International Training Consortium on Disaster Risk Reduction

  

MODUL PELATIHAN

FASILITATOR International Training Consortium on Disaster Risk Reduction

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beragam bencana di Indonesia membuat masyarakat Indonesia harus mampu

  bertahan dan hidup harmoni berdampingan dengan situasi bencana yang selalu dihadapi. Situasi ini membuat Indonesia menjadi laboratorium bencana, dan tempat untuk belajar mengenai kebencanaan. Berbagai jenis bencana dapat dijumpai di Indonesia, sehingga siapapun dari berbagai negara dapat belajar ke Indonesia.

  Bencana mengakibatkan korban meninggal, luka serta rusaknya infrastruktur. Sehingga, dibutuhkan dana yang banyak dalam menyiapkan sumber daya dalam menghadapi bencana. Saat ini, pengurangan risiko terhadap bencana lebih ditingkatkan dalam mengurangi dampak yang sering terjadi. Kebutuhan pengurangan risiko adalah membangun ketahanan dan kesiapan daerah masing- masing, salah satunya yaitu sumber daya manusia. Berbagai pelatihan sudah dilakukan di tiap daerah untuk menunjang kesiapan sumber daya yang ada, dan berdasarkan hal tersebut maka penting dilakukan pelatihan terhadap fasilitator kebencanaan di bidang kesehatan. Fasilitator ini akan membantu dan memfasilitasi dalam menyiapkan sumber daya yang ada di berbagai daerah.

  WHO dan Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan melakukan inisiasi jejaring kebencanaan yang terintegrasi dengan regionalisasi sembilan regional Pusat Krisis Kesehatan yang terdiri dari universitas, dinas kesehatan dan rumah sakit. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan oleh jejaring ini selain dari fungsi koordinasi yang menjadi tugas Pusat Penanggulangan Krisis adalah peningkatan kapasitas dan penelitian kebencanaan. Kedua kegiatan ini dimaksudkan untuk membawa penanggulangan bencana lebih terdokumentasi dan termuktahirkan dengan isu-isu internasional dan metode pelatihan yang lebih interaktif dan participatory.

  Salah satu bentuk kegiatan peningkatan kapasitas adalah emergency and disaster

  

management training yang dilakukan bersama dengan jejaring kebencanaan yang

  telah disebutkan, WHO dan Pusat Krisis Kesehatan bekerjasama dengan universitas di regional mengorganisasikan sebuah kegiatan peningkatan kapasitas dalam wadah

  

international training consortium on disaster risk reduction yang kemudian disingkat

  menjadi ITC-DRR yang beranggotakan universitas-universitas yang berkomitmen dalam pengurangan resiko bencana dan penanggulangan bencana di wilayah regional Pusat Krisis Kesehatan.

  Training fasilitator nasional ini menjadi momen substansial untuk melakukan

  regenerasi terhadap sumber daya yang ada dan menjalin kembali jejaring peningkatan kapasitas kebencanaan melibatkan universitas dan komponen lain di regional Pusat Krisis Kesehatan dibalik tujuan utamanya untuk meningkatkan kapasitas para pegiat kebencanaan (khususnya yang berlatar belakang akademik) dalam kemampuan fasilitasi agar ilmu-ilmu mengenai penanggulangan bencana dan pengurangan resiko bencana yang dimiliki oleh pelaku kebencanaan yang mengikuti pelatihan ITC-DRR dapat lebih digali dan terdokumentasi secara lebih baik lagi.

  Dalam rangka menambah jumlah fasilitator pelatihan ITC-DRR, perlu dilaksanakan pelatihan TOF ITC-DRR dengan mengacu kepada suatu kurikulum yang jelas.

B. Filosofi

  1. Prinsip andragogi, antara lain selama pelatihan peserta berhak untuk:

  a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai krisis kesehatan

  b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapatnya, selama masih dalam konteks pelatihan.

  c. Diberikan apresiasi atas pendapat yang baik dan positif yang diutarakan oleh peserta.

  2. Berorientasi kepada peserta, yaitu bahwa peserta berhak untuk:

  a. Mendapatkan paket bahan belajar untuk meningkatkan keterampilan dalam krisis kesehatan.

  Pelatihan fasilitator ITC-DRR ini mengacu pada filosofi pelatihan sebagai berikut:

  c. Belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki individu, baik secara visual, auditorial maupun kinestetik (gerak).

  d. Belajar dengan menggunakan modal pengetahuan yang sudah dimiliki individu mengenai krisis kesehatan.

  e. Melakukan refleksi dan memberikan umpan balik secara terbuka.

  f. Melakukan evaluasi (terhadap pelatih/fasilitator dan penyelenggara) dan dievaluasi tingkat pemahaman dan kemampuannya.

  3. Berbasis kompetensi, yang memungkinkan peserta untuk:

  a. Mengembangkan keterampilan langkah demi langkah dalam memperoleh kompetensi yang diharapkan dalam pelatihan.

  b. Memperoleh sertifikat setelah dinyatakan berhasil mendapatkan kompetensi yang diharapkan pada akhir pelatihan

  b. Mendapatkan pelatih/fasilitator yang dapat memfasilitasi dengan berbagai metode, melakukan umpan balik, dan menguasai materi yang disampaikan dalam pelatihan.

  4. Learning by doing yang memungkinkan peserta untuk:

  a. Berkesempatan menerapkan hasil pembelajaran serta mengambil manfaat dari pelatihan tersebut.

  b. Berkesempatan melakukan demonstrasi dan redemonstrasi dari materi pelatihan dengan menggunakan metode pembelajaran antara laceramah tanya-jawab, penugasan, diskusi kelompok, latihan-latihan, baik secara individu maupun kelompok.

  c. Melakukan pengulangan atau perbaikan yang dirasa perlu.

BAB II PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI A. PERAN Setelah mengikuti pelatihan ini peserta berperan sebagaI fasilitator pelatihan International Training Consortium Disaster Risk Reduction (ITC-DRR) dan Krisis Kesehatan B. FUNGSI Dalam melaksanakan perannya, peserta mempunyai fungsi yaitu melakukan fasilitasi

  pada pelatihan ITC-DRR dan Krisis Kesehatan

  C. KOMPETENSI

  Untuk menjalankan fungsinya, peserta memiliki kompetensi dalam:

  1. Menjelaskan perencanaan dan pengembangan program dalam pengurangan risiko bencana

  2. Melakukan komunikasi efektif

  3. Memfasilitasi pelatihan terkait ITC-DRR dan krisis kesehatan

  4. Melakukan evaluasi proses pelatihan

  D. TUJUAN

  A. Tujuan Umum: Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melakukan fasilitasi pelatihan

  ITC-DRR dan Krisis Kesehatan

  B. Tujuan Khusus: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu :

  1. Menjelaskan perencanaan dan pengembangan program dalam pengurangan risiko bencana

  2. Melakukan komunikasi efektif

  3. Memfasilitasi pelatihan terkait ITC DRR dan krisis kesehatan

  4. Melakukan evaluasi proses pelatihan

BAB III STRUKTUR PROGRAM Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka disusun materi workshop yang akan

  2

  C. MateriPenunjang:

  1. Anti Korupsi

  2. Membangun Komitmen Pembelajaran/

  Building Learning Commitment (BLC)

  3. Rencana Tindak Lanjut

  2

  1

  1

  20

  2

  3

  1 Subtotal

  3

  3

  6 Total 13 29 0 42 Keterangan:

  T = PenyampaianTeori P = Penugasan PL/OL = Praktik Lapangan atau Observasi Lapangan

  1JPL = 45 menit  Teori 40% dan Praktik P+ PL = 60%

  6 Subtotal 8 26 0 34

  diberikan secara rinci seperti pada tabel di bawah ini:

  NO MATERI Waktu Jumlah T P PL

  2. Komunikasi Efektif dalam VIPP

  A. Materi Dasar:

  1. Overview ITC DRR

  2

  2 Subtotal

  2

  2 B. Materi Inti:

  1. Perencanaan dan Pengembangan Program dalam Pengurangan Risiko Bencana

  3. Teknik Fasilitasi VIPP

  2

  4. Teknik Evaluasi Dalam VIPP

  2

  2

  2

  2

  4

  18

  4

  6

  8 A . GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

  : Nomor MD.01 (Materi Dasar 1) Overview

  Judul Materi :

ITC DRR

  Waktu :

2 JPL (T = 2 jpl, P= 0 jpl, PL= 0 jpl)

  : Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan sejarah dan perkembangan ITC-DRR Tujuan Pembelajaran

  Media dan Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Referensi Khusus (TPK) Alat Bantu

  Setelah mengikuti materi ini, Ceramah dan tanya- Media:

  ? peserta mampu menjelaskan: jawab (CTJ)

  1. Bahan tayang digital

  2. Modul

1. Kebijakan Penanggulangan

  1. Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan Curah pendapat ?

  Krisis Kesehatan Alat Bantu:

  a. Kebijakan Global (sendai)

  1. Komputer

  b. Kebijakan Regional (ADPC, AHA)

  2. Laptop

  c. Kebijakan Nasional (PKK)

  3. LCD

  2. Sejarah ITC-DRR

  4. White board

  2. Sejarah ITC-DRR

  5. Flip chart

  a. Pembentukan ITC-DRR

  6. Spidol

  b. Perkembangan ITC- DRR

  7. Pointers

  c. Kerangka Konsep ITC- DRR

  d. Karakteristik pelatihan ITC-DRR Nomor Judul Materi Waktu Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

  MI.01 (Materi Inti 1)

  2. Laptop

  3. Analisis Risiko (Hazard, Vulnerability and Capacity)

  4. Indikator Program Pengurangan Risiko Bencana

  5. Program Pengurangan Risiko Bencana Media:

  1. Bahan tayang digital

  2. Modul Alat Bantu:

  1. Komputer

  3. LCD 4.

  2 JPL (T = 2 jpl, P=0 jpl, PL=0 jpl) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan Perencanaan dan Pengembangan Program dalam pengurangan risiko bencana Perencanaan dan Pengembangan Program dalam Pengurangan Risiko Bencana

  5.

  6. Spidol

  7. Pointers White board Flip chart

  ? ? Ceramah dan tanya-jawab

  (CTJ) Curah pendapat Metode Media dan Alat Bantu Referensi Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

  9

  2. Analisis Situasi

  1. Pengurangan Risiko Bencana

  Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan tentang:

  b. Komponen Analisis Situasi

  : : : :

  Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

  1. Pengurangan Risiko Bencana bidang Kesehatan

  2. Analisis Situasi :

  a. Definisi analisis situasi

3. Analisis Risiko :

  a. Definisi analisis Risiko

  a. Definisi program, Identifikasi masalah dan menentukan prioritas b. Visi, sasaran dan tujuan Penyusunan rencana kegiatan

  b. Komponen analisis Risiko

4. Indikator PRB :

  a. Definisi Indikator

  b. Tujuan Indikator

  c. Penyusunan indikator

  d. Penentuan tahap-tahap monitoring

  e. Evaluasi menggunakan indikator yang dipilih

  5. Program PRB : MI.02 (Materi Inti 2)

  6JPL (T=2 jpl, P= 4 jpl, PL=0 jpl) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan komunikasi efektif dalam VIPP Komunikasi Efektif dalam VIPP

  1. Informasi yang dibutuhkan dan relevan dengan kebutuhan setiap sesi pelatihan :

  2. Membangun komunikasi yang efektif dengan peserta, fasilitator, dan mitra lainnya komunikasi sesuai kebutu

  1. Mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dan relevan dengan kebutuhan setiap sesi pelatihan

  Waktu Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : :

  Nomor Judul Materi : :

  Media:

  b. Parafrase

  a. Pengolahan Informasi secara efektif

  b. Pengumpulan dan penerjemahan data verbal dan non verbal secara akurat dan tepat guna

  ? ? Ceramah dan tanya jawab (CTJ) Curah pendapat role play

  Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Referensi Media dan Alat Bantu Metode Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

  10

a. Pendengar Efektif

2. Komunikasi yang efektif :

  3. LCD 4.

  2. Laptop

  1. Komputer

  2. Modul Alat Bantu:

  1. Bahan tayang digital

  3. Memanfaatkan berbagai macam media han setiap sesi training

3. Media Komunikasi

  5. Melakukan komunikasi pada situasi perbedaan pendapat/ kepentingan antara peserta, fasilitator dan mitra lain, sehingga mampu memediasi kesenjangan/konflik yang terjadi

  4. Melakukan komunikasi informasi/instruksi/kesimpulan dengan efektif baik secara verbal dan non-verbal yang efektif dengan peserta, fasilitator, dan mitra lainnya

  5. Komunikasi Efektif dalam Menyelesaikan Masalah Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

  

4. Penyampaian informasi/

instruksi/kesimpulan dengan efektif secara verbal dan non verbal

  7. Pointers White board Flip chart

  6. Spidol

  5.

  a. Penyiapan berbagai media komunikasi b. Pemanfaatan dan penggunaan berbagai media komunikasi

  Nomor : MI.03 (Materi Inti 3) Judul Materi : Teknik Fasilitasi Visualisation In Participatory Programmes (VIPP) Waktu :

  20 JPL (T=2 jpl, P= 18 jpl, PL=0 jpl) : Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan fasilitasi VIPP dalam pelatihan ITC-DRR

  Tujuan Pembelajaran Media dan Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Referensi Alat Bantu Khusus (TPK)

  Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu: Ceramah dan

  1. Menjelaskan konsep

  1. Konsep Fasilitasi: ? Media: tanya jawab fasilitasi

  a. Definisi Fasilitasi

  1. Bahan tayang (CTJ)

  b. Prinsip-Prinsip Fasilitasi digital

  Identifikasi tujuan dan proses pembelajaran ?

  2. Lembar kasus Curah pendapat

  ? Persyaratan fasilitator yang baik

  ?

  3. Panduan

  c. Metode Fasilitasi Latihan kasus ? simulasi

  VIPP ?

  4. Panduan Simulasi

  ? Metode lainnya

  ? praktik fasilitasi

  2. Strategi Fasilitasi:

  2. Menyusun strategi Praktik fasilitasi

  ?

  a. Identifikasi masalah ( early detection & post mortem) fasilitasi

  Alat Bantu:

  b. Analisis hambatan

  1. Laptop

  c. Solusi ( participatory approach building ,

  2. LCD commitment/direct and indirect

  3. Whiteboard

  4. Flipchart

  3. Fasilitasi proses pembelajaran dengan metode VIPP:

  3. Melakukan fasilitasi

  5. Spidol

  a. Jenis Teknik Fasilitasi proses pembelajaran

  6. Pointers Games (definisi, tujuan, jenis, prosedur)

  ? dengan metode VIPP

  7. Meta plan Penggunaan musik (definisi, tujuan, jenis, prosedur)

  ?

  8. Kain perekat Presentasi interaktif (definisi, tujuan, jenis, prosedur)

  ?

  9. Stereofoam Simulasi (definisi, tujuan, jenis, prosedur)

  ?

  10. Sound system Ice breaker (definisi, tujuan, jenis, prosedur)

  ? Role play (definisi, tujuan, jenis, prosedur)

  ? Meta plan

  ? Pengaturan ruang pelatihan

  ?

  11

  b. Pemilihan Jenis Teknik fasilitasi

  MI.04 (Materi Inti 4)

  6 JPL (T= 2 jpl, P= 4 jpl, PL= 0 jpl) Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan evaluasi proses pembelajaran pada pelatihan Evaluasi Pelatihan dalam VIPP

  12

  : : : :

  Nomor Judul Materi Waktu Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

  Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Metode Media dan Alat Bantu Referensi

  1. Pelatihan TOC ITC DRR CHE Jepang

  8. Whiteboard Flipchart Music Player Speaker

  7.

  6.

  5.

  4.

  3.

  2.

  1.

  4.

  3.

  2.

  ? Pengamatan apa yang didengar sehari sebelumnya

  1. Indikator, waktu dan metode evaluasi pelatihan i. Poin penilaian: Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran Cara penyampaian narasumber

Pemahaman peserta terhadap materi

Keaktifan kelompok pada saat diskusi

kelompok ii. Metode evaluasi: Permainan

  Instrumen penilaian Pemberian reward

  a. Evaluasi Awal hari i. Poin penilaian:

Observasi visual kejadian pada hari

sebelumnya

  ? ? ? ? ? ? ? ?

  ? Role play

  Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:

  1. Bola 1.

  1. Menentukan indikator, waktu dan metode evaluasi pelatihan

  2. Melakukan evaluasi kegiatan belajar mengajar di tiap awal dan akhir hari pelatihan

  ? ? ?

  Ceramah dan tanya jawab (CTJ) Curah pendapat Penugasan

  Media: Bahan tayang digital Form LB4 Form LBKO Buku Bantu

  Alat Bantu: Laptop LCD Spidol Pointers Permainan Bola:

iii. Waktu evaluasi:

2. Evaluasi Harian:

  Menilai tools, equipment , serta metode Pemberian reward : ?

  1. Coklat atau yang dipakai pada hari sebelumnya apapun

ii. Metode evaluasi:

  sejumlah Paparan berupa video/photo/ slideshow

  ? peserta

  Tanya Jawab ?

b. Evaluasi Akhir Hari

  Mood Metter: i. Poin Penilaian:

  1. Sterofoam / Penilaian mengenai Perasaan peserta

  ? papan mengenai pelatihan selama satu hari

  2. Karton/kertas ii. Metode Penilaian: kopi

  Mood Meter ?

  3. Spidol berbagai warna

  3. Melakukan evaluasi kegiatan belajar

  3. Evaluasi Akhir Pelatihan

  4. Sticky notes mengajar di akhir penyelenggaraan

  a. Poin Penilaian: pelatihan Penilaian apakah pelatihan memenuhi ?

  Evaluasi akhir ekspektasi sesuai dengan hasil inventarisir pelatihan: ekspektasi di awal pelatihan

  1. Lakban Penilaian apakah pelatihan menghilangkan

  ? ketakutan sesuai dengan hasil inventarisir ketakutan di awal pelatihan Penilaian tentang keseluruhan pelatihan

  ? (fasilitator, pembicara, materi, dll)

  b. Metode Evaluasi: Pertanyaan Angket dijawab dengan ? simulasi

  4. Evaluasi Fasilitator kepada peserta

  4. Melakukan evaluasi kepada masing-

  a. Poin Penilaian: masing individu peserta Keaktifan peserta

  ?

Latar belakang peserta

  ?

  b. Metode penilaian: Observasi harian ?

  13

  14 Nomor : Materi Penunjang 1

  Judul Materi : Materi anti Korupsi

  Waktu :

2 JPL (T = 2, P = 0, PL = 0) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu memahami materi terkait anti korupsi.

  Tujuan Pembelajaran Media dan Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Metode Referensi Alat Bantu Khusus (TPK)

  Setelah mengikuti materi ini peserta mampu menjelaskan: Modul Undang-

  1. Konsep korupsi ? Curah ? ?

  1. Konsep korupsi Bahan tayang undang Nomor

  a. Definisi korupsi pendapat ? Komputer

  20 Tahun 2001

  b. Ciri-ciri korupsi ? Ceramah tanya ? Flipchart tentang c. Bentuk/jenis korupsi jawab ? Spidol Perubahan Atas d. Tingkatan korupsi ? Latihan kasus ? Panduan latihan Undang- e. Faktor penyebab korupsi ? undang Nomor

f. Dasar hukum tentang korupsi

  No 31 Tahun

  2. Konsep anti korupsi 1999 tentang

  2. Konsep anti korupsi

  a. Definisi anti korupsi Pemberantasan

  b. Nilai-nilai anti korupsi Tindak Pidana

  c. Prinsip-prinsip anti korupsi Korupsi Instruksi Presiden Nomor

  3. Upaya pencegahan korupsi

  3. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi ? Curah

  1 Tahun 2013 dan pemberantasan korupsi a. Upaya pencegahan korupsi pendapat

b. Upaya pemberantasan korupsi

  ? Ceramah tanya

  c. Strategi komunikasi Pemberatasan Korupsi jawab (PK)

  4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran Tindak Pidana Korupsi (TPK) a. Laporan

  b. Penyelesaian hasil penanganan pengaduan masyarakat c. Pengaduan

  d. Tatacara penyampaian pengaduan

  e. Tim penanganan pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan Kemenkes f. Pencatatan pengaduan

  a. Pengertian gratifikasi

  b. Aspek hukum

  c. Gratifikasi dikatakan sebagai Tindak Pidana Korupsi (TPK) d. Contoh gratifikasi

  e. Sanksi gratifikasi

  4. Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran tindak pidana korupsi

  ? Keputusan Menteri

  Kesehatan Nomor 232/MENKES/SK / VI/2013 tentang Strategi Komunikasi Pekerjaan dan Budaya Anti Korupsi

5. Gratifikasi

5. Gratifikasi

  15

  16 Nomor : Materi Penunjang 2

  (Building Learning Commitment/BLC) Judul Materi : Membangun Komitmen Belajar Waktu :

  3 JPL (T = 1, P = 2, PL = 0) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif berwawasan karakter bangsa.

  Pokok Bahasan dan Media dan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Metode Referensi Sub Pokok Bahasan Alat Bantu

  Setelah mengikuti materi ini:

  1. Mengenal sesama peserta, pelatih dan

  1. Proses perkenalan sesama peserta, Games Papan dan Lembaga ? ? ? penyelenggara. pelatih dan penyelenggara. kertas flipchart Administrasi Spidol Negara, 2003,

  ?

  2. Melakukan pencairan (ice breaking)

  2. Proses pencairan (ice breaking) di Games Alat bantu Building ? ? diantara peserta. antara peserta. games Learning Commitmen ,

  3. Mengidentifikasi harapan, kekhawatiran 3. Harapan, kekhawatiran dan komitmen Diskusi kelompok Jakarta.

  ? dan komitmen terhadap proses selama terhadap proses selama pelatihan. pelatihan.

  Pusdiklat SDM ?

  Diskusi kelompok Kesehatan, ?

  4. Membuat kesepakatan nilai, norma dan 4. Nilai, norma dan kontrol kolektif.

  2007, Modul kontrol kolektif dan karakter bangsa TPPK, Jakarta. (Nilai ANEKA).

  Diskusi kelompok ?

  5. Membuat kesepakatan organisasi dalam 5. Kesepakatan organisasi kelas. kelas. Nomor : Materi Penunjang 3 Judul Materi : Rencana Tindak Lanjut Waktu : (RTL)1 JPL (T = 0, P = 1, PL = 0) Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :

  Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menyusun rencana tindak lanjut pelatihan fasilitator ITC-DRR

Pokok Bahasan dan

Media dan

  Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Metode Referensi Alat Bantu

  

Sub PokokB ahasan

Setelah mengikuti materi ini peserta mampu:

  1. RTL: Ceramah Tanya Papan dan Kemenkes RI ? ? ?

  1. Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup

  a. Pengertian RTL Jawab kertas flipchart Pusdiklat RTL.

  b. Ruang lingkup RTL Aparatur

  Spidol ?

  Rencana Latihan menyusun

  ?

2. Langkah langkah 2. Menjelaskan langkah-langkah penysunan RTL.

  Tindak Lanjut, RTL Alat bantu

  ? penyusunan RTL.

  Kurmod Lembar/Format

  ? Survailannce,Ja

  Diskusi Kelompok ?

3. Menyusun RTL untuk kegiatan yang akan

  3. Penyusunan RTL untuk RTL karta 2008. dilakukan. kegiatan yang akan dilakukan.

  17

B. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN

  Building Learning Commitment (BLC) Wawasan Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan Anti Korupsi Metode: ceramah tanya jawab, curah pendapat

  Pengetahuan dan Keterampilan

  1. Perencanaan dan Pengembangan Program dalam PRB

  2. Komunikasi Efektif dalam VIPP

  3. Teknik Fasilitasi VIPP

  4. Evaluasi Pelatihan dalam VIPP Metode: curah pendapat, ceramah tanya jawab, simulasi, latihan kasus, , role play games

  E

  V A L U A S

  I Penutupan Post Test

  Evaluasi Penyelenggaraan Pembukaan

  Proses pembelajaran dalam pelatihan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

  A. Pre test Sebelum acara pembukaan, dilakukan pre test terhadap peserta. Pre test bertujuan untuk mendapatkan informasi awal tentang pengetahuan dan kemampuan peserta dalam melakukan fasilitasi dalam pelatihan

  B. Pembukaan Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan secara resmi. Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:

  1. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.

  2. Pengarahan sekaligus pembukaan.

  3. Penyematan tanda peserta.

  4. Perkenalan peserta secara singkat.

  5. Pembacaan doa.

  C. Building Learning Commitment/BLC (Membangun Komitmen Belajar) Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti proses pelatihan. Kegiatannya antara lain:

  1. Penjelasan oleh pelatih/instruktur tentang tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan dalam materi BLC.

  2. Perkenalan antara peserta dengan para fasilitator dan dengan panitia penyelenggara pelatihan, dan juga perkenalan antar sesama peserta.

  Kegiatan perkenalan dilakukan dengan permainan, dimana seluruh peserta terlibat secara aktif.

  3. Mengemukakan harapan, kekhawatiran dan komitmen masing-masing peserta selama pelatihan.

  4. Kesepakatan antara para pelatih/instruktur, penyelenggara pelatihan dan peserta dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung, meliputi: pengorganisasian kelas, kenyamanan kelas, keamanan kelas, dan yang lainnya.

  D. Pemberian wawasan Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini.

  Materi tersebut yaitu: Overview ITC DRR

  E. Pembekalan pengetahuan dan keterampilan Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu diskusi kelompok dan simulasi dengan kasus. Pengetahuan dan keterampilan meliputi materi:

  1. Perencanaan dan Pengembangan Program dalam PRB

  2. Komunikasi Efektif dalam VIPP

  3. Teknik Fasilitasi VIPP

  4. Evaluasi Pelatihan dalam VIPP

  Proses Pembelajaran a. Proses pelatihan dikelola secara team teaching.

  b. Setiap hari pengendali pelatihan memandu kegiatan pelatihan

  c. Sebelum proses pembelajaran dimulai, peserta melakukan refleksi. Pada kegiatan ini, peserta bertugas untuk menyamakan persepsi tentang materi yang sebelumnya diterima sebagai bahan evaluasi untuk proses pembelajaran berikutnya d. Setiap hari di akhir pembelajaran, peserta diminta menuliskan materi yang belum jelas, klarifikasi dan kebutuhan materi yang perlu ditambahkan.

  e. Apabila suasana pembelajaran menunjukkan adanya kejenuhan, pengendali pelatihan melakukan penyegaran suasana.

  f. Proses pembelajaran dilakukan di dalam dan di luar kelas yaitu : Di dalam kelas :

  a) Kelas pleno/kelas besar (seluruh peserta), metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab, simulasi, diskusi kelompok b) Kelompok kecil ( 4 – 5 orang), metode yang digunakan adalah diskusi kelompok, simulasi

  F. Post Test Setelah keseluruhan materi dan simulasi dilaksanakan, dilakukan post test. Post test bertujuan untuk melihat peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan.

  G. Penilaian Teknik Fasilitasi Untuk melihat kemampuan dan keterampilan peserta dalam melakukan fasilitasi sepanjang proses pelatihan. Dengan teknik purposive sampling melalui permainan-permainan tertentu, akan diciptakan kesempatan untuk peserta dalam menunjukkan kemampuan fasilitasinya.

  Secara individu dan kelompok, kemampuan dan keterampilan fasilitasi peserta akan dapat terlihat secara utuh melalui proses evaluasi berjenjang di sepanjang periode pelatihan, pada saat bergantian melakukan: i. Evaluasi harian di awal ii. Evaluasi harian di akhir hari, iii. Memimpin diskusi kelompok

  Ketiga aktivitas di atas dapat sangat memberi informasi bermakna terkait kemampuan fasilitasi peserta karena untuk dapat mencapai teknik dasar fasilitasi seperti:

   brain storming (curah pendapat),  menstimulasi diskusi,  mengarahkan peserta lain,

   problem solving,  situation analysis,  menstimulasi kerjasama tim, dan  aplikasi komunikasi yang efektif

H. Penutupan

  Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan, dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dengan susunan acara sebagai berikut:

  1. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.

  2. Pengumuman peringkat keberhasilan peserta.

  3. Pembagian sertifikat.

  4. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta.

  5. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang.

  6. Pembacaan doa.

C. P ESERTA DAN FASILITATOR 1) PESERTA

  1. Kriteria Peserta harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

  a. Memiliki sertifikat pelatihan manajemen bencana atau ITC-DRR

  b. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota (memiliki pengalaman dalam penanggulangan bencana minimal 3 tahun) atau, c. Pengelola kurikulum bencana/penggiat bencana yang berasal dari fakultas di bidang kesehatan pada perguruan tinggi atau, d. Instansi lainnya yang terkait dengan bidang kebencanaan.

  e. Menandatangani Pernyataan Kesediaan/Komitmen di atas materai untuk menjadi fasilitator.

  2. Jumlah Peserta Jumlah peserta maksimal 30 orang

2) PELATIH

  1. Pelatih Kriteria pelatih adalah sebagai berikut :

  a. Pelatih / Fasilitator adalah pejabat struktural/pejabat fungsional/profesional yang telah mengikuti MOT Community Health Education/TOT/TPPK/Widya Iswara/Pekerti/mempunyai pengalaman melatih.

  b. Pelatih / Fasilitator menguasai materi pelatihan yang akan diajarkan.

  c. Pelatih / Fasilitator memahami kurikulum pelatihan terutama GBPP.

D. PENYELENGGARA DAN TEMPAT PENYELENGGARAAN 1) PENYELENGGARA

  Pelatihan TOF ITC-DRR ini diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan Kesehatan/ Balai Pelatihan Kesehatan / Institusi Pelatihan lainnya yang terakreditasi berkoordinasi dengan Pusat Krisis Kesehatan, dengan ketentuan sebagai berikut :

  1. Memiliki minimal 1 orang tenaga penyelenggara yang sudah mengikuti training official course (TOC) atau pelatihan bagi penyelenggara pelatihan.

  2. Memiliki pengendali pelatihan.

2) TEMPAT PENYELENGGARAAN

  Pelatihan dapat diselenggarakan di institusi pelatihan atau institusi lainnya yang memiliki sarana dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan pelatihan.

E. EVALUASI

  Untuk mengetahui perkembangan proses belajar mengajar dalam pelatihan, perlu dilakukan evaluasi atau penilaian yang terdiri dari:

  1. Evaluasi hasil belajar peserta yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap peserta, melalui:  Penjajakan awal (pre test)  Pemahaman peserta terhadap materi yang diterima (post test)  Evaluasi formatif untuk setiap hasil penugasan  Evaluasi sesama peserta

  2. Evaluasi terhadap fasilitator: Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelatih dalam menyampaikan

  3. Evaluasi terhadap penyelenggara: Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksana pelatihan. Objek evaluasi adalah pelaksanaan administrasi dan akademis yang meliputi:

   Tujuan pelatihan  Relevansi program pelatihan dengan tugas  Manfaat setiap materi bagi pelaksanaan tugas peserta di tempat kerja  Manfaat pelatihan bagi peserta/instansi  Hubungan peserta dengan pelaksana pelatihan  Pelayanan sekretariat terhadap peserta  Pelayanan akomodasi dan lainnya  Pelayanan konsumsi  Pelayanan pustakaan  Pelayanan komunikasi dan informasi

  Cetak Biru Sistem Penilaian dan Evaluasi Fasilitator untuk TOF ITCDRR Target Kompetensi Metode Penilaian Instrumen Penilaian Penilai Waktu Secara Individu Terintegrasi Standar Penilaian PENILAIAN PORTOFOLIO LULUS atau TIDAK LULUS peserta ditentukan berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang ditentukan kemudian, berdasarkan keseluruhan performa dan nilai2 yang dihasilkan dari cetak biru sistem penilaian ini LULUS, jika 95% >

  Tidak dalam bentuk penilaian secara kuantitatif. Saran untuk perbaikan dilakukan selama proses pelatihan Penilaian secara semi kualitatif, berdasarkan daftar tilik dengan skala Likert Penilaian secara semi kualitatif, berdasarkan daftar tilik dengan skala Likert LULUS, jika peserta mendapatkan nilai minimal sebesar ......(?), atau peserta diurut dari yang paling me- menuhi syarat ke paling tidak memenuhi syarat berdasarkan nilai2nya Sitem Penilaian MMPI

  Sekali setiap sesi pelatihan Penilaian global, sekali di setiap akhir hari pelatihan

  Sekali setiap hari selama pelatihan Sekali untuk setiap peserta, pada akhir pelatihan Sekali setiap hari selama pelatihan Sekali untuk setiap peserta, pada akhir pelatihan Sekali untuk setiap peserta, pada akhir pelatihan Sekali, pada awal pelatihan

Ahli jiwa/psikolog

  

Narasumber dan

Pihak lain

yang relevan

Para Fasilitator dan Panitia, Narasumber,

Sesama Peserta

Pelatihan

Para Fasilitator dan Panitia, Narasumber,

Sesama Peserta

Pelatihan

Para Fasilitator dan Panitia Para Fasilitator dan Panitia

  Instrumen MMPI Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Jawaban Ujian Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Lembar Penilaian/ Daftar Tilik Daftar Hadir/Monitoring Kehadiran Peserta Pelatihan Penilaian Monitoring

  Pelatihan Observasi Langsung Observasi Langsung Multisource Feedback Observasi Langsung Multisource Feedback Ujian Tulis Pre dan Post Presentasi Kasus Uji MMPI

  Kehadiran/Partisipasi dalam Pelatihan Interpersonal and effective Communication

  Skill Professionalism Disaster Management Substantial Knowledge

  RECOMENDED PERSONALITY MMPI Information :

F. SERTIFIKAT

  Peserta yang telah mengikuti pelatihan ini minimal 95% dari keseluruhan jam pelajaran dan berperan aktif selama pelatihan, mendapatkan sertifikat dengan nilai sebesar 1 (satu) angka kredit. Sertifikat untuk peserta pelatihan di tingkat pusat ditandatangani oleh Kepala Pusat Pelatihan SDM Kesehatan.

BAB IV MATERI DASAR 1 Overview International Consortium on Disaster Risk Reduction (ITC-DRR) I. DESKRIPSI SINGKAT Materi ini berisi penjelasan mengenai kebijakan penanggulangan krisis kesehatan

  pada tataran global, regional dan nasional serta mengenai sejarah dan perkembangan ITC-DRR. Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah ceramah, tanya jawab dan curah pendapat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

  A. Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan sejarah dan perkembangan ITC-DRR

  B. Tujuan Pembelajaran Khusus : Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan tentang :

  1. Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan

  2. Sejarah ITC-DRR

  III. POKOK BAHASAN

  Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan sebagai berikut :

  1. Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan

  a. Kebijakan Global (sendai)

  b. Kebijakan Regional (ADPC, AHA)

  c. Kebijakan Nasional (PKK)

  2. Sejarah ITC-DRR

  a. Pembentukan ITC-DRR

  b. Perkembangan ITC-DRR

  c. Kerangka Konsep ITC-DRR

  d. Karakteristik pelatihan ITC-DRR

  IV. BAHAN AJAR

  Materi yang diberikan berkaitan dengan kebijakan penanggulangan krisis kesehatan dan sejarah ITC-DRR.

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.

  Langkah 1. Pengkondisian Peserta Langkah Pembelajaran :

  1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan disampaikan.

  2. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang. Langkah 2. Penyampaian Materi Langkah Pembelajaran : Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator menyampaikan materi dengan metode ceramah, tanya jawab dan curah pendapat. Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan Langkah Pembelajaran :

  1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.

  2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan 3. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI. URAIAN MATERI

A. Pokok Bahasan 1 : Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan

1. Kebijakan Global (Sendai) Dampak bencana semakin meningkat dan memburuk sejak tahun 2000.

  Dampak ini tidak hanya meliputi manusia, namun juga lingkungan, komunitas, sosial-ekonomi hingga politik. Dampak bencana semakin besar pada negara berkembang. Untuk itu, diperlukan suatu aksi untuk mengurangi dampak bencana. Aksi ini diharapkan dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana di masa mendatang. Kerangka kerja Hyogo telah berhasil meningkatkan kesadaran berbagai pihak akan resiko bencana. Namun kerangka kerja Sendai sebagai kerangka kerja lanjutan dalam kampanye aksi pengurangan resiko bencana diharapkan lebih menyentuh individu yang berfokus dalam kesehatan dan penghidupan. Pentingnya investasi dalam pengurangan resiko bencana mulai mendapat perhatian masyarakat global. Kerjasama lintas sektor demi terwujudnya aksi ini sangat diharapkan, demi terciptanya ketahanan dan kesiapan akan dampak bencana di masa mendatang. Kerangka kerja Hyogo telah dikenal sebagai rencana kerja untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Sehingga, berdasarkan konferensi dunia ketiga tahun 2015 di Sendai, Jepang, telah menghasilkan penerus kerangka kerja Hyogo yang kemudian disebut sebagai kerangka kerja Sendai. Kerangka kerja Sendai diharapkan dapat menggantikan kerangka kerja Hyogo selama 15 tahun ke depan. Dalam konferensi yang dihadiri oleh 187 negara anggota, hasil dari kerangka kerja Sendai menekankan perhatian pada kesehatan dan kesejahteraan manusia secara umum pada pengurangan resiko bencana, perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan.

  Sendai Framework merupakan sebuah kesepakatan sukarela yang tidak mengikat dalam jangka 15 tahun, yang mengakui bahwa negara memiliki peranan penting dalam menanggulangi risiko bencana. Peran tersebut dapat dibagi pada pemerintah setempat, divisi-divisi swasta, dan lain-lain. Sendai

  Framework merupakan sebuah lanjutan dari Hyogo Framework for Action yang

  disiapkan dari tahun 2005-2015. Sendai Framework memiliki tujuan untuk menghasilkan: pengurangan risiko dan kerugian dari bencana dalam kehidupan, mata pencaharian, kesehatan, aset ekonomi, fisik, sosial, budaya dan lingkungan, bisnis, masyarakat dan negara.

  The Seven Global Targets (Tujuh Target Global) meliputi:

  (A) Secara substansial mengurangi kematian bencana global yang pada tahun 2030.

  (B) Secara substansial mengurangi jumlah orang yang terkena dampak secara \ global pada tahun 2030. (C) Mengurangi kerugian ekonomi bencana langsung dalam kaitannya dengan produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2030. (D) Secara substansial mengurangi kerusakan bencana untuk infrastruktur kritis dan gangguan pelayanan dasar. (E) Secara substansial meningkatkan jumlah negara dengan strategi pengurangan resiko bencana nasional dan lokal pada tahun 2020. (F) Secara substansial meningkatkan kerja sama internasional untuk negara- negara berkembang melalui dukungan yang memadai dan berkelanjutan hingga pada tahun 2030. (G) Secara substansial meningkatkan ketersediaan dan akses ke multi-bahaya sistem peringatan dini dan informasi resiko bencana dan penilaian kepada orang-orang pada tahun 2030. Sementara The Four Priorities for Action (Empat prioritas untuk aksi) antara lain: Prioritas 1. Memahami risiko bencana. Prioritas 2. Memperkuat pemerintahan dalam melakukan manajemen bencana. Prioritas 3. Investasi dalam pengurangan risiko bencana, dengan memperkuat resiliensi/ketahanan. Prioritas 4. Menguatkan kesiapan terhadap bencana untuk respon yang efektif dan membangun kembali lebih baik dalam proses recovery (pemulihan),

  rehabilitation (rehabilitasi) dan reconstruction (rekonstruksi).

  Seperti yang telah kita ketahui, bahwa kerangka kerja Hyogo sangat efektif dalam menumbuhkan kesadaran akan pengurangan resiko bencana. Kerangka kerja Hyogo telah berhasil dalam meningkatkan kesadaran para pemangku kebijakan diantaranya pemerintah, peneliti, dunia usaha, dan organisasi non- pemerintah untuk berperan aktif dalam pengurangan resiko bencana (PRB). Namun, banyak langkah yang masih diperlukan dalam menyikapi kerentanan akibat bencana.

2. Kebijakan Regional (ADPC, AHA)

  Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) adalah sebuah organisasi teknis dan koordinasi regional yang menawarkan jasa konsultasi dalam berbagai topic dari perubahan iklim sampai penilaian resiko terhadap kesehatan masyarakat. ADPC bekerja lintas sektoral membantu negara-negara, organisasi, masyarakat dan individual untuk mengurangi resiko bencana, membangun masyarakat yang lebih tangguh di Asia. ADPC berlokasi di Paholyothin Highway, Km. 42, Tambon

  Khlong Nueng, Amphoe Khlong Luang, Pathumthani, 12120, Bangkok, Thailand. ADPC mempunyai program-program yang merupakan bagian dari visi menuju ADPC 2020 yaitu:

  1. Program Inti 1: Pengetahuan (science) Kapasitas ditingkatkan dari negara- negara dalam pemanfaatan informasi berbasis ilmu pengetahuan untuk memahami resiko.

  2. Program Inti 2: Sistem (systems) Sistem-sistem diperkuat untuk manajemen resiko-resiko yang efektif pada semua tingkatan di negara-negara, terutama pada tingkat sub-nasional dan lokasi.

  3. Program Inti 3: Aplikasi (applications) Aplikasi ditingkatkan dan membumikan upaya pengurangan resiko dalam pembangunan Sebagai wilayah yang paling rawan bencana di dunia, Asia-Pasifik harus proaktif mengelola risiko bencana tersebut. Selama hampir 30 tahun, Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) telah memberikan kontribusi dalam membuat Asia- Pasifik lebih aman dengan memperkuat ketahanan terhadap bencana di semua tingkat. Didirikan pada tahun 1986, ADPC adalah organisasi regional independen. ADPC bekerja di sejumlah negara di kawasan Asia termasuk Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Maladewa, Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Arab Saudi, Sri Lanka, Thailand, Filipina dan Vietnam. Dengan kantor pusat yang terletak di Bangkok, Thailand, ADPC memiliki kantor negara di Bangladesh dan Myanmar. Jaringan mapan ADPC dengan instansi pemerintah dan kemitraan yang kuat dengan organisasi regional dan badan-badan pembangunan memberikan dasar untuk bekerja. Untuk mencapai tujuan- tujuannya dalam pengurangan risiko bencana, ADPC bekerja sama dengan pemerintah daerah, nasional dan regional, organisasi pemerintah dan non- pemerintah, donor dan mitra pembangunan. ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Center) Pusat koordinasi dan informasi penanganan bencana di kawasan ASEAN, ASEAN

  

Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA