HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI.

(1)

DAN KONFLIK PE RAN DE NGAN CITRA DIRI

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

dalam mencapai derajat S-1

Diajukan oleh :

Rachmat Al F ajar

F 100 950 017 / 9561060800050017

F AKULTAS PSIKOLOGI

UNIVE RSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2003


(2)

1

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, setiap orang membutuhkan informasi untuk memenuhi keingintahuan pada sesuatu hal yang sedang aktual, sehingga begitu banyak media komunikasi ditawarkan kepada masyarakat seperti TV, radio, majalah dan surat kabar. Setiap media komunikasi mempunyai kekuatan dan kelemahan, namun masing-masing mampu memberikan kepuasan terhadap kebutuhan masyarakat. TV, mempunyai kelebihan karena memiliki kekuatan audio visual yang dapat memberikan pengaruh pada masyarakat untuk melakukan suatu perubahan. Radio, walaupun hanya memiliki kekuatan audio namun mampu memberikan suatu imajinasi yang dapat menghanyutkan pendengarnya. Majalah dan surat kabar mempunyai kelebihan untuk merubah cara berfikir masyarakat, walau hanya untuk segmentasi yang terbatas.

Radio adalah media yang memiliki jangkauan selektif terhadap suatu segmen pasar, dan dapat menjawab kebutuhan untuk meyakinkan komunikasi yang dapat memacu perubahan masyarakat. Sebagai media komunikasi, radio memiliki beberapa kekuatan karena dapat menjangkau jumlah khalayak sasaran yang besar pada waktu yang bersamaan, cepat menyampaikan pesan sehingga dapat memberikan informasi yang paling mutakhir dan mudah dimengerti, juga memberikan bentuk hiburan yang murah dan mudah diperoleh.


(3)

Adanya kebutuhan masyarakat dan kepentingan yang dimiliki oleh suatu radio, seperti yang dikemukakan di atas, akhirnya menimbulkan suatu tuntutan pada lingkungan kerja di sebuah radio. Dalam sebuah radio terdapat suatu sistem kerja yang menuntut pada karyawannya (utamanya penyiar) untuk mampu melakukan relasi sosial yang baik dan tepat, mampu melakukan suatu gaya komunikasi yang sesuai dan menarik sehingga dapat menarik jumlah pendengarnya yang banyak, dan mampu memberikan suatu image tertentu mengenai keberadaan radio tersebut bagi pendengarnya.

Profesi penyiar radio pada saat ini begitu banyak diminati oleh sekelompok masyarakat terutama generasi muda, termasuk generasi muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa. Hal ini terlihat pada saat seleksi penerimaan penyiar di berbagai radio, banyak yang masih kuliah dan jumlahnya cukup meledak sampai dengan ratusan orang, padahal tenaga penyiar yang dibutuhkan hanya satu atau dua orang saja. Kenyataan di lapangan menjelaskan bahwa delapan dari sepuluh penyiar masih berstatus mahasiswa. Karena itulah profesi penyiar seringkali dianggap bukan

semata-mata bekerja untuk mencari uang (money motive), tetapi sering dianggap

sebagai pemuas kebutuhan sehingga mencapai kesenangan tertentu (having fun), dan juga sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri.

Profesi sebagai penyiar radio adalah bagaimana seseorang melihat dirinya sebagai penyiar radio atau bagaimana bayangan atau gambaran seseorang mengenai

dirinya sendiri sebagai penyiar radio. Self atau diri yang ada dalam gambaran

seseorang ini, merupakan inner world manusia termasuk pikiran dan perasaan,

perjuangan dan harapan, ketakutan dan fantasi serta pandangan tentang apa dan siapa dirinya serta bagaimana dia ingin dipandang oleh orang lain yang dapat diterima masyarakat sebagai penyiar radio.


(4)

Penyiar radio sering menyatakan bahwa diri mereka bukanlah seorang seniman, namun merupakan seseorang yang bekerja untuk seni secara profesional. Hal ini muncul karena seorang penyiar bukan hanya orang yang menyampaikan informasi atau memutar lagu yang disukai oleh pendengarnya. Lebih dari itu seorang penyiar adalah seorang yang mempunyai kemampuan yang mencakup kemampuan kognitif, emosi dan motorik (Yudo, 2000).

Menjadi penyiar dan mahasiswa adalah dua hal yang berbeda, dimana tugas dan kewajibannyapun berbeda pula. Dalam beberapa kesempatan tugas dan kewajiban tersebut dapat dilaksanakan, namun dalam kesempatan yang lain bisa saling bertentangan karena harapan peran terhadap satu posisi akan berbeda terhadap posisi lainnya, juga akan berbenturan dengan kebutuhan beraktualisasi diri.

Sehingga dari pertentangan ini akan membentuk gambaran diri yang disebut dengan citra diri. Citra diri itu sendiri berasal dari sumber-sumber yang subjektif, karena jarang orang lain mengatakan pendapatnya yang benar mengenai diri kita sendiri. Karena itu kita merasa bahwa citra diri tidak pasti, kita menjadi sangat peka untuk pendapat orang lain tentang kita. Oleh karena itu citra diri dipengaruhi peranan-peranan.

Melalui pendekatan sosiodinamik citra diri dan peranan dapat dijelaskan, dimana pendekatan ini melihat pribadi manusia seperti yang telah dikemukakan Sullivan tidak hanya dapat dilihat dalam konteks dari keadaan dan lingkungan sekarang, dan juga dari keadaan dan lingkungan di waktu yang akan datang. Dalam pendekatan ini, tidak penting apa yang dialami oleh seseorang. Yang penting adalah bagaimana seorang melihat waktu di kemudian hari.


(5)

Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang individu selalu berinteraksi dengan lingkungan. Hasil interaksi tersebut menghasilkan satu penilaian terhadap diri mengenai kemampuan-kemampuannya. Bila ia dipuji maka ia akan mempertahankan hal-hal yang ada dalam dirinya. Bila ia dikritik atau dicela, ia akan menjadi cepat melakukan perubahan-perubahan sehingga orang lain akan merubah pendapatnya. Dengan demikian, terbentuklah suatu penilaian pada diri individu, tidak hanya mengenai kemampuannya, tetapi juga penampilan fisik dan tingkah laku yang ditampilkannya.

Seorang individu yang memilih profesi penyiar mempunyai tuntutan peran seperti harus menghibur orang, tampil dengan menyenangkan dan mempunyai keterlibatan dengan orang banyak. Di sisi lain, individu tersebut memilih posisi sebagai mahasiswa yang mempunyai tugas dan kewajiban sebagai seorang yang harus belajar demi kemajuan dan cita-cita yang ingin dicapainya.

Pertentangan antara harapan peran dan aktualisasi diri ini seringkali muncul karena ada dua kebutuhan yang saling berlawanan. Dengan kata lain tuntutan lingkungan kampus dan masyarakat terhadap dirinya sebagai mahasiswa dan tuntutan kebutuhan beraktualisasi diri berbeda dengan tuntutan diri individu tersebut sebagai penyiar. Ketidakmampuan individu untuk menyelaraskan tuntutan-tuntutan tersebut, dapat menimbulkan keragu-raguan untuk mengambil tindakan yang tepat. Pada akhirnya sering muncul dalam bentuk-bentuk seperti menyelesaikan kuliah dalam waktu yang cukup lama dan prestasi kerja yang tidak optimal. Kondisi-kondisi seperti ini tentu tidak hanya merugikan individualnya, bahkan juga perusahaan tempat individu bekerja.


(6)

Berawal dari adanya pertentangan berbagai kebutuhan itulah yang menjadikan individu berpikir dan kemudian dimanisfestasikan dalam tindakannya untuk melihat bagaimana gambaran dirinya sendiri juga kebutuhan aktualisasi diri berkaitan dengan konflik peran yang dihadapi. Di satu sisi bila ia berhasil meraih satu harapan,

misalnya sebagai seorang penyiar, dengan sukses maka image yang ada pada dirinya

menjadi positif/baik, karena ia merasa mampu serta eksis berada didalamnya, dan terpenuhinya kebutuhan beraktualisasi diri. Namun pada posisi yang lain, yaitu sebagai mahasiswa, yang mungkin karena keterlibatannya yang terlalu dalam dengan dunia kepenyiarannya, mengakibatkan menurunnya prestasi belajar, sehingga pada akhirnya image terhadap dirinya sendiri menjadi buruk dalam kaitannya dengan dunia perguruan tinggi.

Selain tuntutan peran, banyak juga individu yang memilih profesi sebagai penyiar hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan bagi aktualisasi dirinya. Menurut Goldstein (dalam Suryabrata, 1995) aktualisasi diri adalah motif pokok, atau malah satu-satunya motif yang mendorong tingkah laku individu (organisme). Selanjutnya dikatakan bahwa dorongan yang berbeda-beda sebenarnya hanyalah manifestasi satu

tujuan hidup pokok yaitu aktualisasi diri. Apabila seseorang lapar dia

mengaktualisasikan dirinya dengan makan, apabila dia ingin tahu maka dia mengaktualisasikan diri dengan belajar, dan sebagainya. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan khusus tertentu itu memang merupakan syarat bagi realisasi diri seluruh organisme. Jadi disimpulkan oleh Goldstein (dalam Suryabrata, 1995) bahwa aktualisasi diri merupakan kecenderungan kreatif pada diri manusia. Hal tersebut merupakan prinsip organis yang mengatur sehingga organisme menjadi lebih berkembang dan sempurna.


(7)

Dengan kata lain konflik peran dapat muncul dari motif dua atau lebih kebutuhan yang berlawanan, karena tuntutan eksternal yang saling bertentangan atau karena adanya dua atau lebih motif yang berlawanan satu sama lain. Keadaan demikian terjadi secara serentak dan memiliki kualitas yang sama kuatnya sementara hanya diperlukan satu sikap atau perilaku dalam pilihannya.

Dalam banyak kesempatan, sering terdapat konflik kepentingan yang inheren, dimana kewajiban untuk menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu mungkin konflik dengan keinginan untuk berprestasi dalam pekerjaan dan aktualisasi diri sehingga individu berusaha membagi waktu, energi dan kemampuannya, walaupun pada akhirnya sering tidak berhasil karena individu hanya mampu memperhatikan satu peran dan peran lain diabaikan. Maka dari uraian tersebut rumusan masalah yang penulis ajukan, “apakah ada hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dan konflik peran terhadap citra diri”.

Atas hal di atas, penulis mencoba mengarahkan penelitian terhadap pentingnya hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dalam kaitannya dengan citra diri, dengan mengambil judul, hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dan konflik peran terhadap citra diri pada penyiar radio yang masih kuliah di Surakarta.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui:

1. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dan konflik peran terhadap citra diri pada penyiar radio yang masih kuliah.


(8)

2. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara konflik peran dan citra diri terhadap kebutuhan beraktualisasi diri.

3. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara citra diri dan kebutuhan beraktulisasi diri terhadap konflik peran.

4. Ingin mengetahui sejauh mana keadaan beraktualisasi diri pada penyiar radio yang masih kuliah.

5. Ingin mengetahui sejauh mana keadaan konflik peran pada penyiar radio yang masih kuliah.

6. Ingin mengetahui sejauh mana keadaan citra diri pada penyiar radio yang masih kuliah.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti, antara lain:

1. Bagi mahasiswa yang menjadi penyiar radio

Memberikan masukan pada mahasiswa yang berminat menjadi penyiar radio, untuk mempertimbangkan konsekuensi yang akan dihadapi apabila ingin bekerja dan kuliah dalam waktu yang bersamaan, karena bekerja mempunyai tuntutan tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa.

2. Bagi para usahawan radio

Memberikan masukan pada perusahaan yang bergerak dibidang radio, untuk memperhatikan kesiapan individu ketika memasuki dunia kerja, misalnya pada saat penerimaan penyiar baru, perlu diadakan wawancara yang mendalam mengenai kemauan dan kemampuan individu untuk memahami tuntutan pekerjaan sebagai konsekuensi dari posisi yang akan didudukinya.


(9)

3. Bagi kalangan Psikologi

Diharapkan mampu memberikan masukan dan bahan pertimbangan serta tambahan informasi yang berarti bagi ilmuan psikologi khususnya psikologi sosial dan psikologi kepribadian.


(1)

Penyiar radio sering menyatakan bahwa diri mereka bukanlah seorang seniman, namun merupakan seseorang yang bekerja untuk seni secara profesional. Hal ini muncul karena seorang penyiar bukan hanya orang yang menyampaikan informasi atau memutar lagu yang disukai oleh pendengarnya. Lebih dari itu seorang penyiar adalah seorang yang mempunyai kemampuan yang mencakup kemampuan kognitif, emosi dan motorik (Yudo, 2000).

Menjadi penyiar dan mahasiswa adalah dua hal yang berbeda, dimana tugas dan kewajibannyapun berbeda pula. Dalam beberapa kesempatan tugas dan kewajiban tersebut dapat dilaksanakan, namun dalam kesempatan yang lain bisa saling bertentangan karena harapan peran terhadap satu posisi akan berbeda terhadap posisi lainnya, juga akan berbenturan dengan kebutuhan beraktualisasi diri.

Sehingga dari pertentangan ini akan membentuk gambaran diri yang disebut dengan citra diri. Citra diri itu sendiri berasal dari sumber-sumber yang subjektif, karena jarang orang lain mengatakan pendapatnya yang benar mengenai diri kita sendiri. Karena itu kita merasa bahwa citra diri tidak pasti, kita menjadi sangat peka untuk pendapat orang lain tentang kita. Oleh karena itu citra diri dipengaruhi peranan-peranan.

Melalui pendekatan sosiodinamik citra diri dan peranan dapat dijelaskan, dimana pendekatan ini melihat pribadi manusia seperti yang telah dikemukakan Sullivan tidak hanya dapat dilihat dalam konteks dari keadaan dan lingkungan sekarang, dan juga dari keadaan dan lingkungan di waktu yang akan datang. Dalam pendekatan ini, tidak penting apa yang dialami oleh seseorang. Yang penting adalah bagaimana seorang melihat waktu di kemudian hari.


(2)

Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang individu selalu berinteraksi dengan lingkungan. Hasil interaksi tersebut menghasilkan satu penilaian terhadap diri mengenai kemampuan-kemampuannya. Bila ia dipuji maka ia akan mempertahankan hal-hal yang ada dalam dirinya. Bila ia dikritik atau dicela, ia akan menjadi cepat melakukan perubahan-perubahan sehingga orang lain akan merubah pendapatnya. Dengan demikian, terbentuklah suatu penilaian pada diri individu, tidak hanya mengenai kemampuannya, tetapi juga penampilan fisik dan tingkah laku yang ditampilkannya.

Seorang individu yang memilih profesi penyiar mempunyai tuntutan peran seperti harus menghibur orang, tampil dengan menyenangkan dan mempunyai keterlibatan dengan orang banyak. Di sisi lain, individu tersebut memilih posisi sebagai mahasiswa yang mempunyai tugas dan kewajiban sebagai seorang yang harus belajar demi kemajuan dan cita-cita yang ingin dicapainya.

Pertentangan antara harapan peran dan aktualisasi diri ini seringkali muncul karena ada dua kebutuhan yang saling berlawanan. Dengan kata lain tuntutan lingkungan kampus dan masyarakat terhadap dirinya sebagai mahasiswa dan tuntutan kebutuhan beraktualisasi diri berbeda dengan tuntutan diri individu tersebut sebagai penyiar. Ketidakmampuan individu untuk menyelaraskan tuntutan-tuntutan tersebut, dapat menimbulkan keragu-raguan untuk mengambil tindakan yang tepat. Pada akhirnya sering muncul dalam bentuk-bentuk seperti menyelesaikan kuliah dalam waktu yang cukup lama dan prestasi kerja yang tidak optimal. Kondisi-kondisi seperti ini tentu tidak hanya merugikan individualnya, bahkan juga perusahaan tempat individu bekerja.


(3)

Berawal dari adanya pertentangan berbagai kebutuhan itulah yang menjadikan individu berpikir dan kemudian dimanisfestasikan dalam tindakannya untuk melihat bagaimana gambaran dirinya sendiri juga kebutuhan aktualisasi diri berkaitan dengan konflik peran yang dihadapi. Di satu sisi bila ia berhasil meraih satu harapan, misalnya sebagai seorang penyiar, dengan sukses maka image yang ada pada dirinya menjadi positif/baik, karena ia merasa mampu serta eksis berada didalamnya, dan terpenuhinya kebutuhan beraktualisasi diri. Namun pada posisi yang lain, yaitu sebagai mahasiswa, yang mungkin karena keterlibatannya yang terlalu dalam dengan dunia kepenyiarannya, mengakibatkan menurunnya prestasi belajar, sehingga pada akhirnya image terhadap dirinya sendiri menjadi buruk dalam kaitannya dengan dunia perguruan tinggi.

Selain tuntutan peran, banyak juga individu yang memilih profesi sebagai penyiar hanya sekedar ingin memenuhi kebutuhan bagi aktualisasi dirinya. Menurut Goldstein (dalam Suryabrata, 1995) aktualisasi diri adalah motif pokok, atau malah satu-satunya motif yang mendorong tingkah laku individu (organisme). Selanjutnya dikatakan bahwa dorongan yang berbeda-beda sebenarnya hanyalah manifestasi satu tujuan hidup pokok yaitu aktualisasi diri. Apabila seseorang lapar dia mengaktualisasikan dirinya dengan makan, apabila dia ingin tahu maka dia mengaktualisasikan diri dengan belajar, dan sebagainya. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan khusus tertentu itu memang merupakan syarat bagi realisasi diri seluruh organisme. Jadi disimpulkan oleh Goldstein (dalam Suryabrata, 1995) bahwa aktualisasi diri merupakan kecenderungan kreatif pada diri manusia. Hal tersebut merupakan prinsip organis yang mengatur sehingga organisme menjadi lebih berkembang dan sempurna.


(4)

Dengan kata lain konflik peran dapat muncul dari motif dua atau lebih kebutuhan yang berlawanan, karena tuntutan eksternal yang saling bertentangan atau karena adanya dua atau lebih motif yang berlawanan satu sama lain. Keadaan demikian terjadi secara serentak dan memiliki kualitas yang sama kuatnya sementara hanya diperlukan satu sikap atau perilaku dalam pilihannya.

Dalam banyak kesempatan, sering terdapat konflik kepentingan yang inheren, dimana kewajiban untuk menyelesaikan kuliah dengan tepat waktu mungkin konflik dengan keinginan untuk berprestasi dalam pekerjaan dan aktualisasi diri sehingga individu berusaha membagi waktu, energi dan kemampuannya, walaupun pada akhirnya sering tidak berhasil karena individu hanya mampu memperhatikan satu peran dan peran lain diabaikan. Maka dari uraian tersebut rumusan masalah yang penulis ajukan, “apakah ada hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dan konflik peran terhadap citra diri”.

Atas hal di atas, penulis mencoba mengarahkan penelitian terhadap pentingnya hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dalam kaitannya dengan citra diri, dengan mengambil judul, hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dan konflik peran terhadap citra diri pada penyiar radio yang masih kuliah di Surakarta.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui:

1. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara kebutuhan beraktualisasi diri dan konflik peran terhadap citra diri pada penyiar radio yang masih kuliah.


(5)

2. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara konflik peran dan citra diri terhadap kebutuhan beraktualisasi diri.

3. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara citra diri dan kebutuhan beraktulisasi diri terhadap konflik peran.

4. Ingin mengetahui sejauh mana keadaan beraktualisasi diri pada penyiar radio yang masih kuliah.

5. Ingin mengetahui sejauh mana keadaan konflik peran pada penyiar radio yang masih kuliah.

6. Ingin mengetahui sejauh mana keadaan citra diri pada penyiar radio yang masih kuliah.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti, antara lain:

1. Bagi mahasiswa yang menjadi penyiar radio

Memberikan masukan pada mahasiswa yang berminat menjadi penyiar radio, untuk mempertimbangkan konsekuensi yang akan dihadapi apabila ingin bekerja dan kuliah dalam waktu yang bersamaan, karena bekerja mempunyai tuntutan tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa.

2. Bagi para usahawan radio

Memberikan masukan pada perusahaan yang bergerak dibidang radio, untuk memperhatikan kesiapan individu ketika memasuki dunia kerja, misalnya pada saat penerimaan penyiar baru, perlu diadakan wawancara yang mendalam mengenai kemauan dan kemampuan individu untuk memahami tuntutan pekerjaan sebagai konsekuensi dari posisi yang akan didudukinya.


(6)

3. Bagi kalangan Psikologi

Diharapkan mampu memberikan masukan dan bahan pertimbangan serta tambahan informasi yang berarti bagi ilmuan psikologi khususnya psikologi sosial dan psikologi kepribadian.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN PERAN GURU DENGAN BELAJAR BERDASAR REGULASI Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Peran Guru Dengan Belajar Berdasar Regulasi Diri Pada Akseleran.

0 10 20

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN PERAN GURU DENGAN BELAJAR BERDASAR REGULASI Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Peran Guru Dengan Belajar Berdasar Regulasi Diri Pada Akseleran.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI PADA PENYIAR RADIO YANG MASIH KULIAH DI SURAKARTA.

0 1 9

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS DENGAN HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOLOGIS DENGAN KUALITAS PELAYANAN.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI DAN KREATIVITAS DENGAN PERSEPSI TERHADAP Hubungan Antara Kebutuhan Aktualisasi Diri dan Kreativitas dengan Persepsi Terhadap Partisipasi Kerja KAryawan.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU, PERAN AYAH DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN Hubungan Antara Peran Ibu, Peran Ayah Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Sosial Remaja.

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU, PERAN AYAH DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN Hubungan Antara Peran Ibu, Peran Ayah Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Sosial Remaja.

0 0 19

HUBUNGAN ANTARA KETERBUKAAN DIRI ISTRI DENGAN KEMAMPUAN MENGELOLA KONFLIK Hubungan Antara Keterbukaan Diri Istri Dengan Kemampuan Mengelola Konflik Dalam Perkawinan.

0 2 19

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DENGAN Hubungan Antara Citra Raga Dengan Kepercayaan Diri Pada Pria.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA AKHIR

0 0 11