Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.59

  

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN

DAN PENYAJIAN LAPORAN

KEUANGAN BANK SYARIAH (KDPPLK

BANK SYARIAH)

Akuntansi Perbankan Syariah

  

  Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLK Bank Syariah)

  • – landasan konseptual
  • – jika tidak diatur, berlaku KDPPLK umum, sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

  

  PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah

  • – Landasan Praktis/Operasi

  

  Disahkan 1 Mei 2002

  

Berlaku efektif:

  • – untuk penyusunan dan penyajian lapkeu yang dimulai 1 Januari pada atau setelah 2003.
  • – Penerapan lebih dini dianjurkan

  Prinsip Syariah Islam dalam Pengelolaan Harta 

  Menekankan pada keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat 

  Harta harus dimanfaatkan untuk hal-hal produktif terutama kegiatan investasi yang merupakan landasan aktivitas ekonomi dalam masyarakat Dikarenakan tidak semua orang mampu secara langsung menginvestasikan hartanya untuk menghasilkan keuntungan maka suatu lembaga perantara, yaitu bank yang kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah

Karakteristik Bank Syariah

   kegiatan usaha berdasarkan syariah;

  

azas utama: kemitraan, keadilan, transparansi, dan universal;

   pelarangan riba;

   tidak mengenal konsep time-value of money,

   konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas;

   kegiatan tak boleh spekulatif;

   tak boleh menggunakan dua harga untuk satu barang;

   tak boleh dua transaksi dalam satu akad;

   konsep bagi hasil (tidak menggunakan bunga sebagai alat pendapatan dan beban);

   tak membedakan secara tegas antara sektor moneter dan riil;

  

dapat memperoleh imbalan atas jasa perbankan lain yang tak

bertentangan dengan prinsip syariah.

Karakteristik Bank Syariah

  

Syarat transaksi sesuai dengan prinsip syariah:

  • – tidak mengandung unsur kedzaliman;
  • – bukan riba;
  • – tidak membahayakan pihak sendiri dan pihak lain;
  • – tidak ada penipuan (gharar);
  • – tidak mengandung materi yang diharamkan; dan – tidak mengandung unsur judi (maisyir).

  

Karakteristik Bank Syariah

  Kegiatan bank syariah, antara lain, sebagai:

  • – manajer investasi;
  • – investor;
  • – penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran; dan – pengemban fungsi sosial.

  

  Pemakai dan Kebutuhan Informasi

  • – sama seperti dinyatakan KDPPLK umum: investor; karyawan; kreditur; pemasok; pelanggan; pemerintah; masyarakat

  ditambah, antara lain:

  • – pemilik dana investasi;
  • – pembayar zakat, infaq dan shadaqah; – dewan pengawas syariah.

Tujuan Akuntansi Keuangan Bank Syariah

   menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, sesuai prinsip syariah: kejujuran, kebajikan, dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis yang Islami;

  

menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai

laporan dalam pengambilan keputusan; dan

  

meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah

dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.

Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah

  • menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang

    bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

    pengambilan keputusan ekonomi; menunjukan apa yang telah dilakukan oleh

  menyediakan informasi keuangan yang

  • manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya;

Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah

  Khusus bank syariah, perlu ditambah poin tujuan sbb: informasi kepatuhan bank terhadap prinsip syariah;

  • informasi pendapatan dan beban tidak sesuai prinsip
  • syariah dan cara memperoleh serta menggunakannya;
  • informasi untuk mengevaluasi pemenuhan bank terhadap:
    • tanggung jawab amanah mengamankan dana;
    • menginvestasikan pada tingkat keuntungan rasional; serta
    • informasi tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi terikat; dan

  informasi pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk

  • pengelolaan dan penyaluran zakat.

  Asumsi Dasar Konsep Akuntansi Bank Syariah 

  Dasar Akrual 

  Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan diungkapkan dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan

  

Kelangsungan Usaha (going concern)  kelangsungan usaha entitas dipandang akan berlansung

  terus di masa datang, karena itu entitas dipandang tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya

  Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

  Relevan Bernilai balikan

  Tepat waktu

  Teruji Bernilai prediktif

  Terandalkan

  Netral Tepat menyimbolkan

  Kebermanfaatan dalam keputusan Keterbandingan

  Ketelitian Bentuk Tempat

  Karakterisktik Kualitatif Laporan Keuangan 

  Dapat dipahami  Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar

  

Relevan

  • – Bernilai prediktif
  • – Bernilai balikan
  • – Tepat Waktu

  Karakterisktik Kualitatif Laporan Keuangan 

  Keandalan

  • – Teruji (reliable)
  • – Netral – Tepat Menyimbolkan (faithfulness

  representation) 

  Dapat Diperbandingkan

  Karakterisktik Kualitatif Laporan Keuangan 

  Materialitas 

  Ketelitian (Prudent) 

  Substansi Menggungguli Bentuk (substance over form)

   Kelengkapan

  Ketentuan Umum Laporan Keuangan (LK) Bank Syariah 

  Tanggung jawab atas LK  Manajemen bank syariah

  

  Komponen LK  lihat slide sebelumnya

  

  Bahasa LK

  • – Bahasa Indonesia – Bahasa selain Bahasa Indonesia  memuat informasi yg sama dan waktu yg sama, dan diterbitkan dalam waktu yg sama seperti LK dlm Bahasa Indonesia

  

Mata Uang Pelaporan

  • – Dalam satuan rupiah
  • – Selain satuan rupiah maka harus dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan kurs BI

  Ketentuan Umum Laporan Keuangan (LK) Bank Syariah Penyajian 

  Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan; kinerja keuangan; perubahan ekuitas; arus kas; perubahan investasi terikat; sumber dan penggunaan dana zis; sumber dan penggunaan dana qardhul hasan disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

  Ketentuan Umum Laporan Keuangan (LK) Bank Syariah 

  Aktiva disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likuiditas, kewajiban diurutkan menurut urutan jatuh temponya, dan investasi tidak terikat disajikan dalam unsur sendiri

   Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal bank disajikan dan diungkapkan secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak- pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa

  Ketentuan Umum Laporan Keuangan (LK) Bank Syariah 

  Laporan Lab Rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple steps) dari kegiatan utama bank dan lainnya

   Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan penyajian sesuai dengan komponen utamanya

  Ketentuan Umum Laporan Keuangan (LK) Bank Syariah 

Informasi yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, antara lain, mengenai:

  • – Gambaran umum bank syariah
  • – Ikhtisar kebijakan akuntasi yang digunakan dalam penyusunan LK
  • – Penjelasan atas pos-pos yang terdapat dalam setiap komponen LK
  • – Pengungkapan hal-hal penting lainnya yang berguna untuk pengambilan keputusan

  Ketentuan Umum Laporan Keuangan (LK) Bank Syariah 

  Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal berikut:

  • – Perubahan estimasi akuntansi
  • – Perubahan kebijakan akuntansi
  • – Terdapat kesalahan mendasar

   Pada setiap elemen LK harus diberi pernyataan bahwa: “catatan atas LK merupakan bagian tak terpisahkan dari LK”

  Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK)

No. 59

  Akuntansi Perbankan Syariah

PSAK Akuntansi Perbankan Syariah

  

  Tujuan: mengatur perlakuan akuntansi (pengakuan,

  pengukuran, penyajian, dan pengungkapan) transaksi khusus yang terkait dengan aktivitas bank syariah.

  

  Ruang lingkup:

  • – bank umum syariah;
  • – BPR syariah; dan
  • – kantor cabang syariah bank konvensional

  

  Hal-hal yang tidak diatur, mengacu ke PSAK umum sepanjang tak bertentangan dengan prinsip syariah.

  Pengakuan dan Pengukuran Mudharabah 

  Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka

   Mudharabah terdiri 2 jenis:

  • – Mudharabah muthlaqah bebas mengelola dana
  • – Mudaharabah muqayyadah  ada batasan dalam pengelolaan dana

   Bank dapat berperan sebagai pemilik dana (shahibul maal) dalam penyaluran pembiayaan mudharabah, atau bertidak sebagai pengelola dana (mudharib) dalam bentuk investasi terikat (mudharabah muqayyadah) atau investasi tidak terikat (mudharabah mutlaqah)

Skema Mudharabah (Bank sebagai Shahibul Maal) Nasabah (Mudharib)

Bank (Shahibul Maal) Proyek/Usaha Pembagian Keuntungan Modal

  Nisbah X%

  Nisbah Y%

  Modal 100%

  Keahlian Pengembalian

  Modal Pokok

Akuntansi Mudharabah Muthlaqah

  Bank sebagai Shahibul Maal (Pemilik Dana) 

  Pembiayaan mudharabah saat akad diakui:

  • pada saat pembayaran kas/penyerahan aktiva non-kas

  kepada pengelola dana; danper tahap pembayaran/penyerahan jika s1ecara bertahap.

   Pengukuran pembiayaan mudharabah saat akad:

  • jika kas, sejumlah uang yang diberikan bank;
  • jika aktiva non-kas:
    • nilai wajar dan selisih antara nilai wajar dan nilai buku

  

diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank; dan

  • beban akad mudharabah bukan bagian pembiayaan mudharabah kecuali disepakati bersama.

Akuntansi Mudharabah

  Bank sebagai Shahibul Maal (Pemilik Dana)

   Pembayaran kembali pembiayaan mudharabah oleh pengelola dana mengurangi pembiayaan mudharabah.

   Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang tanpa adanya kelalaian atau kesalahan mudharib:

  • Jika sebelum dimulainya usaha, kerugian mengurangi

  

pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai kerugian

bank.

  • Jika setelah dimulainya usaha, kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil.

Akuntansi Mudharabah

  Bank sebagai Shahibul Maal (Pemilik Dana) 

  Pengakuan Keuntungan atau Kerugian Mudharabah

  • Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode

  pelaporan:

  • keuntungan diakui pada saat terjadinya hak bagi hasil sesuai

  dengan nisbah yang disepakati; dan

  • kerugian diakui pada periode terjadinya kerugian tersebut dan mengurangi pembiayaan mudharabah.

   Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mudharib diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada mudharib.

Akuntansi Mudharabah, Bank sebagai shahibul maal

  Ilustrasi Jurnal 

  Pada saat bank membayar tunai kepada mudharib: Db. Pembiayaan mudharabah Kd. Kas

   Pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada mudharib:

  • – Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan < nilai buku aktiva Db. Pembiayaan mudharabah Db. Kerugian penyerahan aktiva Kd. Aktiva non-kas
  • – Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan > nilai buku aktiva Db. Pembiayaan mudharabah Kd. Aktiva non-kas Kd. Keuntungan penyerahan aktiva

Akuntansi Mudharabah, Bank sebagai shahibul maal

  Ilustrasi Jurnal 

  Pengeluaran biaya dalam rangka akad mudharabah Db. Uang muka dalam rangka akad mudharabah Kd. Kas

   Pengakuan biaya akad mudharabah

  • – Jika diakui sebagai beban

  Db. Biaya akad Kd. Uang muka dalam rangka akad mudharabah

  • – Jika disepakati sebagai bagian dari pembiayaan

  Db. Pembiayaan mudharabah Kd. Uang muka dalam rangka akad mudharabah

Akuntansi Mudharabah, Bank sebagai shahibul maal

  Ilustrasi Jurnal 

  Penerimaan keuntungan mudharabah Db. Kas Kd. Pendapatan bagi hasil mudharabah

   Pencatatan kerugian mudharabah

  Db. Akumulasi penyisihan pembiayaan mudharabah Kd. Pembiayaan mudharabah 

  

Pencatatan kerugian mudharabah karena kelalaian mudharib

Db. Piutang kepada mudharib Kd, Pembiayaan mudharabah

Skema Mudharabah (Bank sebagai Mudharib) Bank (Mudharib)

Nasabah (Shahibul Maal) Proyek/Usaha Pembagian Keuntungan Modal

  Nisbah X%

  Nisbah Y%

  Modal 100%

  Keahlian Pengembalian

  Modal Pokok

  Akuntansi Mudharabah Bank sebagai Mudharib

  Bank sebagai Mudharib (Pengelola Dana) 

  Dana investasi tidak terikat diakui sebagai investasi tidak terikat:

  • pada saat terjadinya sebesar jumlah yang diterima;danpada akhir periode akuntansi sebesar nilai tercatat.

   Pendapatan atau keuntungan investasi tidak terikat dialokasikan kepada bank dan shahibul maal sesuai nisbah yang disepakati.

   Kerugian karena kesalahan/kelalaian bank dibebankan kepada bank.

  Akuntansi Mudharabah Bank sebagai Mudharib

  Investasi Tidak Terikat bukan dari bank

  

  nvestasi tidak terikat bukan merupakan kewajiban atau ekuitas bank, karena bank tidak berkewajiban mengembalikan dana tersebut apabila terjadi kerugian pengelolaan dana yang bukan disebabkan kelalaian atau kesalahan bank sebagai mudharib

  

  Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan 2 cara: bagi laba dan bagi pendapatan

  

  Investasi tidak terikat, antara lain:

  • – Tabungan mudharabah
  • – Deposito mudharabah

Akuntansi Mudharabah Muqayyadah Bank sebagai mudharib

  Dalam hal ini bank bertindak sebagai agen Investasi (par 33 & 34) 

  Apabila bank bertindak sebagai agen yang tidak menanggung resiko (chanelling agent) maka pelaporannya tidak dilakukan dalam neraca tetapi dalam laporan perubahan dana investasi terikat. Sedang dana yang diterima dan belum disalurkan diakui sebagai titipan

  

  Apabila bank bertindak sebagai agen yang ikut menanggung resiko (executing agent) maka pelaporannya dilakukan dalam neraca sebesar porsi resiko yang ditanggung oleh bank

  Pengakuan dan Pengukuran Musyarakah Par 35-51 

  

Musyarakah adalah akad kerja sama di antara para pemilik modal yang

mencapurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan 

  Dalam musyarakah, mitra dan bank sama-sama menyediakan modal

untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun

yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut beserta bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank

   Laba Musyarakah dapat dibagi menurut proporsi modal yang disetor atau nisbah yang disepakati, sedang rugi dibagi secara proporsional

  

Musyarakah dapat bersifat permanen (proporsi modal tetap sampai akhir

masa akad) atau bersifat menurun (bagian modal bank akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga modal bank menurun, sehingga pada akhir masa akad, seluruh usaha dari modal mitra)

Skema Musyarakah Nasabah (Mitra)

  Perjanjian Bagi Hasil

Bank (Mitra) Proyek/Usaha Pembagian Keuntungan Modal

  Modal Modal

  • Nisbah X%
  • Porsi modal Nas
  • Nisbah Y%
  • Porsi modal bank

Pembagian Kerugian

  • Porsi modal bank
  • Porsi modal Nasabah

  Pengembalian Modal Pokok

Akuntansi Musyarakah

   Pembiayaan musyarakah diakui pada saat:

  • pembayaran tunai; atau penyerahan aktiva non-kas kepada mitra musyarakah.

   Pembiayaan musyarakah pada awal akad diukur sebesar:

  • kas yang dibayarkan; dan atau
  • nilai wajar aktiva non-kas dan selisih antara nilai wajar dan nilai

  

buku aktiva non-kas diakui sebagai keuntungan atau kerugian

bank.

  • biaya akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) bukan

  bagian pembiayaan musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.

Akuntansi Musyarakah

   Bagian Bank atas Pembiayaan Musyarakah

  • Bagian bank atas pembiayaan musyarakah permanen dinilai sebesar: nilai historis - kerugian (jika ada).
  • Bagian bank atas pembiayaan musyarakah menurun dinilai

  sebesar:

  • nilai historis - bagian pembiayaan bank yang telah dikembalikan oleh mitra - kerugian (jika ada).
    • Selisih antara nilai historis dan nilai wajar bagian

  pembiayaan musyarakah yang dikembalikan diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank pada periode berjalan.

Akuntansi Musyarakah

   Bagian Bank atas Bagi Hasil Musyarakah

  • Keuntungan diakui sebesar bagian bank sesuai dengan nisbah yang disepakati atas hasil usaha musyarakah.
  • Kerugian diakui secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.
  • Kerugian akibat kelalaian/kesalahan mitra (pengelola

  usaha) musyarakah:

  • ditanggung oleh mitra musyarakah;
  • diperhitungkan sebagai pengurang modal mitra, kecuali jika mitra mengganti kerugian dengan dana baru.

  Pengakuan dan Pengukuran Murabahah par 52-68 

  

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual

dan pembeli

   Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa

pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan

pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah

   Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak

mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam

murabahah pesanan mengikat, pembeli tidak dapat membatalkan

pesanananya. Dan apabila aktiva murabahah yang dibeli bank

(sebagai penjual) mengalami penurunan, maka penurunannya itu

akan menjadi beban bank dan akan mengurangi nilai akad

Skema Murabahah

  1. Negosiasi & Persyaratan

  2. Akad Jual Beli

  BANK

  5. Terima Barang

  4. Kirim

  (SUPPLIER) Pengakuan dan Pengukuran Murabahah 

Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan.

  Selain itu, murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda 

  Bank dapat memberikan potongan kepada nasabah yang:

  • – Mempercepat pembayaran cicilan; atau
  • – Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo

   Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok, maka potongan tersebut hak nasabah.

  Apabila potongan tsb terjadi setelah akad maka pembagian potongan tsb dilakukan sesuai perjanjian dalam akad.

  Pengakuan dan Pengukuran Murabahah 

  Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang dibeli dari bank

   Bank dapat meminta kepada nasabah urbun sebagai uang muka pembelian pada saat akad apabila kedua pihak bersepakat

   Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan yang dijanjikan, bank berhak mengenakan denda (ta’zir) kecuali ada bukti nasabah tidak mampu melunasi.

Akuntansi Murabahah

   Aktiva murabahah diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehannya.

   Pengukuran aktiva murabahah setelah perolehan:

  • Dalam murabahan dgn pesanan mengikat:
    • dinilai sebesar biaya perolehan; dan
    • penurunan nilai diakui beban dan pengurang aktiva;

  • dalam murabahah tanpa pesanan/pesanan tidak

  mengikat jika ada indikasi kuat pembeli batal:

  • dinilai sebesar biaya perolahan atau nilai bersih yang dapat

  direalisasi, mana yang lebih rendah; dan

  • jika nilai bersih yang dapat direalisasi < biaya perolehan maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

Akuntansi Murabahah

   Potongan pembelian dari pemasok:

  • tidak boleh diakui sebagai pendapatan; tetapi mengurangi biaya perolehan aktiva murabahah.

   Piutang murabahah diakui sebesar:

  • biaya perolehan aktiva murabahah + keuntungan
  • Pada akhir periode laporan keuangan, sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi: piutang - penyisihan piutang.

   Keuntungan murabahah/murabahah pesanan diakui:

  • pada saat akad jika akad berakhir pada periode laporan

  keuangan yang sama; atau

  • secara proporsional selama periode akad apabila akad melampaui satu periode laporan keuangan.

Akuntansi Murabahah

   Potongan pelunasan dini untuk pembeli diakui dengan metode:

  • jika potongan diberikan pada saat penyelesaian, bank

  mengurangi piutang murabahah dan keuntungan murabahah; atau

  • jika potongan diberikan setelah penyelesaian, bank terlebih

  dulu menerima pelunasan piutang murabahah, kemudian bank membayar potongan pelunasan dini kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah.

   Denda dikenakan apabila nasabah lalai.

  • Pada saat diterima, denda diakui sebagai dana sosial (qardhul hasan).

Akuntansi Murabahah

   Pengakuan dan pengukuran urbun (uang muka):

  • – urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar

  jumlah yang diterima bank pada saat diterima;

  • jika barang jadi dibeli oleh nasabah maka urbun diakui

  sebagai pembayaran piutang; dan

  • jika barang batal dibeli oleh nasabah maka urbun dikembalikan kepada nasabah setelah diperhitungkan kerugian bank.

  Pengakuan dan Pengukuran Salam Par 69-80 

  Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan penangguhan pengiriman oleh muslam ilaihi (penjual) dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang yang dipesan tsb diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu

   Bank dapat bertindak sebagai pembeli (muslam) atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam pararel, yaitu dilakukan dengan syarat:

  • – Akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir
  • – Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah

Skema Salam Paralel PENJUAL (SUPPLIER)

  PEMBELI

  4. Kirim Dokumen

  2.Bayar

  5.Kirim BarangPesanan

  Bayar

  1.Negosiasi dan Pesan Pengakuan dan Pengukuran Salam 

  Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam hal bank bertindak sebagai pembeli, bankb syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah untuk menghindari risiko yang merugikan bank

  

  Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat maka penjual harus bertanggung jawab atas kelalaiannya

  

Akuntansi Salam dan Salam Paralel

  Piutang salam diakui pada saat modal salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual.

   Transaksi salam paralel diakui sebagai kewajiban pada saat bank menerima modal salam berupa kas atau aktiva non-kas.

   Modal salam dapat berupa:

  • kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, aktiva non-kas diukur sebesar nilai wajar.

  

Akuntansi Salam dan Salam Paralel

  Pengakuan dan pengukuran penerimaan barang pesanan:

  • barang pesanan cocok, dinilai sesuai nilai akad;
  • jika barang pesanan berbeda kualitas:
    • jika nilai pasar >= nilai (akad) barang pesanan,

  dinilai sesuai akad;

  • jika jika nilai pasar < nilai (akad) barang pesanan,

  dinilai sebesar nilai pasar dan diakui kerugian

  • jika bank tak menerima sebagian/seluruh barang pesanan:
    • piutang salam tetap sesuai akad, jika tanggal

  pengiriman diperpanjang;

  

Akuntansi Salam dan Salam Paralel

  Pengakuan dan pengukuran penerimaan barang pesanan:

  • jika bank tak menerima sebagian/seluruh barang pesanan:
    • piutang salam berubah menjadi piutang jatuh tempo oleh nasabah

  sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi, jika akad salam dibatalkan.

  • jika ada jaminan atas barang pesanan:
    • hasil penjualan jaminan < nilai piutang salam, selisihnya diakui

  sebagai piutang jatuh tempo kepada nasabah, atau

  • hasil penjualan jaminan > nilai piutang salam, selisihnya menjadi

  hak nasabah; danbank dapat mengenakan denda kepada nasabah.

  

Akuntansi Salam dan Salam Paralel

  Barang pesanan yang telah diterima:

  • diakui sebagai persediaan;
  • pada akhir periode, persediaan diukur sebesar nilai terendah

  antara biaya perolehan dan nilai tunai yang dapat direalisasi, dan

  • jika nilai tunai yang dapat direalisasi lebih rendah maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada laporan laba rugi.

   Apabila bank melakukan transaksi salam paralel:

  • selisih antara jumlah yang dibayar oleh nasabah dan biaya

  perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat pengiriman barang pesanan oleh bank ke nasabah.

Akuntansi Salam dan Salam Paralel

  Jurnal, Bank sebagai pembeli 

  Saat bank memberikan modal Db. Piutang salam Kd. Kas/Aktiva nonkas

   Pada saat bank menerima barang dari penjual # Sesuai akad

  Db. Persediaan (barang pesanan) Kd. Piutang salam # berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah < nilai akad Db. Persediaan (barang pesanan)

  Db. kerugian salam Kd. Piutang salam

  Pengakuan dan Pengukuran Istishna Par 81-104 

  Istishna adalah akad jual-beli antara al-mustashni (pembeli) dan as-shani (produsen)yang bertindak sebagai penjual.

  Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan al mashnu (barang pesanan) sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran di muka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu.

   Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan produsen/penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu tertentu

  Pengakuan dan Pengukuran Istishna 

  Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (sub-kontraktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel, yaitu dengan syarat:

  • – Akad kedua antara bank dan sub-kontraktor terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir – Akad kedua dilakukan setalah akad pertaman sah.

Skema Istishna Paralel

  BarangPesanan

  PRODUSEN

  (PEMBELI)

  6.Bayar

  3. Tagih

  Pesan

  1.Negosiasi

  BANK

  dan Pesan

  SYARIAH

Akuntansi Istishna dan Istishna Paralel

  Bank sebagai Penjual 

  Pengakuan dan pengukuran biaya istishna:

  • biaya istishna terdiri dari:
    • biaya langsung, (untuk menghasilkan barang pesanan); dan
    • biaya tidak langsung (terkait akad, misal: biaya pra akad);

  • beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan

  pengembangan tidak termasuk biaya istishna;

  • biaya pra-akad diakui sebagai biaya ditangguhkan dan

  diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad ditandatangani, tetapi jika tidak dibebankan pada periode berjalan; dan

  • biaya istishna selama periode laporan keuangan, diakui sebagai aktiva istishna dalam penyelesaian pada saat terjadinya.

Akuntansi Istishna dan Istishna Paralel

  Bank sebagai Penjual 

  Pengakuan dan pengukuran biaya istishna paralel:

  • biaya istishna paralel terdiri dari:
    • biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan subkontraktor kepada

  bank;

  • biaya tidak langsung (terkait akad misal: biaya pra-akad); dan

    biaya akibat subkontraktor tak memenuhi kewajibannya (jika ada).

    • biaya istishna paralel diakui sebagai aktiva istishna dalam

      penyelesaian pada saat diterimanya tagihan dari subkontraktor.

   Tagihan setiap termin bank kepada pembeli akhir: Jurnal: Piutang istishna

  Termin istishna (istishna billing)

Akuntansi Istishna dan Istishna Paralel

  Bank sebagai Penjual 

  Pendapatan dan Keuntungan Istishna dan Istishna Paralel:

  • Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati bank dan pembeli akhir, termasuk margin keuntungan.
    • Margin keuntungan = pendapatan istishna - harga pokok istishna.

  • Metode pengakuan pendapatan istishna:
    • metode persentase penyelesaian:

  • bagian nilai akad yang sebanding dengan penyelesian pekerjaan

  diakui sebagai pendapatan istishna periode ybs.;

  • bagian margin keuntungan selama periode pelaporan

  menambah nilai aktiva istishna dalam penyelesaian; dan

  • akhir periode, harga pokok sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.

Akuntansi Istishna dan Istishna Paralel

  Bank sebagai Penjual 

  Pendapatan dan Keuntungan Istishna dan Istishna Paralel:

  • Metode pengakuan pendapatan istishna:
    • metode persentase penyelesaian; atau
    • Jika estimasi % penyelesaian tak dapat ditentukan secara rasional

  pada akhir periode, gunakan metode akad selesai:

  • tidak ada pendapatan hingga pekerjaan selesai;
  • tidak ada harga pokok hingga pekerjaan selesai;
  • tidak ada bagian keuntungan hingga pekerjaan selesai; dan
  • pengakuan pendapatan, harga pokok, dan keuntungan hanya pada akhir penyelesaian pekerjaan.

Akuntansi Istishna dan Istishna Paralel

  Bank sebagai Pembeli 

  Bank mengakui:

  • aktiva istishna dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh penjual dan hutang istishna kepada penjual.

   Apabila barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan mengakibatkan kerugian bank:

  • kerugian dikurangkan dari garansi penyelesaian proyek

  penjual;

  • jika kerugian > garansi penyelesaian proyek, selisihnya diakui

    sebagai piutang jatuh tempo kepada subkontraktor.

Akuntansi Istishna dan Istishna Paralel

  Bank sebagai Pembeli 

  

Jika bank menolak menerima barang (tak sesuai spesifikasi) dan tak

dapat memperoleh kembali seluruh pembayaran yang telah dilakukan

kepada subkontraktor, jumlah tersebut diakui piutang jatuh tempo kepada

subkontraktor.

   Jika bank menerima barang pesanan yang tidak sesuai:

  • barang diukur dg nilai wajar atau biaya perolehan, mana yang lebih rendah; dan selisihnya diakui sebagai kerugian.

  

Dalam istishna paralel, jika pembeli akhir menolak menerima barang (tak

sesuai spesifikasi):

  • barang diukur dg nilai wajar atau harga pokok, mana yang lebih rendah; dan selisihnya diakui sebagai kerugian.

Skema Ijarah Muntahiyyah Bittamlik Penjual/

  Supplier

  

Obyek Sewa

Nasabah Bank Syariah

  2. Beli Obyek Sewa

  1. Butuh Obyek Sewa

  3. Sewa

Beli

  Milik Bank Syariah selama masa sewa Milik Nasabah Setelah Pelepasan

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa 

  Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan dan disusutkan sesuai dengan:

  • kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika

  transaksi ijarah; danmasa sewa jika transaksi ijarah muntahiyah bittamlik.

   Pendapatan ijarah diakui:

  • selama masa akad secara proporsional;
  • kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan

  

secara bertahap, pendapatan setiap periode akan menurun secara

progresif selama masa akad karena adanya pelunasan bagian per

bagian obyek sewa pada setiap periode .

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa 

  

Piutang pendapatan ijarah diukur sebesar nilai bersih yang dapat

direalisasi.

   Jika biaya akad menjadi beban pemilik obyek sewa: dialokasikan secara konsisten dengan alokasi pendapatan ijarah.

   Pengakuan biaya perbaikan obyek sewa:

  • penyewa melakukan perbaikan rutin (ada persetujuan pemilik ):
    • dibebankan kepada pemilik obyek sewa; dan
    • diakui sebagai beban pada periode terjadinya perbaikan; dan

  • dalam ijarah muntahiyah bittamlik- penjualan secara bertahap: biaya ditanggung pemilik dan penyewa sesuai kepemilikannya.

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

   Bank sebagai pemilik obyek sewa (muajjir/lessor) # Saat perolehan

  Db. Aktiva ijarah Kd. Kas # Saat penyusutan Db. Biaya penyusutan

  Kd. Akumulasi penyusutan aktiva ijarah # Saat penerimaan sewa dari lessee Db. Kas Kd. Pendapatan sewa

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa Perpindahan hak milik obyek sewa dalam:

  ijarah muntahiyah bittamlik - hibah , diakui pada saat:

  • seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan; obyek sewa telah diserahkan kepada penyewa.
  • Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa.

  

  ijarah muntahiyah bittamlik - penjualan obyek sewa dengan harga

  

sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhir masa sewa , diakui pada saat:

penyewa membeli obyek sewa.

  • Pemilik obyek sewa mengakui keuntungan/kerugian penjualan sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku obyek sewa.

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa Perpindahan hak milik obyek sewa dalam:

  ijarah muntahiyah bittamlik- pembayaran sekadarnya , diakui saat:

  • seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan;
  • penyewa membeli obyek sewa;
  • obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa;
  • jika penyewa berjanji membeli tetapi tidak melakukannya dan nilai

  wajar < nilai bukunya, selisihnya diakui sebagai piutang pemilik obyek sewa kepada penyewa; dan

  • jika penyewa tidak berjanji membeli obyek sewa dan tidak

  melakukannya, maka obyek sewa dinilai: sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih rendah.

  • Jika nilai wajar < nilai buku, selisihnya diakui sebagai kerugian.

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  

  Pada saat pengalihan obyek sewa dalam ijarah muntahiya bittamlik # Melalui hibah pada saat seluruh pendapatan sewa telah diterima dan obyek tidak memimiliki nilai sisa

  Db. Akumulasi Penyusutan Kd. Aktiva ijarah

  

  Melalui penjualan obyek sewa sebelum berakhirnya masa sewa dengan harga jual sebesar sisa cicilan sewa #Jika harga jual > nilai buku

  Db. Kas Db. Akumulasi penyusutan Kd. Aktiva ijarah Kd. Keuntungan penjualan ijarah

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  

  Melalui penjualan obyek sewa dengan harga sekedarnya setelah seluruh penerimaan sewa diterima dan obyek sewa tidak memiliki nilai sisa

  Db. Kas Db. Akumulasi penyusutan Kd. Aktiva ijarah Kd. Keuntungan penjualan ijarah

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa Perpindahan hak milik obyek sewa dalam:  ijarah muntahiya h bittamlik- penjualan bertahap , diakui pada saat:

  • seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan;
  • penyewa membeli sebagian obyek sewa;
  • nilai buku bagian obyek sewa yang dijual dikeluarkan dari aktiva

  pemilik;

  • pemilik obyek sewa mengakui keuntungan/ kerugian sebesar

  selisih antara harga jual dan nilai buku bagian obyek sewa yang dijual.

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa  ijarah muntahiya h bittamlik

  Dalam jika obyek sewa:

  • mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak

  milik;

  • bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya;
  • jumlah cicilan ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa

  yang wajar, maka selisihnya antara jumlah pembayaran sewa dan nilai sewa wajarnya diakui:

  • kewajiban kepada penyewa; dan kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai.

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  Bank sebagai Penyewa 

Beban sewa diakui selama masa akad pada saat jatuh tempo.

  Jika biaya akad menjadi beban penyewa:

  • biaya dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban sewa;

   Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa menjadi beban penyewa:

  • biaya diakui sebagai beban pada saat terjadinya;
  • dalam ijarah muntahiyah bittamlik - penjualan bertahap,

  biaya akan meningkat progresif sesuai peningkatan kepemilikan obyek sewa.

Akuntansi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

  Bank sebagai Penyewa 

  Perpindahan hak milik obyek sewa: