S FIS 1002318 Chapter1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis energi listrik beberapa tahun terakhir menjadi salah satu masalah
yang belum menemukan titik terang. Perusahaan Listrik Negara (PLN) selaku
satu-satunya perusahaan milik negara yang menyediakan layanan listrik belum
mampu melayani permintaan listrik untuk seluruh wilayah indonesia. Menurut
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa kebutuhan
listrik meningkat rata-rata 7 – 9 % per tahun sedangkan PLN hanya mampu
memenuhi sekitar 3,5 – 4 % per tahun maka ada sekitar 3,5 – 5 % permintaan
listrik yang tidak dapat terpenuhi setiap tahunnya.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh (PT PLN (Persero), 2012)
kapasitas total pembangkit listrik nasional tahun 2006 sekitar 22.000 MW. Pada
tahun 2012 kapasitas pembangkit listrik menjadi sekitar 33.000 MW. Setiap
tahun hanya terjadi penambahan kapasitas sekitar 5%. Permintaan listrik setiap
tahun sekitar 3000 MW maka dalam beberapa tahun kedepan Indonesia tidak
dapat memenuhi kebutuhan listrik nasional. Dari seluruh jenis pembangkit listrik
yang telah terpasang, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) masih
berada dikategori rendah yaitu sekitar 548 MW atau sekitar 1,67%.
Berdasarkan (Wahyuningsih, 2005) potensi panas bumi di Indonesia
sebesar 27.557 MW terdiri dari sumber daya (spekulatif dan hipotesis) sebesar

14.007 MW dan cadangan (terduga, mungkin dan terbukti) sebesar 13.350 MW.
Pemanfaatannya masih sangat kecil yaitu hanya sekitar 3% dari total potensi. Dari
252 lokasi panas bumi yang ada hanya 31% yang telah disurvei secara rinci.
Pasal 3 Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2014 menyatakan bahwa
tujuan penyelenggaraan kegiatan panas bumi yaitu pemanfaatan energi terbarukan
berupa panas bumi untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Hal ini
menyatakan bahwa pemanfaatan panas bumi lebih diutamakan untuk pemanfaatan
secara tidak langsung yaitu pembuatan PLTP. Dalam rangka pemanfaatan panas
bumi, diperlukan suatu tahapan penelitian, untuk tahap awal penelitian yaitu
Firmansyah, Dicky. 2014
IDENTIFIKASI SISTEM PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE MAGNETOTELLURIK DI
SEKITAR DAERAH TEGAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan melakukan kegiatan survei pendahuluan yang lebih lanjut diatur dalam
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen ESDM).

2

3


Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Permen
ESDM) Nomor 11 Tahun 2008 diperlukan data geosains untuk mengetahui
karakteristik sistem panas bumi yang terdiri dari survei Geologi, survei Geofisika,
survei Geokimia dan survei landaian suhu. Sebelum memasuki tahap eksplorasi,
diperlukan survei pendahuluan terlebih dahulu. Pada penelitian ini digunakan
survei Geofisika. Survei pendahuluan Geofisika adalah penyelidikan geofisika
pendahuluan dengan skala peta minimal 1 : 100.000 dengan cara pemetaan
(mapping) dan pendugaan (sounding) dengan metode gaya berat, metode
geomagnetik

dan

metode

magnetotellurik.

Pada

penelitian


ini

hanya

menggunakan magnetotellurik. Hasil dari survei pendahuluan ini yaitu
penampang geofisika yang dapat menampilkan lapisan konduktif atau puncak
reservoir panas bumi tersebut. Pada sistem panas bumi, dengan mengetahui
batuan pada sistem panas bumi diharapkan dapat menjadi acuan awal untuk
melakukan eksplorasi panas bumi selanjutnya sehingga potensi panas bumi di
indonesia dapat dimanfaatkan dengan baik dan dapat membantu mengurangi
masalah energi yang terjadi khususnya di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah sistem panas bumi di daerah sekitar Tegal berdasarkan
nilai resistivitas batuannya?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini yaitu menggunakan data yang diolah
yaitu merupakan data sekunder yang diperoleh dari Pusat Penelitian (Puslit)
Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bandung pada
daerah Tegal. Data tersebut kemudian di proses menggunakan aplikasi

SSMT2000, MT Editor dan WinGlink yang menghasilkan model inversi dua
dimensi yang menampilkan distribusi nilai resistivitas batuan. Nilai resistivitas
batuan tersebut dapat diidentifikasi unsur – unsur panas bumi seperti cap rock,
reservoir dan heat source.
1.4 Tujuan Penelitian
Menganalisis sistem panas bumi di daerah Tegal berdasarkan nilai
resistivitas batuannya.

4

1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 Pendahuluan
Bab 1 menjelaskan mengenai latar belakang melakukan penelitian, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan, sistematika penulisan dan manfaat penelitian
yang dilakukan.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab II menjelaskan mengenai konsep dasar dari metode yang digunakan yaitu
Metode Magnetotellurik dan konsep dasar sistem panas bumi.
BAB III Metode Penelitian
BAB III menjelaskan mengenai waktu, tempat dan proses penelitian dilakukan

dari tahap awal hingga tahap akhir.
BAB IV Temuan dan Pembahasan
Bab IV menjelaskan tentang proses pengolahan data secara rinci dan interpretasi
dari model penampang bawah permukaan dua dimensi yang didapatkan
berdasarkan pengolahan data yang dilakukan.
BAB V Kesimpulan dan Saran
BAB V Menjelaskan kesimpulan yang didapatkan dari proses penelitian dan
saran yang diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan selanjutnya.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat mengenai unsur – unsur suatu
sistem panas bumi pada daerah penelitian dan sebagai bahan studi pendahuluan
untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi panas bumi pada daerah tersebut.