PENINGGALAN SEJARAH KABUPATEN pasar KAMPAR
ANGGOTA :
1.BINTANG RAHMAD ZIKRI
2.DINA BR NABABAN
3.SAID FARHAN HAIKAL
4.RIZKI DWI PUTRI
KABUPATEN
5.SANAYA NAFA
6.THANIA NABILA
KAMPAR
SEJARAH KABUPATEN
KAMPAR
ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA
Pada zaman belanda pembagian wilayah secara Administrasi dan Pemerintahan
masih berdasarkan persekutuan hukum adat, yang meliputi beberapa kelompok wilayah
yang sangat luas yakni :
Desa Swapraja meliputi : Rokan, Kunto Darussalam, Rambah, Tambusai dan
Kepenuhan yang merupakan suatu landschappen atau Raja-raja dibawah District
loofd Pasir Pengarayan yang dikepalai oleh seorang Belanda yang disebut Kontroleur
(Kewedanaan) Daerah / Wilayah yang masuk Residensi Riau.
Kedemangan Bangkinang, memawahi Kenegerian Batu Bersurat, Kuok, Salo,
Bangkinang dan Air Tiris termasuk Residensi Sumatera, Barat, karena susunan
masyarakat hukumnya sama dengan daerah Minang Kabau yaitu Nagari, Koto dan
Teratak.
Desa Swapraja Senapelan/Pekanbaru meliputi Kewedanaan Kampar Kiri, Senapelan
dan Swapraja Gunung Sahilan, Singingi sampai Kenegerian Tapung Kiri dan Tapung
Kanan termasuk Kesultanan Siak ( Residensi Riau ).
Desa Swapraja Pelalawan meliputi Bunut, Pangkalan Kuras, Serapung dan
Kuala Kampar (Residensi Riau )
ZAMAN PEMERINTAHAN JEPANG
Saat itu guna kepentingan militer, Kabupaten Kampar
dijadikan satu Kabupaten, dengan nama Riau Nishi
Bunshu (Kabupaten Riau Barat) yang meliputi
Kewedanaan Bangkinang dan Kewedanaan Pasir
Pengarayaan. Dengan menyerahnya Jepang ke pihak
Sekutu dan setelah proklamasi kemerdekaan, maka
kembali Bangkinang ke status semula, yakni Kabupaten
Lima Puluh Kota, dengan ketentuan dihapuskannya
pembagian Administrasi Pemerintahan berturut-turut
seperti : cu (Kecamatan) , gun (Kewedanaan) , bun
(Kabupaten), Kedemangan Bangkinang dimasukkan
kedalam Pekanbaru bun (Kabupaten) Pekanbaru.
ZAMAN KEMERDEKAAN
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, atas
permintaan Komite Nasional Indonesia Pusat Kewedanaan
Bangkinang dan pemuka-pemuka Masyarakat Kewedanaan
Bangkinang meminta kepada Pemerintah Keresidenan Riau dan
Sumatera Barat agar Kewedanaan Bangkinang dikembalikan
kepada status semula, yakni termasuk Kabupaten Lima Puluh
Kota Keresidenan Sumatera Barat dan terhitung mulai tanggal 1
januari 1946 Kewedanaan Bangkinang kembali masuk
Kabupaten Lima Puluh Kota Keresidenan Sumatera Barat serta
nama kepala wilayah ditukar dengan sebutan Asisten Wedana,
Wedana dan Bupati.
Untuk mempersiapkan pembentukan pemerintah propinsi dan
daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga
sendiri, maka komisariat pemerintah pusat di Bukit Tinggi
menetapkan peraturan tentang pembentukan Kabupaten dalam
Propinsi Sumatera Tengah yang bersifat sementara, dengan
pembagian 11 (sebelas) Kabupaten, yakni :
Kabupaten Singgalang Pasaman dengan Ibukota Bukit Tinggi.
Kabupaten Sinamar dengan Ibu Kota Payakumbuh
Kabupaten Talang dengan Ibu Kota Solok.
Kabupaten Samudera dengan Ibu Kota Pariaman.
Kabupaten Kerinci/Pesisir Selatan dengan Ibu Kota Sei. Penuh.
Kabupaten Kampar dengan Ibu Kota Pekanbaru, meliputi daerah
Kewedanaan Bangkinang,
Pekanbaru, kecuali Kecamatan Singingi, Pasir Pengarayaan
dan Kecamatan Langgam.
Kabupaten Indragiri dengan Ibu Kota Rengat.
Kabupaten Bengkalis dengan Ibu Kota Bengkalis, meliputi daerah
Kewedanaan Bengkalis, Bagan
Siapi—api, Selat Panjang, Pelalawan kecuali Kecamatan
Langgam dan Kewedanan Siak.
Kabupaten Kepulauan Riau dengan Ibu Kota Tanjung Pinang.
Kabupaten Merangin dengan Ibu Kota Muara Tebo.
Kabupaten Batang Hari dengan Ibu Kota Jambi
Berdasarkan pembagian tersebut, diketahui bahwa tanggal 1
desember 1948 adalah proses yang mendahului pengelompokan
wilayah Kabupaten Kampar. Pada tanggal 1 januari 1950 ditunjuklah Dt.
Wan Abdul Rahman sebagai Bupati Kampar pertama dengan tujuan
untuk mengisi kekosongan pemerintah, karena adanya penyerahan
Kedaulatan Pemerintah Republik Indonesia hasil konfrensi bundar.
Tanggal 6 februari 1950 adalah saat terpenuhinya seluruh persyaratan
untuk penetapan hari kelahiran, hal ini sesuai ketetapan gubernur
militer sumatera tengah no: 3/dc/stg/50 tentang penetapan Kabupaten
Kampar, yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri.
Sejak tanggal 6 februari tersebut Kabupaten Kampar resmi
memiliki nama, batas-batas wilayah, rakyat/masyarakat yang
mendiami wilayah dan pemerintah yang sah dan kemudian
dikukuhkan dengan Undang-undang nomor 12 tahun 1956 tentang
pembentukan daerah otonom Kabupaten dalam lingkungan daerah
Propinsi Sumatera Tengah.
Secara yuridis dan sesuai persyaratan resmi berdirinya suatu daerah,
dasar penetapan hari jadi Kabupaten Kampar adalah pada saat
dikeluarkannya ketetapan Gubernur Militer Sumatera Tengah no :
3/dc/stg/50 tanggal 6 februari 1950, yang kemudian ditetapkan dengan
peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kampar no : 02 tahun 1999
tentang hari jadi daerah tingkat II Kampar dan disyahkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Riau no : kpts .60/11/1999 tanggal 4 februari 1999
serta diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah tk. II
Kampar tahun 1999 no : 01 tanggal 5 februari 1999.
Dalam perkembangan selanjutnya sesuai dengan perkembangan dan
aspirasi masyarakat berdasarkan Undang-undang nomor 53 tahun 1999
tentang pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu,
Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten
Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (lembaran negara
tahun 1999 nomor 181) tanggal 4 oktober 1999, Kabupaten Kampar
dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Kampar,
Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Rokan Hulu.
TOKOH-TOKOH KABUPATEN KAMPAR
MAHMUD MARZUKI ( Tokoh Pejuang Utama )
A. Kelahiran Dan Pendidikannya
Mahmud Marzuki dilahirkan dikampung Kumantan,
Bangkinang dalam daerah provinsi Riau pada tahun
1915. Ayahnya bernama Pakih Rajo, bekerja sebagai
Andemar dan disamping itu anggota partai Serikat
Islam. Ia berasal dari Kubang Putih-Bukittinggi. Ibunya
bernama Hainah, pekerjaan dagang beras dipasar
Bangkinang. Mahmud Marzuki adalah anak tunggal
yang hidup dalam kesederhanaan. Ayahnya
meninggal dunia sewaktu ia berumur dua tahun.
Masih kecil Ia telah yatim.
B. KARIERNYA
Setelah ia menamatkan sekolahnya pada tahun 1936, berangkatlah Mahmud Marzuki
meninggalkan India menuju Indonesia. Sesampainya di Bangkinang, ia disambut baik
oleh bekas gurunya dulu yakni H. Abdul Malik, seraya mengangkat Mahmud Marzuki
menjadi muptis atau penilik sekolah bagi sekolah-sekolah Tarbiyah Islamiyah yang telah
banyak berdiri dikenegrian Air tiris dan Kuok.
selain Mangku penilik sekolah agama, maka untuk perbaikan masyarakat ia bertindak
sebagai juru dakwa. Demi belanda memperhatikan bahwa pengaruh mahmud marzuki
ini semakin besar,menyebabkan ia curiga, maka jejak langkahnya selalu diikuti oleh
reserse belanda.
Sekali peristiwa, belanda mencoba menjebak Mahmud Marzuki. kepada kepala negeri
Bangkinang diperintahkan untuk mengundang Mahmud Marzuki dalam rangka
memberikan uraian Isra’ dan Mi’raj. Justeru ada alasan bagi Belanda untuk menjerat
lehernya. seTelah selesai pertemuan itu, kontler Belanda memanggil Mahmud Marzuki
kekantornya dan menasehatkan agar Mahmud Marzuki jangan terlalu banyak berpidato.
Mengingat oleh karena itu sempitnya jalan memberikan pengajian didaerah Bangkinang
pada masa itu, maka Mahmud Marzuki lebih mengarahkan dakwahnya kedaerah Airtiris.
Lagipula disini banyak teman seperjuangannya seperti ; H. Mhd. Khatib, H.Jaafar, Engku
Malik Yahya, Engku Mudo Hamid dan pemimpin-pemimpin Muhammadiyah lainnya.
Mahmud Marzuki sangat tertarik kepada Muhammadiyah karena amal bakti dibidang :
Sosial, Agama dan Pendidikan yang diselenggarakan dalam organisasi ini. Justeru itu
penghujung tahun 1939 ia diangkat menjadi ketua Muhammadiyah cabang kewedanaan
Bangkinang.
Dalam kegiatan selanjutnya, pada tahun 1940 Mahmud
Marzuki mendirikan sekolah Muhammadiyah di
Kumantan Bangkinag. Tapi sayangnya, usaha beliau
tersebut kurang mendapat sokongan dari masyarakat
kampungnya itu. Pada tahun 1941 Mahmud Marzuki
pidah ke Payakumbuh, disamping sebagi guru ia
berfungsi sebagai mubaligh sambil terus mendalami ke
Muhammadiyahannya, ia bertabligh keberbagai negeri
di Sumbar seperti : Payakumbuh, Sliki, Solok, Sulit Air,
Pariaman, Bukittingi dan Padang Panjang. Semakin
lama namanya semakin tenar dan sangat digemari
orang, sehingga jadilah ia seorang mubakigh yang
ulung. Hampir diseluruh Sumatera Barat namanya
dikenal orang, lebih-lebih karena isi pidatonya menarik
hati, tata bahasanya sederhana dan mempunyai
falsafah yang dalam. Adapun teman-teman
seperjuangannya di Sumbar ialah : Buya Zulkarnaini,
Buya Alimin dan Buya Rasyid. Akan kedudukannnya di
Kemudian oleh karena situasi dan keadaan masyarakat
di kewedanaan Bangkinang menghendaki tenaganya,
maka Mahmud Marzuki diminta kembali kedaerah Limo
Koto, kiranya beliau berkenan dan dengan aktif
mencurahkan tenaganya. Dengan demikian
Muhammadiyah yang tadinya terdiri dari beberapa
ranting, sekarang semenjak dibawah pimpinannya
dalam waktu relatif singkat telah menjadi 47 ranting,
meliputi daerah Limo Koto, terutama di Airtiris,
Bangkinang dan Kuok. Hanya sebagai partnertnya yang
ideal dibidang politik, Mahmud Marzuki selalu
didampingi oleh H. Mhd. Amin yang pernah menjabat
sebagai ketua partai Muslimin indonesia (Parmi) dan
kemudian beliau disebut-sebut sebagai salah satu
seorang perintis kemerdekaan RI didaerah Kampar.
Namun, karena pengurusan untuk mendapat pengakuan
resmi dari kantor sosil (yang berwenang memberikan
gelar itu), maka sampai saat ini kepada Buya Mahmud
Marzuki maka dapat disandangkan prediket “ Perintis
C. Perjuangan Dibidang Politik dan Fisik
Kedatangan tentara Jepang memasuki daerah Bangkinang tidkalah
menggemparkan masyarakat, karena Jepang jauh sebelumnya telah
memberikan bukujan dan janjji-janji yang muluk-muluk kepada pihak kita
Indonesia. Seakan-akan ia tidak hendak memusihi kita, malah hendak bekerja
sama dalam menghadapi tentara sekutu, termasuk Belanda yang sedang
menjajah kita.
Akan tetapi, setelah memperhatikan bahwa janji Jepang yang muluk itu
kenyataannya busuk. Katanya bekerja sama, tapi prakteknya kontra bahkan
telah memperlihatkan sikap zalimnya karenanya. Pemimpin-pemimpin
didaerah Kampar mulai mengadakan perlawanan lewat organisasi
Muhammadiyah, antara lain dengan memberikan Latihan Keterampilan
Kepanduan (HW) dan lain-lain.
Dalam hal ini Mahmud Marzuki terus menjalankan perlawanannya. Dapat kita
kemukakan bahwa sewaktu penjajahan Jepang ini ada suatu badan yang
bernama Cu saniin. Badan badan ini beranggotakan 200 orang Ulama dan
berkantor di Pekanbaru. Sebagai mewakili ulama dari daaerah Limo Koto,
Ninik-Mamak menunjuk Mahmud Marzuki.
Dengan jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki Jepang mengaku kalah
kepada tentara sekutu. Maka pada tanggal 17 agustus 1945, Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan. Oleh karena hubungan diwaktu itu sulit,
maka berita tentang Kemerdekaan RI lambat dan sulit diketahui rakyat di
daerah-daerah.
A. LATIF DT. BANDARO SAKTI
( TOKOH SOSIAL KEMASYARAKATAN)
Asal Kelahirannya
Nama kecilnya abdul latif, kemudian digelari Dt. Bandaro
Sakti. A. Latif Dt. Bandaro sakti lahir di kp. Langgini tahun
1901.
Pendidikannya
Abdul Latif dimasukkan sekolah Goveernemen pada usia 8 tahun dan
menamatkan SD kelas V di Bangkinang. Ia bermaksud hendak
melanjutkan sekolahnya ke H.I.S di Bangkinang, tetapi karena tidak anak
bangsawan, maka tidak berhak mengecap pendidikan yang agak tinggi,
justeru itu tidak dibenarkan oleh kontler (wedana) Belanda yang waktu itu
sedang menjajah bangsa kita.
Kira-kira setahun lamanya Abdul Latif menganggur. Berhubung oleh kuat
minatnya hendak melanjtkan sekolah, maka atas ajakan iparnya
Martowijoyo Wagimin (suami kakaknya H. Jamiah) yang juga berasal dari
Jawa yang sewaktu itu jabatannya Menteri Ukuir pada pemerintahan
Belanda.
Setibanya Dt. Bandaro Sakti beserta iparnya di Jawa, ia dimasukkan pada
sekolah Amboes School ( sekolah tukang) di Batavia. Setamatnya dari
sekolah tersebut, beliau sudah menetap di Batavia.
Dalam kurun waktu ia memasuki kursus keterampilan. Dalam keadaan
demikian tiba-tiba datang orang Bangkinang yang hendak menjemputnya.
Daftar Bupati Kampar
Nama
Periode
Ali Lubis
s/d Maret 1958
Abdul Muis Datuk Rangkayo Marajo
s/d September 1958
Datuk Wan Abdul Rahman
s/d Oktober 1959
Datuk Harunsyah
2 Januari 1960 - 11 Februari 1965
Tengku Muhammad
11 November 1965 - 17 Mei 1967
Raden Soebrantas Siswanto
18 Mei 1967 - 18 September 1978
A. Makahamid, S.H.
7 September 1978 - 14 Februari 1979
Sartono Hadisumarto
14 Februari 1979 - 14 Februari 1984
Syarifuddin
28 Mei 1984 - 3 Oktober 1986
H. Saleh Djasit, S.H.
April 1986 - 03 April 1996
H. M. Azaly Djohan, S.H.
3 April 1996 - 4 Nopember 1996
Drs. H. Beng Sabli
4 Nopember 1996 - 5 April 2001
Drs. H. Syawir Hamid
5 April 2001 - 23 Nopember 2001
H. Jefri Noer
23 Nopember 2001 - 25 Maret 2004
H. Rusli Zainal
25 Maret 2004 - 23 September 2005
H. Jefri Noer
23 September 2005 - 23 November 2006
Drs. H. Burhanuddin Husin, M.M.
23 November 2006 - 10 Desermber 2011
PENINGGALAN SEJARAH
KABUPATEN KAMPAR
1. Kerajaan Gunung Sahilan
Wilayah Rantau Kampar Kiri sangat
identik dengan wilayah Kerajaan
Gunung Sahilan. Hal ini disebabkan
karena Kerajaan Gunung Sahilan
adalah kerajaan yang paling lama
hampir 400 tahun menguasai dan
memerintah di wilayah hukum adat
Rantau Kampar Kiri.
dari sistem sosial (perasaan
kesebangsaan/raison d’entre) dari
masyarakat adat Rantau Kampar Kiri,
sehingga melahirkan suatu kelembagaan
politik yang bernama Kerajaan Gunung
Sahilan. Luas wilayah bekas Kerajaan
Gunung Sahilan sama dengan luas
Kecamatan Kampar Kiri asal yaitu seluas
347.578 Ha. Di dalam pembahagian wilayah
berdasarkan hukum adat Kerajaan Gunung
Sahilan wilayah Kerajaan ini adalah “Dari
Pangkalan yang duo laras, Pangkalan Serai di
laras kiri dan Pangkalan Kapas di laras kanan
dihulu Sungai Subayang dan Sungai Batang
Bio sampai ke Muara Langgai”.
Secara adat maka wilayah Kerajaan Gunung
Sahilan dibagi menjadi tiga Rantau yaitu,
pertama Rantau Daulat dari Muara Langgai
sampai ke Muara Singingi dengan kampungkampungnya, Mentulik, Sungai Pagar, Jawi-Jawi,
Gunung Sahilan, Subarak, Koto Tuo Lipat Kain.
Kedua, Rantau Indo Ajo, mulai dari Muara
Singingi sampai ke Muara Sawa disebut Indo Ajo
dengan nama negerinya adalah Lubuk Cimpur
yang disebut dengan kapalo kotonya Gunung
Sahilan.
2. Mesjid Jami’ Airtiris
Masjid ini dibangun pada tahun 1901 M
atas prakarsa seorang ulama bernama
Engku Mudo Songkal, sebagai panitia
pembangunannya adalah yang disebut
dengan “Ninik Mamak Nan Dua Belas”
yaitu para ninik-mamak dari berbagai suku
yang ada dalam seluruh kampung. Tahun
1904 masjid ini selesai dibangun dan
diresmikan oleh seluruh masyarakat Air
Tiris dengan menyembelih 10 ekor kerbau.
kini usianya sudah sekitar 102 tahun.
Satu hal yang menarik dari Masjid Jami’ Air Tiris
ini adalah adanya batu besar yang berbentuk
mirip dengan kepala kerbau. Batu ini terletak di
dalam bak air akan tetapi yang membuatnya
menarik adalah kabar yang mengatakan bahwa
batu ini sering berpindah dengan sendirinya
tanpa ada satu orang punyangmemindahkannya.
Lokasi Masjid ini terletak di desa Tanjung
Berulak, Pasar Usang, Kecamatan Kampar,
Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Berjarak
Lebih kurang 13 km dari Bangkinang, Ibukota
Kabupaten Kampar dan 52 km dari Pekanbaru,
Riau, Indonesia.
Keunikan masjid ini adalah, bahwa seluruh
bagian bangunan terbuat dari kayu, tanpa
menggunakan besi sedikitpun, termasuk paku.
Pada dinding bangunan, terdapat ornamen
ukiran yang mirip dengan ukiran yang terdapat
di dalam masjid di Pahang, Malaysia.
3. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus,
Kecamatan Tigabelas Koto Kampar, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau. Jaraknya dari Pekanbaru,
Ibukota Provinsi Riau, sekitar 128 km.
Kata “Muara” memunyai pengertian yang sudah
jelas, yaitu suatu tempat sebuah sungai
mengakhiri alirannya ke laut atau ke sungai
yang lebih besar, sedangkan kata “Takus”
berasal dari bahasa Cina, Ta berarti besar, Ku
berarti tua, dan Se berarti candi atau kuil. Jadi
arti keseluruhan kata Muara Takus adalah candi
tua yang besar yang terletak di muara sungai.
Candi Muara Takus merupakan candi
Buddha, terlihat dari adanya stupa, yang
merupakan lambang Buddha Gautama.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa
candi ini merupakan campuran dari
bentuk candi Buddha dan Siwa.
Bangunan yang utama adalah yang
disebut Candi Tuo.
Bangunan
kedua
dinamakan
Candi
Mahligai.
4. Makam Syekh Burhanuddin
Makam Syeh Burhanudin berlokasi di
Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.
tepatnya didesa kuntu simpang empat lipat
kain.
Syekh Burhanuddin adalah salah seorang
penyebar Agama Islam yang juga
merupakan tuan guru dari tarekat
naqsybandi. Syekh Burhanuddin lahir di
Mekkah pada tahun 1111 M atau 530 H dan
Wafat di Kuntu pada 1191 M atau 610 H.
Kemudian Syekh Burhanuddin menetap dan
menyiarkan Islam di Kuntu, Riau, selama 20
tahun hingga meninggal pada tahun 1191
dan dimakamkan di tepian sungai Sebayang,
Desa Kuntu. Makam tuan guru Tarekat
Naqsabandiah ini ditandai dengan batang
kayu sungkai yang kini telah menjadi batu
fosil. Beberapa barang peninggalannya
dipegang oleh keturunannnya baik buku
kotbah, kitab, stempel, pedang maupun baju
kebesarannya
Banyak hal-hal menarik yang dianggap keramat oleh
masyarakat, baik pengikutnya maupun masyarakat
luas, yang kemudian menjadikan imam ini menjadi
mulia. Salah satunya adalah dua batu nisan yang
menandai makamnya. Menurut H Junaidi, pimpinan
Ponpes Burhanuddin Kuntu, batu nisan tersebut
asalnya adalah pohon sungkai yang menjadi batu.
Sejak ditanam hingga sekarang tak ada yang bisa
mencabutnya. Bahkan, seekor gajah mencabutnya
dengan belalai. Selain tak tercabut, ternyata gajah
itu langsung mati. “Dulu tebing Sungai Subayang
atau Sungai Kampar Kiri ini sering runtuh, namun
setelah Syekh Burhanuddin bermakam di sana,
tebing tersebut tak pernah runtuh lagi, bahkan aliran
sungai itu beralih ke tempat lain
5. Balimau
Kasai
Balimau Kasai adalah sebuah upacara
tradisional yang istimewa bagi
masyarakat Kampar di Provinsi Riau
untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Acara ini biasanya dilaksanakan sehari
menjelang masuknya bulan puasa.
Upacara tradisional ini selain sebagai
ungkapan rasa syukur dan kegembiraan
memasuki bulan puasa, juga merupakan
simbol penyucian dan pembersihan diri.
Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan
air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat
setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan
adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas.
Sedangkan kasai adalah wangi- wangian yang dipakai
saat berkeramas. Bagi masyarakat Kampar, pengharum
rambut ini (kasai) dipercayai dapat mengusir segala
macam rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum
memasuki bulan puasa.
Sebenarnya upacara bersih diri atau mandi menjelang
masuk bulan ramadhan tidak hanya dimiliki masyarakat
Kampar saja. Kalau di Kampar upacara ini sering dikenal
dengan nama Balimau Kasai, maka di Kota Pelalawan
lebih dikenal dengan nama Balimau Kasai Potang
Mamogang. Di Sumatera Barat juga dikenal istilah yang
hampir mirip, yakni Mandi Balimau.
CIRI KHAS DAERAH KAMPAR
Makanan khas :
KUE PALITO DAUN
Kue palito daun adalah makanan khas daerah provinsi riau dari
kabupaten Kampar .Bahan utamanya adalah tepung beras ,bentuknya
persegi warna kue bagian atas putih diletakkan diatas daun pisang
kue ini bahan- bahannya sama dengan kue talam , lemang basuong ,
tetapi bentuk dan cara mengolahnya yang berbeda . kue ini dikatakan
kue palito daun adalah apabila kita buka daun pisangnya maka bagian
bawah dari kue ini seperti sumbu palito .sumbu ini terbuat dari gula
enau yang dipotong – potong.
KUE JALO
Kue jalo adalah makanan khas kabupaten Kampar .Bengkalis ,Siak
,Rokan Hilir sebagian Rokan Hulu tetapi perbedaan terdapat
dipelengkapnya kalau di kabupaten Kampar pelengkapnya sarikayo ,
manisan dan kuah yang digunakan untuk kolak. Sedangkan untuk
Bengkalis ,Siak , Rokan hilir dan sebagian Rokan hulu pelengkapnya
adalah kari daging ( pacrinenas ). Bahan utamanya adalah tepung
terigu bentuknya seperti jalo karena dibentuk dengan adonan yang
telah masuk kecetakan berbentuk corong. Yang mempunyai 4 - 5
corong.
lapek bugih
Lapekbugih adalah makanan khas dari
kabupaten Kampar yang terbuat dari
tepung ketan hitam dan putih
Gulai Asam Pedas Ikan Patin
Gulai Siput Kuantan
MINUMAN KHAS KAMPAR
Dekla
Dadih
Dadih adalah sebutan untuk susu
kerbau liar yang sudah dipermentasi.
RUMAH ADAT KAMPAR
Rumah Lontiok
KESENIAN KABUPATEN KAMPAR
Alat musik perkusi terbuat dari logam. Enam buah calempong
disusun dengan deretan nada tinggi ketengah pada sebuah
kotak berukir yang terbuat dari kayu. Kotak atau rumah
calempong juga sebagai ruang resonansi.
Seni Gubano atau sering disebut
dikiu gubano biasanya diadakan
pada acara adat pernikahan.Di
kiugubano termasuk musik tradisi
gabungan vokal dan instrumental.
Instrumental yang digunakan
adalah gubano (rebanabesar).
Jumlah pemainnya antara 5 hingga
10 atau 12 orang.
Gambang
Gambang adalah alat musik
perkusi/pukul yg terbuat dari bilah
papan atau bambu 6 buah dan
dimainkan oleh 1 atau 2 orang seperti
pemain calempong
ADAT PERNIKAHAN DI KAMPAR
1. Menggantung-gantung
Acara mengantung-gantung di adakan beberapa hari sebelum
perkawinan atau persandingan dilakukan.Biasanya kegiatan yang
dilakukan adalah menghias rumah dengan pernak pernik pernikahan
khas kab Kampar
2.Malam Berinai
Adat atau upacara berinai merupakan pengaruh dari ajaran Hindu.
Makna dan tujuan dari perhelatan upacara ini adalah untuk
menjauhkan diri dari bencana, membersihkan diri dari hal-hal yang
kotor, dan menjaga diri segala hal yang tidak baik. Di samping itu
tujuannya juga untuk memperindah calon pengantin agar terlihat
lebih tampak bercahaya, menarik, dan cerah.
3. Acara Resepsi Pernikahan.
Dihari resepsi pernikahan ada yang dinamakan jemput makan, yaitu
mempelai perempuan beserta sanak saudara mendatangi rumah
mempelai laki-laki.
4. Ibu-ibu membantu memasak di rumah mempelai wanita.
5. Acara Shalawatan (Badiqiu)
Badiqi umerupakan suatu acara yang ada dalam kebudayaan masyarakat
kampar. Acara ini dilakukan oleh para tokoh-tokoh dan sesepuh adat pada
malam hari sebelum acara resepsi pernikahan dilakukan, agar acara
pernikahan ini berlangsung dengan hikmat dan keluarga yang baru menjadi
keluarga yang utuh hingga akhir hayat.
6. Acara Pengantaran Pihak Lelaki kerumah Pihak Perempuan
(Ba'aghak)
Dengan dentuman Rebana dari para tokoh adat ini, menambah kehikmatan
nilai budaya yang sakral pada acara pengantaran Pihak Lelaki kerumah
Pihak Perempuan, biasanya shalawatan selalu di kumandangkan hingga
akhirnya Pihak Lelaki sampai kerumah Pihak Perempuan.
7. Acara Pengantaran Pihak Lelaki dengan membawa Hantaran
(Jambau)
8. Menyembah.
Setelah upacara akad nikah selesai dilakukan seluruhnya, kedua pengantin
kemudian melakukan upacara menyembah kepada ibu, bapak, dan seluruh
sanak keluarga terdekat.
9. Bersanding.
Menyandingkan penganting laki-laki dengan pengantin perempuan yang
disaksikan oleh seluruh keluarga, sahabat, dan jemputan. Inti dari kegiatan
ini adalah mengumumkan kepada khalayak umum bahwa pasangan
pengantin sudah sah sebagai pasangan suami-istri.
PERMAINAN TRADISIONAL
Patok Lele adalah permain yang
berasal dari kab Kampar.
Perang Mariam adalah permainan
yang sangat popular pada tahun 90an
yang dimainkan saat bulan suci
ramdhan.
1.BINTANG RAHMAD ZIKRI
2.DINA BR NABABAN
3.SAID FARHAN HAIKAL
4.RIZKI DWI PUTRI
KABUPATEN
5.SANAYA NAFA
6.THANIA NABILA
KAMPAR
SEJARAH KABUPATEN
KAMPAR
ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA
Pada zaman belanda pembagian wilayah secara Administrasi dan Pemerintahan
masih berdasarkan persekutuan hukum adat, yang meliputi beberapa kelompok wilayah
yang sangat luas yakni :
Desa Swapraja meliputi : Rokan, Kunto Darussalam, Rambah, Tambusai dan
Kepenuhan yang merupakan suatu landschappen atau Raja-raja dibawah District
loofd Pasir Pengarayan yang dikepalai oleh seorang Belanda yang disebut Kontroleur
(Kewedanaan) Daerah / Wilayah yang masuk Residensi Riau.
Kedemangan Bangkinang, memawahi Kenegerian Batu Bersurat, Kuok, Salo,
Bangkinang dan Air Tiris termasuk Residensi Sumatera, Barat, karena susunan
masyarakat hukumnya sama dengan daerah Minang Kabau yaitu Nagari, Koto dan
Teratak.
Desa Swapraja Senapelan/Pekanbaru meliputi Kewedanaan Kampar Kiri, Senapelan
dan Swapraja Gunung Sahilan, Singingi sampai Kenegerian Tapung Kiri dan Tapung
Kanan termasuk Kesultanan Siak ( Residensi Riau ).
Desa Swapraja Pelalawan meliputi Bunut, Pangkalan Kuras, Serapung dan
Kuala Kampar (Residensi Riau )
ZAMAN PEMERINTAHAN JEPANG
Saat itu guna kepentingan militer, Kabupaten Kampar
dijadikan satu Kabupaten, dengan nama Riau Nishi
Bunshu (Kabupaten Riau Barat) yang meliputi
Kewedanaan Bangkinang dan Kewedanaan Pasir
Pengarayaan. Dengan menyerahnya Jepang ke pihak
Sekutu dan setelah proklamasi kemerdekaan, maka
kembali Bangkinang ke status semula, yakni Kabupaten
Lima Puluh Kota, dengan ketentuan dihapuskannya
pembagian Administrasi Pemerintahan berturut-turut
seperti : cu (Kecamatan) , gun (Kewedanaan) , bun
(Kabupaten), Kedemangan Bangkinang dimasukkan
kedalam Pekanbaru bun (Kabupaten) Pekanbaru.
ZAMAN KEMERDEKAAN
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945, atas
permintaan Komite Nasional Indonesia Pusat Kewedanaan
Bangkinang dan pemuka-pemuka Masyarakat Kewedanaan
Bangkinang meminta kepada Pemerintah Keresidenan Riau dan
Sumatera Barat agar Kewedanaan Bangkinang dikembalikan
kepada status semula, yakni termasuk Kabupaten Lima Puluh
Kota Keresidenan Sumatera Barat dan terhitung mulai tanggal 1
januari 1946 Kewedanaan Bangkinang kembali masuk
Kabupaten Lima Puluh Kota Keresidenan Sumatera Barat serta
nama kepala wilayah ditukar dengan sebutan Asisten Wedana,
Wedana dan Bupati.
Untuk mempersiapkan pembentukan pemerintah propinsi dan
daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga
sendiri, maka komisariat pemerintah pusat di Bukit Tinggi
menetapkan peraturan tentang pembentukan Kabupaten dalam
Propinsi Sumatera Tengah yang bersifat sementara, dengan
pembagian 11 (sebelas) Kabupaten, yakni :
Kabupaten Singgalang Pasaman dengan Ibukota Bukit Tinggi.
Kabupaten Sinamar dengan Ibu Kota Payakumbuh
Kabupaten Talang dengan Ibu Kota Solok.
Kabupaten Samudera dengan Ibu Kota Pariaman.
Kabupaten Kerinci/Pesisir Selatan dengan Ibu Kota Sei. Penuh.
Kabupaten Kampar dengan Ibu Kota Pekanbaru, meliputi daerah
Kewedanaan Bangkinang,
Pekanbaru, kecuali Kecamatan Singingi, Pasir Pengarayaan
dan Kecamatan Langgam.
Kabupaten Indragiri dengan Ibu Kota Rengat.
Kabupaten Bengkalis dengan Ibu Kota Bengkalis, meliputi daerah
Kewedanaan Bengkalis, Bagan
Siapi—api, Selat Panjang, Pelalawan kecuali Kecamatan
Langgam dan Kewedanan Siak.
Kabupaten Kepulauan Riau dengan Ibu Kota Tanjung Pinang.
Kabupaten Merangin dengan Ibu Kota Muara Tebo.
Kabupaten Batang Hari dengan Ibu Kota Jambi
Berdasarkan pembagian tersebut, diketahui bahwa tanggal 1
desember 1948 adalah proses yang mendahului pengelompokan
wilayah Kabupaten Kampar. Pada tanggal 1 januari 1950 ditunjuklah Dt.
Wan Abdul Rahman sebagai Bupati Kampar pertama dengan tujuan
untuk mengisi kekosongan pemerintah, karena adanya penyerahan
Kedaulatan Pemerintah Republik Indonesia hasil konfrensi bundar.
Tanggal 6 februari 1950 adalah saat terpenuhinya seluruh persyaratan
untuk penetapan hari kelahiran, hal ini sesuai ketetapan gubernur
militer sumatera tengah no: 3/dc/stg/50 tentang penetapan Kabupaten
Kampar, yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri.
Sejak tanggal 6 februari tersebut Kabupaten Kampar resmi
memiliki nama, batas-batas wilayah, rakyat/masyarakat yang
mendiami wilayah dan pemerintah yang sah dan kemudian
dikukuhkan dengan Undang-undang nomor 12 tahun 1956 tentang
pembentukan daerah otonom Kabupaten dalam lingkungan daerah
Propinsi Sumatera Tengah.
Secara yuridis dan sesuai persyaratan resmi berdirinya suatu daerah,
dasar penetapan hari jadi Kabupaten Kampar adalah pada saat
dikeluarkannya ketetapan Gubernur Militer Sumatera Tengah no :
3/dc/stg/50 tanggal 6 februari 1950, yang kemudian ditetapkan dengan
peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kampar no : 02 tahun 1999
tentang hari jadi daerah tingkat II Kampar dan disyahkan oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Riau no : kpts .60/11/1999 tanggal 4 februari 1999
serta diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Daerah tk. II
Kampar tahun 1999 no : 01 tanggal 5 februari 1999.
Dalam perkembangan selanjutnya sesuai dengan perkembangan dan
aspirasi masyarakat berdasarkan Undang-undang nomor 53 tahun 1999
tentang pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu,
Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten
Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (lembaran negara
tahun 1999 nomor 181) tanggal 4 oktober 1999, Kabupaten Kampar
dimekarkan menjadi 3 (tiga) Kabupaten yaitu Kabupaten Kampar,
Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Rokan Hulu.
TOKOH-TOKOH KABUPATEN KAMPAR
MAHMUD MARZUKI ( Tokoh Pejuang Utama )
A. Kelahiran Dan Pendidikannya
Mahmud Marzuki dilahirkan dikampung Kumantan,
Bangkinang dalam daerah provinsi Riau pada tahun
1915. Ayahnya bernama Pakih Rajo, bekerja sebagai
Andemar dan disamping itu anggota partai Serikat
Islam. Ia berasal dari Kubang Putih-Bukittinggi. Ibunya
bernama Hainah, pekerjaan dagang beras dipasar
Bangkinang. Mahmud Marzuki adalah anak tunggal
yang hidup dalam kesederhanaan. Ayahnya
meninggal dunia sewaktu ia berumur dua tahun.
Masih kecil Ia telah yatim.
B. KARIERNYA
Setelah ia menamatkan sekolahnya pada tahun 1936, berangkatlah Mahmud Marzuki
meninggalkan India menuju Indonesia. Sesampainya di Bangkinang, ia disambut baik
oleh bekas gurunya dulu yakni H. Abdul Malik, seraya mengangkat Mahmud Marzuki
menjadi muptis atau penilik sekolah bagi sekolah-sekolah Tarbiyah Islamiyah yang telah
banyak berdiri dikenegrian Air tiris dan Kuok.
selain Mangku penilik sekolah agama, maka untuk perbaikan masyarakat ia bertindak
sebagai juru dakwa. Demi belanda memperhatikan bahwa pengaruh mahmud marzuki
ini semakin besar,menyebabkan ia curiga, maka jejak langkahnya selalu diikuti oleh
reserse belanda.
Sekali peristiwa, belanda mencoba menjebak Mahmud Marzuki. kepada kepala negeri
Bangkinang diperintahkan untuk mengundang Mahmud Marzuki dalam rangka
memberikan uraian Isra’ dan Mi’raj. Justeru ada alasan bagi Belanda untuk menjerat
lehernya. seTelah selesai pertemuan itu, kontler Belanda memanggil Mahmud Marzuki
kekantornya dan menasehatkan agar Mahmud Marzuki jangan terlalu banyak berpidato.
Mengingat oleh karena itu sempitnya jalan memberikan pengajian didaerah Bangkinang
pada masa itu, maka Mahmud Marzuki lebih mengarahkan dakwahnya kedaerah Airtiris.
Lagipula disini banyak teman seperjuangannya seperti ; H. Mhd. Khatib, H.Jaafar, Engku
Malik Yahya, Engku Mudo Hamid dan pemimpin-pemimpin Muhammadiyah lainnya.
Mahmud Marzuki sangat tertarik kepada Muhammadiyah karena amal bakti dibidang :
Sosial, Agama dan Pendidikan yang diselenggarakan dalam organisasi ini. Justeru itu
penghujung tahun 1939 ia diangkat menjadi ketua Muhammadiyah cabang kewedanaan
Bangkinang.
Dalam kegiatan selanjutnya, pada tahun 1940 Mahmud
Marzuki mendirikan sekolah Muhammadiyah di
Kumantan Bangkinag. Tapi sayangnya, usaha beliau
tersebut kurang mendapat sokongan dari masyarakat
kampungnya itu. Pada tahun 1941 Mahmud Marzuki
pidah ke Payakumbuh, disamping sebagi guru ia
berfungsi sebagai mubaligh sambil terus mendalami ke
Muhammadiyahannya, ia bertabligh keberbagai negeri
di Sumbar seperti : Payakumbuh, Sliki, Solok, Sulit Air,
Pariaman, Bukittingi dan Padang Panjang. Semakin
lama namanya semakin tenar dan sangat digemari
orang, sehingga jadilah ia seorang mubakigh yang
ulung. Hampir diseluruh Sumatera Barat namanya
dikenal orang, lebih-lebih karena isi pidatonya menarik
hati, tata bahasanya sederhana dan mempunyai
falsafah yang dalam. Adapun teman-teman
seperjuangannya di Sumbar ialah : Buya Zulkarnaini,
Buya Alimin dan Buya Rasyid. Akan kedudukannnya di
Kemudian oleh karena situasi dan keadaan masyarakat
di kewedanaan Bangkinang menghendaki tenaganya,
maka Mahmud Marzuki diminta kembali kedaerah Limo
Koto, kiranya beliau berkenan dan dengan aktif
mencurahkan tenaganya. Dengan demikian
Muhammadiyah yang tadinya terdiri dari beberapa
ranting, sekarang semenjak dibawah pimpinannya
dalam waktu relatif singkat telah menjadi 47 ranting,
meliputi daerah Limo Koto, terutama di Airtiris,
Bangkinang dan Kuok. Hanya sebagai partnertnya yang
ideal dibidang politik, Mahmud Marzuki selalu
didampingi oleh H. Mhd. Amin yang pernah menjabat
sebagai ketua partai Muslimin indonesia (Parmi) dan
kemudian beliau disebut-sebut sebagai salah satu
seorang perintis kemerdekaan RI didaerah Kampar.
Namun, karena pengurusan untuk mendapat pengakuan
resmi dari kantor sosil (yang berwenang memberikan
gelar itu), maka sampai saat ini kepada Buya Mahmud
Marzuki maka dapat disandangkan prediket “ Perintis
C. Perjuangan Dibidang Politik dan Fisik
Kedatangan tentara Jepang memasuki daerah Bangkinang tidkalah
menggemparkan masyarakat, karena Jepang jauh sebelumnya telah
memberikan bukujan dan janjji-janji yang muluk-muluk kepada pihak kita
Indonesia. Seakan-akan ia tidak hendak memusihi kita, malah hendak bekerja
sama dalam menghadapi tentara sekutu, termasuk Belanda yang sedang
menjajah kita.
Akan tetapi, setelah memperhatikan bahwa janji Jepang yang muluk itu
kenyataannya busuk. Katanya bekerja sama, tapi prakteknya kontra bahkan
telah memperlihatkan sikap zalimnya karenanya. Pemimpin-pemimpin
didaerah Kampar mulai mengadakan perlawanan lewat organisasi
Muhammadiyah, antara lain dengan memberikan Latihan Keterampilan
Kepanduan (HW) dan lain-lain.
Dalam hal ini Mahmud Marzuki terus menjalankan perlawanannya. Dapat kita
kemukakan bahwa sewaktu penjajahan Jepang ini ada suatu badan yang
bernama Cu saniin. Badan badan ini beranggotakan 200 orang Ulama dan
berkantor di Pekanbaru. Sebagai mewakili ulama dari daaerah Limo Koto,
Ninik-Mamak menunjuk Mahmud Marzuki.
Dengan jatuhnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki Jepang mengaku kalah
kepada tentara sekutu. Maka pada tanggal 17 agustus 1945, Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan. Oleh karena hubungan diwaktu itu sulit,
maka berita tentang Kemerdekaan RI lambat dan sulit diketahui rakyat di
daerah-daerah.
A. LATIF DT. BANDARO SAKTI
( TOKOH SOSIAL KEMASYARAKATAN)
Asal Kelahirannya
Nama kecilnya abdul latif, kemudian digelari Dt. Bandaro
Sakti. A. Latif Dt. Bandaro sakti lahir di kp. Langgini tahun
1901.
Pendidikannya
Abdul Latif dimasukkan sekolah Goveernemen pada usia 8 tahun dan
menamatkan SD kelas V di Bangkinang. Ia bermaksud hendak
melanjutkan sekolahnya ke H.I.S di Bangkinang, tetapi karena tidak anak
bangsawan, maka tidak berhak mengecap pendidikan yang agak tinggi,
justeru itu tidak dibenarkan oleh kontler (wedana) Belanda yang waktu itu
sedang menjajah bangsa kita.
Kira-kira setahun lamanya Abdul Latif menganggur. Berhubung oleh kuat
minatnya hendak melanjtkan sekolah, maka atas ajakan iparnya
Martowijoyo Wagimin (suami kakaknya H. Jamiah) yang juga berasal dari
Jawa yang sewaktu itu jabatannya Menteri Ukuir pada pemerintahan
Belanda.
Setibanya Dt. Bandaro Sakti beserta iparnya di Jawa, ia dimasukkan pada
sekolah Amboes School ( sekolah tukang) di Batavia. Setamatnya dari
sekolah tersebut, beliau sudah menetap di Batavia.
Dalam kurun waktu ia memasuki kursus keterampilan. Dalam keadaan
demikian tiba-tiba datang orang Bangkinang yang hendak menjemputnya.
Daftar Bupati Kampar
Nama
Periode
Ali Lubis
s/d Maret 1958
Abdul Muis Datuk Rangkayo Marajo
s/d September 1958
Datuk Wan Abdul Rahman
s/d Oktober 1959
Datuk Harunsyah
2 Januari 1960 - 11 Februari 1965
Tengku Muhammad
11 November 1965 - 17 Mei 1967
Raden Soebrantas Siswanto
18 Mei 1967 - 18 September 1978
A. Makahamid, S.H.
7 September 1978 - 14 Februari 1979
Sartono Hadisumarto
14 Februari 1979 - 14 Februari 1984
Syarifuddin
28 Mei 1984 - 3 Oktober 1986
H. Saleh Djasit, S.H.
April 1986 - 03 April 1996
H. M. Azaly Djohan, S.H.
3 April 1996 - 4 Nopember 1996
Drs. H. Beng Sabli
4 Nopember 1996 - 5 April 2001
Drs. H. Syawir Hamid
5 April 2001 - 23 Nopember 2001
H. Jefri Noer
23 Nopember 2001 - 25 Maret 2004
H. Rusli Zainal
25 Maret 2004 - 23 September 2005
H. Jefri Noer
23 September 2005 - 23 November 2006
Drs. H. Burhanuddin Husin, M.M.
23 November 2006 - 10 Desermber 2011
PENINGGALAN SEJARAH
KABUPATEN KAMPAR
1. Kerajaan Gunung Sahilan
Wilayah Rantau Kampar Kiri sangat
identik dengan wilayah Kerajaan
Gunung Sahilan. Hal ini disebabkan
karena Kerajaan Gunung Sahilan
adalah kerajaan yang paling lama
hampir 400 tahun menguasai dan
memerintah di wilayah hukum adat
Rantau Kampar Kiri.
dari sistem sosial (perasaan
kesebangsaan/raison d’entre) dari
masyarakat adat Rantau Kampar Kiri,
sehingga melahirkan suatu kelembagaan
politik yang bernama Kerajaan Gunung
Sahilan. Luas wilayah bekas Kerajaan
Gunung Sahilan sama dengan luas
Kecamatan Kampar Kiri asal yaitu seluas
347.578 Ha. Di dalam pembahagian wilayah
berdasarkan hukum adat Kerajaan Gunung
Sahilan wilayah Kerajaan ini adalah “Dari
Pangkalan yang duo laras, Pangkalan Serai di
laras kiri dan Pangkalan Kapas di laras kanan
dihulu Sungai Subayang dan Sungai Batang
Bio sampai ke Muara Langgai”.
Secara adat maka wilayah Kerajaan Gunung
Sahilan dibagi menjadi tiga Rantau yaitu,
pertama Rantau Daulat dari Muara Langgai
sampai ke Muara Singingi dengan kampungkampungnya, Mentulik, Sungai Pagar, Jawi-Jawi,
Gunung Sahilan, Subarak, Koto Tuo Lipat Kain.
Kedua, Rantau Indo Ajo, mulai dari Muara
Singingi sampai ke Muara Sawa disebut Indo Ajo
dengan nama negerinya adalah Lubuk Cimpur
yang disebut dengan kapalo kotonya Gunung
Sahilan.
2. Mesjid Jami’ Airtiris
Masjid ini dibangun pada tahun 1901 M
atas prakarsa seorang ulama bernama
Engku Mudo Songkal, sebagai panitia
pembangunannya adalah yang disebut
dengan “Ninik Mamak Nan Dua Belas”
yaitu para ninik-mamak dari berbagai suku
yang ada dalam seluruh kampung. Tahun
1904 masjid ini selesai dibangun dan
diresmikan oleh seluruh masyarakat Air
Tiris dengan menyembelih 10 ekor kerbau.
kini usianya sudah sekitar 102 tahun.
Satu hal yang menarik dari Masjid Jami’ Air Tiris
ini adalah adanya batu besar yang berbentuk
mirip dengan kepala kerbau. Batu ini terletak di
dalam bak air akan tetapi yang membuatnya
menarik adalah kabar yang mengatakan bahwa
batu ini sering berpindah dengan sendirinya
tanpa ada satu orang punyangmemindahkannya.
Lokasi Masjid ini terletak di desa Tanjung
Berulak, Pasar Usang, Kecamatan Kampar,
Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Berjarak
Lebih kurang 13 km dari Bangkinang, Ibukota
Kabupaten Kampar dan 52 km dari Pekanbaru,
Riau, Indonesia.
Keunikan masjid ini adalah, bahwa seluruh
bagian bangunan terbuat dari kayu, tanpa
menggunakan besi sedikitpun, termasuk paku.
Pada dinding bangunan, terdapat ornamen
ukiran yang mirip dengan ukiran yang terdapat
di dalam masjid di Pahang, Malaysia.
3. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus,
Kecamatan Tigabelas Koto Kampar, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau. Jaraknya dari Pekanbaru,
Ibukota Provinsi Riau, sekitar 128 km.
Kata “Muara” memunyai pengertian yang sudah
jelas, yaitu suatu tempat sebuah sungai
mengakhiri alirannya ke laut atau ke sungai
yang lebih besar, sedangkan kata “Takus”
berasal dari bahasa Cina, Ta berarti besar, Ku
berarti tua, dan Se berarti candi atau kuil. Jadi
arti keseluruhan kata Muara Takus adalah candi
tua yang besar yang terletak di muara sungai.
Candi Muara Takus merupakan candi
Buddha, terlihat dari adanya stupa, yang
merupakan lambang Buddha Gautama.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa
candi ini merupakan campuran dari
bentuk candi Buddha dan Siwa.
Bangunan yang utama adalah yang
disebut Candi Tuo.
Bangunan
kedua
dinamakan
Candi
Mahligai.
4. Makam Syekh Burhanuddin
Makam Syeh Burhanudin berlokasi di
Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar.
tepatnya didesa kuntu simpang empat lipat
kain.
Syekh Burhanuddin adalah salah seorang
penyebar Agama Islam yang juga
merupakan tuan guru dari tarekat
naqsybandi. Syekh Burhanuddin lahir di
Mekkah pada tahun 1111 M atau 530 H dan
Wafat di Kuntu pada 1191 M atau 610 H.
Kemudian Syekh Burhanuddin menetap dan
menyiarkan Islam di Kuntu, Riau, selama 20
tahun hingga meninggal pada tahun 1191
dan dimakamkan di tepian sungai Sebayang,
Desa Kuntu. Makam tuan guru Tarekat
Naqsabandiah ini ditandai dengan batang
kayu sungkai yang kini telah menjadi batu
fosil. Beberapa barang peninggalannya
dipegang oleh keturunannnya baik buku
kotbah, kitab, stempel, pedang maupun baju
kebesarannya
Banyak hal-hal menarik yang dianggap keramat oleh
masyarakat, baik pengikutnya maupun masyarakat
luas, yang kemudian menjadikan imam ini menjadi
mulia. Salah satunya adalah dua batu nisan yang
menandai makamnya. Menurut H Junaidi, pimpinan
Ponpes Burhanuddin Kuntu, batu nisan tersebut
asalnya adalah pohon sungkai yang menjadi batu.
Sejak ditanam hingga sekarang tak ada yang bisa
mencabutnya. Bahkan, seekor gajah mencabutnya
dengan belalai. Selain tak tercabut, ternyata gajah
itu langsung mati. “Dulu tebing Sungai Subayang
atau Sungai Kampar Kiri ini sering runtuh, namun
setelah Syekh Burhanuddin bermakam di sana,
tebing tersebut tak pernah runtuh lagi, bahkan aliran
sungai itu beralih ke tempat lain
5. Balimau
Kasai
Balimau Kasai adalah sebuah upacara
tradisional yang istimewa bagi
masyarakat Kampar di Provinsi Riau
untuk menyambut bulan suci Ramadan.
Acara ini biasanya dilaksanakan sehari
menjelang masuknya bulan puasa.
Upacara tradisional ini selain sebagai
ungkapan rasa syukur dan kegembiraan
memasuki bulan puasa, juga merupakan
simbol penyucian dan pembersihan diri.
Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan
air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat
setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan
adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas.
Sedangkan kasai adalah wangi- wangian yang dipakai
saat berkeramas. Bagi masyarakat Kampar, pengharum
rambut ini (kasai) dipercayai dapat mengusir segala
macam rasa dengki yang ada dalam kepala, sebelum
memasuki bulan puasa.
Sebenarnya upacara bersih diri atau mandi menjelang
masuk bulan ramadhan tidak hanya dimiliki masyarakat
Kampar saja. Kalau di Kampar upacara ini sering dikenal
dengan nama Balimau Kasai, maka di Kota Pelalawan
lebih dikenal dengan nama Balimau Kasai Potang
Mamogang. Di Sumatera Barat juga dikenal istilah yang
hampir mirip, yakni Mandi Balimau.
CIRI KHAS DAERAH KAMPAR
Makanan khas :
KUE PALITO DAUN
Kue palito daun adalah makanan khas daerah provinsi riau dari
kabupaten Kampar .Bahan utamanya adalah tepung beras ,bentuknya
persegi warna kue bagian atas putih diletakkan diatas daun pisang
kue ini bahan- bahannya sama dengan kue talam , lemang basuong ,
tetapi bentuk dan cara mengolahnya yang berbeda . kue ini dikatakan
kue palito daun adalah apabila kita buka daun pisangnya maka bagian
bawah dari kue ini seperti sumbu palito .sumbu ini terbuat dari gula
enau yang dipotong – potong.
KUE JALO
Kue jalo adalah makanan khas kabupaten Kampar .Bengkalis ,Siak
,Rokan Hilir sebagian Rokan Hulu tetapi perbedaan terdapat
dipelengkapnya kalau di kabupaten Kampar pelengkapnya sarikayo ,
manisan dan kuah yang digunakan untuk kolak. Sedangkan untuk
Bengkalis ,Siak , Rokan hilir dan sebagian Rokan hulu pelengkapnya
adalah kari daging ( pacrinenas ). Bahan utamanya adalah tepung
terigu bentuknya seperti jalo karena dibentuk dengan adonan yang
telah masuk kecetakan berbentuk corong. Yang mempunyai 4 - 5
corong.
lapek bugih
Lapekbugih adalah makanan khas dari
kabupaten Kampar yang terbuat dari
tepung ketan hitam dan putih
Gulai Asam Pedas Ikan Patin
Gulai Siput Kuantan
MINUMAN KHAS KAMPAR
Dekla
Dadih
Dadih adalah sebutan untuk susu
kerbau liar yang sudah dipermentasi.
RUMAH ADAT KAMPAR
Rumah Lontiok
KESENIAN KABUPATEN KAMPAR
Alat musik perkusi terbuat dari logam. Enam buah calempong
disusun dengan deretan nada tinggi ketengah pada sebuah
kotak berukir yang terbuat dari kayu. Kotak atau rumah
calempong juga sebagai ruang resonansi.
Seni Gubano atau sering disebut
dikiu gubano biasanya diadakan
pada acara adat pernikahan.Di
kiugubano termasuk musik tradisi
gabungan vokal dan instrumental.
Instrumental yang digunakan
adalah gubano (rebanabesar).
Jumlah pemainnya antara 5 hingga
10 atau 12 orang.
Gambang
Gambang adalah alat musik
perkusi/pukul yg terbuat dari bilah
papan atau bambu 6 buah dan
dimainkan oleh 1 atau 2 orang seperti
pemain calempong
ADAT PERNIKAHAN DI KAMPAR
1. Menggantung-gantung
Acara mengantung-gantung di adakan beberapa hari sebelum
perkawinan atau persandingan dilakukan.Biasanya kegiatan yang
dilakukan adalah menghias rumah dengan pernak pernik pernikahan
khas kab Kampar
2.Malam Berinai
Adat atau upacara berinai merupakan pengaruh dari ajaran Hindu.
Makna dan tujuan dari perhelatan upacara ini adalah untuk
menjauhkan diri dari bencana, membersihkan diri dari hal-hal yang
kotor, dan menjaga diri segala hal yang tidak baik. Di samping itu
tujuannya juga untuk memperindah calon pengantin agar terlihat
lebih tampak bercahaya, menarik, dan cerah.
3. Acara Resepsi Pernikahan.
Dihari resepsi pernikahan ada yang dinamakan jemput makan, yaitu
mempelai perempuan beserta sanak saudara mendatangi rumah
mempelai laki-laki.
4. Ibu-ibu membantu memasak di rumah mempelai wanita.
5. Acara Shalawatan (Badiqiu)
Badiqi umerupakan suatu acara yang ada dalam kebudayaan masyarakat
kampar. Acara ini dilakukan oleh para tokoh-tokoh dan sesepuh adat pada
malam hari sebelum acara resepsi pernikahan dilakukan, agar acara
pernikahan ini berlangsung dengan hikmat dan keluarga yang baru menjadi
keluarga yang utuh hingga akhir hayat.
6. Acara Pengantaran Pihak Lelaki kerumah Pihak Perempuan
(Ba'aghak)
Dengan dentuman Rebana dari para tokoh adat ini, menambah kehikmatan
nilai budaya yang sakral pada acara pengantaran Pihak Lelaki kerumah
Pihak Perempuan, biasanya shalawatan selalu di kumandangkan hingga
akhirnya Pihak Lelaki sampai kerumah Pihak Perempuan.
7. Acara Pengantaran Pihak Lelaki dengan membawa Hantaran
(Jambau)
8. Menyembah.
Setelah upacara akad nikah selesai dilakukan seluruhnya, kedua pengantin
kemudian melakukan upacara menyembah kepada ibu, bapak, dan seluruh
sanak keluarga terdekat.
9. Bersanding.
Menyandingkan penganting laki-laki dengan pengantin perempuan yang
disaksikan oleh seluruh keluarga, sahabat, dan jemputan. Inti dari kegiatan
ini adalah mengumumkan kepada khalayak umum bahwa pasangan
pengantin sudah sah sebagai pasangan suami-istri.
PERMAINAN TRADISIONAL
Patok Lele adalah permain yang
berasal dari kab Kampar.
Perang Mariam adalah permainan
yang sangat popular pada tahun 90an
yang dimainkan saat bulan suci
ramdhan.