Sifat Fisiko Kimia pada Pengemasan dan Penyimpanan Cassava flakes Fortifikasi (Physical and Chemical Properties of Fortificated Cassava Flakes Package and Preservation) Farid Rakhmat A, Hadi Suprapto, Eka Khaeruni Asih
UNIVERSITAS MULAWARMAN Penelitian
Sifat Fisiko Kimia pada Pengemasan dan Penyimpanan Cassava flakes Fortifikasi (Physical and Chemical Properties of Fortificated Cassava Flakes Package and Preservation) Farid Rakhmat A, Hadi Suprapto, Eka Khaeruni Asih
Daya Hambat Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Bakteri Patogen (Inhibition of Coconut Shell Liquid Smoke to Pathogens Bacteria) Ita Zuraida
Analisa Faktor Daya Kembang dan Daya Serap Kerupuk Rumput Laut pada Variasi Proporsi Rumput Laut (Eucheuma cottonii) (Analysis of Unfolding Factors and Adsorption of Seaweed Chips on Various Proportion of Seaweed (Eucheuma cottonii)
Indrati Kusumaningrum
Studi Waktu Dan Metode Blanching Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Tepung Talas Belitung (Xanthosoma Sagittifolium) (Study of Time and Blanching Method on Physical and Chemical Characteristics of Belitung Taro (Xanthosoma sagittifolium) Flour)
Netty Maria Naibaho, Hudaida Syahrumsyah, Hadi Suprapto
Kajian Sifat Kimia, Fisik, Dan Organoleptik Pada Kopi Robusta (Coffea Cannephora), Kayu Manis (Cinnamomun Burmanii) Dan Campurannya Study of Physical Chemistry and Sensory Properties of Coffee Robusta (Coffea cannephora), Cinnamon (Cinnamomun burmanii) and Its Mixture. Miftakhur Rohmah
Isolasi Dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem (Pangium edule Reinw.) Sebagai Penghambat Bakteri Patogen Dan Pembusuk Daging. Isolation and Characterization of Pakem Leaf Crude Extract (Pangium edule Reinw.) as Inhibitor against Pathogenic and
Spoilage Meat Bacteria Suhardi
JTP
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN
PENERBIT
Program Studi Teknologi HasilPertanian Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Jl.Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua Samarinda PELINDUNG
Juremi Gani PENANGGUNG JAWAB
Alexander Mirza KETUA EDITOR
Krishna Purnawan Candra (THP-UNMUL Samarinda) EDITOR
Dahrulsyah (TPG-IPB Bogor) Meika Syahbana Roesli (TIN-IPB Bogor) Muhammad Nurroufiq (BPTP-Samarinda)
Neni Suswatini (THP-UNMUL Samarinda) Sulistyo Prabowo (THP-UNMUL Samarinda) Hudaida Syahrumsyah (THP-UNMUL Samarinda EDITOR PELAKSANA
Hadi Suprapto Sukmiyati Agustin, Anton Rahmadi ALAMAT REDAKSI
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Jalan Tanah Grogot Kampus Gunung Kelua Samarinda 75123 Telp 0541-749159 e-mail: JTP_unmul@yahoo.com
UNIVERSITAS MULAWARMAN Volume 4 Nomor 2
Penelitian Halaman
Sifat Fisiko Kimia Pada Pengemasan dan Penyimpanan Cassava flakes Fortifikasi (Physical and Chemical Properties of Fortificated Cassava Flakes Package and Preservation) Farid Rakhmat A, Hadi Suprapto, Eka Khaeruni Asih …………………………………………………………………
Daya Hambat Asap Cair Tempurung Kelapa Terhadap Bakteri Patogen (Inhibition of Coconut Shell Liquid Smoke to Pathogens Bacteria) Ita Zuraida ……………………………………………………………………..
Analisa Faktor Daya Kembang Dan Daya Serap Kerupuk Rumput Laut Pada Variasi Proporsi Rumput Laut (Eucheuma cottonii) (Analysis of Unfolding Factors and Adsorption of Seaweed Chips on Various Proportion of Seaweed (Eucheuma cottonii) Indrati Kusumaningrum ……………………………….
Studi Waktu Dan Metode Blanching Terhadap Sifat Fisiko-Kimia Tepung Talas Belitung (Xanthosoma Sagittifolium) (Study of Time and Blanching Method on Physical and Chemical Characteristics of Belitung Taro (Xanthosoma sagittifolium) Flour) Netty Maria Naibaho, Hudaida
Syahrumsyah, Hadi Suprapto ……………………………………………….. Kajian Sifat Kimia, Fisik, Dan Organoleptik Pada Kopi Robusta (Coffea
Cannephora), Kayu Manis (Cinnamomun Burmanii) Dan Campurannya Study of Physical Chemistry and Sensory Properties of Coffee Robusta (Coffea cannephora), Cinnamon (Cinnamomun burmanii) and Its Mixture.
Miftakhur Rohmah
Isolasi Dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem (Pangium edule Reinw.) Sebagai Penghambat Bakteri Patogen Dan Pembusuk Daging. Isolation and Characterization of Pakem Leaf Crude Extract (Pangium edule Reinw.) as
Inhibitor against Pathogenic and Spoilage Meat Bacteria Suhardi
Suhardi Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem Sebagai Penghambat Bakteri
ISOLASI DAN KARAKTERISASI EKSTRAK KASAR DAUN PAKEM ( Pangium edule Reinw.) SEBAGAI PENGHAMBAT BAKTERI PATOGEN DAN PEMBUSUK DAGING
Isolation and Characterization of Pakem Leaf Crude Extract (Pangium edule Reinw.)
as Inhibitor against Pathogenic and Spoilage Meat Bacteria
Suhardi
Animal Nutrition Laboratory of Animal Husbandry Department, Agricultural Faculty of Mulawaman University, Jalan Tanah Grogot, Kampus UNMUL Gunung Kelua, Samarinda 75119
Received 1 February 2009 Accepted 20 February 2009
ABSTRACT
Indonesia is rich in specific flora, which are useful as drug plants. One of those is Pangium edule Reinw. or known as pakem. Pakem are wide spread in Indonesia and grows well in Java. Pakem is suspected as antimicrobial agent as the presence of hydrogen cyanide (HCN) and tannin. In the other hand, meat is not only has a high nutrition value, but also perishable. Besides, meat is easily contaminated by pathogenic bacteria, such as Salmonella , or even spoilage bacteria like Pseudomonas. The objectives of this research was to isolate the crude extract of pakem leaf and to study its antibacterial agent characteristics, e.g. its potency in inhibiting pathogenic and meat spoilage bacteria. This research showed that methanol could extract the crude antibiotic agent from pakem leaf better than hexane. Characteristics of methanol crude extract of pakem leaf were follows: 1) the widest inhibition diameter against meat contaminant bacteria, 2) MIC value was 6.25 % (w/v), 3) broad inhibition spectrum against bacteria, 3) untoxic and better stability on refrigerate temperature (4-7 C).
Key words: Bacteria inhibition, meat, pakem
PENDAHULUAN
infeksi yang erat kaitannya dengan keamanan pangan.
Flora Indonesia beragam jumlahnya Salah satu jenis tanaman obat yang dan mempunyai potensi yang cukup besar terdapat di Indonesia adalah Pangium edule sebagai penghasil bahan nabati dan obat- Reinw. atau yang lebih dikenal dengan obatan. Masyarakat Indonesia sudah meng- pakem di daerah Jawa Tengah. Pakem gunakan tanaman obat dalam usaha selama ini lebih banyak digunakan sebagai preventif dan kuratif. Kebiasaan itu terus obat-obatan tradisional sebagai obat berlangsung hingga sekarang, terutama di reumatik dan desinfektan. Pakem juga dapat daerah-daerah terpencil. Tanaman obat juga berfungsi sebagai zat antimikroba, antiok- dapat dimanfaatkan untuk pengawetan sidan, insektisida maupun fungisida. bahan pangan. Seluruh bagian tanaman pakem Daging merupakan salah satu bahan (termasuk daun) mengandung asam sianida pangan asal hewan yang bernilai gizi tinggi, yang sangat beracun dengan kadar yang sekaligus media yang baik bagi pertum- tinggi yaitu 350 gram per pohonnya buhan mikroorganisme.
Keterse-diaan
(Heyne, 1987). Asam sianida diduga nutrisi dalam daging memungkinkan mengandung senyawa antimikroba yang perkembangan mikroorganisme yang ber- berguna untuk menghambat pertumbuhan sifat perusak (spoilage) juga patogen
mikroorganisme.
khususnya Salmonella sp. dan Escherichia Banyak penelitian mengenai tanaman coli. Keberadaan mikroorganisme dalam pakem lebih diutamakan pada bagian daging dapat menyebabkan intoksikasi dan
Jurnal Teknologi Pertanian 4(2) : 84-95, Maret 2009 ISSN 1858-2419
bijinya. Kristikasari (2002), menggunakan mikrobiologis lain yang digunakan adalah biji pakem segar dan terfermentasi untuk
buffer pepton water (BPW) dan nutrient mengetahui sifat antimikroba terhadap
agar (NA), keduanya dari merek Oxoid. bakteri patogen dan pembusuk makanan.
Bakteri uji yang digunakan adalah Penelitian terbaru mengenai daun pakem
Salmonella typhimurium , Staphylococcus dilakukan oleh Rusman (2002) sebagai zat
aureus, Escherichia coli, Bacillus cereus insektisida.
dan Pseudomonas aeruginosa. Kontrol Berdasarkan berbagai
positif dalam uji aktivitas penghambatan ini penting tersebut, maka dilakukan penelitian
informasi
menggunakan kloramfenikol 30 g dan keberadaan zat antibakteri dari daun pakem
penisilin G 10 units dari merek Oxoid, yang akan diujikan terhadap beberapa jenis
sedangkan untuk uji toksisitas dipakai bakteri patogen dan pembusuk yang sering
mencit betina lepas sapih dengan bobot ditemukan dalam daging seperti Salmonella
badan antara 16-21 gram. typhimurium, Escherichia coli, Staphyloco-
Alat-alat yang digunakan dalam ccus aureus,
penelitian ini berupa alat untuk uji kimia Pseudomonas aeruginosa .
dan mikrobiologi. Vaccuum evaporator Penelitian ini bertujuan untuk
(Heidolph VV 2000), neraca analitik mengisolasi ekstrak kasar daun pakem
(Sartorius dan Berkel), autoklaf, inkubator, (Pangium edule Reinw.) serta mempelajari
inkubator goyang, sentrifus (Sorvall RC- karakternya sebagai antibakteri terutama
5B), cawan petri, pipet, mikro pipet, jangka kemampuannya dalam menghambat bakteri
sorong skala 150 mm, vortex mixer, pinset, patogen dan bakteri pembusuk daging.
jarum suntik (syringe) ukuran 2,5 mL, Karakterisasi akan meliputi uji aktivitas
penangas air, refrigerator, termometer, ekstrak kasar pada penghambatan bakteri
pemanas Bunsen.
kontaminan daging, penentuan konsentrasi
Metode
hambat minimum (KHM), uji spektrum penghambatan terhadap bakteri uji, uji
Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama merupakan penentuan
toksisitas secara in vivo ke mencit serta uji kadar air, ekstraksi daun pakem muda, dan pengaruh suhu dan lama penyimpanan yang penghitungan rendemen ekstrak kasar, lalu berbeda terhadap ekstrak kasar yang dilanjutkan pada tahap kedua berupa dihasilkan. pengujian terhadap karakter ekstrak kasar Hasil penelitian ini diharapkan dapat
daun pakem.
memberi informasi mengenai cara isolasi dan karakterisasi ekstrak kasar daun pakem
Penentuan Kadar Air (AOAC, 1984)
(Pangium edule Reinw.), khususnya Cawan yang akan digunakan sebagai penghambat bakteri patogen dan
dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 105 pembusuk daging.
C selama satu jam, kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sebagai
BAHAN DAN METODE
bobot kosong cawan. Sampel daun yang
Bahan dan Alat
telah dihaluskan diambil sebanyak 3 gram Daun pakem muda diperoleh dari
(A) dan dimasukkan ke dalam cawan, lalu daerah Cimahpar dan Dermaga, reagen
ditimbang (B). Cawan berisi sampel kimia teknis yang digunakan adalah
selanjutnya dikeringkan menggunakan oven metanol (polar), dietil eter (semi polar), dan
bersuhu 105 C selama satu malam sampai heksana (non polar), serta kertas saring.
beratnya konstan (C). Kadar air dihitung Daging sapi segar (sirloin) digunakan
dengan rumus sebagai berikut: sebagai sumber kontaminan, dan brain
Kadar air (%) Sampel sebelum dikeringka n (gram) Sampel setelah dikeringka n
heart infusion (BHI) digunakan untuk
Berat sampel sebelum dikeringka n 10 0
pengayaan bakteri, sedangkan untuk media uji aktivitas penghambatannya pada mueller hinton agar (MHA) menggunakan kertas
Ekstraksi Daun Pakem (Harborne, 1996)
cakram 6 mm, ketiganya dari oxoid. Media Daun pakem muda yang digunakan
Suhardi Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem Sebagai Penghambat Bakteri
pada tahapan ekstraksi dirajang halus diperoleh konsentrasi 25 % (b/v). Masing- menggunakan pisau dengan ukuran 1 0,5
masing ekstrak kasar sebanyak 15 µL cm menggunakan pisau. Rajangan daun
diteteskan ke atas kertas cakram steril sebanyak 100 gram direndam selama 24
menggunakan mikro pipet. Pelarut absolut jam dalam pelarut teknis yang diteliti
dari masing-masing ekstrak kasar juga (metanol, dietil eter, heksana), lalu
diteteskan ke atas kertas cakram steril dilakukan penyaringan dengan kertas saring
sebanyak 15 µL sebagai kontrol negatif. hingga diperoleh filtrat. Residu direndam
Sebagai kontrol positif ditambahkan kembali dalam pelarut, dan diulang
sendawa dengan konsentrasi 2 % (b/v) yang beberapa kali sampai filtratnya tidak
telah dilarutkan terlebih dahulu dengan berwarna. Keseluruhan filtrat dicampur,
akuades steril dan diteteskan ke atas kertas selanjutnya dipekatkan dengan rotavapor
cakram steril sebanyak 15 µL. Kertas pada suhu 25-30 C sehingga diperoleh
cakram yang telah berisi masing-masing ekstrak kasar yang bebas pelarut.
ekstrak kasar dan kontrol (+/-) diletakkan ke atas agar yang telah berisi kultur. Cawan
Perhitungan Rendemen
beserta isinya disimpan dalam refrigerator Perhitungan rendemen ekstrak kasar
selama dua jam untuk memberikan penting dilakukan untuk mengetahui serta kesempatan ekstrak dapat meresap ke membandingkan jumlah senyawa yang
dalam agar dengan baik. Setelah itu, cawan dapat terambil oleh pelarut yang berbeda
diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam kepolarannya. Rendemen dihitung dengan dan diameter zona hambat yang terbentuk rumus sebagai berikut: diukur dengan menggunakan jangka
berat ekstrak Rendemen (%)
100 sorong. Zona hambat ekstrak terhadap
berat daun
bakteri uji ditunjukkan oleh adanya area
Isolasi Kultur Bakteri Kontaminan
bening di sekitar kertas cakram. Setiap
Daging
perlakuan dibuat duplo. Penentuan ekstrak Bakteri kontaminan daging diperoleh
terpilih berdasarkan pada diameter zona dengan cara melakukan pengulasan (swab)
hambat terbesar yang dihasilkan terhadap permukaan daging sapi segar bagian sirloin
bakteri uji. Ekstrak terpilih selanjutnya akan dengan menggunakan cotton swab steril.
digunakan pada berbagai pengujian. Cotton swab dimasukkan dalam tabung
Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
reaksi yang berisi BHI steril untuk
(KHM) (Pelczar et al., 1986)
menumbuhkan bakteri. Sampel diinkubasi
konsentrasi hambat pada suhu 37 C selama 24 jam, dan
Penentuan
minimum (KHM) hanya dilakukan untuk digunakan sebagai stok yang selalu
ekstrak kasar metanol dengan kontrol disimpan pada suhu rendah. Kultur bakteri
negatif pelarut metanol absolut. Metode kontaminan daging yang diuji berumur 24
yang digunakan adalah metode pengenceran jam, yang diperoleh dengan cara
(Pelczar et al., 1986). Ekstrak kasar menumbuhkannya kembali pada media BHI
metanol daun pakem yang diperoleh setiap akan dilakukan uji konfrontasi.
diencerkan menggunakan akuades steril dengan pengenceran tertingi sampai
Uji Aktivitas Ekstrak Kasar dengan
terendah hingga diperoleh konsentrai yaitu
Metode Cakram (Pelczar et al., 1986)
Sebanyak 1 ml kultur bakteri uji 3,125; 6,25; 12,5; 25; dan 50 % (b/v).
6 Masing-masing dipipet ke dalam tabung dengan jumlah koloni 10 cfu/mL dipipet
dalam cawan petri, kemudian ditambahkan reaksi dan ditambahkan kultur bakteri mueller hinton agar sebanyak 15-20 mL
kontaminan daging yang ditumbuhkan dalam media BHI sehingga didapatkan
(metode cawan tuang atau pour plate). Keseluruhannya
dihomogenkan
dan
populasi akhir bakteri masing-masing
dibiarkan hingga agar memadat. Masing- ½×10 , ¼×10 , ⅛×10 ,⅟ 16 ×10 , dan ⅟ 32 ×10
masing ekstrak kasar terlebih dahulu cfu/mL. Campuran diinkubasi pada suhu 37 dilarutkan
C selama 24 jam dan diamati pertumbuhan pelarutnya
dengan
masing-masing
(pelarut absolut)
hingga
bakterinya berdasarkan pada tingkat
Jurnal Teknologi Pertanian 4(2) : 84-95, Maret 2009 ISSN 1858-2419
kekeruhan. Bila terjadi pertumbuhan diamati selama 10 hari. Respon biologis bakteri, maka campuran akan memper-
mencit selama 24 jam pertama terus lihatkan tingkat kekeruhan yang berbeda
dipantau selama 1 jam, sedangkan setelah dibandingkan dengan kontrolnya. Kontrol
itu pengamatan dila-kukan setiap 24 jam positif adalah tabung reaksi yang hanya
dan dilakukan juga penimbangan bobot berisi kultur bakteri dan BHI tanpa
badan mencit.
penambahan ekstrak kasar, sedangkan Sebanyak 10 ekor mencit mendapat kontrol negatif adalah tabung reaksi yang
perlakuan (pemberian ekstrak kasar daun hanya berisi BHI tanpa bakteri ataupun
pakem) dan 10 ekor lainnya sebagai kontrol ekstrak kasar.
(hanya diberi akuades) dalam jumlah yang sama. Konsentrasi ekstrak yang digunakan
Penentuan Spektrum Penghambatan
dalam uji ini adalah yaitu 6,25 %
terhadap Bakteri Uji (Pelczar et al., 1986)
(konsentrasi terpilih pada penentuan KHM). Penentuan spektrum ekstrak kasar Mencit yang dipelihara dalam kandang, dilakukan hanya untuk ekstrak kasar selain mendapat ekstrak kasar tetap diberi metanol dengan kontrol negatif pelarut pakan setiap hari dan air minum secara ad metanol absolut, dan kontrol positif
antibiotik (kloramfenikol 30 g dan penisilin G 10 units). Konfrontasi antara
libitum .
Uji Stabilitas Ekstrak Daun Pakem
ekstrak kasar metanol daun pakem dalam
terhadap Suhu dan Lama Penyimpanan
pelarut terpilih (metanol) dengan sejumlah Ekstrak kasar terpilih dengan bakteri uji dilakukan dengan metode
konsentrasi 6,25% dikondisikan pada cakram. Bakteri uji yang digunakan
berbagai pada berbagai suhu, yaitu meliputi bakteri Gram positif berbentuk
refrigerator (4-7 C), freezer (-20 C), kokus (S. aureus), Gram positif berbentuk
ruang (27 C), pemanasan Low Holding (60 batang dan berspora (B. cereus) serta
C selama 30 menit), pasteurisasi (65 C bakteri Gram negatif berbetuk batang (E.
selama 30 menit), dan pada air mendidih coli, S. typhimurium, dan P. Aeruginosa).
(100 C). Masing-masing perlakuan dibuat Metode yang digunakan mengikuti metode
duplo.
cakram menurut Pelczar et al. (1986). Pengujian aktivitas ekstrak dilakukan Setiap perlakuan dibuat duplo dan
2 kali sehari selama 8 hari, yaitu hari ke-0, dibandingkan dengan kontrol positif
hari ke-2, hari ke-4, hari ke-6, dan hari ke-8 antibiotik (kloramfenikol dan penisilin G)
untuk penyimpanan pada suhu ruang. Pada untuk mengelompokkan ekstrak kasar
suhu refrigerator, pengujian aktivitas dalam kelompok spektrum luas atau sempit.
ekstrak dilakukan setiap 6 hari sekali, yaitu Jumlah koloni bakteri yang digunakan yaitu
pada hari ke-0, hari ke-6, hari ke-12, dan
10 cfu/ml dan konsentrasi ekstrak yang hari ke-18, sedangkan ekstrak yang digunakan adalah 6,25; 12,5; 25; dan 50 %
disimpan pada suhu beku diuji aktivitasnya (b/v).
2 minggu sekali selama 4 minggu, yaitu
Uji Toksisitas
pada hari ke-0, hari ke-12, dan hari ke-24. Mencit betina lepas sapih (21 hari)
Ekstrak kasar yang mendapat perlakuan sebanyak 20 ekor (bobot badan antara 16-
pemanasan segera diuji dan tidak mendapat
21 gram) digunakan pada uji toksisitas ini perlakuan penyimpanan. Pengujian aktivitas menggunakan ekstrak kasar metanol dengan
ekstrak kasar melalui kontrol negatif pelarut metanol absolut. Uji
antimikroba
konfrontasi dengan bakteri uji menggu- toksisitas bertujuan untuk mengetahui
nakan metode cakram. tingkat bahaya atau kemampuan ekstrak
meracuni induk semangnya bila mengkon-
HASIL DAN PEMBAHASAN
sumsi produk yang mengandung ekstrak
Perhitungan Kadar Air
tersebut. Ekstrak kasar metanol diberikan Perhitungan kadar air daun dilakukan pada mencit secara oral menggunakan alat
pada tahap ektraksi dengan menggunakan bantu syringe dengan dosis tunggal
metode gravimetri (AOAC, 1984). Hasil sebanyak 2% dari bobot badan mencit dan
Suhardi Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem Sebagai Penghambat Bakteri
perhitungan diperoleh kadar air daun pakem
Uji Aktivitas Ekstrak Kasar Menggunakan
sebesar 74,26 %. Kadar air penting
Metode Cakram
dilakukan untuk koreksi terhadap hasil. Ekstrak kasar diuji aktivitasnya terhadap bakteri kontaminan daging, yang
Ekstraksi
ditunjukkan dengan besar atau kecilnya Ekstraksi daun pakem menggunakan diameter zona hambat yang dihasilkan. berbagai macam pelarut yang berbeda Aktivitas ekstrak kasar daun pakem dapat kepolarannya ternyata memberikan hasil dilihat pada Tabel 1 dan divisualisasi pada yang berbeda pula. Perbedaan tersebut
Gambar 1.
dapat dilihat dari warna dan rendemen masing-masing
Table 1. Inhibition activity of crude extract
dihasilkan. Warna dari ekstrak kasar
of pakem leaf using various solvents against
metanol dan dietil eter sangat pekat (hijau
bacteria
tua), sedangkan untuk ekstrak kasar
Diameter of
heksana berwarna kekuningan. Perbedaan
Type of Solution
inhibition
warna ini dipengaruhi oleh tingkat
zone (mm)
kepolaran dari masing-masing pelarut yang
Crude extract using methanol 29.0
digunakan. Pelarut metanol menyari
Crude extract using diethyl
senyawa-senyawa polar yang terdapat di
ether
dalam daun. Pelarut dietil eter menyari
Crude extract using hexsane 6.0
senyawa-senyawa semi polar dan pelarut
heksana menyari senyawa-senyawa non 6.0 polar.
Methanol solvent
Dietil ether solvent
Hexane solvent
Rendemen ekstrak kasar metanol dari
Notes: Diameter of paper was 6 mm
100 gram sampel daun yang digunakan sebesar 26,85 % (b/v), sedangkan ekstrak
Hasil konfrontasi ekstrak kasar kasar heksana yaitu 0,78 % (b/v).
kontaminan daging Rendemen untuk ekstrak kasar dietil eter
dengan
bakteri
menunjukkan, bahwa ekstrak kasar metanol tidak dapat dilakukan karena filtrat yang
memiliki diameter zona hambat paling diperoleh hampir selama dua bulan tidak
besar (29 mm), bila dibandingkan dengan juga jernih. Hal ini mungkin dikarenakan
ekstrak kasar dietil eter (13,6 mm) dan banyaknya senyawa dalam daun tersebut
ekstrak kasar heksana (6 mm). Berdasarkan seperti klorofil yang ikut terekstrak
hasil pengujian ini, maka ekstrak kasar sehingga menyebabkan filtrat yang telah
metanol dipilih untuk berbagai uji disaring berulang kali tidak juga jernih.
selanjutnya.
Menurut Harborne (1996), klorofil mudah Diameter zona hambat yang lebih diekstraksi ke dalam pelarut lipid seperti
dari ekstrak kasar metanol aseton dan eter.
besar
kemungkinan disebabkan oleh kandungan Pelarut polar memberikan rendemen
steroid yang lebih banyak, ditun- yang paling besar bila dibandingkan dengan
jukkan oleh warna hijau kebiruan pada pelarut non polar (26,85 % vs 0,78 %). Hal
residu yang kuat. Diameter zona hambat ini berarti dalam daun pakem banyak
ekstrak kasar metanol dan dietil eter yang terkandung senyawa polar, salah satunya
jauh lebih besar dibandingkan dengan adalah senyawa alkaloid. Perhitungan
ekstrak kasar heksana, mungkin disebabkan rendemen ekstrak kasar penting dilakukan
oleh adanya senyawa fenol seperti untuk penentuan kuantitas senyawa yang
flavonoid, tanin dan kuinon di dalamnya dapat terambil oleh pelarut yang berbeda
yang mampu untuk melakukan lisis kepolarannya.
terhadap dinding sel bakteri, atau
Jurnal Teknologi Pertanian 4(2) : 84-95, Maret 2009 ISSN 1858-2419
kemampuan senyawa fenol menginaktifkan digunakan sebagai pengawet. Zona hambat beberapa
yang dihasilkan oleh sendawa lebih kecil (Poeloengan et al., 1999). Ekstrak kasar
dari yang dihasilkan ekstrak kasar metanol heksana tidak mengandung senyawa fenol.
dan dietil eter (8,3 vs 29 vs 13,6 mm). Penggunaan pelarut (metanol, dietil
Ekstrak kasar metanol memiliki zona eter, heksana) sebagai kontrol negatif,
penghambatan terbesar, sehingga dijadikan masing-masing hanya memberikan dia-
ekstrak terpilih pada pengujian selanjutnya. meter zona hambat sebesar 6 mm (sama
Berbeda dengan sendawa, ekstrak meru- dengan diameter kertas cakram kosong),
pakan substrat alami yang bersifat bio yang berarti bahwa sendawa juga mampu
degradable , sedangkan sendawa merupakan menghambat pertumbuhan bakteri konta-
pengawet sintetik yang dapat menyebabkan minan daging, untuk itu zat ini biasa
karsinogenik.
Figure 1. Inhibition zone of crude extract of pakem leaf using various solvents
and control. A. Crude extract using methanol, B. Crude extract using dietil ether, C. Dietil ether, D. Metanol, E. Hexane, F. Crude extract using hexane, G. Saltpetre.
kasar, maka tidak akan didapatkan
Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum
pertumbuhannya di atas agar setelah
Ekstrak Kasar Metanol
diinkubasi pada 37 °C selama 24 jam. Konsentrasi
hambat
minimum
sebaliknya bila bakteri tidak dihambat oleh (KHM) perlu diketahui untuk menentukan ekstrak kasar maka akan didapatkan konsentrasi terendah ekstrak kasar metanol pertumbuhannya secara normal pada agar. daun pakem yang mampu menghambat Hasil verifikasi disajikan pada Tabel 2. pertumbuhan bakteri. Hasil penentuan Verifikasi terhadap aktivitas ekstrak KHM dengan teknik pengenceran tabung kasar methanol daun pakem menunjukkan, tidak dapat menunjukkan adanya peng- bahwa ekstrak dengan konsentrasi 12,5; 25; hambatan pertumbuhan bakteri secara jelas. 50% (b/v) menghambat pertumbuhan Bila terjadi penghambatan secara total bakteri secara nyata, yang ditunjukkan oleh seharusnya tidak didapatkan pertumbuhan adanya pertumbuhan bakteri dengan bakteri sehingga media cair untuk
16 ×10 pertumbuhannya teta bening (tidak keruh). , dan
6 6 populasi ¼×10 6 , ⅛×10 , ⅟
Namun kondisi ekstrak kasar yang pekat ⅟ 32 ×10 cfu mL , namun tidak mampu
6 -1
menyebabkan sulit untuk membedakan menghambat pertumbuhan bakteri dengan
dengan mata telanjang maupun meng- populasi yang lebih tinggi (½×10 cfu mL
gunakan bantuan alat spektrofotometer ), yang ditunjukkan dengan masih adanya mengenai ada atau tidaknya pertumbuhan
pertumbuhan bakteri pada media. Ekstrak bakteri. Verifikasi selanjutnya yaitu
dengan pengenceran tertinggi (konsentrasi menumbuhkan hasil pengujian (bakteri
terendah) yaitu 3,25 % (b/v) ternyata tidak dalam ekstrak kasar) di atas media agar
mampu untuk menghambat pertumbuhan dengan metode gores. Bila bakteri yang
bakteri baik pada populasi terendah, apalagi diuji sensitif terhadap ekstrak
pada populasi yang lebih tinggi.
Suhardi Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem Sebagai Penghambat Bakteri
Semakin tinggi pengenceran ekstrak, oleh sebab itu ekstrak dengan konsentrasi maka konsentrasi zat-zat penghambatnya
6,25 % (b/v) dianggap sebagai konsentrasi akan semakin rendah yang berakibat pula
terendah yang sudah mampu menghambat pada semakin kecil aktivitas pengham-
pertumbuhan bakteri (KHM) setelah batannya terhadap bakteri. Konsentrasi
diinkubasi selama 24 jam, sehingga ekstrak 6,25 % (b/v) ternyata sudah mampu
dijadikan konsentrasi terpilih untuk uji untuk menghambat pertumbuhan bakteri,
selanjutnya.
Table 2. Verification of minimal inhibition concentration using streak technique
Extract conc. Population of meat bacteria (cfu mL -1 )
+ Notes: (+) bacteria growth, (-) no bacteria growth, incubation time was 24 h
pertumbuhan bakteri uji. Spektrum yang
Penentuan Spektrum
Aktivitas
dihasilkan oleh suatu substrat dapat
Penghambatan Pertumbuhan Beberapa
dikelompokkan menjadi substrat yang
Bakteri Patogen
berspektrum luas atau sempit. Hasil Penentuan
spektrum
aktivitas
penentuan spektrum aktivitas ekstrak kasar penghambatan ekstrak kasar metanol metanol penghambatan terhadap bakteri uji terhadap bakteri uji dengan spesies yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan divi- berbeda, dilakukan untuk mengetahui sualisasikan pada Gambar 2. efektivitas dari substrat dalam menghambat
Table 3. Inhibition activity of crude methanol extract of pakem leaf against various pathogenic bacteria
Average of diameter of inhibition zone (mm) for Type of
Antibiotic bacteria
Crude methanol extract (%)
6.25 12.05 25.00 50.00 Chloramphenicol Penicyillin G
S. typhimurium 6.00 6.00 8.85 * 12.37 # 32.30 15.35
S. aureus + 6.00 6.00 11.90 18.67 34.72 14.62 E. coli
B. cereus ** 6.00 6.00 9.75 25.77 34.67 14.00 P. aeruginosa
6.00 6.00 9.50 * 19.12 + 33.77 12.95 Notes: *) R # C ,R P (Resistant chloramphenicol, Resistant phenicyllin G)
) R C ,I P (Resistant chloramphenicol, Intermediate phenicyllin G) + ** ) S C ,I P (Sensitive chloramphenicol, Intermediate phenicyllin G) ) S C ,SI P (Sensitive chloramphenicol, Sensitif phenicyllin G)
Standar of antibiotic inhibition zone on pathogenic bacteria: Chloramphenicol :
Resistant (≤ 12 mm); Intermediate (13-17 mm); Sensitive (≥ 18 mm) Phenicyllin G :
Resistant (≤ 11 mm); Intermediate (12-21 mm); Sensitive (≥ 22mm)
Hasil uji spektrum penghambatan konsentrasi ekstrak didapatkan diameter menunjukkan bahwa B. cereus memiliki
zona hambat terbesar pada S. aureus dan diameter zona hambat terbesar (25,775 mm)
bukan B. cereus. Hal ini menunjukkan, sedangkan S. typhimurium yang terkecil
bahwa ekstrak mampu menghambat (12,375 mm) dengan konsentrasi ekstrak 50
pertumbuhan B. cereus dibandingkan de- %. Seharusnya dengan makin tingginya
ngan S. aureus. Penyebab yang mungkin
Jurnal Teknologi Pertanian 4(2) : 84-95, Maret 2009 ISSN 1858-2419
adalah perbedaan bentuk selnya, meski babkan dinding sel S. aureus yang keduanya tergolong bakteri Gram positif.
merupakan bakteri Gram positif, berlapis Sel B. cereus berbentuk basil (batang)
tunggal. Berbeda dengan S. typhimurium sedangkan S. aureus berbentuk kokus
yang merupakan bakteri Gram negatif, (bulat). Bentuk basil mungkin lebih sensitif
ekstrak dengan konsentrasi 25% tidak terhadap ekstrak dibandingkan bentuk
cukup kuat untuk menembus dinding sel kokus. B. cereus bersifat sensitif dan
bakteri yang berlapis tiga ini. Menurut S. typhimurium resisten terhadap ekstrak
Pelczar dan Chan (1986), struktur dinding dengan konsentrasi 50 %.
sel bakteri Gram positif hanya terdiri atas S. aureus memiliki diameter zona
peptidoglikan saja sedangkan bakteri Gram hambat
negatif memiliki lipopolisakarida, peptido- S. typhimurium yang terkecil (8,85 mm)
glikan dan lipoprotein. S. aureus bersifat dengan konsentrasi ekstrak 25 %. Ekstrak
sensitif dan S. typhimurium resisten lebih mampu menghambat aktivitas
terhadap ekstrak dengan konsentrasi 25 %. pertumbuhan
S. aureus
dibandingkan
S. typhimurium . Hal ini mungkin dise-
S. typhimurium S. aureus
E. coli B. cereus
P. aureginosa
Figure 2. Inhibition activity of crude extract methanol of pakem leaf on growth of phatogenic
bacteria. Chloramphenicol and Phenicyllin G were used as control positive. C = chloramphenicol, P = Phenicyllin G
Suhardi Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem Sebagai Penghambat Bakteri
Ekstrak dengan konsentrasi 3,125; Diameter zona hambat ekstrak 6,25 dan 12,5 % terhadap semua bakteri uji,
dengan konsentrasi 50 % pada bakteri hanya memberikan penghambatan sebesar
E. coli lebih kecil daripada diameter zona diameter cakram (6 mm). Ekstrak dengan
hambat penisilin G dan kloramfenikol konsentrasi tersebut masih belum mampu
(12,65 vs 15,8 vs 19,9 mm). Kloramfenikol untuk menghambat pertumbuhan bakteri
mampu mengganggu sintesa protein E. coli. uji.
Selain itu E. coli mungkin sensitif terhadap Diameter zona hambat ekstrak
penisilin G.
dengan konsentrasi 3,125; 6,25; 12,5 dan Diameter zona hambat ekstrak
25 % terhadap semua bakteri uji lebih kecil dengan konsentrasi 50 % pada bakteri dari diameter zona hambat penisilin G dan
B. cereus lebih besar daripada diameter kloramfenikol. Hal ini berarti, bakteri uji
zona hambat penisilin G tetapi lebih kecil mampu dihambat pertumbuhannya oleh
daripada kloramfenikol (25,775 vs 14 vs antibiotik.
34,675 mm). B. cereus mungkin telah Diameter zona hambat ekstrak
resisten terhadap penisilin G. dengan konsentrasi 50 % pada bakteri
Diameter zona hambat ekstrak S. typhimurium lebih kecil dari diameter
dengan konsentrasi 50 % pada bakteri zona hambat penisilin G dan kloramfenikol
P. aeruginosa lebih besar daripada diameter (12,375 vs 15,35 vs 32,3 mm). Hal ini
zona hambat penisilin G tetapi lebih kecil mungkin disebabkan kloramfenikol mampu
daripada kloramfenikol (19,125 vs 12,95 vs mengganggu sintesa protein S. typhimurium
33,725 mm). Hal ini mungkin disebabkan Selain itu S. typhimurium mungkin sensitif
kloramfenikol mampu mengganggu sintesa terhadap penisilin G.
P. aeruginosa. Selain itu Diameter zona hambat ekstrak
protein
P. aeruginosa mungkin sensitif terhadap dengan konsentrasi 50 % pada bakteri
penisilin G.
S. aureus berada diantara diameter zona
Uji Toksisitas
hambat kedua antibiotik tersebut. Diameter Uji ini dilakukan untuk mengetahui zona hambat ekstrak lebih besar daripada sifat toksik ekstrak kasar methanol daun diameter zona hambat penisilin G, tetapi pakem, sehingga bila akan diaplikasikan masih lebih kecil daripada kloramfenikol dalam pangan tidak mempunyai resiko bagi (18,675 vs 14,625 vs 34,725 mm). keselamatan dan keamanan konsumen. S. aureus mungkin telah resisten terhadap Hasil pengukuran bobot badan dapat dilihat penisilin G.
pada Gambar 3.
Figure 3.Influence of crude methanol extract of pakem leaf on white mice bodyweight
Jurnal Teknologi Pertanian 4(2) : 84-95, Maret 2009 ISSN 1858-2419
Rataan Bobot badan mencit mencit meningkat. Peningkatan bobot badan terjadi control pada awal pengamatan yaitu 17,87
pada hampir sebagian mencit, yaitu sebesar gram, sedangkan untuk mencit yang akan
66,67 % pada mencit perlakuan, dan 60 % diberi perlakuan yaitu 18,49 gram. Pada
pada mencit kontrol. Hal ini menunjukkan, hari pertama pemberian ekstrak terhadap
bahwa metabolisme tubuh mencit sudah mencit perlakuan didapatkan, bahwa mencit
kembali normal, serta alat pencernaan tidak melakukan aktivitas (diam), namun
mencit sudah beradaptasi terhadap ekstrak setelah 30 menit, mencit menjadi normal
yang diberikan. Pada hari ketujuh seperti biasa. Hal ini dimungkinkan karena
pengamatan, rataan bobot badan mencit adanya stres pada mencit saat pemberian
perlakuan dan kontrol meningkat. Pening- ekstrak dengan syringe dan karena adanya
katan bobot badan terjadi pada hampir zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya.
seluruh mencit, yaitu sebesar 90 % pada Pada hari kedua pengamatan, rataan
mencit perlakuan, dan 70 % pada mencit bobot badan mencit kontrol meningkat,
kontrol. Pada hari kesembilan pengamatan, yaitu 18,41 gram, sedangkan mencit
rataan bobot badan mencit perlakuan dan perlakuan menurun bobot badannya
kontrol menurun. Penurunan bobot badan menjadi 17,04 gram. Penurunan bobot
terjadi pada hampir sebagian mencit, yaitu badan disebabkan oleh nafsu makan mencit
sebesar 77,78 % pada mencit perlakuan, yang berkurang karena pemberian ekstrak
dan 90 % pada mencit kontrol. Pada hari kasar. Penurunan bobot badan tidak terjadi
terakhir pengamatan, mencit perlakuan dan pada semua mencit perlakuan, namun
kontrol tetap dalam keadaan sehat. Ekstrak sebagian besar (90 %) mengalami hal
kasar metanol tidak bersifat toksik. tersebut. Fenomena yang sama didapatkan
Stabilitas Ekstrak Kasar Metanol terhadap
pada mencit kontrol, namun persentasenya
Suhu dan Lama Penyimpanan yang
lebih kecil (40 %). Pada hari keempat
Berbeda
pengamatan, terdapat satu ekor mencit Ekstrak dikondisikan pada suhu dan perlakuan yang mati. Hasil pemeriksaan lama penyimpanan yang berbeda, kemudian patologi di Fakultas Kedokteran Hewan
terhadap bakteri menunjukkan, bahwa kematiannya bukan kontaminan daging untuk menentukan disebabkan oleh keracunan, karena organ stabilitasnya. Hasil pengukuran stabilitas dalamnya dalam keadaan normal. ekstrak ditunjukkan pada Tabel 4. Pada hari kelima pengamatan, rataan
diuji
aktivitasnya
bobot badan mencit perlakuan dan kontrol
Table 4.Stability of crude extract methanol of pakem leaf
Left activity (%) of crude extract metahol of pakem Temperature treatments and
leaf after time of storage (days) storage 0 2 4 6 8 12 18 24
Low Holding (60 °C for 30 min.) 99 Pasteurisation (65 °C for 30 min.)
89 Boiling (100 °C for 30min.)
81 Room temp. (27 °C)
93 79 79 71 Refrigerator (5 °C)
99 88 Freezer (-20 °C)
78 72 Note: *) Control
tertinggal pada ekstrak setelah diberi mendapat perlakuan pemanasan diban-
Ekstrak kasar
metanol
yang
perlakuan pemanasan. Ekstrak kasar dingkan aktivitasnya dengan kontrol
memberikan persentase aktivitas pengham- (ekstrak yang disimpan pada suhu ruang)
batan terbesar saat dikondisikan pada suhu untuk menentukan persentase aktivitas yang
Low Holding (60 C), yaitu 99 %. Persen-
Suhardi Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Daun Pakem Sebagai Penghambat Bakteri
tase aktivitas ekstrak pada suhu pasteurisasi %. Pada akhir penyimpanan, aktivitasnya (65 C), lebih kecil (89 %) dibanding suhu
kembali menurun menjadi 88 %. Penurunan Low Holding tetapi masih lebih besar
aktivitasnya masih lebih sedikit diban- dibanding suhu pendidihan (100 C), yaitu
dingkan ekstrak kasar yang disimpan pada
81 %. Hal ini jelas karena pengaruh suhu suhu ruang. Ekstrak yang disimpan pada yang berbeda dari masing-masing per-
suhu refrigerator hanya dapat disimpan lakuan. Semakin tinggi suhunya maka
selama enam hari penyimpanan. Penyim- makin kecil aktivitas pengham-batannya.
panan yang lebih lama akan menurunkan Selain itu juga karena di dalam ekstrak
aktivitas ekstrak.
terdapat suatu enzim yang apabila Persentase aktivitas ekstrak kasar mendapat perlakuan pemanasan maka
yang disimpan pada suhu freezer diban- aktivitasnya akan berkurang. Enzim mudah
dingkan dengan kontrol, yaitu sebe-lum terdenaturasi dan menjadi inaktif oleh panas
disimpan menunjukkan, bahwa dida-patkan (di atas suhu tubuh, 37 C) (Pelczar et al.,
ekstrak kasar mengalami penurunan 1986).
aktivitas sejak awal hingga akhir Persentase aktivitas ekstrak kasar
penyimpanan. Pada hari ke-12, aktivitas yang
yang tertinggal adalah 78 %, sedangkan dibandingkan dengan kontrol, yaitu
disimpan pada
suhu ruang
pada akhir penyimpanan menjadi 72 %. sebelum disimpan menunjukkan, bahwa
Ekstrak tidak cocok untuk disimpan pada didapatkan ekstrak kasar menurun akti-
suhu freezer karena aktivitasnya yang terus vitasnya sejak awal hingga akhir pe-
menurun, tetapi masih lebih baik bila nyimpanan. Pada hari kedua pe-nyimpanan,
dibandingkan dengan ekstrak yang disim- persentase aktivitasnya menu-run menjadi
pan pada suhu ruang. Aktivitas ekstrak
93 % dan pada hari keempat penyimpanan kasar metanol lebih stabil disimpan pada terjadi penurunan kembali menjadi 79 %.
suhu refrigerator.
Ekstrak kasar yang disimpan setelah enam Ekstrak kasar daun pakem, dengan hari penyimpanan tidak mengalami
demikian, menunjukkan stabilitas yang kenaikan ataupun penu-runan aktivitas,
tinggi pada kondisi penyimpanan refri- karena persentase akti-vitasnya tetap sama
gerator. Penyimpanan pada freezer dan yaitu 79 %. Pada akhir penyimpanan,
suhu ruang serta perlakuan pemanasan akan aktivitasnya terus menurun menjadi 71 %.
menyebabkan penurunan aktivitas peng- Ekstrak kasar metanol tidak cocok disimpan
hambatan terhadap bakteri kontaminan pada suhu ruang, karena persentase
daging.
aktivitas yang dihasilkannya terus menurun.
Persentase aktivitas ekstrak kasar
KESIMPULAN
yang disimpan pada suhu refrigerator Daun pakem yang digunakan dalam dibandingkan dengan kontrol, yaitu sebe-
penelitian ini memiliki kadar air 74,26 %. lum disimpan menunjukkan, bahwa
Rendemen ekstrak kasar dengan pelarut didapatkan ekstrak kasar mengalami
metanol lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan aktivitas sejak awal hingga
pelarut heksana. Diameter zona hambat enam hari penyimpanan. Pengamatan
terbesar dihasilkan oleh ekstrak kasar selanjutnya mendapatkan penurunan akti-
metanol. Ekstrak kasar metanol dengan vitas hingga akhir penyimpanan. Pada enam
konsentrasi 6,25 % sudah dapat meng- hari penyimpanan, persentase aktivitasnya
hambat pertumbuhan bakteri. Ekstrak kasar meningkat menjadi 108 %. Aktivitas yang
metanol mampu menghambat berbagai didapatkan melebihi dari kontrolnya. Hal
bakteri uji baik bakteri Gram positif, Gram ini mungkin karena kandungan zat-zat aktif
negatif, kokus maupun basil. Ekstrak kasar dalam ekstrak kasar tetap baik pada suhu
metanol memiliki spectrum penghambatan refrigerator sehingga memberikan aktivitas
yang luas dan tidk bersifat toksik pada uji yang lebih besar dibanding kontrol. Pada
toksisitas in vivo terhadap mencit. Stabilitas hari ke-12 penyimpanan, aktivitasnya mulai
ekstrak kasar methanol lebih tinggi bila mengalami sedikit penurunan menjadi 99
disimpan pada suhu refrigerator.
Jurnal Teknologi Pertanian 4(2) : 84-95, Maret 2009 ISSN 1858-2419
Penelitian lebih lanjut mengenai Pelczar MJ, Chan ECS, Krieg NR (1986) pemisahan dan identifikasi senyawa- th Microbiology. 5 Ed. McGraw-Hill
senyawa dalam ekstrak perlu dilakukan Inc, New York. untuk mengetahui senyawa yang paling
Poeloengan M, Susan MN, Soeripto (1999) berpotensi sebagai antibakteri. Aplikasi
Efek ekstrak daun teh hijau (Camelia ekstrak ke bahan pangan juga perlu dila-
sinensis ) terhadap pertumbuhan kukan untuk mengetahui aktivitasnya.
Salmonella
enteritidis dan
Pseudomonas
pseudomallei .
Seminar Nasional AOAC (1984) Official Methods of
DAFTAR PUSTAKA
Prosiding.
Peternakan dan Veteriner. Pusat Analysis. 13 th
dan Pengembangan Analytical Chemist, Washington DC.
ed. Association of
Penelitian
Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Harborne JB (1996) Metode Fitokimia.
Departemen Pertanian, Bogor. p. Cetakan ke-2. Terjemahan: Kosasih
554-557.
Padmawinata, Iwang Soediro. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Rusman (2002) Penepisan senyawa insektisida dari ekstark daun picung
Heyne K (1987) Tumbuhan Berguna (Pangium edule Reinw.). Skripsi. Indonesia. Jilid III. Cetakan ke-1. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika
Terjemahan:
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Kehutanan. Penerbit Yayasan Sarana
Badan
Litbang
Pertanian Bogor, Bogor. Wana Jaya, Jakarta.
Wu Q, Knowles R (1995) Effect of Kristikasari E (2000) Mempelajari sifat Chloramphenicol on Denitrification antimikroba biji picung (Pangium
in Flexibaxter canadensis and edule Reinw.)
Pseudomonas denitrificans . Applied terfermentasi
and Environmental Microbiology, patogen perusak makanan. Skripsi.
61: 434-437.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pelczar MJ, Chan ECS (1986) Dasar-dasar
Mikrobiologi I. Cetakan ke-1.
Terjemahan: Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL. Penerbit
Universitas
Indonesia,
Jakarta.
PEDOMAN PENULISAN Jurnal Teknologi Pertanian
Universitas Mulawarman
Pengiriman
Ucapan Terima Kasih. Digunakan untuk Jurnal
menyebut-kan sumber dana penelitian dan untuk Mulawarman menerima naskah berupa artikel hasil
penghargaan kepada beberapa penelitian dan ulas balik (review) yang belum
memberikan
institusi atau orang yang membantu dalam pernah dipublikasikan pada majalah/jurnal lain.
pelaksanaan penelitian dan atau penulisan Penulis diminta mengirimkan tiga eksemplar
laporan.
naskah asli beserta softcopy dalam disket yang Daftar Pustaka. Daftar Pustaka ditulis ditulis dengan program Microsoft Word. Naskah
memakai sistem nama tahun dan disusun secara dan disket dikirimkan kepada:
abjad. Beberapa contoh penulisan sumber acuan:
Jurnal
Editor Jurnal Teknologi Pertanian
d. a. Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Wang SS, Chiang WC, Zhao BL, Zheng X, Kim IH (1991) Experimental analysis and
Jurusan Budidaya Pertanian Fakultasd Pertanian Universitas Mulawarman
computer simulation of starch-water interaction. J Food Sci 56: 121-129.
Jalan Pasir Belengkong Samarinda 75123
Buku Charley H, Weaver C (1998) Food a Scientific
Approach. Prentice-Hall Inc USA
Format
Bab dalam Buku
Umum. Naskah diketik dua spasi pada kertas Gordon J, Davis E (1998) Water migration and food A4 dengan tepi atas dan kiri 3 centimeter, kanan
storage stability. Dalam: Food Storage dan bawah 2 centimeter menggunakan huruf
Stability. Taub I, Singh R. (eds.), CRC Times New Roman 12 point , maksimum 12
Press LLC.
halaman. Setiap halaman diberi nomor secara berururtan. Ulas balik ditulis sebagai naskah
Abstrak
sinambung tanpa subjudul Bahan dan Metode, Rusmana I, Hadioetomo RS (1991) Bacillus Hasil dan Pembahasan. Selanjutnya susunan
thuringiensis Berl. dari peternakan ulat naskah dibuat sebagai berikut :
toksisitasnya. Abstrak Judul. Pada halaman judul tuliskan judul,
sutra
dan
Pertemuan Ilmiah Tahunan Perhimpunan nama setiap penulis, nama dan alamat institusi
Mikrobiologi Indonesia. Bogor 2-3 Des 1991 masing-masing penulis, dan catatan kaki yang
h A-26.
berisi nama, alamat, nomor telepon dan faks
Prosiding
serta alamat E-mail jika ada dari corresponding Prabowo S, Zuheid N, Haryadi (2002) Aroma nasi: author. Jika naskah ditulis dalam bahasa
Perubahan setelah disimpan dalam wadah Indonesia tuliskan judul dalam bahasa Indonesia
dengan suhu terkendali. Dalam: Prosiding diikuti judul dalam bahasa Inggris.
Seminar Nasional PATPI. Malang 30-31 Abstrak. Abstrak ditulis dalam bahasa
Juli 2002 h A48.
Inggris dengan judul ABSTRACT" maksimum 250 kata. Kata kunci dengan judul "Key word"
Skripsi/Tesis/Disertasi
ditulis dalam bahasa Inggris di bawah abstrak. Meliana B (1985) Pengaruh rasio udang dan tapioka Pendahuluan. Berisi latar belakang dan
terhadap sifat-sifat kerupuk udang. Skripsi tujuan.
Teknologi Pertanian UGM Bahan dan Metode. Berisi informasi teknis
Fakultas
Yogyakarta.
sehingga percobaan dapat diulangi dengan teknik
Informasi dari Internet
yang dikemukakan. Metode diuraikan secara Hansen L (1999) Non-target effects of Bt corn lengkap jika metode yang digunakan adalah
the Monarch butterfly metode baru.
pollen
on
Danaidae). Hasil. Berisi hanya hasil-hasil penelitian baik
(Lepidoptera:
http://www.ent.iastate.edu/entsoc/ncb99/pr yang disajikan dalam bentuk tubuh tulisan, tabel,
og/abs/D81.html [21 Agu 1999]. maupun gambar. Foto dicetak hitam-putih pada
kertas licin berukuran setengah kartu pos. Bagi yang naskahnya dimuat, penulis dikenakan Pembahasan. Berisi interpretasi dari hasil
biaya Rp 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu penelitian yang diperoleh dan dikaitkan dengan
rupiah).
hasil-hasil penelitian yang pernah dilaporkan Hal lain yang belum termasuk dalam petunjuk (publikasi).
penulisan ini dapat ditanyakan langsung kepada REDAKSI JTP