penetapan pajak hiburan terhadap kegiatan olahraga biliar dan boling dihubungkan dengan undang-undang no.3 tahun 2005tentang sistem keolahragaan nasional.

ABSTRAK

Pajak merupakan bagian dari pembangunan. Pembiayaan dari Pajak digunakan
untuk berbagai macam hal seperti untuk pembiayaan ASN, pembangunan jalan,
penerangan jalan, cicilan hutang luar negeri dan lain-lain. Pajak adalah perikatan antara
wajib Pajak dengan Negara dimana disana tidak ada prestasi secara langsung. Pajak
terdiri dari 16 jenis Pajak salah satunya adalah Pajak hiburan. Pajak hiburan sendiri
diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah. Pajak hiburan terdiri dari beberapa hal yang dimasukan dalam Pajak hiburan
diantaranya Film, Musik, Pertunjukan seni lainnya, Biliar, Boling, Pacuan kuda.
Beberapa hal menjadi masalah dalam hal ini seperti dimasukannya Billiard, Bowling dan
Pacuan kuda karena notabenya adalah olahraga, meskipun pada UU sebelumnya
terdapat pula kata Golf tetapi dihapus setelah kasasi ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Bila tetap diberlakukannya Pajak hiburan tersebut maka akan ada kenaikan Pajak
sebesar 15%. Sehingga akan memberatkan subjek Pajak serta akan membuat
pengusaha biliar dan boling menjadi kekurangan pelanggan karena harganya menjadi
lebih mahal.
Skripsi ini bertujuan untuk memberikan pendapat serta solusi atas hal-hal
tersebut. Untuk metode penelitian skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif
karena menitikberatkan pada Undang-Undang. Hasil yang diperoleh pun berasal dari
Objek penelitian di Siliwangi bowling center, Barcode pool table, Driving range siliwangi

golf.
Menurut hasil penelitian baik secara langsung maupun dihubungkan dengan
Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, maka Biliar dan Boling merupakan
olahraga dan bukan hanya sekedar hiburan.