LAPORAN KIMIA LINGKUNGAN UJI KUALITAS UD

(1)

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN UJI KUALITAS UDARA AMBIENT

DOSEN :

Ir. ETYN YUNITA, M.Si

ASISTEN :

MIRJANI ADILLA, S.Si WENNI AGUSTIN

KELOMPOK 1

MUHAMMAD RIDWAN (1112095000004)

IKLIMA IKA RAHMASARI (1112095000034)

FARAH MUTIA ZADFA (1112095000035)

MAR’ATUS SHOLIHAT (1112095000038)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandung 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbon dioksida, dan gas-gas lain. Kandungan elemen senyawa gas dan partikel dalam udara akan berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah. Demikian juga massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian. Semakin dekat dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga melewati batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali. Apabila makhluk hidup bernapas, kandungan oksigen berkurang, sementara kandungan karbon dioksida bertambah. Ketika tumbuhan menjalani system fotosintesa, oksigen kembali dibebaskan.Di antara gas-gas yang membentuk udara adalah seperti berikut :

1. Helium 2. Nitrogen 3. Oksigen

4. Karbon dioksida

Beberapa senyawa yang berada di udara seperti SO2, NO2 dan NH3 dapat dijadikan indikator bagi kualitas udara di suatu tempat. Tinggi atau rendahnya kadar dari senyawa senyawa tersebut dapat dijadikan bukti apakah suatu daerah mengalami pencemaran atau tidak. Kampus UIN Jakarta terletak di Ciputat Tangerang Selatan. Kampus ini terlatak di sepanjang jalan Ir H Djuanda dimana hampir setiap hari kendaraan baik mobil maupun motor melintasi jalur ini. Hal ini lah yang mendasar praktikum ini dilakukan yaitu untuk mengatahui kadar SO2, NO2 dan NH3 sebagai bukti tercemar atau tidaknya udara disekitar kampus.

1.2 Tujuan

 Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel udara ambient (SO2, NO2,NH3, total partikulat/debu

 Mahasiswa dapat melakukan pengambilan data-data pendukung sampling udara ambient ditempat kerja (suhu , tekanan udara, laju uadara, waktu lamanya sampling, kebisingan, arah dan kecepatan angin

 Mahasiswa dapat menentukan volume sampel udara yang diserap

 Mahasiswa dapat menganalisa dan menentukan total partikulat udara dengan metode gravimetri


(3)

 Mahasiswa dapat menganalisa dan menentukan kadar NO2 udara ambient dengan metode Griess saltzman

 Mahasiswa dapat menganalisa dan menentukan kadar SO2 udara ambient dengan kisaran konsentrasi 0.01 ppm sampai 0.4 ppm udara atau 25 µg/m3 sampai 1000 µg/m3

 Mahasiswa dapat menentukan gas amoniak (NH3) di udara pada panjang gelombang 640 nm dengan kisaran konsentrasi 20 -700 µg/m3 (0.025 ppm sampai 1 ppm )

1.3 Manfaat

 Mengetahui kondisi udara yang berada disekitar kampus UIN Jakarta

 Dapat memberikan informasi kepada dosen dan mahasiswa mengenai kualitas udara di kampus UIN Jakarta

BAB II TEORI 2.1 Udara ambient

Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam dua kategori yaitu teknik sampling udara emisi dan teknik sampling udara ambien. Sampling udara emisi adalah teknik sampling udara pada sumbernya seperti cerobong pabrik dan


(4)

saluran knalpot kendaraan bermotor. Teknik sampling kualitas udara ambien adalah sampling kualitas udara pada media penerima polutan udara/emisi udara.Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan sampel kualitas udara ambien saat ini terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif (konvensional) dan secara pasif. Berdasarkan sisi parameter yang akan diukur, pemantauan kualitas udara terdiri dari pemantaian gas dan partikulat. Pemantauan parameter secara konvensional (aktif sampling) metoda passive sampling dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Metoda Pengujian Partikulat dari Udara Ambien secara Aktif Partikulat atau debu adalah suatu benda padat yang tersuspensi di udara dengan ukuran dari 0,3 µm sampai 100 µm, berdasarkan besar ukurannya partikulat (debu) ada dua bagian besar yaitu debu dengan ukuran lebih dari ukuran 10 µm yang dapat disebut dengan debu jatuh (dust-fall) sedang debu yang berukuran partikulatnya kurang dari 10 µm yang disebut dengan Suspended Partikulate Matter (SPM). Debu yang ukurannya kurang dari 10µm ini bersifat melayang-layang di udara. Peralatan yang dipakai untuk melakukan pengukuran debu SPM (melayang-layang)ada 4 jenis alat diantaranya : a. HVS (High Volume Sampler) cara ini dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan

filter berbentuk segiempat seukuran kertas A4 yang mempunyai porositas 0,3, 0,45 µm dengan kecepatan pompa berkisar 1.000 1.500 lpm. Pengukuran berdasarkan metoda iniuntuk penentuan sebagai TSP (Total Suspended Partikulate). Alat ini dapatdigunakan selama 24 jam setiap pengambilan contoh.

b. MVS (Middle Volume Sampler). Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas 0,3-0,45 µm, kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan suspense Particulate Matter ini adalah 50 500 lpm. Operasional alat ini sama dengan HighVolume Sampler, hanya yang membedakan dari ukuran filter membrannya. HVS ukuran A 4 persegi panjang, sedang MVS ukuran bulat diameter 12 cm.

c. LVS (Low Volume Sampler) Cara ini menggunakan filter berbentuk lingkaran (Bulat) dengan porositas 0,3-0,45 µm, kecepatan pompa yang dipakai untuk pengangkapan Suspensi Partikulate Matter ini adalah 10 30 lpm.


(5)

2.2 Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup,mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya kedalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan.

Klasifikasi Pencemar Udara :

1. Pencemar primer : Pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara.

2. Pencemar sekunder : Pencemar sekunder adalah pencemar yang terbentuk darireaksi pencemar-pencemar primer yang terdapat padaatmosfer.Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap airakan menghasilkan asam sulfurik.Jenis-jenis Bahan Pencemar:

- Karbon monoksida (CO) - Nitrogen dioksida (N02) - Sulfur Dioksida (S02) - CFC

- Karbon dioksida (CO2) - Ozon (03 )

- Benda Partikulat (PM) - Timah (Pb)

- HydroCarbon (HC)

2.2.1 Penyebab Utama Pencemaran Udara

Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 % pencemaran yang terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor.Contoh : Di Jakarta antara tahun 1993-1997 terjadi peningkatan jumlah kendaraan berupa :- Sepeda motor 207 %- Mobil penumpang 177 %- Mobil barang 176 %- Bus 138 %Dampak Pencemaran Udara :


(6)

2. Pemanasan Global ( Global Warming )

3. Penyakit pernapasan, misalnya : jantung, paru-paru dan tenggorokan 4. Terganggunya fungsi reproduksi

5. Stres dan penurunan tingkat produktivitas

6. Kesehatan dan penurunan kemampuan mental anak-anak 7. Penurunan tingkat kecerdasan (IQ) anak-anak

Solusi :

 Clean Air Act yang dibuat oleh pemerintah dan menambah pajak bagi industri yang melakukan pencemaran udara

 Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui diantaranya Fuel Cell dan Solar Cell

 Menghemat Energi yang digunakan

 Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal 2.3 Partikulat Debu

Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesardi udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat dantetes-tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan bahan pencemar udara yang sangat berbahaya. Sejenis partikulat yang umum ditemukan di atmosfer adalah aerosol. Sumber dan Distribusi Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi.

Pembakaran yang tidak secara sempurna dihasilkan dari bahan bakar yaitu dari mobil dan kendaraan bermotor secara umum mengandung dan berasal dari senyawa suatu gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yang tidak terpelihara dengan baik . Suatu partikulat debu yang melayang diudara atau disebut dengn SPM juga dapat dihasilkan dari suatu pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk aerosol kompleks dari b utir- butiran. Jika kita membandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dangan pada umumya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan


(7)

bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting.

Berbagai proses kegiatan industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. Dampak terhadap kesehatan Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walaupun demikian terdapat juga senyawa senyawa lain yang akan melekat dan menempel jika bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padatan maupun cairan yang berada di udara bebas akan sangat tergantung kepada ukuran dari partikulat itu sendiri

Ukuran debu bentuk padatan atau cairan

yang berada diudara sangat tergantung pada ukurannya.Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli.

Jika kondisi ini terjadi pada tubuh manusia maka keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena pada partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga. Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangidaya tembus pandang mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Padaumumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01%sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh. Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaraldari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat perhatian.


(8)

Nitrogen oksida (NOx) adalah senyawa gas yang terdapat di udara bebas(atmosfer) yang sebagian besar terdiri atas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida(NO2) serta berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih sedikit.Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan hal ini dikarenakan berbagai macam kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia secara otomatis akan menunjang pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator pembangkit listrik, pembuan gansampah, dan lain-lain. Namun, pencemar utama NOx berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam (Wardhana, 2004).

Udara bebas yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali bila gas NO yang tinggi itu dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf yang menyebabkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehingga menjadi gas NO2. Di udara nitrogen monoksida (NO) teroksidasi sangat cepat membentuk nitrogen dioksida (NO2) yang pada akhirnya nitrogen dioksida (NO2) teroksidasi secara fotokimia menjadi nitrat (Sastrawijaya,Tresna. 1991). Sumber dan Distribusi Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil.

Pencemaran NO yang telah diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10 – 100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh

kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang

diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran secara umum

disebabkan dan diproduksi oleh kendaraan bermotor

dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakara n arang, minyak, gas, dan bensin (Pertamina, 2011). Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitassinar mataharia dan aktivitas kendaraan bermotor. Perubahan kadar NOx berlangsungsebagai berikut (Wardhana, 2004):1. Sebelum matahari terbit, kadar NO dan NO2 tetap stabil dengan kadar sedikit lebihtinggi dari kadar minimum sehari-hari.2.Setelah aktivitas manusia meningkat ( jam 6-8 pagi ) kadar NO


(9)

meningkatterutama karena meningkatnya aktivitas lalu lintas yaitu kendaraan bermotor.Kadar NO tetinggi pada saat ini dapat mencapai 1-2 ppm.3.

Dengan terbitnya sinar matahari yang memancarkan sinar ultra violet kadar NO2(sekunder) kadar NO2 pada saat ini dapat mencapai 0,5 ppm.4. Kadar ozon meningkat dengan menurunnya kadar NO sampai 0,1 ppm.5. Jika intensitas sinar matahari menurun pada sore hari ( jam 5-8 malam ) kadar NOmeningkat kembali.6. Energi matahari tidak mengubah NO menjadi NO2 (melalui reaksi hidrokarbon) tetapi O3 yang terkumpul sepanjang hari akan bereaksi dengan NO. Akibatnyaterjadi kenaikan kadar NO2 dan penurunan kadar O3.Produk akhir dari pencemaran NOx di udara dapat berupa asam nitrat, yang kemudian diendapkan sebagai garam. garam nitrat didalam air hujan atau debu.

Dampak

1. Kesehatan Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan bahwa terjadinya keracunan NO yang akan mengakibatkan kematian. Diudara ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syarat dan kekejangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah 4-6 menit.Namun jika pemajanan NO yang dilakukan pada mencit dengan kadar tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kem bali, dan semua tikus yang diuji akan mati. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru.Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pemb engkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar yaitu 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernapas (Darmono, 2006).

2. Lingkungan Proses oksidasi di atmosfer mengakibatkan gas-gas tersebut berubah menjadi H2SO4dan HNO3 meningkatkan keasaman air hujan. Smog fotokimia


(10)

timbul sebagai akibat terjadi reaksi fotokimia antara pencemar- pencemar udara, khususnya pencemar HC dan NOx dengan bantuan sinar matahari.

3. Tumbuhan Udara yang tercemar oleh gas nitrogen dioksida tidak hanya berbahaya bagimanusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NO2 pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun.Pada konsentrasi lebih tinggi, gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis ataukerusakan pada jaringan daun, dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna.Pencegahan dan Pengendalian

1. Sumber Bergerak

-Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik -Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala -Memasang filter pada knalpot

2. Sumber Tidak Bergerak

-Memasang scruber pada cerobong asap

-Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala -Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar Sulfur, CO rendah

-Memodifikasi pada proses pembakaran -Pembersihan ruangan dengan sistem basah. 3. Manusia

Apabila kadar NO2, kadar oksidan, khlorin, dan timah dalam udara ambien telah melebihi baku mutu dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam maka untuk mencegah dampak kesehatan, dilakukan upaya-upaya :

-Menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker gas -Mengurangi aktifitas diluar rumah

2.5 Sulfur Oksida (SOx)

Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3),dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan sulfur trioksida merupakankomponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung Sulfur akan menghasilkan


(11)

kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlah relative masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah

Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan Sox. Hal inidisebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga (CUFeS2 dan CU2S ), zink (ZnS), Merkuri (HgS) dan Timbal (PbS). Kerbanyakan senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki didalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena itu SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian akan terdapat di udara.

Dampak :

1.Kesehatan

Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan,kerusakan pada tanaman terjadi pada kadasr sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan Sox terhadap manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tuadan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular.Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2,meskipun dengan kadar yang relatif rendah.Konsentrasi ( ppm )

2. Lingkungan.

Pengaruh Lingkungan enyebabkan hujan asam. pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 diatmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antaralain: Mempengaruhi kualitas air permukaan, Merusak tanaman, Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah danair permukaan.Kadar sulfur dioksida yang tinggi di udara telah diketahui dapat mengakibatkan kerusakan bangunan. Namun meskipun kadar SO2 rendah, kerusakan bangunan masih terjadi. Hal ini dapat diakibatkan meningkatnya konsentrasi ozon dan nitrogen didalam lingkungan


(12)

perkotaan. Percobaan-percobaan yang dilakukan telah memperlihatkan bahwa campuran pencemar-pencemar seperti ozon, nitrogen dioksidadan sulfur merusak batu lebih cepat dibandingkan dengan satu persatu pencemar tersebut.

Pencegahan dan Pengendalian. Sumber Tidak Bergerak

a) Memasang scruber pada cerobong asap.

b) Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.

c) Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar 2.6 Ammonia (NH3)

Amonia merupakan senyawa nitrogen yang terpenting dan paling banyak diproduksi. Antara pada tahun 1908 sampai 1913, Fritz Haber (1868-1934)seorang Ilmuawan dari Jerman berhasil mensintesis amonia langsung dari unsurnya, yaitu dari gas nitrogen (N2)dan gas hidrogen (H2). Amoniak terdapat dalam atmosfer bahkan dalam kondisi tidak tercemar. Berbagai sumber, antara lain : mikroorganisme, perombakkan limbah binatang, pengolahan limbah,industry amoniak, dan dari system pendingin dengan bahan amoniak. Konsentrasi yang tinggi dari amoniak dalam atmosfer secara umum menunjukkan adanya pelepasan secara eksidental dari gas tersebut. Amoniak dihilangkan dari atmosfer dengan affinitasnya terhadap air dan aksinya sebagai basa. Ini merupakan sebuah kunci dalam pembentukan dan netralisasi dari nitrat dan aerosol sulfat dalam atmosfer yang tercemar. Amoniak bereaksi dengan aerosol asamini untuk membentuk garam ammonium.

Reaksi :

NH3 + HNO3 → NH4NO3 NH3 + H2SO4 → NH4HSO4


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan, Pusat laboratorium Terpadu UIN Jakarta pada hari Kamis, 30 Oktober 2014 pukul 08.00 – 10.30 dan 5 November 2014 pukul 14.00 – 16.00 Adapun untuk pengambilan sampel air yaitu pada Halte UIN Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang diguankan dalam praktikum ini adalah midget impinger, LVAS, vaccum pump, flowmeter, termometer, hygrometer, sound level meter, anemometer, stopwatch, counter, desikator, pinset,timbangan analitik, spektrofotometer UV-Vis + kuvet, labu ukur 100 mL,alu erlenmeyer 100 dan 250 mL, labu ukur 50 mL, pipet mikro 1000 µL.

Bahan-bahan yang digunakan adalah absorber dari SO2, NO2,NH3, akuadest, filter hidrofobik pori 0.5 µm dianeter 110 cm, botol, plastik politilen, larutan induk nitrit (NO2), larutan standar nitrit,larutan induk natrium metabisulfit, larutan standar natrium metabisulfit, larutan pararosanilin hidroklorida, larutan indikator kanji, larutan formaldehyde, larutan asam sulfanilic 0.6 %, larutan iodin 0.1 N, larutan stok amoniak 1000 µg, pereaksi A dan pereaksi B.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Sampling udara ambient 1. Persiapan

a. Pembuatan larutan penyerap SO2

Larutan penyerap tetrakloromerkurat sebesar 0.04 M. Kemudian larutkan 10.86 gram merkuri (II) klorida (HgCl2) dengan 800 air suling ke dalam gelas piala 1000 mL. Tambahkan berturut-turut 5.96 gram kalium klorida (KCl) dan 0.066 gram EDTA lalu diaduk sampai homogen. Pindahkan ke dalam labu ukurm encerkan air suling sampai batas tera.

b. Pembuatan larutan penyerap NO2

- Pembuatan larutan induk NEDA, C12H16Cl2N2 0.1 %.

Larutkan 0.1 g NEDA dalam labu ukur 100 mL, dengan air suling sampai batas tera.

- Larutan Penyerap Griess saltzman

Larutkan 2.5 gram asam sulfanilat anhidrat atau 2.76 gram asam sulfanilat monohidrat dalam labu ukur 500 mL dengan 300 mL air suling dan 70 mL asam aasetat glacial kemudian dikocok. Untuk mempercepat pelarutan dapat diakukan


(14)

pemanasan, setalah dingin ke dalam larutan ditambahkan 10 mL larutan NEDA dan 5 mL aseton, tepatkan denagn air suling batas tera.

c. Pembuatan larutan Penyerap NH3

Masukkan 3 mL H2SO4 97 % kedalam labu ukur 1000 mL yang telah terisi dengan air suling kurang lebih 200 mL lalu tepatkan pada batas tera.

Filter yang diperlukan di simpan di dalam desikatro selama 24 jam agar mendapatkan kondisi stabil. Filter kosong pada 1 a ditimbang sampai di peroleh konstan, minimal tiga kali penimbangan sehingga diketahui berat filter sebelum pengembilang sampel, dicatat berat filter blanko (B1) dan vilter sampel (W1). Masing-masing filter tersebut ditaruh dalam plastik PE setelah diberi kode sebelum dibawa pergi ke lapangan. Pompa penghisap udara dikalibrasi dengan keccepatan laju udara 1 L/ menit dengan menggunakan flow meter. Setelah itu masing-masing absorber di tempatkan pada botol sampel sebanyak 10 mL dan diberi kode.

2. Pengambilan sampel

Pertama bawa seluruh paralatan dan bahan ke lokasi sampling yang telah ditentukan. Kemudian hubungkan midget impinger dan LVAS ke pompa penghisap udara dengan menggunkana selang silicon dan teglon. Pasng flowmeter pada selang. Pastikam tidak ada kebocoran oada setiap sambungan selang baik yang berhubungan dengan LVAS maupun pompa penghisap udara. Selanjutnya LVAS diletakkan pada titik pengukuran dengan menggunkan tripod kira-kira setinggi zaona pernafasan manusia. Bilas tabung midget impinger dengan akuades lalu masukkan larutan absorber masing-masing 10 mL ke tabung midget impinger sesuai dengan gas yang akan diuji. Setelah itu filter samoel dimasukkan ke dalam LVAS holder dengan menggunakan pinset dan tutup bgaian ats holder. Pompa penghisap udara dihidupkan dan lakukan pengambilan sampel dengan keccepatan laju aliran udara 1 L/menit/ Atur timer 1 jam. Lama pengambilan sampel dapat dilakukan selama bberapa menit hingga satu jam. Setalah itu lakukan pembacaaan tempetarut dan teklanan udara lalu catat. Perhatikan dan catat kondidi sekita lokasi sampling (kondisi cuaca, sumber-sumber emisi dll). Apabila loskasi samplinh di pinggir jalan, hitung jumlah kendaraa bermotor yang lewat selama sampling dengan hand tally counter dan catat. Sebagai data pendukung, lakukan pengukuran kebisingan dan kecepatan angin pada lokasi sampling selama 10 menit. Catat data pada worksheet. Setelah satu jam pompa penghisap udara dimatikan. Lakukan


(15)

pembacaan temperatur dan tekanan udara dan catat pada woksheet. Pndahkan masing-masing absorber pada midget impinger ke botol sampel sesuai dengan kode gas yang di uji. Tutup rapat botol sampel dan masing-masning diberi label. Bilas kembali dengan akuadest masing-masing tabung pada midget impinger. Pindahkan filter sampel yang ada di LVAS ke plastik PE. Beri label pada wadah tersebut. Setelah selesai pengambilan sampel, debu pada bagian luar holder dibersihkan untuk menghindari kontaminasi. Kemasi peralatan, selanjutnya bawa sampelk gas dan debu ke laboratorium untuk dianalisa. Filter dimasukkan de daalam ddesikatro selama 24 jam.

3.3.2 Penentuan Partikulat

Timbang filter sampel dan filter blanko sebagai pembanding menggunkaan timbangan analitik yang sama sehingga diperoleh serat filter blanko (B2) dan filter sampel (W2). Catat hasil penimbangan tersebut.

3.3.3 Penentuan NO2 Udara Ambient - Pembuatan kurva kalibrasi

Buat sederet standar dengan mimpipet (misalkan 0; 0,2; 0.4; 0.6; 0,8 dan 1 mL) dari larutan standar nitrit kedalam labu ukur 25 mL, encerkan dengan larutan penyerap sampai batas tera. Lalu kocok dan diamkan selama 15 menit sampai proses pembentukan warna sempurna. Ukur pada panjang gelombang 550 nm. Buat kurva kalibrasi dari hasil absorban yang terukur.

- Pengukuran sampel

Setiap pengambilan sampel terbentuk warna merah violet. Masukkan larutan sampel kedalam kuvet tertutup, ukur serapan pada panjang gelombang 550 nm. Setiap pengukuran harus dikoreksi terhadap blanko. Pada pembacaan kuantitatif untuk warna terlalu pekat, maka dapat dilakukan pengenceran dengan menggunakan larutan penyerap. Serapan yang diukur dikalikan dengan faktor pengenceran.

3.3.4 Penentuan SO2 Udara Ambient - Standaarisasi larutan stok MBS


(16)

Pipet 10 mL larutan stok MBS ke dalam erlenmeyer 100 m. Kemudian tambahkan 10 mL air suling dan 1 mL indikator kanji. Titrasi dengan larutan standar iodin 0.025 N s=hingga timbul warna biru. Hitung nilai N larutan stok MBS lalu konsentrasi larutan stok MBS setara denngan (32 x N MBS x 1000) µg SO2/mL

- Pembuatan kurva kalibrasi

Alat spektrofotometr di optimalkan sesuai petunjuk penggunaan, lalu dimasukkan larutan standar Na2S2O5 pada langkah selanjutnya masing-masing 0 ; 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ;4 mL kedalam labu ukur 25 mL dengan pipet volum atau biuret mikro. Tambhakan larutan penyerap sampai 10 mL. Kemudian tambahkan 1 mL larutan sulfanilic 0.6% tunggu sampai 10 menit. Setelah itu tambhakan 2 mL larutan formaldehida 0.2 % dan laurtan pararosalin sebanyak 2 mL. Tepatkan dengan air suling sampai 25 mL , lalu homogenkan dan tunggu sampai 30-60 menit Kemudian untuk blanko , 20 mL larutan TCM dalam labu ukur 25 mL ditambah ddengan 1 mL larutan asam sulfanilic 0.6 % ditunggu selama 10 menit. Setelah itu tambahkan 2 mL larutan formaldehida 0.2 % dan larutan pararosalin sebanyak 2 mL. Ukur serapan masing-masing larutan standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm. Lalu buat kurva kalibrasi antra serapan dengan jumlah SO2 (µg).

- Pengukuran Sampel

Pindahkan sample ke dalam labu ukur 25 mL, lalu tambahkan masing-masing 1 mL larutan asam sulfanilic 0.6% tunggu sampai 10 menit. Tambahkan 2 mL larutan formaldehida 0.2 % dan larutan pararosalin sebanyak 2 mL, lalu lepaskan hingga batas tera dnegan larutan TCM dan ukur sampel dengan spektrofotometer dengan panjaang gelombang 550 nm

3.3.5 Penentuan NH3 Udara Ambient - Pembuatan kurva kalibrasi

Buat deret standar konsentrasi 0,2,4,8 dan 10 µg/mL dalam labu ukur 25 mL. Pipet sebanyak 4 mL dari setiap deret standar dalam test tube. Simpan dalam waterbath selama 1 jam dengan suhu 30oC. Tambahkan masing-masing 2 mL pereaksi A dan 2 mL pada pereaksi B. Lalu homogenkan sampai terbentuk warna biru dan ukur pada panjang gelombang 640 nm. Buat kalibrasi dri hasil absorban yang terukur.

- Pengukuran sampel

Pipet 4 mL sampel masuk ke dalam test tube. Simpan dalam waterbath selama 1 jam dengan suhu 30oC. Tambahkan masing-masing 2 mL pereaksi A dan


(17)

B. Kemudian homogenkan sampai terbentuk warnA biru dan ukura panjang gelombang 640 nm.

3.4 Analisi Data

- Hitung volume sampel uji udara yang diambil

Volume sampel uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal (250C, 760 mmHg) dengan menggunakan rumus :

V= F1+F2 x t x Pa x 298 2 Ta 760 Keterangan:

V= volum udara yang dihisap F1= laju alir awal (L/menit) F2= laju alir akhir (L/menit)

T= durasi pengambilan sampel uji (menit)

Pa= tekanan barometer rata-rata selama pengambilan sampel uji (mmHg) Ta= temperature rata-rata selama pengambilan sampel uji (K)

298= temperature pada kondisi normal 250C (K) 760= tekanan pada kondisi normal 1 atm (mmHg)

- Hitung kadar debu total di udara dengan menggunaakan rumus sebagai berikut :

C=(W2−W1)−(B2−B1)

V

Ket :

C = kadar debu total

B1 = verat filter sebelum pengambil sampel

B2 = berat filter blaanko setelah pengambilan sampel W1 = berat filter sampel uji sebeleum pengambil an sampel

W2 = berat filter sampel ui setelah pengambilan sampel V = volume udara pada waktu pengambilan sampel - Konsentrasi NO2 dan NH3 di udara ambient

C = a

V x 1000

C = konsentrasi NO2 di udara (µg/Nm3)

a = jumlah NO2 dari udara sampel uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg) V = volume udrara pada kondisi normal

1000 = konversi liter

- Konsentrasi SO2 diudara ambient C = Va

x

1025 x 1000

C = konsentrasi NO2 di udara (µg/Nm3)

a = jumlah NO2 dari udara sampel uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg) V = volume udrara pada kondisi normal


(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian sampling udara ambient dilakukan di halte UIN Jakarta yang berada di pinggir jalan yang banyak dilintasi oleh Buangan gas kendaraan baik mobil maupun motor yang menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Berdasarkan nilai Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7119.6-2005 tentang yaitu mengenai kualitas nilai udara ambien bagian 6 : Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambie n dilakukan berdasarkan prinsip dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji, yang perlu diperhatikan adalah bahwa data yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yangsedang dipantau, yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pengambilan sample dilakukan sebanyak 2 kali. Penelitian ini dilakukan pada 2 titik yaitu tepat Halte UIN Jakarta dan disebrang jalan Halte UIN Jakarta. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah udara di sekitar halte UIN Jakarta dibawah atau diatas ambang batas baku mutu berdasarkan PP No. 41 tahun 1999.

Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam (Gabriel,2001)

Nitrogen monoksida terdapat diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen diudara sehingga


(19)

membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20% Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas 1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini merupakan sumber NO yang penting. Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses pembakaran (Yulia,2011)

4.1 Tabel 1. Hasil konsentrasi NO2 di udara Konsentrasi nitrit

standar (ppm)

Absorbansi standar

Sampel ID Jumlah NO2

sampel (ug)

Konsentrasi NO2

udara (Ug/NM3)

10 ppm 0,0030 Sampel A 0,0019 1,659.10-2

0,08 0,1158 Sampel B 0.0036 < 0,1

0,2 0,3568

0,32 0,3741

0,4 0,5964

Saat praktikum menggunakan sampel a dan sampel b, pada sampel a jumlah NO2 sampel sebesar 0,0019. Sedangkan pada konsentrasi NO2 udara pada sampel a sebesar 1,659x10-2 Ug/NM3. Sampel a lebih rendah. hal ini bisa saja disebabkan karena pada siang hari tingkat penggunaan kendaraan lebih banyak sehingga gas pembuangan yang dihasilkan lebih banyak pula.

Sumber utama oksida nitrogen dalam hubungannya dengan proyek pembangunan (sumberdaya air) adalah emisi dari kendaraan bermotor , termasuk mobil dan peralatan konstruksi. Untuk mengukur peubah ini, di lingkungan yang ada, tim interdisiplin harus menghimpun informasi tentang konsentrasi oksida nitrogen di lokasi proyek, serta memberikan data emisi di sekitar lokasi. Konsentrasi oksida nitrogen yang ada dibandingkan dengan baku mutu udara yang berlaku. Pendugaan dampak akan mempertimbangkan kontribusi proyek tehadap emisi oksida nitrogen regional. Hal seperti ini disebut pendugaan dampak sekala meso. Faktor emisi oksida nitrogen untuk kendaraan bermotor dan aktivitas pembukaan lahan dapat digunakan sebagai referensi. Kontribusi proyek terhadap emisi


(20)

regional dapat dinyatakan sebgaai persentase, dan kurva fungsional di bawah ini dapat digunakan. Harus juga dipertimbangkan oksida nitrogen yang mungkin dihasilkan dari pertumbuhan sekunder di daerah proyek, termasuk pertambahan penduduk dan perkembangan industri (Kristanto,2002).

Nitrogen oksida (NOx) adalah senyawa gas yang terdapat di udara bebas (atmosfir) yang sebagian besar terdiri atas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih sedikit. Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang sangat berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak bewarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya merah kecoklatan. Sifat Racun (toksisitas)gas NO2 empat kali lebih kuat dari pada toksisitas gas NO. Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas yang dapat mengakibatkan kematiannya (Fardiaz, 1992).

Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx diudara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin. Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan manusia akan menunjang pembentukan NOx, misalnya transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun, pencemar utama NOx berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar gas alam (Wardhana, 2004).

Kalau persentase peningkatan emisi oksida nitrogen regional lebih dari 5% , atau kalau konsentrasi atmosferik telah mendekati batas ambang baku mutu udara, maka harus dilakukan perhitungan khusus konsentrasi oksida nitrogen di permukaan tanah. Hal seperti ini lazim disebut pendugaan dampak sekala mikro. Dari seluruh jumlah oksigen nitrogen ( NOx ) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang


(21)

menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu (Mulia,2005)

4.2 Tabel 2.Hasil konsentrasi kadar Partikulat di udara

No Sampel Volume udara yang dihisap (L)

Kadar Debu Total di Udara (mg/L)

Pagi Sore Pagi Sore

1 Filter Blanko Awal (B1)

2 Filter Sampel Awal (W1)

114.52 117.835 < 0,1 1,272 x 10-5

3 Filter

Blanko Akhir (B2)

4 FilterSampel Akhir (W2)

Partikulat atau debu merupakan partikel padatan dan cairan halus yang tersuspensi dalam udara ambient. Ukuran diameternya berkisar 0.01 mikron hingga 100 mikron. Partikulat dalam atmosfer dapat bersumber dari alamiah dan sumber buatan. Hembusan angin berdebu alamiah menyediakan konsnetrasi partikulat “background”, sedangkan sumber-sumber buatan termasuk aktivitas konstruksi dan proses-proses industri. Dampak buruk kesehatan akibat partikulat dalam atmosfer telah diketahui untuk konsentrasi rataan tahunan 80 g/m3. Partikulat dapat mengakibatkan gangguan bronkhitis, gangguan emphysema dan penyakit kardiovaskuler (Baird, 1995).

Perhitungan nilai partikulat digunakan metode gravimetri, dalam percobaan ini ditentukan kadar debu total udara, sebelum ditentukan kadar debu total ditentukan terlebih dahulu volume udara yang diserap dari sampling udara tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan kadar debu yang dihitung yaitu perhitungan pada sore hari adalah sebesar 1,272 x 10-5 mg/L. Perhitungan nilai kadar debu ini masih diatas nilai standar yaitu 150 µg/m3 atau 15 x 10-8 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa kadar partikulat atau debu yang berada di sekitar ciputat melebihi ambang batas. Tingginya nilai ini disebabkan karena di daerah tersebut merupakan jalan raya dimana banyak terdapat mobil dan motor yang setiap saat selalu melintas. Debu partikulat ini juga terutama dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan. Sekitar 50% - 60% dari partikel melayang merupakan debu berdiameter 10 µm atau dikenal dengan PM10. Debu PM10 ini bersifat sangat mudah terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, sehingga PM10 dikategorikan sebagai Respirable Particulate Matter ( RPM ). Akibatnya akan


(22)

mengganggu sistem pernafasan bagian atas maupun bagian bawah (alveoli). Pada alveoli terjadi penumpukan partikel kecil sehingga dapat merusak jaringan atau sistem jaringan paru-paru, sedangkan debu yang lebih kecil dari 10 µm, akan menyebabkan iritasi mata, mengganggu serta menghalangi pandangan mata. (Chahaya, 2003 ) .

PM 10 memiliki dampak terhadap kesehatan menunjukan bahwa partikel debu dengan ukuran di bawah 10 μm akan terisap langsung ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli, sehingga dapat membahayakan sistem pernapasan.Sementara partikel debu yang mengandung Pb akan merusak otak, dan pada tanaman dapat menyebabkan kekeringan pada daun yang pada akhirnya akan menyebabkan tanaman tersebut mati (Nugroho,2005)

Ukuran debu atau partikel yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapannya. Partikel yang terhisap oleh manusia dengan ukuran kurang dari 1 mikron akan ikut keluar saat napas dihembuskan. Partikel yang berukuran 1-3 mikron akan masuk ke dalam kantong udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel berukuran 3-5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran di atas 5 mikron akan tertahan di saluran napas bagian atas (Sunu, 2001). Penyakit peneumokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru.

4.3 Tabel 3. Hasil konsentrasi SO2 di udara

Konsentrasi nitrit standar (

mg/mL )

Absorbansi standar

Sampel ID Jumlah

SO2sampel (µg)

Konsentrasi SO2

udara (µg/Nm3)

0 -0.793 Sampel A -0,5127 (< 0,1)

4 0,0215 Sampel B 1,1174 3,793

6 0,1225

8 0,2263

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar SO2 yang dihasilkan di lingkungan sekitar UIN Syarif Hidayatullah masih jauh dari nilai ambang batas yang diperbolekan oleh PP No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara yakni 900 μg/N m3 . Untuk mendukung praktikum ini telah diukur beberapa faktor fisik serta jumlah kendaraan yang melewati kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan data ini tersedia di lampiran. Selain itu hasil perhitungan ini juga disebabkan pembacaan pada spektroforometer UV-Vis yang kecil sehingga nilai konsentrasi SO2 kurang dari 0.1 µg/Nm3


(23)

Tabel 5 yang berada dilampiran menunjukkan faktor fisik dan banyaknya kendaraan bermotor yang melewati titik pengambilan sampel. Walaupun jumlah kendaraan yang melewati kawasan ini mencapai ribuan, namun kadar SO2 di wilayah ini masih tergolong sangat rendah dan masih jauh dari baku mutu yang diperbolehkan. Hal ini dikarenakan sumber emisi SO2 teresar adalah aktivitas vulkanik. Wiharja (2005) menyatakan bahwa meskipun pembakaran fosil oleh manusia merupakan salah satu sumber emisi SO2 ke udara, namun diperkirakan jumlah emisi ini hanya sepertiga dari total emisi SO2 yang ada.Penyumbang terbesar dari polutan ini adalah berasal dari letusan gunung berapi yang menghasilkan gas H2S. Melalui H2S ini berubah menjadi gas SO2.

Sakti (2012) menambahkan bahwa sumber SO2 secara alami adalah letusan vulkanik, alga yang menghasilkan dimetil sulfide,dan proses pembusukan pada tanah dan tumbuhan. Sumber SO2 hasil aktivitas manusia mayoritas berasal dari proses pembakaran dan proses industri. Selain itu, SO2 juga dihasilkan dari kendaraan bermotor meskipun persentasinya kecil. Proses pembakaran yang dapat menghasilkan SO2 adalah pembakaran batubara pada generator listrik dan mesin-mesin. Proses industri yang menghasilkan SO2 adalah industri pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja, dan sebagainya (Fardiaz, 1992).

Upaya yang dapat dilakuan untuk mengurangi konsentrasi SO2 di udara adalah dengan memasang filter absorber pada cerobong asap industri. Hal ini dimaksudkan agar asap buangan yang akan dibuang ke atsmosfer telah berkurang konsentrasi pencemarannya. Selain itu, sebaiknya uji sap buangan industri yang konsentrasi SO2 nya melebihi baku mutu emisi dapat langsung ditangani. SO2 juga dapat berasal dari kendaraan bermotor, upaya yang dapat dilakuakan untuk pencegahan adalah dengan menggunakan bahan bakar yang kandungan sulfurnya rendah. Selain itu, mengganti bahan bakar cair dengan bahan bakar gas (BBG) juga dapat menjadi solusi karena BBG rendah polusi (Sakti, 2012).

4.4 Tabel 4. Hasil Konsentrasi NH3 di udara Konsentrasi

nitrit standar (

μg/mL )

Absorbansi standar

Sampel ID Jumlah

NH3sampel (ug)

Konsentrasi NH3 udara (Ug/Nm3)

0 0,0077 Sampel A 0,7378 6,441

2 0,1882 Sampel B 1.0089 8.561

4 1,1327

8 1,8777


(24)

Pada praktikum kali ini, praktikan menguji kadar ammonia yang terkandung pada udara di depan halte UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan metode indofenol. Udara yang berada di statosfir diserap oleh mid impinger selama 60 menit. Kemudian, larutan absorber yang telah terkandung ammonia dibawa ke lab untuk dilakukan proses pengujian kadar ammonia. Selanjutnya dilakukan beberapa perlakuan pada sampel, diantaranya diberikan 2 mL pereaksi A (1 g phenol, 0,005 g NaFe(CN)5NO, dan aquadest 100 mL) dan 2 mL pereaksi B (1,5 g NaOH, 2 mL NaOCl dan aquadest 100 mL). Disini terjadi reaksi dimana amonia yang telah diserap oleh larutan penyerap asam sulfat akan membentuk ammonium sulfat yang selanjutnya direaksikan dengan fenol dan natriom hipoklorit yang telah dibuat dan dalam suasana basa akan membentuk senyawa klomplek yang berwarna biru. Intensitas warna biru ini selanjutnya diukur dengan UV-Vis spektrofotometri pada panjang gelombang 640 nm (Slamet,2009)

Data perhitungan kadar konsentrasi amoniak (NH3) dengan metode indofenol yang diperoleh dari pengujian sampel A sebesar 6,441 μ g/ Nm3 . Kadar konsentrasi zat tersebut berdasarkan baku mutu kualitas udara masih berada dibawah nilai batas konsentrasi maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Dimana pemerintah menetapkan nilai batas maksimum ammonia di udara adalah 20 µg/Nm3 atau berdasarkan SNI 19-7119.1-2005, batas konsentrasi maksimum ammonia yang tidak menganggu kesehatan manusia adalah sebesar 2 ppm. Artinya, kadar ammonia di udara yang terdapat di sekitar halte UIN Syarif Hidayatullah belum mencapai titik yang berbahaya.

Ammonia adalah salah satu indikator pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas ammonia adalah gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat. Amoniak terdapat dalam atmosfer bahkan dalam kondisi tidak tercemar. Menurut Mukono (2006), biasanya ammonia berasal dari aktifitas mikroba, industri ammonia, perngolahan limbah dan pengolahan batu bara. Di atmosfer, NH3 bereaksi dengan nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam ammonium yang sangat korosif. Untuk beberapa tahun terakhir, ammonia yang berada pada atmosfer dikenal sebagai pemegang kunci yang sangat penting sebagai penyebab eutrofikasi dan acidification bagi ekosistem. hal ini disebabkan oleh sumber terbesar ammonia berasal dari daerah pedesaan yang memiliki banyak peternakan, perkebunan, dan pertanian.

Dari hasil analisa yang diperoleh dari praktikum kali ini, nilai konsentrasi yang didapatkan dari kedua sampel terdapat perbedaan. Nilai konsentrasi sampel dari sampling udara didepan halte UIN Jakarta saat siang hari atau sampel B (14.30-15.30 WIB) lebih besar (8,561 μ g/ Nm3) dibanding nilai konsentrasi sampel didepan halte UIN Jakarta saat pagi hari atau sampel A (09.00-10.00 WIB) (6,441 μ g/ Nm3). Hal ini disebabkan karena pada


(25)

saat siang hari cemaran berupa gas berbahaya dari hasil sisa bahan bakar kendaraan yang yang terakumulasi di statosfer cenderung lebih besar karena jumlah kendaraan yang berlalu-lalang saat siang hari jauh lebih banyak dibandingkan dengan pagi hari. Merujuk pada jumlah kendaraan yang melintas di antara kedua waktu pengamatan, yang tersaji pada tabel perhitungan jumlah kendaraan yang terdapat di lampiran.

Sifat-sifat bahaya dari amonia akan menimbulkan efek kesehatan pada manusia yang dibagi menjadi efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Pada efek jangka pendek (akut) yang biasa terjadi adalah iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata terjadi pada 400-700 ppm. Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian. Kontak dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan total. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar (frostbite). Sedangkan dalam efek jangka panjang (kronis) adalah menghirup uap asam pada jangka panjang mengakibatkan iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru-paru. Amoniak termasuk bahan teratogenik. Reaktivitas amoniak stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh panas akibat kebakaran. Larut dalam air membentuk ammonium hidroksida.

Dampak pencemaran amonia selain menimbulkan efek pada manusia tapi juga menimbulkan efek terhadap lingkungan sekitar. Dimana gas ammonia ini merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming. Akibat yang terjadi adalah terjadinya perubahan iklim dan cuaca serta efek global warming lainnya. Gas ammonia juga dapat mengganggu estetika lingkungan karena bau pembusukan yang sangat menyengat (Chandra,2006)


(26)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

 Mahasiswa telah mampu melakukan pengambilan sample udara ambient SO2, NO2, NH3 ,total partikulat/debu

 Penentuang kadar NO2 dan partikulat menggunkan metode Griess saltzman

 Kadar debu/partikulat pada pagi hari adalah < 0.1 mg/L dan pada siang hari adalah 1,272 x 10-5 mg/L

 Kadar NO2 pada pagi hari adalah 1,659 x 10-2 μg/Nm 3dan pada siang hari adalah

<0,1 μg/Nm 3

 Penentuan kadar SO2 menggunakan metode pararosanilin

 Kadar SO2 pada pagi hari adalah < 0,1 μg/Nm 3 dan pada siang hari adalah < 0,1

μg/Nm 3

 Penentuan kadar NH3 menggunakan metode indofenol

 Kadar NH3 pada pagi hari adalah 6,441 μg/Nm 3 dan pada siang hari adalah 8,561

μg/Nm 3

5.2 Saran

 Perlu diinformasikan kepada seluruh pihak kampus yaitu seluruh dosen dan mahasiswa serta masyarakat sekitar bahwa udara yang berada di sekitar kampus sudah tercemar

 Pengurangan penggunaan dari mobil dan motor bagi mahasiswa dan dosen

 Melakukan sebuah gerakan green kampus atau penanaman 1000 pohon disekitar kampus


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Arya Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan Yogyakarta. Penerbit Andi Yogyakarta.

Baird, C. 1995. Environmental Chemistry. W.H Freeman and Company. New York

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Chahaya I. 2003. Pengendalian Pencemaran Udara Melalui Penanganan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Medan

Fardiaz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Fardiaz. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta

Gabriel, J. F. 2001. Fisika Lingkungan. Hipokrates. Jakarta.

Handayani, Yulia. 2011. Penentuan Kadar Sulfur Dioksida (SO2) di Udara Ambien dengan

Metode Pararosanilin Secara Spektrofotometri. Karya Ilmiah. USU. Medan.

Kristanto,P. 2002. Ekologi Industri. Andi. Yogyakarta.

Mukono, 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Airlangga University Press, Surabaya. Mulia, R. M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Nugroho, A. 2005. Bioindikator Kualitas Udara. Universitas Trisakti. Jakarta.

Pertamina. 2011. Premium . (Online). (http://www.pertamina.com/index.php) diakses pada 8 Desember 2014 pukul 19:26


(28)

Sakti, Eka Satriani. 2012. Tinjuan Tentang Kualitas Udara Ambien (NO2, SO2, Total Suspended Particulate) Terhadap Kejadian ISPA di Kota Bekasi Tahun 2004-2011.

Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.

Sastrawijaya, T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Cetakan Kedua. Rineka Cipta. Jakarta.

Slamet, J.S. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.

SNI 19-7119.6-2005. 2005. Udara Ambien-Bagian 6 : Penentuan Lokasi Pengambilan

Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien. http://sisni.bsn.go.id.

SNI 19-7119.1-2005. 2005. Udara Ambien-Bagian 6 : Penentuan Lokasi Pengambilan

Contoh Uji Pemantauan Kualitas Udara Ambien. http://sisni.bsn.go.id.

Sunu P. (2001). Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 140001. Jakarta: Grasindo. Undang-Undang No. 4 tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

Wiharja. 2005. Identifikasi Kualitas Gas SO2 di Daerah Industri Pengecoran Logam Ceper.

Jurnal Teknologi Lingkungan 3(3) : 251-255.


(29)

LAMPIRAN Tabel 5. Parameter pendukung sampling

Parameter 30 Oktober 2014 (09.30 – 10.30)

5 November 2014 (14.30 -15.30)

Awal Akhir Awal Akhir

Kebisingan (dB) 77,95 - 78,09 7,4

Kecepatan Angin (m/s) 0,408 - 1 0,8

Tekanan Udara (mm/Hg) 745 - 767,5 767

Temperatur (0C) 33 - 33 33,5

Kelembaban (%) 30 - 40 33

Laju Alir Udara (L/menit) 2 2 2 2

Jumlah

Kendaraan Arah Ciputat – Lebak Bulus (Unit)

Motor 4585 2803 Mobil 1333 1807 Jumlah

Kendaraan Arah Lebak Bulus – Ciputat (Unit)

Motor 8384 3179 Mobil 2318 1190

Perhitungan

Volume Udara Sampel (14.30 - 15.30) : Diketahui:

Ta = 33+33,5

2 = 33,250C 33,25 + 273 = 306,250K Pa =

767+767,5 2 = 767,25 mm/Hg


(30)

V = F1+2F2 x t x PaTa x 298760

V = 2+22 x 60 x 767,25306,25 x 298760 V = 2 x 60 x 2,505 x 0,392

V = 117,835 L

Volume Udara Sampel (09.30 – 10.30) : Diketahui:

Ta = 33 + 273 = 306 Pa = 745 mm/Hg

V = F1+2F2 x t x PaTa x 298760

V = F1+F2

2 x t x

Pa

Ta x

298 760 V = 2+2

2 x t x

Pa

Ta x

298 760 V = 2 x 60 x 745306 x 298760 V = 2 x 60 x 2,435 x 0,392 V = 114,542 L

Kadar debu total di udara (14.30 - 15.30) : C (mg/L) = (W2−W1)−(B2−B1)

V =

(0,8402−0,8387)−(0−0) 117,835 =

0,0015 117,835 = 1,272x10-5 mg/L

C (mg/L) = (W2−W1)−(B2−B1)

V =

(0,8337−0,8404)−(0−0) 114,542 =

−0,0067 114,542 = <0,1mg/L

Konsentrasi NO2 di udara ambien (09.00-10.00)

a = 0,0019

C=a


(31)

C = 114,5420,0019 x 1000 C = 1,659.10-5 X 1000 C = 1,659 x 10-2

Konsentrasi NO2 di udara ambien (14.30-15.30)

C=a

V x100

C = −0,0081

117,835 x1000 = - 0.068 µg/Nm3

= < 0,1

Konsentrasi amoniak SO2 di udara Ambien (09.00-10.00) a = -0,5217

C=a

V x

10 25x1000

C=−0,5217 114,542 x

10

25x1000 C = -0,0045 x 0,4 x 1000 C = - 1,8 μg/Nm 3 = < 0,1

Konsentrasi SO2 di udara Ambien siang

C ¿a

V x

10

25x1000 C = 1,1174

117,835x 10

25x1000 C = 3,793 μg/Nm 3

Konsentrasi amoniak NH3 di udara Ambien (09.00-10.00)

a = 0,7378

C=a


(32)

C= 0,7378

114,542x1000 C = 6,441.10-3 x 1000 C = 6,441 μg/Nm 3

Konsentrasi amonia NH3 di Udara ambient Siang a = 1,0089

C = a

V x1000

C = 1,0089

117,835x1000 = 8,561 μg/Nm 3

SO

2

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

-0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

f(x) = 0.03x - 0.07

Absorbansi standar K o n s e n tr a s i la ru ta n s ta n d a r (m g /L ) NH3


(33)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -0.1 -0.050 0.050.1 0.150.2 0.25

f(x) = 0.03x - 0.07

Absorbansi standar K o n s e n tr a s i la ru ta n s ta n d a r (m g /L ) NO2

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

f(x) = 1.38x + 0.01

Absorbansi standar K o n s e n tr a s i la ru ta n s ta n d a r (m g /L )


(34)

(1)

LAMPIRAN Tabel 5. Parameter pendukung sampling

Parameter 30 Oktober 2014 (09.30 – 10.30)

5 November 2014 (14.30 -15.30)

Awal Akhir Awal Akhir

Kebisingan (dB) 77,95 - 78,09 7,4

Kecepatan Angin (m/s) 0,408 - 1 0,8

Tekanan Udara (mm/Hg) 745 - 767,5 767

Temperatur (0C) 33 - 33 33,5

Kelembaban (%) 30 - 40 33

Laju Alir Udara (L/menit) 2 2 2 2

Jumlah

Kendaraan Arah Ciputat – Lebak Bulus (Unit)

Motor 4585 2803 Mobil 1333 1807 Jumlah

Kendaraan Arah Lebak Bulus – Ciputat (Unit)

Motor 8384 3179 Mobil 2318 1190

Perhitungan

Volume Udara Sampel (14.30 - 15.30) : Diketahui:

Ta = 33+33,5

2 = 33,250C 33,25 + 273 = 306,250K Pa =

767+767,5 2 = 767,25 mm/Hg


(2)

V = F1+2F2 x t x PaTa x 298760

V = 2+22 x 60 x 767,25306,25 x 298760 V = 2 x 60 x 2,505 x 0,392

V = 117,835 L

Volume Udara Sampel (09.30 – 10.30) : Diketahui:

Ta = 33 + 273 = 306 Pa = 745 mm/Hg

V = F1+2F2 x t x PaTa x 298760

V = F1+F2

2 x t x Pa

Ta x 298 760 V = 2+2

2 x t x Pa Ta x

298 760 V = 2 x 60 x 745306 x 298760 V = 2 x 60 x 2,435 x 0,392 V = 114,542 L

Kadar debu total di udara (14.30 - 15.30) : C (mg/L) = (W2−W1)−(B2−B1)

V =

(0,8402−0,8387)−(0−0)

117,835 =

0,0015 117,835 = 1,272x10-5 mg/L

C (mg/L) = (W2−W1)−(B2−B1)

V =

(0,8337−0,8404)−(0−0)

114,542 =

−0,0067 114,542 = <0,1mg/L

Konsentrasi NO2 di udara ambien (09.00-10.00)

a = 0,0019 C=a


(3)

C = 114,5420,0019 x 1000 C = 1,659.10-5 X 1000 C = 1,659 x 10-2

Konsentrasi NO2 di udara ambien (14.30-15.30)

C=a

V x100

C = −0,0081

117,835 x1000 = - 0.068 µg/Nm3

= < 0,1

Konsentrasi amoniak SO2 di udara Ambien (09.00-10.00)

a = -0,5217

C=a

V x 10 25x1000 C=−0,5217

114,542 x 10

25x1000 C = -0,0045 x 0,4 x 1000 C = - 1,8 μg/Nm 3

= < 0,1

Konsentrasi SO2 di udara Ambien siang

C ¿a

V x 10

25x1000 C = 1,1174

117,835x 10

25x1000 C = 3,793 μg/Nm 3

Konsentrasi amoniak NH3 di udara Ambien (09.00-10.00)

a = 0,7378 C=a


(4)

C= 0,7378

114,542x1000 C = 6,441.10-3 x 1000 C = 6,441 μg/Nm 3

Konsentrasi amonia NH3 di Udara ambient Siang

a = 1,0089 C = a

V x1000 C = 1,0089

117,835x1000 = 8,561 μg/Nm 3

SO

2

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

-0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

f(x) = 0.03x - 0.07

Absorbansi standar

K

o

n

s

e

n

tr

a

s

i

la

ru

ta

n

s

ta

n

d

a

r

(m

g

/L

)


(5)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -0.1 -0.050 0.050.1 0.150.2 0.25

f(x) = 0.03x - 0.07

Absorbansi standar K o n s e n tr a s i la ru ta n s ta n d a r (m g /L ) NO2

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7

f(x) = 1.38x + 0.01

Absorbansi standar K o n s e n tr a s i la ru ta n s ta n d a r (m g /L )


(6)