Restorasi Hutan Rawa Gambut Kawasan Mawa

THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION

Pengalaman Yayasan BOS dalam
Restorasi Ekosistem Hutan Rawa Gambut di Kawasan Mawas
Kalimantan Tengah
Baba S Barkah
Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo

Pengantar
Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS) adalah merupakan
organisasi nirlaba lingkungan yang mempunyai visi yaitu “terwujudnya kelestarian
orangutan Borneo dan habitatnya dengan peran serta masyarakat”. Sejak tahun
1991, Yayasan BOS melakukan kerjasama dengan Ditjen PHKA Departemen
Kehutanan Republik Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah untuk melakukan upaya pelestarian
Orangutan Borneo dan Habitatnya.
Salah satu program untuk mewujudkan Visi Yayasan BOS tersebut di atas adalah
Program Konservasi Kawasan Mawas di Kalimantan Tengah, yang dimulai sejak
tahun 2003.
Program Konservasi Mawas bertujuan untuk memastikan keberlanjutan pengelolaan
Kawasan Mawas

di Kalimantan Tengah, melalui pelibatan masyarakat dan
parapihak serta dapat memberikan manfaat lingkungan dan ekonomi bagi
masyarakat di sekitarnya.
Kawasan Mawas adalah kawasan hutan rawa gambut yang terletak di Blok A-Utara
dan Blok E eks PLG dan berada di Wilayah Kabupaten Kapuas dan Kabupaten
Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Kawasan ini merupakan habitat dari
sekitar 3.000 orangutan liar beserta keanekaragaman hayati lainnya, dan terdapat
sekitar 53 Desa dan dusun dengan perkiraan sekitar 29.000 kepala keluarga.
Sebagai dampak proyek PLG, kawasan tersebut telah menjadi Ekosistem Hutan
Rawa Gambut yang terdegradasi dan sangat rentan terhadap segala ancaman
yang dapat merusak kelestarian ekosistem hutan rawa gambut tersebut.

Gambaran Umum Kawasan Mawas
Secara geografis letak Kawasan Mawas, terbentang antara 10°34’59,61” LS – 20°26’
37,50” LS dan 114° 23’ 22,65” BT - 114° 53’ 43,56” BT, dengan luas sekitar 309.861
hektar, dan merupakan kawasan hutan rawa gambut yang terletak di areal eks
Proyek Lahan Gambut (PLG) Sejuta hektar, yaitu di Blok A-Utara (seluas 77.000 ha)
dan Blok E2 (seluas 232.861 ha).
Menurut klasifikasi type iklim Schmidt dan Ferguson, Kawasan Mawas memiliki Type
Iklim A. Berdasarkan data tahun 2002-2004, curah hujan rata-rata antara 119-239,


1

THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION

kondisi suhu udara pada siang hari berkisar antara 27,28°C – 30,40 °C dan malam
hari sekitar 24,47°C. Kelembaban udara rata-rata 84% dengan lama penyinaran
matahari rata-rata 5,9 jam/hari .

Kanal primer
pemisah Blok
E dan Blok AUtara

Blok E

Blok A-Utara

Gambar. Lokasi Kawasan Mawas
Secara umum Kawasan Mawas memiliki topografi yang relatif datar dengan
kelerengan antara 1 – 10% dan rata-rata elevasi dari permukaan laut berkisar

antara 10 – 60m. Jenis tanahnya
didominasi oleh jenis Organosol, Gley,
Humus, Regosol, dan asosiasi RegosolPodsol. Tanah-tanah yang dijumpai
tergolong kedalam jenis Tropohemist,
Sulfihemist, Troposaprist, Fluvaquent,
Quartzipsamment,
Tropaquept,
Dystropept,
dan
Hapludult
(Bappenas, 2004).
Klasifikasi
kedalaman gambut antara 0 sampai
diatas 10 meter. Penyebaran gambut
Gambar. Distribusi kedalaman
tebal (>3 meter) dominan di Blok E,
gambut Kawasan Mawas
dan sebagian di Blok A.
Kawasan Mawas merupakan lahan
bergambut yang mempunyai karakteritik

yang khas karena adanya 3 (tiga) buah
"peat dome" atau kubah gambut dengan
kedalaman diatas 10 meter.
Secara
keseluruhan wilayah ini dialiri oleh dua
sungai besar yaitu Sungai Kapuas dan
Sungai Barito.
Di dalamnya terdapat
kanal-kanal dan beberapa anak sungai.
Gambar. Tutupan hutan di Blok E
Kawasan Mawas

Hutan rawa gambut di Kawasan Mawas
dicirikan oleh jenis-jenis pohon rawa
gambut.
Jenis-jenis tersebut adalah

2

THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION


Belangiran/Kahoi (Shorea belangiran), Ramin (Gonistilus bancanus), Jelutung (Dyera
costulata dan lowii), Calophylum inophylum, Tristania sp dan Combretocarpus sp..
Kondisi hutannya sebagian besar merupakan hutan bekas tebangan (log over
area), baik oleh perusahaan (HPH) maupun masyarakat (illegal logging).
Kondisi
areal pada Blok A-Utara sebagian besar merupakan areal gambut yang telah
terdegradasi (lahan kritis), sedangkan pada Blok E, masih berupa hutan rawa
gambut dengan tutupan sedang.
Berdasarkan hasil survey Yayasan BOS tahun
2006, terdaftar ada beberapa flora yang dilindungi di dalam Kawasan Mawas, yaitu
Ramin (Gonystilus bancanus), Kempas (Koompassia malacensis Maing.ex Benth),
Tutup kebali atau jenis kayu arang (Diospyros sp), Nyatoh (Palaquium scholaris),
Jelutung (Dyera costulata dan Dyera lowii), Kapur naga (Callophyllum sp),
Rambutan hutan (Nephellium sp,) dan Gemor (Alseodaphne umbeliflora).
Kawasan Mawas sangat penting ditinjau dari segi konservasi, karena merupakan
habitat bagi sekitar 3.000 orangutan liar. Dari seluruh potensi di dunia, habitat rawa
gambut di kalimantan merupakan kawasan terluas yang memiliki nilai konservasi
tinggi untuk mendukung keragaman hayati lahan basah.
Di kawasan tersebut, tercatat 16 jenis mamalia yang dilindungi, dan 10 jenis masuk

kategori IUCN serta 12 jenis masuk dalam kategori CITES. Dari jumlah tersebut,
Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii), Bekantan (Nasalis larvatus), Beruang madu
(Helarctos malayanus), Berang-berang (Lutra-lutra) dan Macan Dahan (Neofelis
nebulosa), masuk dalam semua kategori. Selain itu, juga teridentifikasi sebanyak 12
jenis ikan dan 143 jenis burung dari 33 family (keluarga), yang diantaranya 32 jenis
masuk ke dalam kategori IUCN dan 12 jenis masuk dalam kategori CITES. Sebanyak
4 ordo amfibia dan reptilia ditemukan di kawasan tersebut yang mencakup 39
species amfibia dan 79 species reptilia.
Pada saat ini, populasi satwa tersebut semakin menurun disebabkan oleh sifat
sensitif terhadap perubahan lingkungannya, apalagi dengan ancaman kebakaran
hutan dan lahan yang datang setiap tahun.

Tingkat Kerusakan Kawasan Mawas

Gambar. Kondisi areal pada Blok AUtara Kawasan Mawas

Pada tahun 1995, lahir proyek lahan gambut
1 juta hektar (PLG) melalui Keputusan
Presiden Nomor 82 tahun 1995 pada 26
Desember 1995,

selanjutnya melalui
keputusan presiden Nomor 80 tahun 1999,
pengembangan proyek PLG dihentikan.
Selama kurun waktu sekitar 4 tahun proyek
PLG, telah memberikan dampak yang
sangat
signifikan
terhadap
kerusakan
Kawasan Mawas, terutama pada Blok AUtara.

3

THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION

Berdasarkan tingkat kerusakannya, Kawasan Mawas dapat digolongkan kedalam 3
tingkat kerusakan, yaitu :
 Kerusakan berat, yang terjadi pada sebagian besar Blok A-Utara, berupa
kerusakan pada gambut (sedikit pada lapisan atas), kondisi tata air dan
tutupan hutan menjadi areal tidak berhutan (areal terbuka) diakibatkan oleh

pembukaan lahan, kebakaran serta pembukaan kanal.
 Kerusakan sedang, banyak terjadi sepanjang tepi sungai di blok E, berupa
kerusakan pada kondisi gambut (gambut dangkal dan bekas terbakar) serta
perubahan pada komposisi jenis tanaman
 Kerusakan ringan, pada sebagian besar areal Blok E, berupa kerusakan pada
komposisi jenis asli hutan rawa gambut dan system tata air, diakibatkan oleh
adanya penebangan dan pembukaan kanal kecil (tatas).
Sedangkan berdasarkan klasifikasi degradasi, Kawasan Mawas digolongkan
kedalam :
 Hutan Rawa Gambut Primer yang terdegradasi (Hutan rawa gambut yang
sudah terganggu akibat penebangan, kebakaran dan lain‐lain tetapi kondisi
serta kompoisisi vegetasi hutan rawa gambut asli masih ada, seperti pada
sebagian besar Blok E
 Hutan Sekunder : Hutan rawa gambut
yang telah berubah menjadi hutan
dengan
dominasi
jenis
vegetasi
sekunder, terutama disebabkan karena

kebakaran yang berulang, dan telah
berubah menjadi hutan kerangas
Gambar. Ekosistem Hutan
 Lahan gambut yang terdegradasi :
Kerangas
Hutan rawa gambut yang tutupannya
telah berubah menjadi areal terbuka, semak belukar dan atau tutupan
hutan dibawah 10%, yaitu pada areal Blok A.
Pasca proyek PLG, secara umum terdapat 3 faktor utama yang menjadi pemicu
terjadinya kerusakan Kawasan Mawas, antara lain :
 Pembukaan kanal dan tatas 1, yang digunakan sebagai sarana akses dan
sarana transportasi hasil hutan termasuk penebangan liar yang
menyebabkan ketidakstabilan kondisi tata air
 Penebangan liar
 Kebakaran

Metode Restorasi Ekosistem Hutan Rawa Gambut Kawasan Mawas
Sejak awal dimulainya pengelolaan Kawasan Mawas pada tahun 2003 yang
dijalankan oleh Program Konservasi Mawas, Yayasan BOS telah menerapkan prinsip
pelibatan dan kerjasama dengan masyarakat serta para pihak dalam upaya

perlindungan dan restorasi kawasan.
Tujuan utama perlindungan dan restorasi
Kawasan Mawas adalah untuk menjamin kelestarian dan memperbaiki kualitas
Hutan Rawa Gambut Kawasan Mawas sebagai kawasan yang memiliki nilai

1

Tatas adalah kanal kecil atau parit yang dibuat masyarakat secara manual sebagai sarana akses dan transportasi

4

THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION

konservasi tinggi dan habitat orangutan melalui pelibatan masyarakat dan
parapihak.
Atas dasar tujuan tersebut, maka Yayasan BOS menerapkan pendekatan upaya
perlindungan dan restorasi kawasan melalui beberapa kegiatan antara lain :
 Perbaikan kondisi tata air, khususnya pada kawasan di Blok E
 Rehabilitasi hutan melalui kegiatan reforestasi
 Pengelolaan

kebakaran,
yang
dititikberatkan
pada
upaya
pencegahan kebakaran
 Pemantuan kawasan melalui patroli
rutin untuk mencegah terjadinya
gangguan dan kegiatan ilegal
 Pemberdayaan masyarakat, dengan
menitikberatkan
pada
pelibatan
masyarakat
secara
aktif,
dan
peningkatan kapasitas serta ekonomi
masyarakat
 Penelitian dan pendidikan lingkungan,
Gambar. Kondisi air kanal surut dan
untuk mendukung upaya konservasi
kawasan
rentan kebakaran pada musim kemarau
Khusus dalam upaya restorasi Kawasan, Yayasan BOS menerapkan 2 kegiatan
utama
yaitu
perbaikan
system
tata
air
dan
rehabilitasi kawasan yang
didukung
oleh
kegiatan
lainnya seperti di atas.
Program restorasi Kawasan
Mawas dilakukan dengan
mengikuti
master
plan
pengelolaan kawasan yang
dibagi kedalam beberapa
zona, antara lain zona
pemanfaatan,
zona
penelitian, zona rehabilitasi
Gambar. Zona
dan
zone
perlindungan,
Pengelolaan Kawasan
seperti pada gambar di
Mawas
samping.
Perbaikan sistem tata air melalui kegiatan blocking tatas
Perbaikan sistem tata air pada lahan gambut merupakan faktor yang sangat
penting dalam upaya rehabilitasi dan restorasi.
Mengingat sifat gambut yang
“kering tak balik”, maka lahan gambut yang sudah dibuka dan telah didrainase
dengan membuat kanal atau parit/tatas, kandungan airnya menurun secara
berlebihan. Penurunan air permukaan akan menyebabkan lahan gambut menjadi
kekeringan. Gambut yang sudah mengalami kekeringan yang ekstrim, akan sulit
menyerap air kembali, dan memiliki bobot isi yang sangat ringan sehingga mudah
hanyut terbawa air hujan, strukturnya lepas-lepas seperti lembaran serasah, mudah

5

THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION

terbakar, dan sulit ditanami kembali. Kondisi ini yang pada akhirnya dapat memicu
kerusakan yang lebih besar.
Dalam upaya perbaikan sistem tata air ini, Yayasan BOS lebih fokus pada perbaikan
system tata air di sekitar Blok E, dengan cara
melalukan
penyekatan
tatas
(penabatan2/blocking tatas), yang dilakukan
bekerjasama dengan kelompok masyarakat
dan pemilik tatas. Penyekatan tatas bertujuan
untuk mempertahankan ketinggian muka air
lahan gambut sehingga kondisi air menjadi
relatif stabil terutama pada musim kemarau
sehingga
dapat
mendukung
tahapan
intervensi lainnya untuk perbaikan kawasan
Gambar. Muara Kanal Primer
(seperti
pencegahan
kebakaran,
dengan Sungai Kapuas
penanaman, dll).

Gambar. Contoh tatas dan blocking tatas di Kawasan Mawas

Desain blocking tatas yang digunakan adalah berupa sekat isi dua lapis (composite
dam) yang sederhana dengan bahan utama yang digunakan adalah kayu, tanah
yang dikemas dalam karung, terpal plastik untuk menahan aliran air. Kayu yang
digunakan adalah kayu mati, baik kayu bekas kebakaran maupun kayu tumbang
yang masih bisa digunakan.
Dalam restorasi hutan rawa gambut, kegiatan blocking tatas merupakan tahapan
awal yang harus dilakukan untuk memberikan pra-kondisi yang sesuai bagi tahapan
rehabilitasi kawasan berikutnya.
Rehabilitasi hutan rawa gambut melalui kegiatan reforestasi
Reforestasi atau penanaman kembali merupakan kegiatan untuk memperbaiki
kondisi tutupan hutan pada kawasan yang telah terdegradasi. Teknis penanaman
yang dilakukan disesuaikan dengan tingkat kerusakan dan zonasi kawasan. Dalam
hal ini, Yayasan BOS lebih fokus pada lahan yang telah terdegradasi, dimana pada
lokasi yang berdekatan dengan pemukiman digunakan jenis tanaman multifungsi
2

Penabatan tatas (tabat berasal dari bahasa lokal Dayak Kalimantan Tengah) adalah penutupan/penyekatan
tatas (parit/kanal kecil)

6

THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION

(MPTs) sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sedangkan pada zona perlindungan
digunakan jenis penting terutama tanaman jenis pakan orangutan. Secara umum,
metode reforestasi yang digunakan oleh Yayasan BOS di Kawasan Mawas seperti
diperlihatkan dalam tabel di bawah.
Tabel. Metode reforestasi di Kawasan Mawas
Kriteria lahan
Lahan gambut kritis
berupa lahan terbuka,
pakis-pakisan,
campuran, semak
akibat kebakaran
Lahan gambut kritis
berupa semak belukar
akibat pembukaan
lahan masyarakat untuk
pertanian, perkebunan,
pembakaran, dll
Lahan gambut dengan
tutupan sekunder
(masih terdapat variasi
penutupan tajuk pohon)
yang tidak merata
akibat ilegal loging, dll
Keterangan :

Zona Perlindungan

Zona Penelitian

Zona Pemanfaatan
Masyarakat

Reforestasi berbasis
masyarakat (jenis
tanaman pakan
Orangutan)

Reforestasi berbasis
masyarakat (jenis
tanaman pakan
Orangutan)

Reforestasi berbasis
masyarakat (jenis
tanaman
multifungsi/MPTs))

Reforestasi berbasis
masyarakat (jenis
Pakan Orangutan)

Reforestasi berbasis
masyarakat (jenis
Pakan Orangutan)

Reforestasi berbasis
masyarakat (jenis
tanaman
multifungsi/MPTs))

Pengayaan
/regenerasi alam
dan pemantauan

Pengayaan
/regenerasi alam
dan pemantauan

Pengayaan
/regenerasi alam
dan pemantauan

Prioritas

Beberapa tahapan yang dilakukan
dalam pelaksanaan kegiatan reforestasi
di Kawasan Mawas oleh Yayasan BOS
adalah sebagai berikut :
 Perencanaan
dan
persiapan
kegiatan, mencakup penyusunan
rencana kerja kelompok,
survey
areal penanaman, penentuan jenis
dan jumlah tanaman yang akan
dikembangkan dan pelatihan teknis
produksi bibit dan pengelolaan
persemaian desa
 Pembangunan Persemaian Desa
melalui kerjasama dengan kelompok
masyarakat dan dituangkan di
dalam perjanjian kerjasama. Produksi
bibit untuk kegiatan reforestasi
dilakukan melalui persemaian desa
dengan
pendampingan
teknis
secara rutin dari staff Yayasan BOS.
Jenis tanaman yang dipilih adalah
jenis tanaman asli setempat

Jenis Tanaman pada kegiatan reforestasi
Kawasan Mawas
1. Jenis MPTs pada zona pemanfaatan
 Pantung/Jelutung (Dyera lowii)
 Belangiran (Shorea belangeran)
2. Beberapa jenisp penting pada zona
lindung (jenis pakan orangutan)
 Manggis hutan (Garcinia sp.)
 Rambangun (Acronychia sp.)
 Kumpang (Horsfieldia sp.)
 Katiau (Palaquium sp).
 Karandau (Palaquium sp.)
 Nyatoh Undus (Palaquium sp.)
 Piais (Xerospermum norchianum)
 Tantimun (Tetramerista glabra)
 Mahawai (Poliyalthya sumatrana)
 Mahadingan (Calophyllum
soulatri)
 Keput Bajuku (Stemonurus sp.)
 Tagula (Alseodaphne sp.)
 Lewang (Palaquium sp.)
 Tutup Kabali (Diospyros
pilosanthera)
 Bintan (Syzigium sp.)
 dll

7

THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION

 Persiapan lahan secara manual dengan sistem jalur (lebar jalur 1 meter dan
jarak antar jalur 5 meter)
 Pengangkutan dan seleksi bibit di lapangan
 Pembuatan lobang tanam dan penanaman, dengan jarak tanam 3 m x 5 m
atau 5 m x 5 m.
 Pengecekan hasil tanaman dan pemetaan
 Pemeliharaan tanaman secara manual dan berkala sampai umur 1 tahun
 Pemantauan pertumbuhan tanaman yang dilakukan sampai tanaman berumur
1 tahun.
Gambar. Persemaian desa secara sederhana

Gambar. Lokasi penanaman dan pemantauan tanaman

Kesimpulan dan bahan pembelajaran
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan restorasi ekosistem hutan rawa gambut di
Kawasan Mawas Kalimantan Tengah, yang dilakukan oleh Yayasan BOS, beberapa
hal yang dapat disimpulkan dan menjadi bahan pembelajaran adalah antara lain :
 Intervensi teknis restorasi hutan rawa gambut harus disesuaikan dengan tingkat
kerusakan kawasan dan dilakukan melalui kerjasama dengan masyarakat
sekitar

8

THE BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL FOUNDATION

 Pada kondisi sosial ekonomi mayarakat tertentu, pengembangan persemaian
desa berbasis individu memberikan hasil yang lebih baik dibanding pengelolaan
persemaian desa secara bersama-sama
 Pada lahan gambut yang terdegradasi dengan indikator adanya kanal/parit,
maka perbaikan sistem tata air kawasan tersebut merupakan langkah awal
yang harus dilakukan untuk memberikan pra-kondisi yang mendukung upaya
intervensi lainnya
 Penyekatan parit/tatas di Kawasan Mawas, telah dapat memberikan dampak
yang positif terhadap penurunan kerusakan kawasan karena adanya
pengurangan akses, keseimbangan ketinggian muka air dan mendukung
kegiatan penanaman pada areal di sekitarnya
 Penanaman jenis Belangiran (Shorea belangeran) dan Jelutung rawa (Dyera
lowii) terbukti dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lahan gambut
terdegradasi dengan tingkat kerusakan yang ekstrim di Kawasan Mawas.
 Untuk menjamin keberhasilan penanaman pada lahan terdegradasi, maka
harus didukung dengan kegiatan pemeliharaan dan pemantauan tanaman
serta perlindungan dari bahaya kebakaran
 Pada kondisi tutupan hutan sedang, penyiapan prakondisi areal untuk
mendukung regenerasi anakan alam (misalnya melalui perbaikan kondisi tata
air) akan lebih efektif dari pada kegiatan penanaman.
 Restorasi HRG memerlukan biaya yang cukup besar dan sebaiknya di kelola
dalam jangka panjang
 Kegagalan restorasi HRG banyak disebabkan oleh faktor non-teknis terutama
kondisi sosial ekonomi masyarakat, ancaman kebakaran dan pengelolaan
yang berbasis proyek jangka pendek

Referensi
ITTO guidelines for the restoration, management and rehabilitation of degraded and
secondary tropical forests. ITTO Policy Development Series No 13. ITTO in
collaboration with the Center for International Forestry Research (CIFOR), the
Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), the World
Conservation Union (IUCN) and the World Wide Fund for Nature (WWF)
International. 2002
BOSF Mawas. 2006. Standar Operating Procedure (SOP) Pengembangan Program
Reforestasi Berbasis Masyarakat di Kawasan Konservasi Program Mawas.
Palangkaraya. Indonesia.

9