bunga.
 Target Uang Beredar dan Suku Bunga Ketika Kurva IS Tidak Stabil dan Kurva
LM Stabil
Kurva IS yang tidak stabil bergerak antara IS’ dan IS”. Target uang beredar
menghasilkan fluktuasi output yang lebih kecil (Y’m ke Y”m) daripada target suku
bunga (Y’I ke Y”I). Sehingga, target uang beredar lebih disukai.
SukuBunga
,i

Target SukuBeredar,
LM*

i*

Target SukuBunga

IS”
IS*
IS’
Y’I Y’m Y* Y”m Y”I

Output Agregat, Y

 Target Uang Beredar dan Suku Bunga Ketika Kurva LM Tidak Stabil dan
Kurva IS Stabil
Kurva LM yang tidak stabil berfluktuasi antara LM’ dan LM”. Target uang beredar
menghasilkan fluktuasi yang lebih besar dalam output (Y’m ke Y”m) daripada target
12
Target Uang Beredar
SukuBunga
,i

LM’”

suku bunga (yang menetapkan output tetap di Y*). Akibatnya target suku bunga lebih
dipilih.
LM*
*
LM’’

i*

Target SukuBunga

IS
Y’m

Y*

Y”m

Output Agregat, Y

II. V MODEL ISLM JANGKA PANJANG
SukuBunga
,i

LM1

LM2

1
i1

2

i2

(a)

IS1
Output
Agregat, Y
Y1

Y2
LM2

SukuBunga
,i

LM1
2’

i2’

2

i2
i1

1

IS2
IS1

(b)

Yn

Y2

Output
Agregat, Y

Pada panel (a), peningkatan uang beredar menyebabkan kurva LM bergeser ke kanan menuju
LM2, dan titik keseimbangan bergerak ke titik 2, di mana suku bunga turun menuju i2, dan output
naik menjadi Y2. Oleh karena output pada Y2 di atas tingkat alamiah Yn, tingkat harga meningkat,
uang beredar riil turun, dan kurva LM bergeser kembali ke LM1; perekonomian kembali ke
keseimbangan awal pada titik 1. Pada panel (b), peningkatan pengeluaran pemerintah menggeser
13

kurva IS ke kanan menuju IS2, dan perekonomian bergerak ketitik 2, di mana suku bunga naik ke
i2, dan output naik ke Y2. Oleh karena output pada Y2 di atas tingkat alamiah Yn, tingkat harga
mulai naik, saldo uang riil M/P mulai turun, dan kurva LM bergeser ke kiri menuju LM2.
Keseimbangan jangka panjang ada di titik 2 dengan suku bunga yang lebih tinggi lagi di i2, dan
output kembali ke Yn.
II.VI MODEL ISLM DAN KURVA PERMINTAAN AGREGAT
Ketika kita melakukan analisis ISLM dengan perubahan tingkat harga, kita menemukan
bahwa ketika tingkat harga turun, tingkat output agregat turun. Jadi kita mendapatkan suatu
hubungan antara tingkat harga dan jumlah output agregat di mana pasar barang dan pasar uang
berada dalam keseimbangan, yang disebut kurva permintaan agregat (aggregate demand curve).
 Menurunkan Kurva Permintaan Agregat
Diagram ISLM pada panel (a) menunjukkan bahwa dengan adanya uang beredar
nominal tertentu ketika tingkat harga naik dari P1 ke P2 ke P3, kurva LM bergeser ke
kiri, dan output keseimbangan turun. Kombinasi tingkat harga dan output
keseimbangan dari panel (a) kemudian digambarkan pada panel (b), dan garis yang
menghubungkan titik-titik tersebut adalah kurva permintaan agregat AD.
SukuBunga
,i

Tingkat
Harga, P

LM (P3)
LM (P2)

i3

3

i2

LM (P1)
2
3

i1

1

1

P1
IS

Y3 Y2 Y1

2

P2
3

(a)

3

P3

AD
Output
Agregat, Y

14

(b)

Y3 Y2 Y1

Output
Agregat, Y

 Pergeseran Kurva Permintaan Agregat yang Disebabkan oleh Pergeseran Kurva
IS

Tingkat
Harga, P

SukuBunga
,i

PA

LM1 (PA)

iA’
A

A’

A’
iA

A

AD2
AD1
YA

IS2
IS1

Output
Agregat, Y

YA’

YA

(a)

Output
Agregat, Y

YA’

(b)

Kebijakan fiskal ekspansif, peningkatan ekspor bersih atau optimistis konsumen dan perusahaan
menggeser kurva IS ke kanan pada panel (b), dan pada tingkat harga PA, output keseimbangan
meningkat dari YA ke YA’. Perubahan output keseimbangan ini ditunjukkan oleh pergerakkan dari
titik A ke titik A’ pada panel (a); sehingga kurva permintaan agregat bergeser ke kanan dari AD1
ke AD2.
 Pergeseran Permintaan Agregat yang disebabkan oleh Pergeseran Kurva LM
Peningkatan uang beredar atau penurunan permintaan uang menggeser kurva LM ke kanan
dalam panel (b), dan pada tingka tharga PA, output keseimbangan meningkat dari YA ke YA’.
Perubahan output keseimbangan ini ditunjukkan oleh pergerakkan dari titik A ke titik A’ dalam
panel (a); sehingga kurva permintaan agregat bergeser ke kanan dari AD1 ke AD2.

Tingkat
Harga, P

SukuBunga
,i

LM1 (PA)
LM2 (PA)

PA
A

A

iA’

A’

A’
iA
AD2
AD1

(a)

YA

YA’

Output
Agregat, Y

15

IS1
(b)

YA

YA’

Output
Agregat, Y

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.I Kesimpulan
Kesimpulannya, kebijakan fiskal (fiscal policy) adalah kebijakan yang dibuat pemerintah
untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran pemerintah dan pendapatan
(berupa pajak). Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran pemerintah dan pajak.
Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi
variabel-variabel di dalamnya, seperti permintaan agregat. Faktor-faktor yang menyebabkan
pegerseran kurva IS adalah perubahan pengeluaran konsumen otonom, perubahan pengeluaran
investasi yang tidak terkait dengan suku bunga, perubahan pengeluaran pemerintah, perubahan
pajak, dan perubahan ekspor bersih yang tidak terkait dengan suku bunga. Sedangkan kebijakan
moneter (monetary policy) adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk
mencapai tujuan tertentu, seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh (full employment)
atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengantetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk
mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan
antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai
kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter
dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut
yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai temapt
terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas. Faktorfaktor yang menyebabkan pergeseran kurva LM adalah perubahan uang beredar dan perubahan
permintaan uang otonom. Semakin tidak sensitif permintaan uang terhadap suku bunga, semakin
efektif kebijakan moneter relatif terhadap kebijakan fiskal. Apabila kurva IS lebih tidak stabil
daripada kurva LM, maka target uang beredar lebih dipilih. Sedangkan, apabila kurva LM lebih
tidak stabil daripada kurva IS, maka target suku bunga lebih dipilih. Walaupun kebijakan
moneter dan fiskal dapat memengaruhi output dalam jangka pendek, namun tidak demikian
dampaknya pada output dalam jangka panjang. Kurva permintaan agregat (aggregate demand
curve) adalah kurva yang menghubungkan antara tingkat harga dan jumlah output agregat di
16

mana pasar barang dan pasar uang berada dalam keseimbangan. Faktor-faktor yang
menyebabkan pergeseran kurva permintaan agregat yaitu pergeseran kurva IS dan pergeseran
kurva LM. Pergeseran kurva IS akan menujukkan bahwa setiap faktor yang menggeser kurva IS
menggeser kurva permintaan agregat dengan arah yang sama. Sedangkan, pergeseran kurva LM
akan menunjukkan bahwa dengan tingkat harfa konstan, setiap faktor yang menggeser kurva LM
mengggeser kurva permintaan agregat dalam arah yang sama.
III.II Saran

17

Daftar pustaka
Frederic S. Mishkin 2011.Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan, Jakarta:Salemba
Empat

18