LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID I

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID
A. PENGERTIAN ARTRITIS REUMATOID
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan
bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan
kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi.(www.medicastore.com). Reumatik adalah
gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah
persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011).
B. KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID

Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.

3. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan
sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan
sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi

tendon.
3. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
C. ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGc dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor
metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;

1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya
adalah 2-3:1.

2. Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis
reumatoid juvenil)
3. Riwayat Keluarga.
Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko terjadinya
penyakit ini lebih tinggi.
4. Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
D. PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzimenzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga
terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus.
Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang.
Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu
gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan
kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,

sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.
Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi
kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat

karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi,
karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan
tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan
subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa
menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang
sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun
pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan
kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long,
1996).
Pathway Artritis Reumatoid


LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID
ARTRITIS REUMATOID

E. TANDA DAN GEJALA ARTRITIS REUMATOID
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1.

Nyeri persendian

2.

Bengkak (Reumatoid nodule)

3.

Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

4.

Terbatasnya pergerakan


5.

Sendi-sendi terasa panas

6.

Demam (pireksia)

7.

Anemia

8.

Berat badan menurun

9.

Kekuatan berkurang


10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1.

Gerakan menjadi terbatas

2.

Adanya nyeri tekan

3.

Deformitas bertambah pembengkakan

4.

Kelemahan


5.

Depresi
Gejala Extraartikular :



Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan katub),
Pericarditis, Myocarditis

 Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
 Pada lympa : Lhymphadenopathy
 Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
 Pada otot : Mycsitis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan

demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada
radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari

deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu
petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain
di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah
dapat rusak.

Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika
jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara
spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau
tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya
merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves,
Roux & Lockhart, 2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.
Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga
manifestasi klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan
stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan

gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis
(Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah
capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada
persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai
persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan
temporomandibular. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat
teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit.
Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit
yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang
akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak
mudah digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut
dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan
oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap
lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002).
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi
pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari,
bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan
kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba
akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak
tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

F. KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi
di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
G. KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID
Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987.
N
o
1

Kriteria
Kaku pagi hari

Definisi
Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya,

2

Artritis pada 3 daerah

sekurangnya

selama

1

jam

sebelum perbaikan maksimal
Pembengkakan jaringan lunak atau persendian
atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang)
pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara

bersamaan yang diobservasi oleh seorang
dokter.

Dalam

kriteria

ini

terdapat

14

persendian yang memenuhi kriteria yaitu PIP,
MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan
3

4

Artritis pada

kaki dan MTP kiri dan kanan.
Sekurang-kurangnya terjadi

persendian tangan

satu persendian tangan seperti yang tertera

Artritis simetris

diatas.
Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang

pembengkakan

tertera pada kriteria 2 pada kedua belah sisi,
keterlibatan PIP, MCP atau MTP bilateral dapat
diterima
5

Nodul Reumatoid

walaupun

tidak

mutlak

bersifat

simetris.
Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-

6

Faktor Reumatoid

artrikular yang diobservasi oleh seorang dokter.
Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid

serum

serum yang diperiksa dengan cara yang
memberikan hasil positif kurang dari 5%

7

Perubahan gambaran

kelompok kontrol yang diperiksa.
Perubahan
gambaran
radiologis

yang

radiologis khas bagi arthritis reumotoid pada
periksaan sinar X tangan posteroanterior atau
pergelangan tangan yang harus menunjukkan
adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang
berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat
osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid
jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4
harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak

dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit,
probable atau possible tidak perlu dibuat.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurangkurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang
ditemukan

pada

saat

palpasi

dan

hasil-hasil

pemeriksaan

laboratorium.

Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor
Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel

darah merah dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan
antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan
memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap
dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer &
Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis
dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi
tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan
penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

I.

PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID
Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan
sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1. Istirahat
2. Latihan fisik
3. Panas
4. Pengobatan

a. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
b. Natrium

meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapikolin dan

asetamenofen obat
c. Obat mengatasianti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid
yang diperlukan.
d. Garam emas
e. Kortikosteroid
5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan
fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian.
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara
pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang
merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara
ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama
(Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik.
Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan
efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk
menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam
darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat
mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).

Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis
menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih
dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit
terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega
3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian
agar tetap lentur.

ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
J. PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID
Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
o Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
o Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
o Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep
diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan


Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?



Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?



Riwayat keluarga dengan RA



Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun



Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

2. Pola Nutrisi Metabolik


Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)



Riwayat gangguan metabolic

3. Pola Eliminasi


Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?

4. Pola Aktivitas dan Latihan


Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit



Jenis aktivitas yang dilakukan



Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas



Tidak mampu melakukan aktifitas berat

5. Pola Istirahat dan Tidur


Apakah ada gangguan tidur?



Kebiasaan tidur sehari



Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur



Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?

6. Pola Persepsi Kognitif


Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri


Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?



Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?

8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama


Bagaimana hubungan dengan keluarga?



Apakah ada perubahan peran pada klien?

9. Pola Reproduksi Seksualitas


Adakah gangguan seksualitas?

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress


Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

11. Pola Sistem Kepercayaan


Agama yang dianut?



Adakah gangguan beribadah?



Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

5. Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.

LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

L. PERENCANAAN ARTRITIS REUMATOID
DIAGNOSA

TUJUAN
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan Setelah dilakukan
dengan

agen tindakan

pencedera,
distensi
oleh
cairan/

faktor-faktor

3x24

Memban

akumulasi diharapkan

yang

mempercepat keefektifan p

jam dan tanda-tanda rasa sakit non Matras ya
tidak verbal

proses ada Keluhan nyeri,

inflamasi, destruksi dengan kriteria :
sendi.

Kaji keluhan nyeri, catat lokasi

dan intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan

keperawatan
jaringan selama

INTERVENSI

bes

Berikan matras/ kasur keras, pemeliharaa

bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tepat, menem

 Menunjukkan nyeri tidur sesuai kebutuhan
hilang/ terkontrol

yang

yang sakit.

 Tempatkan/ pantau penggunaan tidur menuru

 Terlihat rileks, dapat bantl, karung pasir, gulungan yang terinfla
tidur/beristirahat
 Mengistira
trokhanter, bebat, brace.
dan

berpartisipasi Dorong untuk sering mengubah sakit dan
dalam
aktivitas posisi,. Bantu untuk bergerak di netral. Pen
sesuai kemampuan. tempat tidur, sokong sendi yang menurunkan

 Mengikuti program sakit di atas dan bawah, hindari mengurangi
farmakologis

yang gerakan yang menyentak.

diresepkan


Mencega



 Anjurkan pasien untuk mandi air umum

da

Menggabungkan hangat atau mandi pancuran pada Menstabilkan
keterampilan
relaksasi

waktu bangun dan/atau pada waktu gerakan/ ras
dan tidur.

Sediakan

aktivitas hiburan ke untuk
dalam

waslap

mengompres

hangat Panas me

sendi-sendi dan mobilita

program yang sakit beberapa kali sehari. dan melepas

kontrol nyeri.

Pantau

suhu

air

kompres,

air Sensitivitas

mandi, dan sebagainya.

dihilangkan

 Berikan masase yang lembut


disembuhkan

Ajarkan teknik non farmakologi Meningkat

(relaksasi,

relaksasi nyeri

distraksi,

progresif)


Beri

Men


obat

sebelum

aktivitas/ mengurangi

latihan yang direncanakan sesuai memudahka
terapi

petunjuk.


Kolaborasi: Berikan obat-obatan

sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)


Berikan

kompres

dingin

Gangguan

Setelah

mobilitas

fisik tindakan

berhubungan

jika kekakuan da

Rasa din

nyeri dan be
Evaluasi/ lanjutkan pemantauan Tingkat ak

tingkat inflamasi/ rasa sakit pada dari

keperawatan

dengan deformitas selama
skeletal,

dilakukan

analgesik ri


dibutuhkan

Sebagai

3x24

nyeri, diharapkan

sendi

perke

peoses inflam

jam Pertahankan istirahat tirah baring/ Istirahat s
duduk

jika

diperlukan

jadwal eksaserbasi

penurunan,

mobilitas fisik baik aktivitas untuk memberikan periode penyakit yan

kekuatan otot.

dengan kriteria :


istirahat yang terus menerus dan kelelahan me

Mempertahankan tidur

malam

hari

yang

tidak

Memper

fungsi

posisi terganmggu.

dengan

sen

tidak Bantu dengan rentang gerak aktif/ stamina umu

hadirnya/

pasif, demikiqan juga latihan resistif adekuat men

pembatasan

dan isometris jika memungkinkan

kontraktur.


fungsi



Ubah

posisi

dengan

karenanya

sering dapat merus

Mempertahankan dengan jumlah personel cukup.
ataupun

Demonstrasikan/

meningkatkan

pemindahan

bantu

dan

tehnik jaringan dan

penggunaan

kekuatan dan fungsi bantuan mobilitas, mis, trapeze
dari

dan/

Menghil

Memperm

kemandirian

atau Posisikan dengan bantal, kantung pemindahan

kompensasi bagian pasir, gulungan trokanter, bebat, mencegah ro
tubuh
 Meningkat
brace

 Mendemonstrasikan Gunakan bantal kecil/tipis di resiko cider
tehnik/
perilaku bawah leher.
posisi send
yang
 Dorong pasien mempertahankan kesejajaran
memungkinkan

postur tegak dan duduk tinggi, kontraktor

melakukan aktivitas

berdiri, dan berjalan


 Mencegah

Berikan lingkungan yang aman,

misalnya

menaikkan

menggunakan

pegangan

kursi, mempertaha
tangga

pada toilet, penggunaan kursi roda.


Kolaborasi:

konsul

fisoterapi.

Memaksim

Mengh

kecelakaan/

dengan

Berguna

program

l

 Kolaborasi: Berikan matras busa/ berdasarkan
pengubah tekanan.


dan dalam m

Kolaborasi: berikan obat-obatan Menurunk

sesuai indikasi (steroid).

yang mudah

risiko imobili

 Mungkin d

sistem inflam

Gangguan

Citra Setelah

dilakukan Dorong pengungkapan mengenai

Berikan

Tubuh / Perubahan tindakan

masalah tentang proses penyakit, mengidentifik

Penampilan Peran keperawatan

harapan masa depan.

berhubungan

selama

3x24

jam

dengan perubahan diharapkan
melaksanakan

tubuh


berkurang pandangaqn pribadi pasien dalam interaksi

penggunaan

peningkatan

energi,

percaya diri dalam

ketidakseimbanga

kemampuan

n mobilitas.

menghadapi
penyakit,
perubahan
hidup,

kemungkinan
keterbatasan

de

memfungsikan gaya hidup sehari- menentukan

Mengungkapkan hari,

gaya

pasien/orang Mengident

pada

citra terdekat. Memastikan bagaimana mempengaru

tugas-tugas umum, dengan criteria:
peningkatan

Diskusikan arti dari kehilangan/ langsung

perubahan

kemampuan untuk gangguan

konsep dan

termasuk

aspek-aspek intervensi/ ko

rasa seksual.

Isyarat


Diskusikan

persepsi terdekat dap

untuk pasienmengenai bagaimana orang mayor
terdekat menerima keterbatasan.

Akui
pada berduka,

dan

terima

pa

memandang

perasaan Nyeri kons

bermusuhan, perasaan

dan ketergantungan.

umum terjad

 Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan

m

menyangkal

Dapat

atau ataupun me

 Menyusun rencana terlalu memperhatikan perubahan
membutuhka
realistis untuk masa Susun batasan pada perilaku mal
Memb
depan.

adaptif.

Bantu

pasien

untuk mempertaha

mengidentifikasi

perilaku

positif dapat menin

yang dapat membantu koping


Ikut

sertakan

merencanakan

pasien

perawatan

membuat jadwal aktivitas


Bantu

dalam

diri
dalam

Meningka

dan mendorong

mendorong b
kebutuhan

perawatan yang diperlukan

Memperta

dapat menin

 Berikan bantuan positif bila perlu.  Memungki
 Kolaborasi: Rujuk pada konseling senang

te

psikiatri,

mis:

perawat

psikiatri, psikolog.


spesialis Menguatkan

Meningkatka

Kolaborasi: Berikan obat-obatan

Pasien/o

sesuai petunjuk, mis; anti ansietas membutuhka
dan obat-obatan peningkat alam berhadapan
perasaan.

panjang/ ket


Mungkin

munculnya
pasien
Defisit
diri

perawatan Setelah

dilakukan

berhubungan tindakan

musculoskeletal,

selama

penurunan

diharapkan

kekuatan,

daya dapat

jam perubahan

mengatur

yang

sekarang saat ini

Men



Pertahankan mobilitas, kontrol fisik/emosion
Kaji

hambatan

Menyiapk

terhadap kemandirian

partisipasi dalam perawatan diri. harga diri

Melaksanakan Identifikasi
/rencana
aktivitas perawatan modifikasi lingkungan
diri

awitan/ umum deng

sehari- terhadap nyeri dan program latihan. 

hasil:


timbul

klien diantisipasi.

bergerak, hari, dengan criteria

depresi.

sebelum

eksaserbasi penyakit dan potensial yang diperl

3x24

tahan, nyeri pada kegiatan
waktu

koping yang
Diskusikan tingkat fungsi umum Mungkin d

(0-4)

dengan kerusakan keperawatan

me

pada

yang

untuk

Berguna

bantu

untu

tingkat Kolaborasi: Konsul dengan ahli individual. M
konsisten terapi okupasi.
menggunaka

dengan



Kolaborasi:

kemampuan

kesehatan

individual

pemulangan

di

Atur
rumah
dengan

evaluasi sepatu,

me

sebelum untuk mandi
evaluasi

Mengiden

 Mendemonstrasikan setelahnya.
yang mungk
perubahan teknik/ Kolaborasi : atur konsul dengan kemampuan
gaya hidup untuk
lembaga lainnya, mis: pelayanan Mungkin
memenuhi
perawatan rumah, ahli nutrisi.
bantuan tam
kebutuhan

perawatan diri.


Mengidentifikasi
sumber-sumber
pribadi/

komunitas

yang

dapat

memenuhi
kebutuhan
perawatan diri.

situasi

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC
Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of
Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis
MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange,
International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius
Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar
Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit bag
2. Jakarta: EGC