laporan morfologi tanaman kopi docx

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kopi (Coffea spp.) merupakan komoditas ekspor unggulan yang
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi
di dunia. Banyak perkebunan di Indonesia sendiri yang membudidayakan tanaman
kopi, terutama di daerah Jawa timur, sehingga tanaman kopi ini menjadi salah satu
tanaman perkebunan unggulan yang ada di Indonesia, dikarenakan permintaan
kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat karena seperti hal kopi
Robusta mempunyai keunggulan bentuk yang cukup kuat serta kopi Arabika
mempunyai karakteristik cita rasa (asam, aroma, rasa) yang unik dan nikmat,
sehingga permintaan produk kopi dari jenis kopi tersebut menjadi produk yang
paing banyak diminati konsumen sehingga mampu meningkatkan permintaan
terhadap produk tersebut.
Menurut data dari World bank, pada periode 3 tahun yaitu tahun 2005-2008,
Indonesia merupakan eksportir kopi ke-4 dunia, dengan kontribusi rata-rata
sebesar 4,76 persen. Brasil menempati posisi pertama dengan kontribusi rata-rata
sebesar 24,30 persen, di ikuti dengan Vietnam (17,94 persen) dan Columbia
(10,65 persen). Negara tujuan ekspor kopi Indonesia yaitu Amerika Serikat
dengan kontribusi rata-rata sebesar 19,35 persen dari total ekspor kopi Indonesia,
serta ke Jepang, Jerman dan Italia, masing-masing dengan kontribusi rata-rata
sebesar 14,96 persen, 15,88 persen, dan 6,71 persen, sehingga jelas Indonesia

mampu menyumbang sebagian besar kebutuhan kopi di dunia.
Dalam hal perkopian di Indonesia, produksi kopi rakyat menjadi (93 %) dari
produksi kopi seluruhnya. Namun keadaan kondisi usaha tani kopi terutama kopi
rakyat relatif masih kurang optimal, dibanding kondisi perkebunan besar Negara
(PBN). Terdapat dua permasalahan utama yang diperoleh pada perkebunan kopi
rakyat sehingga tercatat usaha kopi rakyat kurang baik, yaitu rendahnya
produktivitas dan mutu hasil yang kurang memenuhi syarat untuk diekspor, di
Sulawesi Selatan contohnya, berdasarkan data Statistik Dinas Perkebunan
Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008, luas areal pertanaman kopi Arabika

sebesar 47.181,46 ha dengan total produksi hanya sebesar 19.384,69 ton, karena
produktivitasnya yang masih sangat rendah yaitu hanya sebesar 636,24
kg/ha/tahun, sementara potensi produksinya dapat mencapai 1.500 kg/ha/tahun.
Masalah yang dihadapi kopi Indonesia saat ini di pasaran Internasional
adalah rendahnya mutu kopi yang umumnya dihasilkan oleh perkebunan rakyat.
Untuk itu perlu perbaikan dibidang produksi berupa masa pra panen maupun
pasca panen. Perlu lebih di tingkatkan penyuluhan dan bimbingan kepada petani
produsen dalam menggunakan bibit, perawatan tanaman, melakukan panen dalam
waktu yang tepat serta pengolahan hasil yang lebih baik sehingga menghasilkan
kopi yang bermutu tinggi. Menurunnya hasil produksi kopi disebabkan oleh

beberapa faktor diantanya adalah budidaya petani saat dilapng, baik itu pennaman,
pemupukan, pengairan, pemangkasan dan masih banyak lagi.
Rendahnya produktivitas kopi di antaranya disebabkan kecocokan lahan
terhadap varietas kopi yang akan ditanam, teknik budidaya serta pemeliharaan
harus dilakukan secara teratur dan berkala. Selain itu permasalahan yang muncul
yaitu kurangnya interaksi di pasar internasional, untuk itu perlu perbaikan
dibidang produksi berupa masa pra panen maupun pasca panen. Perlu lebih di
tingkatkan

penyuluhan

dan

bimbingan

kepada

petani

produsen


dalam

menggunakan bibit, perawatan tanaman, melakukan panen dalam waktu yang
tepat serta pengolahan hasil yang lebih baik sehingga menghasilkan kopi yang
bermutu tinggi. Oleh karenanya agar mendapatkan kultivar yang unggul dan
sesuai dengan kondisi zona agroekologi tanaman kopi, maka kita perlu
mempelajari dan mengidentifikasi morfologi tanaman kopi.
1.2 Tujuan
Mahasiswa

mampu

mengenali

dan

menggambarkan

morfologi (akar, batang, bunga, buah, dan biji) tanaman kopi.


karakteristik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kopi (Coffea sp.) termasuk familia Rubiaceae dan merupakan
tanaman tropis yang banyak diperdagangkan di dunia. Dalam perkembangannya
di dunia dikenal dua macam kopi yakni kopi Arabica dan Robusta. Di Indonesia
tanaman kopi (Coffea sp.) sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan
penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas (Rohmah, 2010). Menurut
Wanggai (2007), Bila penerapan teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat
tersebut diperbaiki, produksinya bisa ditingkatkan. Di Indonesia sendiri kopi
Robusta menjadi produksi kopi tertinggi mencapai 89,1% dari total produksi kopi
Indonesia, sehingga dengan begitu sebagai besar hasil produksi kopi Indonesia
masuk ke produk ekspor dengan menjadi eksportir ke empat di dunia
Kopi merupakan salah satu dari komoditas pertanian terkenal yang
memiliki tingkat konsumsi tinggi di dunia dan lebih dari 60 negara yang
memproduksi tanaman ini. Dalam budidaya tanaman kopi, ada empat faktor yang
menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu: (1) teknik penyediaan sarana
produksi, (2) proses produksi/budidaya, (3) teknik penanganan pasca panen dan
pengolahan (agroindustri), dan (4) sistem pemasarannya. Keempat-empatnya

merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik
dan benar (Vidal et al., 2010). Menurut Mahfud (2012), Semua spesies kopi
berbunga berwarna putih yang beraroma wangi. Bunga tersebut muncul pada
ketiak daunnya. Adapun buah kopi tersusun dari kulit buah (epicarp), daging buah
(mesocarp) dikenal dengan sebutan pulp, dan kulit tanduk (endocarp). Buah yang
terbantuk akan matang selama7-12 bulan. Setiap bulan kopi memiliki dua biji
dimana biji kopi dibungkus kulit keras disebut kulit tanduk (parchment skin).
Tanaman kopi memiliki dua tipe pertumbuhan cabang, yaitu cabang
ortotrop tumbuh ke arah vertikal dan cabang plagiotrop ke arah horisontal. Kopi
arabika memiliki percabangan yang lentur serta berdauntipis. Adapun spsies kopi
yang memiliki percabangan lebih kaku serta berdaun lebih tebal dan lebar. Daun
kopi berwarna hijau mengkilap yang tumbuh berpasangan dengan berlawanan
arah (Michael dkk., 2013). Menurut Maharani dkk (2013), Salah satu tempat yang

menjadi pemasok kopi terbesar di Indonesia yaitu Lampung dan produk hasil
produk kopinya banyak yang diekspor ke luar negeri. Provinsi Lampung selama
ini sudah dikenal sebagai produsen kopi nomor satu di Indonesia. Cara
membudidayakan tanaman kopi secara umum dengan cara agroforestri yaitu
teknik pembudidayaan yang sedikit mirip dengan hutan, di mana tanaman kopi di
tanam dengan cara tumpang sari dengan tanaman lainnya seperti dengan, dadap

dan Lamtoro sebagai tanaman penaung.
Menurut Teressa et al (2010) Kopi termasuk keluarga (suku rubiaceae),
keluarga coffea,bijinya berkeping dua (dikotil). Adapun akar dari tanaman kopi
adalah Akar tunggal, yaitu akar yang lurus masuk ke dalam tanah sebagai penegak
tanaman dan menjaga kelembagaan dan penyerap air yang baik sebagai penolong
bila terjadi kekeringan. Pada akar tunggal sering timbul akar yang di camping di
sebut akar lebar, pada akar-akar lebar tumbuh akar-akar rambut dan bulu-bulu
akar, yang berguna untuk mengisap air. Kebutuhan air sangat diutamakan bagi
tanaman kopi sehingga cocok di tanam ditempat yang lumayan ternaungi.
Sebuah estimasi atau penaksiran mengenai hasil produksi kopi dalam
600.00 ha mampu memperoleh 350.00 ton produksi bersih setiap tahunnya,
sehingga dapat diperkirakan produksi kopi yang dihasilkan jika dilakukan di
negara yang memiliki keadaan iklim yang cocok dan pas untuk ditanami tanaman
kopi (Pádua et al., 2014). Menurut Aak (1988), Tanaman kopi membutuhkan 3
tahun dari saat perkecambahan sampai menjadi tanaman berbunga dan
menghasilkan kopi, sehingga tanaman kopi juga disebut tanaman tahunan.
Adapun buah kopi tersusun dari kulit buah (epicarp), daging buah (mesocarp)
dikenal dengan sebutan pulp, dan kulit tanduk (endocarp).
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak
berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut

mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggun), tetapi
ada kalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang sering disebut
biji atau kopi. Perakaran tanaman kopi arabika lebih dalam dari pada kapi robusta.
Oleh karena itu, kapi arabika lebih tahan kering dibandingkan dengan kopi
robusta (Elllyanti dkk., 2012).

BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Perkebunan dengan judul acara Identifikasi
Morfologi Tanaman Kopi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 September
2015 pukul 15.15 sampai dengan selesai bertempat di Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Kamera
2. Alat Tulis
3. Pensil Warna
3.2.2 Bahan
1. Tanaman Kopi
3.3 Cara Kerja

1. Mengamati pohon kopi yang sedang berbunga dan berbuah
2. Mengambil gambar dengan kamera, bagian akar (bila memungkinkan, batang,
daun, bunga, buah (penampang melintang dan membujur buah dan biji)
3. Menggambar bagian akar (bila memungkinkan, batang, daun, bunga, buah
(penampang melintang dan membujur buah dan biji) dengan baik dan benar
serta memberi keterangan lengkap. (warna serta bentuk daun, bunga, buah, dan
biji).

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

NO.
1.

FOTO
Biji kopi

KETERANGAN
Dalam 1 kelompok, buah kopi berwarna
hijau saat masih muda, buah yang masak

berwarna merah, kopi mengandung 2 butir
biji, satu butir biji berbentuk bulat.

2.

Daun kopi

Tanaman kopi memiliki bentuk daun bulat
telur, ujungnya agak meruncing sampai
bulat. Daun tersebut tumbuh pada batang,
cabang dan ranting yang tersusun secara
berdampingan. Daun dewasa berwarna
hijau tua, sedangkan daun yang masih
muda berwarna perunggu

3.

Batang kopi

A. Cabang Orthotrop

Cabang tumbuh tegak dan lurus ke atas.
B. Cabang Plagiotrop
Cabang yang tumbuh pada batang
utama dan berasal dari cabang primer.

4.

Bunga kopi

Bunga tanaman kopi tumbuh pada cabang
primer

atau

cabang

sekunder,

yang


tersusun berkelompok yang masing –
masing terdiri dari 4 – 6 kuntuk bunga.
5.

Akar kopi

Tanaman kopi berakar tunggang, lurus
kebawah, pendek dan kuat.panjang akar
tunggang ini kurang lebih 45 – 50 cm,
yang pada asnya tedapat 4 – 8 akar

samping

yang

menurun

ke

bawah

sepanjang 2 – 3 m. selain itu banyak pula
akar cabang samping yang panjangnya 1 –
2 m horisontal, sedalam kurang lebih 30
cm, dan bercabang merata
6

Biji Kopi

Biji kopi dibungkus kulit keras disebut
kulit

tanduk

(parchment

skin).

Biji

mempunyai alur pada bagian batangnya.
Kopi excelsa memilik buah yang biasanya
berkeping 2 bijinya cenderung lebih
“datar” sedangkan Kopi Robusta 1 keping
biji dan lebih besar dari pada kopi excelsa.

4.2 Pembahasan
Morfologi tanaman kopi terdiri dari akar, batang, daun, buah, dan bunga.
Morfologi tanaman kopi mulai dari batang, daun, buah, bunga dan akar
mempunyai fungsi atau manfaatnya masing-masing. Berikut ini adalah keterangan
dari morfologi tanaman kopi yaitu :
1.

Akar
Tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah.

Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai
perakaran yang dangkal dimana kedalamanya hanya mencapai 0-30 cm. Oleh
karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau panjang bila
di daerah perakarannya tidak di beri mulsa. Secara alami tanaman kopi memiliki
akar tunggang sehingga tidak mudah rebah. Tetapi akar tunggang tersebut hanya
dimiliki oleh tanaman kopi yang bibitnya berupa bibit semaian atau bibit
sambungan (okulasi) yang batang bawahnya merupakan semaian. Tanaman kopi
yang bibitnya berasal dari bibit stek, cangkokan atau bibit okulasi yang batang
bawahnya merupakan bibit stek tidak memiliki akar tunggang sehingga relatif
mudah rebah.

akar sekunder
akar tersier
akar primer
2.

Batang
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk

dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak,
bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. Pohon kopi
berbatang tegak lurus dan beruas-ruas hamper pada tiap tumbuh kuncup-kuncup
pada batang dan cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering
tumbuh cabang yang tegak lurus, yang disebut cabang (orthotrop) nama cabang
atau tunas-tunas yang tumbuh pada batang itu bisa disebut tunas air atau cabang
air dan cabang yang tumbuh kesamping disebut plagiotrop.

3.

Daun
Kopi mempunyai daun bulat telur ujungnya agak meruncing sampai bulat

tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan pada
ketiak. Daun lebar, memanjang lebar, 20-30 cm panjangnya, 10-16 cm lebarnya,
urat daun tenggelam, sehingga permukaan daun jelas berlekuk-lekuk. Pangkal
daun membulat. Tangkai daun 1 cm, tulang samping lk 10-12 pasang; helaian
daun mengkilat, ujung meruncing mendadak dari bagian yang mula-mula
membulat.

4.

Bunga
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur ± 2 tahun.

Mula-mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama atau
cabang reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya
tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas, dan hanya dihasilkan oleh
tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan
keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari
kuncup-kuncup sekunder dan reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup
bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak dan
bergerombol. Tumbuhnya bunga kopi pada ketiak-ketiak cabang primer tersusun
berkelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 4-6 kuntum bunga yang bertangkai
pendek. Pada tiap-tiap ketiak daun dapat tumbuh 3-4 kelompok bunga maka pada
tiap buku dapat tumbuh ± 30 kuntum bunga atau lebih dan pada musim berbunga.

5.

Buah
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak

berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji, biji-biji tersebut
mempunyai bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggun). Buah
terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga) bagian lapisan
kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan kulit tanduk
(endokarp) yang tipis tetapi keras. Buah kopi umumnya mengandung 2 butir biji,

tetapi kadang-kadang hanya mengandung satu butir saja. Biji kopi ini disebut biji
kopi lanang/kopi jantan/kopi bulat.

Tanaman kopi memiliki dua cabang yang memiliki perbedaan spesifik,
yaitu cabang plagiotrop dan cabang otrthotrop. Cabang Primer (cabang
plagiotrop) merupakan cabang yang tumbuh pada batang utama atau cabang
reproduksi dan berasal dari cabang primer. Pada setiap ketiak daun hanya
mempunyai satu tunas primer, sehingga apabila cabang ini mati, ditempat itu
sudah tidak dapat tumbuh cabang primer lagi. Cabang primer mempunyai ciri-ciri
(1). arah pertumbuhannya mendatar, (2). Lemah, (3). berfungsi sebagai penghasil
bunga karena disetiap ketiak daunnya terdapat mata atau tunas yang dapat tumbuh
menjadi bunga. Cabang Reproduksi (cabang orthrotrop) sendiri merupakan
cabang yang tumbuhnya tegak dan lurus. ketika masih muda cabang ini juga
sering disebut wiwilan. Cabang ini berasal dari tunas reproduksi yang terdapat di
setiap ketiak daun pada batang utama atau cabang primer.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis tanaman kopi yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakatnya yaitu contphnya jenis kopi Excelsa dan
Robusta. Dua jenis kopi ini memiliki banyak perbedaan yaitu pada jenis kopi
excelsa memiliki ciri – ciri yaitu daunnya bulat, halus dan ujung daunya tumpul
dengan panjang daun kurang lebih 12 – 15 cm dan lebar kurang lebih 6cm. biji
buahnya lebih besar, berbau harum dan rasanya enak. Batangnya tegak lurus
dengan cabang primer tumbuh lurus ke atas tak berbelok. Bila batangnya tidak
dipangkas, tinggi pohon bisa mencapai lebih dari 5 m dengan bentuk pohon
ramping. Bila jenis ini ditanam pada dataran tinggi yang beriklim kering sekitar
1350 – 1850 m dpl, produksinya cukup tinggi.

Sedangkan untuk kopi daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung
runcing dan tepi daun bergelombang. Tanaman kopi robusta lebih resisten
terhadap penyakit dan tumbuh pada ketinggian 400-700 m dpl, tetapi masih
toleran pada ketinggian kurang dari 400 m dpl, dengan temperatur 21-24° C.
Daerah yang bulan kering 3-4 bulan secara berturut-turut, dengan 3-4 kali hujan
kiriman. Produksi lebih tinggi daripada kopi arabika dan excelsa (rata-rata ± 9 –
13 ku kopi beras/ha/th) dan bila dikelola secara intensif bisa berproduksi 20
kw/ha/th. Kualitas buah lebih rendah daripada kopi arabika, tetapi lebih tinggi dari
pada kopi liberica. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena
rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein lebih banyak.
Permasalahan yang sering muncul dalam budidaya tanaman kopi yaitu
menurunnya produksi kopi dikarenakan kurangnya pemahaman petani akan
morfologi tanaman kopi dan fungsi masing-masing dari morfologi tersebut. Untuk
mengatasi masalah itu maka kita perlu mempelajari tentang morfologi tanaman
kopi mulai dari batang, daun, buah, bunga dan akar yang masing-masing
mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Dengan memahami tiap-tiap morfologi
tersebut maka para petani dapat mengatasi permasalahan pada tanaman kopi
dengan memahami fungsi dan karakteristik dari organ tanaman kopi. Dengan
mengetahui

morfologi

tanaman

kopi

kita

mampu

mengetahui

cara

membudidayakan tanaman kopi berdasarkan karakteristiknya masing- masing
Perkembangan kopi Indonesia kedepannya mempunyai peluang besar
untuk tetap menjadi Negara pengekspor kopi, sudah banyak hasil kopi Indonesia
diminati oleh negara- negara lain seperti halnya Singapura, Amerika dan Jerman.
Ditambah lagi terdapat produk kopi Nasional yang berbasis organik dari hasil
pembudidayaan tanaman kopi secara organik, karena produk organik merupakan
produk yang banyak diminati oleh kebanyakan konsumen lokal dan luar negeri.
Dan sekarang pemasaran kopi olahan jatuh pada kelas besar yaitu industri
pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk, kopi instant atau kopi mix dan
kopi olahan lainnya yang produknya dipasarkan di berbagai daerah.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

1.

Morfologi tanaman kopi terdiri dari bunga, batang, cabang, biji, buah dan

2.

akar, masing-masing mempunyai fungsi dan karakteristik yang berbeda-beda.
Tanaman kopi memiliki dua cabang yang memiliki perbedaan spesifik, yaitu
cabang plagiotrop (cabang yang kesamping) dan cabang otrthotrop (cabang

3.

yang tegak lurus).
Jenis kopi Excelsa dan Robusta memiliki perbedaan masing-masing mulai
dari bentuk dan ukuran daun, bentuk batang dan cabang, bentuk buah, bentuk

4.

dan jumlah bunga serta bentuk akar.
Tanaman kopi robusta lebih resisten terhadap penyakit dan tumbuh pada
ketinggian 400-700 m dpl, tetapi masih toleran pada ketinggian kurang dari

5.

400 m dpl, dengan temperatur 21-24° C.
Perkembangan kopi Indonesia kedepannya mempunyai peluang besar untuk
menjadi Negara pengekspor kopi, sudah banyak hasil kopi Indonesia diminati
oleh negara- negara lain seperti halnya Singapura, Amerika dan Jerman.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum praktikan lebih di beri wawasan atau pengertian
dan ditunjukkan mana bagian-bagian tanaman baik itu struktur buah, daun,
struktur batang, bunga dan akar sehingga praktikan lebih memahami morfologi
kopi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).
Ellyanti, Abubakar K., dan Hairul B. 2012. Analisis Indikasi Geografis Kopi
Arabika Gayo Ditinjau dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
Agrista, 16(2): 46-61.

Maharani, Juwita S., F.X. Susilo, I Gede S., dan Joko P. 2013. Keterjadian
Penyakit Tersebab Jamur pada Hama Penggerek Buah Kopi (PBKO) di
Pertanaman Kopi Agroforestri. Agrotek Tropika, 1(1): 86-91.
Mahfud, Moh. Cholil. 2012. Teknologi dan Strategi Pengendalian Penyakit Karat
Daun untuk Meningkatkan Produksi Kopi Nasional, Pengembangan
Inovasi Pertanian, 5(1): 44-57.
Michael, W. G., Sentayehu A., Taye K., and Tadesse B. 2013. Genetic Diversity
Analysis of Some Ethiopian Specialty Coffee (Coffea arabica L.)
Germplasm Accessions Based on Morphological Traits. Time Journals of
Agriculture and Veterinary Sciences, 1(4): 47-54.
Pádua, Marlúcia S., Luciano Vilela P., Luciano Coutinho da S., Kalynka Gabriella
do L., Eduardo A., and Ana Hortência Fonseca Castro. 2014.
Morphological Characteristics and Cell Viability of Coffee Plants Calli.
Ciência Rural, Santa Maria, 4(4): 660-665.
Rohmah, Miftakhur. 2010. Aktifitas Antioksidan Campuran Kopi Robusta (Coffea
cannephora) dengan Kayu Manis (Cinnamomun burmanii). Teknologi
pertanian, 6(2): 50-54.
Teressa, A., Dominique C., Vincent P., and Pier B. 2010. Genetic Diversity of
Arabica Coffee (Coffea arabica L.) Collections. EJAST, 1(1): 63-79.
Vidal, R. O., Luiz G. E. V., M. Falsarella C., and Goncalo A. G. P. 2010. A HighThroughput Data Mining of Single Nucleotide Polymorphisms in Coffea
Species Expressed Sequence Tags Suggests Differential Homeologous
Gene Expression in The Allotetraploid Coffea arabica. Plant Physiology,
154(1): 1053–1066.
Wanggai, Frans. 2007. Manajemen Hutan: Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Secara Berkelanjutan. Jakarta: Grasindo.