laporan praktikum DAn TI PORIFERA

LAPORAN PRAKTIKUM
TAKSONOMI INVERTEBRATA
“PORIFERA”

Oleh :
Devi Qurroti A’yun
( 21401061032 )

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering juga disebut
hewan berongga karena seluruh tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang kecil
yang disebut pori. Hewan ini masih tergolong hewan sederhana karena
selama hidupnya menetap pada karang atau permukaan benda keras lainnya
di dasar laut. Porifera sering ditemukan hidup melekat pada substrat yang

keras dan hidupnya berkoloni yang statif atau tidak bergerak. Porifera yang
lebih kompleks memiliki dinding tubuh yang berlipat-lipat, dan banyak yang
memiliki kanal air yang bercabang-cabang dan beberapa oskulum,
( Campbell, 2008 ).
Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling sederhana.
Porifera sudah terdapat pembagian tugas kehidupan (diferensiasi), hal ini
mencirikan organisme tersebut mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari
filum protozoa. Porifera hidup secara heterotrof. Makanannya adalah
bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke tubuh dalam bentuk cairan
sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan cairan, dengan proses air
ditarik melalui pori-pori ke dalam ronga tengah, spongosol, dan kemudian
mengalir keluar dari sponge melalui bukaan yang lebih besar disebut
oskulum. (Rusyana, 2013).
Di dunia terdapat sekitar 10.000 spesies porifera, di Indonesia
diperkirakan sebanyak 850 spesies sampai 1500 spesies. Secara ekologi,
porifera merupakan salah satu penyusun pada ekosistem pesisir dan laut,
terutama pada ekosistem terumbu karang dan padang lamun yang umumnya
dijumpai di perairan tropik dan subtropik, (Haris, 2013).
1.2 Tujuan
Tujuan dengan adanya praktikum mengenai porifera ini diharapkan

mahasiswa mengenal ciri-ciri porifera yang penting untuk didiskripsikan dan
diidentifikasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Porifera (latin : porus = pori-pori, fer = membawa), tubuhnya
berpori, dipoblastik, simetris radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara
mandiri (belum ada kordinasi antar sel yang satu dengan sel sel-sel yang
lainnya). Fase dewasa bersifat sesil (menetap pada suatu tempat tanpa
mengadakan perpindahan), dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada
yang air tawar (Familli Spongilidae). Bentuk tubuh: kipas, jambangan bunga,
batang, globular, genta, terompet, dan lain-lain. Warna tubuh: kelabu, kuning,
merah, biru, hitam, putih keruh, coklat, jingga (sering berubah tergantung
tempat sinar). Mempunyai rongga sentral (spongocoel), (Rusyana,2013).
Di dalam fillum porifera ini terdapat berbagai macam spesies yang
dibagi berdasarkan bahan kerangka tubuhnya serta spikula yang disitu terdiri
atas tiga kelas yaitu kelas Calcarea, Hexantinellida, dan Demospongiae.
Porifera juga dibedakan berdasarkan tempat proses terjadinya pengambilan
zat-zat makanan atau sistem saluran air yang dibagi menjadi tiga tipe yaitu

Ascon, Sycon, dan Rhagon, (Suhardi, 2007).
Berdasarkan bahan pembentuk kerangka tubuhnya serta spikula,
Porifera terdiri dari tiga kelas yaitu :
1. Calcarea (Calcipsongiae)
Hidup di laut (pantai dangkal), bentuk tubuhnya sederhana,
kerangka tubuh tersusun atas CaCO3, dan koanositnya besar. Adapun
ordonya yaitu Asconosa yang spesiesnya Leucosolenia, dan Syconosa
yang spesiesnya Scypha, (Rusyana, 2011).
2. Hexactinellida (Hyalospongiae)
Hidup di laut dalam, kerangka tubuhnya tersusun atas bahan
kersik/silikat (H2S13O7), spikula berduri 6 (heksason), memiliki saluran
air sederhana. Adapun ordonya yaitu Hexasterophora dan

Amphidiscophora sedangkan spesiesnya yaitu Euplectella dan
Hyalonema, (Rusyana, 2011).
3. Demospongiae
Umumnya hidup di laut, beberapa spesies hidup diair tawar. Pada
umunya tidak mempunyai rangka dan kalau ada rangka terbuat dari
kersik, sponging atau campuran dari keduanya. Ordo dari kelas ini yaitu
Carnosa yang spesiesnya Chondrosia, Choristida yang spesiesnya

Geodia, dan Epipolasida yang spesiesnya Tethya, (Rusyana, 2011).
Spesies yang tergolong dalam filum porifera yaitu :
1. Oscarella loburalis
Oscarella loburalis merupakan spesies dari salah stu filum porifera
dimana spesies ini umumnya dipantai berbatu di zina subrihoral antar
gelombang dan dangkal. Membentk oscrusting koloni dibatu, dan
ganggang yang besar. Oscarella lobularis adalah tebal, spons yang tumbuh
hingga 10-30 cm lebar dan 3 cm. Membentuk koloni berdaging terdiri dari
lobed, nodul bulat yang sampai 1 cm lebar dan 1 cm. Permukaan atas
setiap nodul dikenakan oscula melingkar (pori exhalant) yang 0,5-1 cm
dan mengarah ke, rongga basal besar, sedangkan sisi beruang tersebar ostia
(pori-pori inhalansia). Spons memiliki tegas tapi lembut, tekstur agaragar dan permukaan halus dengan nuansa beludru. Warna spons yang lebih
intens pada nodul dan biasanya berwarna kuning sampai coklat tapi
mungkin kadang-kadang merah, hijau, ungu atau biru, ditandai dengan
krim di pangkalan, (www.oel.org)
2. Spongia officinalis
Spongia officinalis merupakan spesies dari filum porifera yang
memiliki ciri tubuh berpori (ostium) yang berhubungan denga satu
ruangan disebelah dalam yang disebut spongocoel. Tubuhnya tidak
berturan (asimetris) walaupun ada juga yang simetris radial. Bentuknya

bermacam – macam ada yang berbentuk seperti tabung, vas bunga,
mangkuk, atau tumbuhan. Tubuhnya memiliki banyak pori yang
merupakan awal dari sistem kanal (saluran air) yang menghubungkan
lingkungan eksternal dengan lingkungan internal. Tubuh porifera tidak

dilengkapi dengan apa yang disebut apendiks dan bagian tubuh yang dapat
digerakkan, (Suhardi, 2007).
3. Chalina oculata
Pada permukaan tubuh terdapat lubang-lubang atau pori-pori yang
merupakan lubang dari masuk ke spongocoel, untuk akhirnya keluar
melalui osculum. Tubuhnya lunak dan tidak memiliki skeleton. Pada
bagian anatominya itu mempunyai saluran air seperti saluran ascon dan
lain-lain. Saluran ini berfungsi mengalirkan air dari daerah eksternal
kedalam daerah internal dan dikeluarkan kembali ke daerah eksternal.
Cara memperoleh makanan dalam bentuk partikel organik renik, hidup
atau tidak seperti bakteri yang masuk melalui pori-pori arus masuk yang
terbuka dalam air dan di bawa ke dalam rongga lambung atau ruang-ruang
bercambuk. Dalam hal respirasi bersifat aerob dan difusi yang diedarkan
keseluruh tubuh oleh amoebosit, (Yusminah, 2007).
4. Grantia labyrinthica

Panjang tubuh antara 0,5 sampai 2 inci, berbentuk seperti
sambungan bunga, tubuhnya lebih tebal dari leocosinadeae distal terdapat
lubang besar disebut osculum. Spesies ini memiliki spikula yang terbentuk
dari kalsium karbonat dan semua spikulanya relatif sama besar. Terdapat
osculum yang berfungsi sebagai tempat masuknya air dan makanan keluar
dari dalam tubuh. Sistem pernafasanya berlangsung dalam permukaan
tubuh. Sistem pencernaannya berlangsung secara intraseluler melalui
pembentukan vakuola makanan yang telah dicerna di edar dari sel ke
amoebosit. Sistem reproduksi

spesies ini berkembang secara aseksual

yaitu dengan cara pembentukan tunas. Spesies ini terdapat di air laut mulai
batas pasang surut yang mana spesies ini dapat digunakan sebagai spons
mandi, sebagai kerangka dan porifera hiasan. Zat kimia yang dihasilkan
dapat

digunakan

sebangai


(Romimohartanto,2009)

bahan

obat

penyakit

kanker,

BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1

Alat
a. Pinset
b. Cawan petri


3.1.2

Bahan
a. Oscarella loburalis
b. Spongia officinalis
c. Chalina oculata
d. Grantia labyrinthica

3.2 Cara Kerja
1.

Morfologi preparat porifera yang tersedia digambar lengkap dengan
keterangannya

2.

Diskripsi dibuat lengkap dengan gambar literaturnya

3.


Dibuat klasifikasi untuk masing-masing preparat

4.

Dibuat daftar Pustaka

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
4.1 Oscarella loburalis
a. Gambar
No

Gambar

Keterangan

1.
Dokumentasi
pribadi, 2015


2.
Gambar Literature
( www. eol.org )

3.
Gambar tangan

b. Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Porifera

Kelas

: Homoscleromorpha


Ordo

: Homosclerophorida

Familia

: Plakinidae

Genus

: Oscarella

Spesies

: Oscarella lobularis
(www.oel.org)

c. Diskripsi
a. Morfologi
Oscarella lobularis adalah tebal, spons yang tumbuh hingga 10-30
cm lebar dan 3 cm. Membentuk koloni berdaging terdiri dari lobed,
nodul bulat yang sampai 1 cm lebar dan 1 cm. Permukaan atas setiap
nodul dikenakan oscula melingkar (pori exhalant) yang 0,5-1 cm dan
mengarah ke, rongga basal besar, sedangkan sisi beruang tersebar ostia
(pori-pori inhalansia). Spons memiliki tegas tapi lembut, tekstur agaragar dan permukaan halus dengan nuansa beludru. Warna spons yang
lebih intens pada nodul dan biasanya berwarna kuning sampai coklat tapi
mungkin kadang-kadang merah, hijau, ungu atau biru, ditandai dengan
krim di pangkalan, (Saskya,2008).
b. Habitat
Oscarella lobularis umum di pantai berbatu di zona intertidal
sublittoral dan dangkal. Membentuk koloni encrusting pada batu, batu
dan alga besar, (Saskya,2008).

4.2 Spongia officinalis
a. Gambar
No

Gambar

Keterangan

1.
Dokumentasi
pribadi, 2015

2.
Gambar Literature
(www.GBI.org)

3.
Gambar tangan

b. Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Porifera

Kelas

: Demospongiae

Ordo

: Dictyoceratida

Familia

: Spongiidae

Genus

: Spongia

Spesies

: Spongia officinalis

(www. GBIF.org)
c. Diskripsi
a. Morfologi
Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang
terdapat pada amoebosit. Makanan yang masuk melalui pori-pori arus
yang masuk yang terbuka dalam air dan dibawa kedalam rongga
lambung atau ruang-ruang bercambuk (flagella) di choanocyt.
Berukuran lebih dari 35cm, umumnya masif, bulat,tetapi untuk dapat
dilengkapi dengan lobus teralus (terutama pada spesimen besar), atau
dengan osculus lobus besar berbentuk kerucut. Permukaan dilengkapi
dengan conules kecil biasa. Serat primer berdiameter 0,02 – 0,0035 cm.
Jaringan kompak biasanya ada di permukaan. Memiliki warna
bervariasi dari putih kekuningan sedikit kehitam, dan tampak keputihan
dengan warna seperti karat didalamnya, (www.eol.org).
b. Habitat
Ditemukan di daerah pesisir terutama terumbu karang dengan
substrat batu pada kedalaman antara 5 cm sampai 40 m. Biasanya hidup
sessil pada daerah beriklim subtropis , biasanya ditemukan di IndoPasifik barat, Karibia, dan Mediterania, (www.eol.org).
c. Reproduksi
Reproduksi hewan ini dilakukan secara seksual dan aseksual.
Aseksual dengan cara pembentukan tunas dan gemmule, sedangkan
seksual dilakukan dengan pembuahan sel telur suatu porifera oleh sel

sperma porifera yang lain secara internal. Masing-masing individu
menghasilkan sperma dan ovum, (www.eol.org).

4.3 Chalina oculata
a. Gambar
No

Gambar

Keterangan

1.

Dokumentasi
pribadi, 2015

2.
Gambar Literature
(Yusminah,2007)

3.
Gambar tangan

b. Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Porifera

Kelas

: Demospongia

Ordo

: Haploscerida

Familia

: Chalinidae

Genus

: Chalina

Spesies

: Chalina oculata
(Yusminah,2007)

c. Diskripsi
a. Morfologi
Adapun morfologi dari Chalina oculata yaitu ukuran tubuhnya
sangat bervariasi, dari sebesar kacang polong sampai setinggi 90 cm
dan lebar 1 m. Bentuk tubuh spons juga bermacam-macam, beberapa
simetri radial, tetapi kebanyakan berbentuk tidak beraturan dengan pola
bervariasi.

Pada

Porifera

sebagian

tubuhnya

menghubungkan

lingkungan luar dan dalam tubuh dan terletak pada bagian distal
dinamakan osculum, ruangan ini berhubungan dengan spongocoel yang
terletak ditengah-tengah tubuh dan merupakan ruangan yang besar.
Tubuh bagian luarnya terdiri atas pori-pori atau ousita. Membuka dan
menutupnya ostis diatur oleh sel porosity yang menghubungkan bagian
luar dengan bagian dalam tubuh. Sel ini pada ujungnya mempunyai
flagellum, (Yusminah,2007).
a.

Sistem Reproduksi
Adapun sistem reproduksi pada Chalina oculata

yaitu terjadi

melalui dua cara yaitu secara aseksual dan dengan cara seksual.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara pembentukan tunas
(budding). Sedangkan reproduksi secara seksual dilakukan dengan cara
peleburan sel kelamin jantan (sperma) dan sel telur (ovum). Dan
sebagian besar hewan Porifera bersifat Hermafrodit, yaitu dalam satu

individu mampu menghasilkan sperma dan sel telur sekaligus,
( Yusminah,2007).
b. Habitat
Adapun habitat dari Chalina oculata yaitu Pada umumnya phylum
porifera hidup di air laut, yaitu tersebar atau terbentang dari sejak
daerah perairan pantai yang dangkal hingga daerah kedalaman 5,5 km.
Famili yang hidup di air tawar biasanya termasuk pada familia
spongiliadae. Fase dewasa bersifat sesil, artinya menetap pada suatu
tempat tanpa mengadakan perpindahan. Hewan ini mengikatkan diri
pada suatu obyek yang keras yang dipakai sebagai tambatan, misalnya
batu-batuan, kayu-kayu yang tenggelam di dalam air dan ada juga yang
melekat pada cangkok hewan-hewan Mollusca, (Mukayat, 2010).
c.

Peranan
Adapun peranan dari Chalina oculata adalah hewan ini
membentuk suatu terumbu karang yang indah sehingga merupakan
taman laut yang banyak dikunjungi wisatawan. Selain itu, terumbu
karang merupakan lingkungan yang baik bagi ikan sehingga dihuni oleh
berbagai jenis ikan, (Mukayat, 2010)

4.4 Grantia labyrinthica
a. Gambar
No

Gambar

Keterangan

1.
Dokumentasi
pribadi, 2015

2.
Gambar
Literature
(www.GBI.org)

3.
Gambar tangan

b. Klasifikasi
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Porifera

Kelas

: Calcarea

Ordo

: Leucosolenida

Familia

: Grantidaceae

Genus

: Grantia

Spesies

: Grantia Labyrinthica

(www.GBI.org)
c. Diskripsi
a. Morfologi
Panjang tubuh antara 0,5 samapai 2 inci, berbentuk seperti
sambungan bunga, tubuhnya lebih tebal dari leocosinadeae distal terdapat
lubang besar disebut osculum, (Romimohtarto,2009).
b. Anatomi
Spesies ini memiliki spikula yang terbentuk dari kalsium karbonat
dan semua spikulanya relatif sama besar. Terdapat osculum yang
berfungsi sebagai tempat masuknya air dan makanan keluar dari dalam
tubuh. Sistem pernafasanya berlangsung dalam permukaan tubuh. Sistem
pencernaannya berlangsung secara intraseluler melalui pembentukan
vakuola makanan yang telah dicerna di edar dari sel ke amoebosit,
(Romimohtarto,2009).
c. Reproduksi
Sistem reproduksi spesies ini berkembang secara aseksual yaitu
dengan cara pembentukan tunas, (Romimohtarto,2009).
d. Habitat
Spesies ini terdapat di air laut mulai batas pasang surut yang mana
spesies ini dapat digunakan sebagai spons mandi, sebagai kerangka dan
porifera hiasan. Zat kimia yang dihasilkan dapat digunakan sebangai
bahan obat penyakit kanker, (Romimohtarto,2009).

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini mengamati hewan porifera,Porifera merupakan
salah satu filum dari kingdom animalia yang sangat primitif yang hidup di alam.
Kata Porifera berasal dari bahasa Latin, porus yang berarti lubang kecil atau pori
dan ferre yang berarti mempunyai Jadi, Porifera dapat diartikan hewan yang
memiliki pori pada struktur tubuhnya, diplobastik, simetri radial, tersusun atas selsel yang bekerja secara mandiri. Fase dewasa bersifat sesil, dan berkoloni. Habitat
umumnya air laut dan ada yang di air tawar (Kusnadi, 2011).
Menurut Kusnadi, 2011 tubuh porifera tersusun dari banyak sel yang
mempunyai tugas tertentu, seperti; mengambil dan mencerna makanan,
reproduksi, dsb.
Ciri umum porifera adalah:
 susunan tubuhnya terdiri dari banyak sel
 tubuhnya berpori
 bentuk tubuh umumnya seperti piala mirip tumbuhan.
 umumnya hidup di laut
 dibagian tubuhnya terdapat rongga besar yang disebut spongocoel.
Makanan berupa zat organik atau organisme kecil lain, yang akan dicerna
dalam vakuola makanan yang kemudian diteruskan oleh sel amuboid ke sel-sel
lainnya. Pernafasan dilakukanoleh sel-sel tubuh dengan cara absorbsi, O2 dari air
sedangkan CO2 dikeluarkan kembali melalui seluruh permukaan tubuh,
(Suwigyono, 2005).
Reproduksinya secara vegetatif dan generatif. Porifera melakukan
reproduksi secara aseksual maupun seksual. Reproduksi secara aseksual terjadi
dengan pembentukan tunas dan gemmule. Gemmule disebut juga tunas internal.
Gemmule dihasilkan hanya menjelang musim dingin di dalam tubuh porifera
yang hidup di air tawar. Porifera dapat membentuk individu baru dengan
regenerasi. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (antara
sperma dan ovum). Ovum dan sperma dihasilkan oleh koanosit. Sebagian besar
Porifera menghasilkan ovum dan juga sperma pada individu yang sama sehingga
porifera bersifat Hemafrodit. Porifera mempunyai kemampuan melakukan
regenerasi yang tinggi. Bagian tubuh spons yang terpotong atau rusak, akan

mengalami regenerasi menjadi utuh kembali. Kemampuan melakukan regenerasi
ada batasnya, misalnya potongan spons leuconoid harus lebih besar dari 0,4 mm
dan mempunyai beberapa sel choanocyte supaya mampu melakukan regenerasi
menjadi spons baru yang kecil (Suwignyo, 2005).
Pada hasil pengamatan empat spesies dalam praktikum itu terdapat 1
kelompok spesies dari kelas Homocleromorpha dimana Homocleromorpha
adalah kelas dari spons laut yang terdiri dari dua keluarga yaitu Plakinidiae dan
Oscarellidiae yang merupakan filogenetis yang berpisah dari Demospongiae
oleh karena itu, mereka baru-baru ini diakui sebagai kelas keempat spons. Selain
itu ada 2 spesies yaitu spesies Spongia officinalis dan Challina oculata yang
masuk kedalam kelas Demospongiae umunya kelas ini hidup di laut, beberapa
spesies hidup di air tawar. Pada umunya tidak mempunyai rangka dan kalau ada
rangka terbuat dari kersik spons atau campuran keduannya.
Dan spesies yang diamati terakhir ini adalah spesies Grantia labyrinthica
yang masuk dalam kelas Calcarea dimana spesies ini hidup di air laut (pantai
dangkal), serta mempunyai bentuk tubuh sederhana dan mempunyai kerangka
tubuh yang tersusun atas CaCO3, koanositnya besar.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan mengenai filum Porifera maka
dapat diambil kesimpulan bahwa Porifera memiliki tiga kelas utama yaitu
Calcarea, Hexatinelida, dan Demospongia. Porifera memiliki struktur tubuh
berpori, sebagian tubuh menghubungkan lingkungan luar dan dalam tubuh dan
terletak pada bagian distal. Bersifat diploblastis pada hewan dewasa dinding
tubuhnya terdiri atas epidermis pada bagian luar dan gastrodermis pada bagian
dalam. Selain berpori juga memiliki macam-macam bentuk yang dibagi atas
tiga tipe yaitu: Ascon, sycon, dan rhagon. Peranan Porifera sangat
menguntungkan manusia contohnya pada Demospongia yang hidup di laut
dangkal dapat dimanfaatkan oleh manusia, misalnya spons untuk mandi dan
pembersih kaca.
Dari 4 spesies yang digunakan sebagai bahan praktikum tersebut
terdapat satu spesies yang masuk kedalam kelas Homoscleromorpha yaitu
spesies Oscarella lobularis, Dua spesies yang masuk ke dalam kelas
Demospongia yaitu spesies Spongia officinalis dan Chalina oculata,
sedangkan satu spesies lagi masuk dalam kelas Calcarea yaitu spesies Grantia
labyrinthica.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, J.W. 2008. Biologi Edisi kedelapan. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Haris, Abdul. 2103. Sponge Biologi dan Ekologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Makasar : Universitas Hasanuddin.
Kusnadi, 2011. Mollusca vs Echinodermata vs Arthropoda http :// file .upi. edu/
Direktori/

FPMIPA/ JUR._PEND._BIOLOGI/ 196805091994031-

KUSNADI/ BUKU_ BIOLOGI_, KUSNADI_ dkk/mollusca_ VS_
echinodermata_ VS_arthopoda.pdf
Mukayat. 2010. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Romimohtarto, Kasiandan Sri Juwana. 2009. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan
tentang Biota Laut. Jakarta : Djambatan.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata . Bandung : Alfabeta.
Rusyana, Adun. 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung :
Alfabeta.
Saskiya, Richards 2008. Oscarella lobularis Sebuah spons. Marine Life Jaringan
Informasi: Biologi dan Sensitivitas Informasi Utama Sub - Program
[ online]. Plymouth: Biologi Laut Asosiasi Inggris. [dikutip
18/05/2015].Dari: