PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS Penatalaksanaan fisioterapi pada stiffness elbow joint post. Orif epicondylus lateral sinistra di rsud dr. Moewardi surakarta.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS
ELBOW JOINT POST. ORIF EPICONDYLUS LATERAL
SINISTRA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III
pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

HENDRA TRIO FIRMANILA
J 100 110 053

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW JOINT
POST. ORIF EPYCONDILUS LATERAL SINISTRA DI RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA
ABSTRAK

Stiffness Elbow Joint adalah akibat dari adanya fibrasi dan oedem di
daerah kapsul ligament dan otot sekitar sendi karena perlengketan di jaringan
lunak satu sama lain. Keadaan ini akan bertambah parah jika immobilisasi
berlangsung lama dan sendi dipertahankan dalam posisi ligament terpendek.
Bentuk pelayanan Fisioterapi pada kondisi Stiffness Elbow Joint Sinistra adalah
untuk pemeliharaan dan memulihkan gerak fungsi tubuh secara manual maupun
dengan peralatan. Untuk mengetahui pelaksanaan Fisioterapi dalam mengurangi
nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot, dan
meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kondisi Stiffness Elbow Joint
Sinistra dengan menggunakan modalitas Infra Red (IR) dan Terapi Latihan (TL).
Setelah dilakukan terapi selama 6 kali terapi didapat hasil penilaian nyeri diam T1
: 1 menjadi T6 : 1, Nyeri tekan T1 : 1 menjadi T6 : 1, nyeri gerak T1 : 4 menjadi
T6 : 3, peningkatan lingkup gerak sendi elbow, gerak aktif T1 : S (0-0-90°)
menjadi T6 : S (0-0-95°), peningkatan kekuatan otot Fleksor Elbow Sinistra T1 : 3
menjadi T6 : 4, Ekstensor Elbow Sinistra T1 : 4 menjadi T6 : 5, peningkatan nilai
aktivitas kemampuan fungsional saat berpakaian (anggota tubuh atas) T1 : 5,
menjadi T6 : 6. Infra Red (IR) dapat mengurangi nyeri dalam kondisi Stiffness
Elbow Joint Sinistra. Terapi Latihan (TL) dapat meningkatkan lingkup gerak
sendi dan meningkatkan kekuatan otot pada kondisi Stiffness Elbow Joint Sinistra.
Kata kunci : Stiffness Elbow Joint Sinistra, Infra Red (IR) dan Terapi Latihan

(TL).

ABSTRACT
Stiffness Elbow Joint is a condition with fibration and oedema in the
capsule ligaments and muscles around the joints because of adhesions in the soft
tissues of each other. This condition will worsen if prolonged immobilization and
joint ligament retained in the shortest position. Physiotherapy service on condition
Stiffness Elbow Joint Sinistra is to maintain and restore movement of the body
functions manually or with equipment. To investigate the implementation of
physiotherapy in reducing pain, increasing range of motion, increase muscle
strength and improve functional activity in conditions Stiffness joint of Elbow
sinistra modalities using Infra Red (IR) and Exercise Therapy (TL). After
treatment for 6 times the therapeutic results obtained pain assessment silent T1: 1
to T6: 1, push pain T1: 1 to T6: 1, movement pain T1: 4 to T6: 3, increased range
of motion elbow, active movement T1: S (0-0-90 °) becomes Q6: S (0-0-95 °),
increase muscle strength Elbow Flexor Sinistra T1: 3 to T6: 4, Elbow extensor
Sinistra T1: 4 to T6: 5, increasing the value of the activity of functional abilities
when dressing (upper limb) T1: 5, became T6: 6. Infra Red radiation can reduce
pain in Elbow Joint stiffness Sinistra. Exercise therapy can increase the range of
motion and increase muscle strength in Elbow Joint stiffness Sinistra.

Keywords: Elbow Joint stiffness Sinistra, Infra Red radiation and Exercise
Therapy.

1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu penyakit yang dapat terjadi karena trauma yaitu patah tulang
(fraktur). Misalnya fraktur epycondilus lateral regio humeri. Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang di sebabkan karena terjadinya
benturan yang keras secara mendadak (Ningsih, 2009), penanganan fraktur
secara operatif yaitu dengan tindakan ORIF (Open Reduction Internal
Fixation). Seperti pada fraktur epycondilus lateral regio humerus. Fraktur di

daerah ini, dapat terjadi komplikasi-komplikasi tertentu, seperti kekakuan sendi
siku (stiffness elbow joint).
Stiffness elbow joint post operatif merupakan suatu kualitas kekakuan atau

infleksibilitas, immobilitas dan konsolidasi sebuah sendi yang disebabkan oleh
penyakit, cidera atau tindakan bedah (Dorland, 2002). Stiffness joint atau

kekakuan sendi adalah akibat dari oedem dan fibrasi pada kapsul ligament dan
otot sekitar sendi atau perlengketan dari jaringan lunak satu sama lain. Keadaan
ini bertambah parah jika immobilisasi berlangsung lama dan sendi di
pertahankan dalam posisi ligament terpendek (Brader.H, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut : Apakah infra merah dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan
meningkatkan aktifitas fungsional pada kasus Stiffness Elbow Joint Post. ORIF
Epycondilus Lateral sinistra ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penyusunan rumusam masalah ini tersebut adalah: 1) Tujuan
umum

yaitu

untuk

meningkatkan


pengetahuan

dalam

mempelajari,

menganalisa dan mengambil suatu kesimpulan tentang kondisi . 2) Tujuan
Khusus yaitu untuk mengetahui manfaat program fisioterapi berupa IR dan
Terapilatihan dalam menurunkan nyeri, meningkatkan kekuatan otot,
mengembalikan ROM (range of motion) pada sendi siku, serta meningkatkan
kemampuan fungsional pasien sepertih halnya mandi, makan, berpakaian dan
lain-lain.
2

1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ilmiah pada kondisi Stiffness Elbow Joint
diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1) Bagi Penulis yaitu akan menambah
pemahaman dalam melaksanakan proses fisioterapi pada kondisi Stiffness
Elbow Joint Post.Orif Lateral Condylus regio humerus dengan modalitas Sinar


Infra Merah dan Terapi Latihan. 2) Bagi Institusi adalah sebagai referensi
tambahan untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Stiffness
Elbow Joint post. Orif lateral condylus dengan modalitas Sinar Infra Merah

dan Terapi Latihan. 3) Bagi Fisioterapi yaitu untuk mendapatkan metode terapi
yang tepat dan bermanfaat dalam melakukan penanganan pada kondisi Stiffness
Elbow Joint post. Orif Lateral Condylus dengan modalitas Sinar Infra Merah

dan Terapi Latihan. 4) Bagi Masyarakat adalah sebagai pertimbangan
mengenai peran fisioterapi pada kondisi Stiffness Elbow Joint dengan
modalitas Sinar Infra Merah dan Terapi Latihan sehingga tidak terjadi
malpraktik akibat keidaktahuan masyarakat akibat kesalahan penanganan awal
pada kondisi ini.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Stiffness elbow joint post operatif merupakan suatu kualitas kekakuan atau

infleksibilitas, immobilitas dan konsolidasi sebuah sendi yang disebabkan oleh
penyakit, cidera atau tindakan bedah (Dorland, 2002). Stiffness joint atau

kekakuan sendi adalah akibat dari oedem dan fibrasi pada kapsul ligament dan
otot sekitar sendi atau perlengketan dari jaringan lunak satu sama lain. Keadaan
ini bertambah parah jika immobilisasi berlangsung lama dan sendi di
pertahankan dalam posisi ligament terpendek (Brader.H, 2006).
2.2 Etiologi
Faktor utama penyebab keterbatasan gerak dari stiffness elbow joint
post.ORIF epycondilus lateral ini karena kesalahan atau tidak sempurnanya

dalam proses reposisi dan immobilisasi, kurangnya aktifitas pada sendi siku
yang disebabkan karena nyeri, sendi siku yang immobile akan menyebabkan
statis pada vena dan spasme sehingga menyebabkan kekurangan oksigen yang

3

dapat menimbulkan reaksi timbulnya oedema, eksudasi, dan akhirnya
menyebabkan kekakuan sendi sehingga menyebabkan keterbatasan gerak.
Kekakuan sendi biasanya terjadi setelah fraktur. Kekakuan sendi ini timbul
karena terdapat oedema dan fibrosis pada kapsul, ligamen dan otot disekitar
sendi perlengketan dari jaringan lunak satu sama lain atau ke tulang yang
mendasari (Thomas, 2011). Dalam kasus ini terdapat tindakan ORIF berupa

pemasangan wire pen pada epycondilus lateral kemudian di pasang gips untuk
waktu yang relative lama sehingga menyebabkan kekakuan atau keterbatasan
gerak sendi siku.
2.3 Patofisiologi
Penumpukan cairan dari intravaskuler ke dalam jaringan interstitial, yang
salah satu penyebabnya adalah karena reaksi inflamasi (radang) akibat cidera
jaringan. Vasokonstriksi sementara pada arteriole dilanjutkan dengan
vasodilatasi arteriole dan venule serta membukanya pembuluh darah kapiler
dan menyebabkan hyperemia. Adanya vasodilatasi mengakibatkan pembuluh
darah kapiler menjadi lebih permeable terhadap cairan dan molekul yang besar,
sehingga menyebabkan terjadinya cairan produksi exudat yang berlebihan.
Pada saat yang bersamaan, muncul leukosit di sepanjang pinggiran lumen,
kemudian menyebar melalui dinding pembuluh darah ke jaringan, di bawah
stimulus zat kimia yang keluar dari jaringan yang rusak, yang pada akhirnya
akan menimbulkan pembengkakan (Kisner, 2007).
Dengan keadaan tersebut maka pasien biasanya akan membatasi setiap
gerakan yang berhubungan dengan nyeri, sendi-sendi menjadi kaku, oedema,
kulit basah, bergaris-garis, halus, dan mengkilap. Latihan dan pengompresan
dapat mengurangi gejala-gejala tersebut.
2.4 Tanda dan Gejala Klinis Pada siku

a) Nyeri, merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi merusak
jaringan. Secara biologis tanda nyeri menunjukn adanya kerusakan jaringn
yang secara potensial berbahaya (Thomas, 2011). b) Kaku sendi, penyebab
utama masalah yang menimbulkan sendi siku kaku adalah cidera atau penyakit.
Ini karena siku terdiri dari 3 sendi berbeda yang tersambung dengan sangat

4

baik, dan berdekatan serta mengandung struktur jaringan lunak.c) Keterbatasan
Lingkup Gerak Sendi, penyebab utama dari keterbatasan gerak adalah nyeri.
Pada saat sendi digerakkan secara pasif pasien akan merasakan nyeri yang
sangat hebat, sehingga pasien cenderung untuk tidak bergerak, maka otot-otot
penggerak sendi akan memendek sehingga potensial terjadi spasme karena
mempertahankan posisi dalam waktu yang lama, dapat pula mengalami
perlengketan sendi maka akan mengalami keterbatasan gerak pada sendi
(Brader.H, 2006). d) Penurunan kekuatan otot, dengan adanya immobilisasi
yang terlalu lama maka kontraksi otot akan sangat minimal, hal ini akan
menurunkan jumlah suplai darah ke sel, jaringat otot sekitar siku. Sehingga
nutrisi dan oksigen yang disalurkan tidak memadai untuk proses kontraksi otot

dan volume otot menjadi menurun. e) Kontrakur adalah terbatasnya mobilitas
sendi sebagai akibat dari perubahan patologis pada permukaan sendi atau
jaringan lunak secara fungsional berhubungan dengan sendi (Dorland, 2002).
Kontraktur dapat terjadi karena kurangnya aktifitas selama masa penyembuhan
pada jaringan otot.
2.5 Teknologi Intervensi Fisioterapi
2.5.1 Infra Red (IR)
Sinar infra merah merupakan pancaran gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang 7.700 – 4 juta A. Klasifikasi sinar infra merah :
Berdasarkan panjang gelombang, infra merah terdiri dari : gelombang
panjang (non penetrating) dan gelombang pendek (penetrating). Gelombang
panjang mempunyai panjang gelombang diatas 12.000 A. Daya penetrasi sinar
ini hanya sampai kepada lapisan superfisial epidermis, yaitu sekitar 0,5 mm.
Sedangkan gelombang pendek (penetrating) mempunyai panjang gelombang
antara 7.700-12.000 A. Daya penetrasi lebih dalam dari yang gelombang
panjang, yaitu sampai jaringan sub cutan kira-kira dapat mempengaruhi secara
langsung terhadap pembuluh darah kapiler, pembuluh limfe, ujung-ujung
syaraf dan jaringan-jaringan lain dibawah kulit.
2.5.2 Terapi Latihan
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakan

gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk pemeliharaan dan

5

perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler, mobilitas dan
fleksibilitas, stabilitas , rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan
fungsional. Atau dapat pula didefinisikan sebagai suatu usaha untuk
mempercepat penyembuhan dari suatu injuri atau penyakit tertentu yang telah
merubah cara hidupnya yang normal.
3. PROSES FISIOTERAPI
3.1 Identitas Pasien
Dari hasil anamnesis yang berhubungan dengan kasus ini di dapatkan hasil
sebagai berikut, dilakukan pada tanggal 9 Januari 2016 diperoleh data
diantaranya, nama : OS, umur : 21 tahun, jenis kelamin : Laki-laki, agama:
Islam, pekerjaan : karyawan pabrik, alamat : Sambirejo, Jumantono
Karanganyar RT 02/ RW 04.
3.2 Keluhan Utama
Pasien mengeluh adanya kekakuan pada sendi sikunya sisi kiri. Kesulitan
saat digunakan menekuk dan diluruskan secara full. Terdapat rasa nyeri saat
digunakan menggerakkan tangannya tersebut. Terutama saat menekuk siku.
3.3 Pemeriksaan Fisioterapi
Pemeriksaan Fisioterapi pada kasus Stiffness Elbow Joint Post. ORIF
Epycondilus Lateral Sinistra meliputi inspeksi (statis dan dinamis), palpasi,

pemeriksaan gerak (aktif, pasif dan isometrik melawan tahanan), pemeriksaan
kemampuan fungsional, pemeriksaan nyeri, pemeriksaan kekuatan otot,
pemeriksaan lingkup gerak sendi, pemeriksaan spesifik.
3.4 Problematik Fisioterapi
Adanya nyeri gerak saat di paksakan full fleksi, adanya keterbatasan gerak
pada siku kiri, adanya penurunan kekuatan otot, adanya gangguan aktifitas
fungsional, pasien mengalami kesulitan saat ganti pakaian/baju, adanya
keterbatasan saat aktivitas mandi terutama saat menggunakan gayung.
3.5 Tujuan Fisioterapi
Pada kasus ini terapi yang diberikan ada yang bertujuan untuk jangka
pendek dan jangka panjang. Adapun tujuan jangka pendeknya adalah : a)
Mengurangi nyeri, b) Mengurangi spasme, c) Meningkatkan LGS Sendi Siku
6

Kiri, d) Menambah kekuatan otot fleksor dan ekstensor siku kiri. Sedangkan
Tujuan jangka panjangnya adalah : a) Melanjutkan program tujuan jangka
pendek, b) Meningkatkan aktivitas fisik dan kemampuan fungsional pasien
secara maksimal.

3.6 Pelaksanaan Fisioterapi
Pelaksanaan terapi dilakukan mulai tanggal 9 Januari 2016. Modalitas
fisioterapi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan adalah Infra Red
(IR), dan Terapi Latihan free active movement, force passive movement, dan
ressisted active exercise. Tujuan yang hendak di capai pada kondisi ini adalah

untuk mengurangi nyeri gerak pada siku kiri, spasme, meningkatkan LGS
siku dan menambah kekuatan otot, sehingga aktifitas fungsional pasien
meningkat.
3.7 Evaluasi
3.7.1 Nyeri dengan VDS
Keadaan diam

Keadaan bergerak

Keadaan saat ditekan

T1

Tidak Nyeri

Nyeri tidak begitu berat

Nyeri sangat ringan

T2

Tidak Nyeri

Nyeri tidak begitu berat

Nyeri sangat ringan

T3

Tidak Nyeri

Nyeri tidak begitu berat

Nyeri sangat ringan

T4

Tidak Nyeri

Nyeri tidak begitu berat

Nyeri sangat ringan

T5

Tidak Nyeri

Nyeri ringan

Tidak nyeri

T6

Tidak Nyeri

Nyeri ringan

Tidak nyeri

3.7.2 Kekuatan
Otot
Fleksor

Otot dengan MMT

T1

T2

T3

T4

T5

T6

3

3

3

3

4

4

4

4

4

4

5

5

Elbow
Ekstensor
Elbow

3.7.3 LGS sendi siku kiri dengan goneometer

7

TERAPI
Ekstensi

T1

T2

T3

T4

T5

T6

-

Fleksi (pasif)

EkstensiFleksi (aktif)

S 0-0-100°

S 0-0-100°

S 0-0-100°

S 0-0-100°

S 0-0-100°

S 0-0-110°

S 0-0-90°

S 0-0-90°

S 0-0-90°

S 0-0-90°

S 0-0-90°

S 0-0-95°

3.7.4 Aktifitas fungsional dengan dengan FIM (Fungtional Independent
Measure)

No. Aktifitas
1.

2.

3.

4.

5.

6.

Perawatan diri
- Berdandan
- Makan
- Mandi
- Berpakaian (tubuh
atas)
- Berpakaian (tubuh
bawah)
- Toileting
Kontrol sfingter
- Kontrol BAK
- Kontrol BAB
Mobilitas
- Transfer
(bed/kursi/kursi
roda)
- Transfer (toilet)
- Transfer
(bak/tub/shower)
Lokomosi
- Jalan atau memakai
kursi roda
- Naik-turun
trap
Komunikasi
- Komprehensif
- Ekspresi
Kognisi sosial
- Interaksi sosial
- Pemecahan masalah
- Memori
JUMLAH

Nilai
Max

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

7
7
7
7

7
7
7
4

7
7
7
4

7
7
7
4

7
7
7
4

7
7
7
5

7
7
7
6

7
7
7
6

7

6

6

6

6

6

6

6

7

7

7

7

7

7

7

7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7

7

7

7

7

7

7

7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7

7
7
7
126

7
7
7
122

7
7
7
122

7
7
7
122

7
7
7
122

7
7
7
123

7
7
7
124

7
7
7
124

8

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pasien atas nama O.S umur 21 tahun, setelah diberikan tindakan fisioterapi
sebanyak enam kali dengan menggunakan modalitas Infra Red, dan Terapi
Latihan di dapatkan hasil yang baik. Berikut ini catatan hasil berupa grafik
peningkatan dari pasien.

4.1.1 Nyeri
Evaluasi nyeri dengan VDS
nyeri tidak tertahankan
nyeri berat
nyeri cukup berat

Nilai Skala VDS

nyeri tidak begitu barat

NYERI DIAM

nyeri ringan

NYERI TEKAN

nyeri sangat ringan

NYERI GERAK

tidak nyeri

T1

T2 T3 T4 T5
Tindakan Terapi

T6

4.1.2 Lingkup Gerak Sendi

Nilai

Evaluasi LGS pasif dengan goneometer
120
100
80
60
40
20
0

FLEKSI
EKSTENSI

T1 T2 T3 T4 T5 T6
Tindakan terapi

Evaluasi LGS aktif dengan goneometer

9

Nilai

100
80
60
40
20
0

FLEKSI
EKSTENSI

T1 T2 T3 T4 T5 T6
Tindakan terapi

4.1.3 Kekuatan Otot
Evaluasi kekuatan otot dengan MMT
5
4

Nilai

3

FLEKSOR
EKSTENSOR

2
1
0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Tindakan terapi

4.1.4 Aktifitas fungsional
Evaluasi aktifitas fungsional dengan FIM
7
6
5
Aktifitas berpakaian (tubuh
atas)

4
3

Aktifitas berpakaian (tubuh
bawah)

2
1
0
T1

T2

T3

T4

T5

4.2 Pembahasan
10

T6

4.2.1 Nyeri
Berkurangnya nyeri karena efek panas yang dihasilkan IR menyebabkan
pemanasan superficial dengan kedalaman penetrasi hanya pada permukaan kulit.
Hal ini akan memberikan efek rileksasi pada otot serta adanya pengangkatan sisa
metabolisme. Sedangkan terapi latihan sangat membantu mengurangi nyeri karena
ada gerakan ringan perlahan dapat merangsang propioceptor yang merupakan
aktifitas dari selaput afferent berdiameter besar yang menutup spinal gate nyeri
tidak sampai ke otak (Sujatno, 2002).

4.2.2 Lingkup Gerak Sendi
LGS elbow joint sinistra dapat meningkat karena adanya terapi latihan
yang diberikan secara dini yang dapat mencegah perlengketan jaringan, terapi
latihan dapa tmerileksasi otot yang mengalami spasme sehingga dapat
dilakukan penguluran yang maksimal dan dapat menurunkan nyeri, menjaga
elastisitas dan kontaktilitas jaringan otot, memelihara kekuatan otot serta
mencegah kontraktur (Kisner, 2007). Dengan pemberian terapi latihan maka
akan dapat mengulur atau merenggangkan struktur yang memendek pada sendi
siku menjadi rileks, sehingga otot-otot yang mengalami keterbatasan akan
terulur atau merenggang, sedangkan terapi latihan bila dilakukan secara teratur
dengan dosis sesuai gerakan serta fiksasi secara benar otot-otot yang
mengalami keterbatasan gerak terulur sehingga lingkup gerak sendi akan
meningkat (Sujatno, 2002).
4.2.3 Kekuatan Otot
Peningkatan kekuatan otot terjadi seiring peningkatan LGS (lingkup gerak
sendi) dan karena adanya terapi latihan. Dengan terapi latihan secara aktif
maka akan terjadi peningkatan kekuatan otot karena suatu gerakan pada tubuh
selalu disertai oleh kontraksi otot, sedangkan kekuatan kontraksi itu tergantung
dari sistem motor unitnya. Motor unit merupakan suatu neuron dari grup otot,

11

jadi semakin banyak motor unit terekrut, maka semakin kuat kontraksi otot
tersebut. Apabila tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi, otot akan
beradaptasi dan menjadi lebih kuat.
4.2.4 Aktifitas Fungsional
Dari hasil evaluasi aktifitas fungsional di dapatkan adanya peningkatan
kemampuan aktivitas fungsional dalam menggunakan lengannya yang sakit.
Peningkatan kemampuan aktivitas fungsional dapat dicapai karena adanya
perbaikan dari permasalahan fisioterapi berupa penurunan nyeri gerak,
peningkatan LGS dan peningkatan kekuatan otot penggerak sendi siku, maka
dengan adanya perbaikan tersebut dapat memudahkan pasien dalam melakukan
aktivitasnya.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan dan Saran
5.1.1 Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa pasien yang
bernama O.S umur 21 tahun, beralamat Sambirejo, Jumantono Karanganyar
RT 02/ RW 04 dengan diagnosa Stiffness Elbow Joint Sinistra Post.Orif
Lateral Condylus regio humerus setelah menjalani terapi di RSUD Dr.

Moewardi selama 6 kali terapi diperoleh hasil berupa :1) Adanya penurunan
nyeri dengan intensitas nyeri dari T1 sampai T6 mengalami penurunan dari
nyeri diam, nyeri tekan dan nyeri gerak. 2) Adanya peningkatan kekuatan otot
dari T1 sampai T6 dari grup otot fleksor elbow maupun ekstensor elbow. 3)
Untuk lingkup gerak sendi dari T1 sampai T6 juga terdapat sedikit
peningkatan. 4) Adanya peningkatan kemampuan aktifitas fungsional seperti
saat mandi bisa.
5.1.2 Saran
Dalam hal ini keberhasilan ditentukan oleh tim medis dan penderita
sendiri. Untuk mendukung lancarnya pelaksanaan program fisioterapi yang
telah ditetapkan maka latihan di rumah sesuai dengan yang dianjurkan terapis
seperti gerakan menekuk sendi siku, gerakan aktifitas seperti saat ganti
pakaian, makan, mandi dll, pasien disarankan agar lebih berhati-hati dalam

12

beraktifitas khususnya yang banyak menggunakan sendi siku seperti
mengangkat berat, mendorong ataupun menarik benda berat. Dapat juga
memberikan kompres air hangat pada bagian yang sakit untuk menurunkan
bengkak dan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Brader H. Konin JG. Wiksten DL. Isear Jr JA. 2006. Special Tests For Orthopedic
Examination: 3nd ed. America: Slack Incorporated.
Dorland, 2002; Kamus Kedokteran Dorland; Edisi 29, Buku Kedokteran EGC, hal.
111, 701, 772, 1622, 2067.
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia . Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Paulsen,F. & Waschke,J. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum
dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
Hastono. 2007. Analisis Data Kesehatan. FKM UI. Jakarta.
Hudaya, Prasetya. 2002. Rematologi ; Politeknik Kesehatan Surakarta.
Kisner,Carolyn and Lynn Colby.1996.Therapeutic Exercise Foundation and
Techniques ( third edition). Philadelphia : F.A Davis Company.
Kisner, K dan Colby, LA. 2007. Therapautic Exercise Foundations and
Techniques. 5nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Ningsih, L. N. 2009 . Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal.Jakarta:Salemba Medika.
Omar,F. 2004. at a Glance Anatomy; Erlangga, Jakarta.
PERMENKES RI No.80. 2013. Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik
Fisioterapis. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Putz,R.,&Pabst,R.2003. Sobotta Atlas Anatomi Manusia . Edisi 21.Jakarta: EEG
Penerbit Buku Kedokteran.
Riskesdas Depkes RI. 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Dipetik April 02,2016, dari Depkes RI :www.depkes.go.id
Sujatno . 2002 ; Sumber Fisis ; Akademi Fisioterapi Surakarta
Thomas, A, Mark . 2011. Terapi & Rehabilitasi Fraktur. Jakarta : EGC.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga
Kesehatan. Dipetik Mei 06,2016,dari: www.kemenkopmk.go.id/content/uunomor-36-tahun-2014.

13

Wahyono, Y, 2002; Tehnik-Tehnik dalam PNF ; Makalah Pelatihan Fisioterapi
Sasana Husada, AKFIS DEPKES, Surakarta.

14

Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW Penatalaksanaan fisioterapi pada stiffness elbow joint post. Orif epicondylus lateral sinistra di rsud dr. Moewardi surakarta.

0 2 16

PENDAHULUAN Penatalaksanaan fisioterapi pada stiffness elbow joint post. Orif epicondylus lateral sinistra di rsud dr. Moewardi surakarta.

1 2 6

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Stiffness Elbow Joint Dextra Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta.

0 0 15

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Stiffness Elbow Joint Dextra Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta.

2 12 4

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Stiffness Elbow Joint Dextra Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta.

0 1 22

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Stiffness Elbow Joint Sinistra Di RSUD Salatiga.

1 2 14

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Stiffness Elbow Joint Sinistra Di RSUD Salatiga.

0 1 12

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Stiffness Elbow Post Reposisi Dislokasi Elbow Sinistra Di Rs. Panembahan Senopati Bantul.

0 0 15

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Stiffness Elbow Post Reposisi Dislokasi Elbow Sinistra Di Rs. Panembahan Senopati Bantul.

0 1 5

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI STIFFNESS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Stiffness Elbow Post Reposisi Dislokasi Elbow Sinistra Di Rs. Panembahan Senopati Bantul.

0 0 16