PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI.

PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJ A (K3) TERHADAP KINERJ A PROYEK
KONSTRUKSI

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyar atan dalam memper oleh
Gelar Sarjana Teknik Sipil (S-1)

Disusun Oleh :
ADHI NUGRAHA
1353310128

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


TUGAS AKHIR
PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJ A (K3) TERHADAP KINERJ A PROYEK KONSTRUKSI
Disusun Oleh :
ADHI NUGRAHA
1353310128
Telah diuji, dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Tugas Akhir
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada hari Senin 28 Oktober 2013
Tim Penguji :
1. Penguji I,

Pembimbing :
1. Pembimbing I,

Nyoman Dita P Putra, ST., MT
NPT. 3 7003 00 01751
2. Pembimbing II,


Ir. Siti Zainab, MT
NIP. 19600105 199303 2 00 1
2. Penguji II,

Dra. Anna Rumintang, MT
NIP. 19620630 198903 2 00 1

Farida Rahmawati, ST., MT

3. Penguji III,

Dr s. Ir. Made Dharma Astawa, MT
NIP. 19530919 198601 1 00 1

Mengetahui :
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Ir. Naniek Ratni J AR, M.Kes.

NIP. 19590729 198603 2 00 1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik ALLAH SWT karena telah
memberikan cinta dan kasih sayang tulus yang selama ini menyertai langkahku,
detak jantungku, denyut nadiku, serta proses berfikir otakku, Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Saya
bersyukur akhirnya atas segala berkah dan rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Pemodelan Pengaruh Budaya
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Proyek
Konstruksi”.
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang diajukan untuk
meraih gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil yang tidak ternilai sejak awal

hingga selesainya tugas akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Ibnu Sholichin, ST., MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Nyoman Dita Pahang Putra, ST., MT. selaku dosen pembimbing utama
tugas akhir yang telah sabar dan ikhlas dalam membantu proses

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


penyusunan. Serta telah banyak memberikan waktu, ilmu, semangat,
nasihat, dan motivasi yang sangat berpengaruh dan menjadi suatu hal yang
tidak akan pernah dilupakan oleh peneliti.
4.

Dra. Anna Rumintang, MT. selaku dosen pembimbing kedua tugas akhir
yang telah berkenan memberikan bimbingan dan membagi ilmu, serta
waktunya semoga dapat berguna bagi peneliti dikemudian hari.

5.

Novie Handajani, ST., MT. selaku dosen wali yang telah memberikan
nasihat, ilmu dan motivasi serta petunjuk sewaktu proses perkuliahan
peneliti

di

Fakultas


Teknik

Sipil

dan

Perencanaan

Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6.

Ir. Siti Zainab, MT. selaku dosen yang telah memberikan ilmu, waktu serta
pengarahan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyusun tugas akhir
sampai selesai.

7.

Seluruh dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang berguna bagi peneliti semasa perkuliahan.

8.

Seluruh staf dan karyawan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

9.

Papa, Mama, Seluruh Keluarga Besar Papa dan Mama adalah orang-orang
yang paling saya cintai dan sayangi dalam hidupku. Terima kasih atas
semua doa, kasih sayang, kesabaran, pengertian, dukungan, dan
keikhlasannya dalam mengingatkan dan memberi semangat kepada
peneliti dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


10.

Ir. Magdiyana Wardhani selaku HRC Manager PT. Adhi Karya (Persero)
Tbk. yang telah mengizinkan peneliti untuk penyebaran kuesioner ke
proyek dermaga Multipurpose Teluk Lamong Surabaya (Paket A).

11.

Slamet Suharyanto selaku Safety Manager K3L PT. Adhi Karya (Persero)
Tbk. yang telah memberikan pengarahan dan membantu menyebarkan
kuesioner ke proyek dermaga Multipurpose Teluk Lamong Surabaya
(Paket A).

12.

Sahabat-sahabat yang selalu memberikan motivasi, waktu serta wawasan
dan spesial buat seseorang yang selalu ada, kesabaran, serta memberi
peneliti semangat, “ Zherlyta Alicia, Amd ”.
Semoga ALLAH SWT memberikan rahmat, hidayah, bimbingan,


kemudahan, keadilan dan cinta-Nya kepada pihak-pihak yang telah membantu
penulis. “ Ternyata hanya dari Diri Sendiri dan Kuasa ALLAH SWT yang
mampu merubah Nasib Seseorang ”.
Dengan segala rendah hati peneliti berharap semoga tugas akhir ini
bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa tugas
akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran sangat diharapkan oleh
penulis untuk perbaikan dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 11 September 2013

Penulis

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah ...................................................................... 3

1.3

Tujuan Penelitian ....................................................................... 3


1.4

Manfaat Masalah ....................................................................... 4

1.5

Batasan Penelitian ...................................................................... 5

1.6

Lokasi Penelitian ....................................................................... 6

TINJ AUAN PUSTAKA
2.1

Industri Konstruksi .................................................................... 7

2.2

Kecelakaan Kerja ....................................................................... 9

2.3

Teori-teori Kecelakaan Kerja ..................................................... 15

2.4

Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja ............................................ 23
2.4.1 Tindakan yang tidak aman (Unsafe act) ........................... 24
2.4.2 Kondisi yang tidak aman (Unsafe Condition)................... 27

2.5

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ..................................... 28
2.5.1 Aspek Psikologis Keselamatan dan Kesehatan Kerja ....... 30

v
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.5.2 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja..... 33
2.6

Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................. 36
2.6.1 Definisi Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........ 36
2.6.2 Konsep Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......... 37

2.7

Kinerja ..................................................................................... 41
2.7.1 Kinerja Proyek Konstruksi .............................................. 41

2.8

Teknik Analisa Data .................................................................. 43
2.8.1 Metode Analisa Data ...................................................... 43
2.8.2 Skala Pengukuran ........................................................... 44
2.8.3 Uji Normalitas Data ........................................................ 45
2.8.4 Uji Validitas ................................................................... 45
2.8.5 Uji Reliabilitas ................................................................ 47
2.8.6 Pengujian Asumsi Klasik ................................................ 48
2.8.7 Pengujian Regresi Linier Berganda ................................. 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Metodologi Penelitian ................................................................ 56

3.2

Unit Analisis .............................................................................. 56

3.3

Jenis dan Sumber Data ............................................................... 56

3.4

Definisi Operasional Variabel .................................................... 57

3.5

Instrumen Penelitian .................................................................. 63

3.6

Kerangka Konseptual ................................................................. 65

3.7

Hipotesis Penelitian ................................................................... 67

3.8

Metode Proses Penelitian ........................................................... 68

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1

Objek Penelitian Proyek Konstruksi ............................................ 72
4.1.1 Proyek Pembangunan Terminal Multipurpose Teluk
Lamong Surabaya ........................................................... 72

4.2

Deskripsi Responden Penelitian ................................................. 75
4.2.1 Jenis Kelamin Responden ............................................... 75
4.2.2 Usia Responden ............................................................... 76
4.2.3 Pendidikan Terakhir Responden ..................................... 76
4.2.4 Jabatan Responden ......................................................... 77
4.2.5 Lama Responden Bekerja Pada Proyek ........................... 79

4.3

Teknik Pengolahan Data ............................................................. 80
4.3.1 Uji Normalitas Data ........................................................ 80
4.3.2 Uji Validitas Instrumen ................................................... 81
4.3.3 Uji Reliabilitas Instrumen ............................................... 83

4.4

Deskripsi Variabel Penelitian ..................................................... 84
4.4.1 Variabel Komitmen Top Management Terhadap K3 (X1) 84
4.4.2 Peraturan dan Prosedur K3 (X2) ...................................... 85
4.4.3 Komunikasi Pekerja (X3) ................................................. 86
4.4.4 Kompetensi Pekerja (X4) ................................................ 87
4.4.5 Lingkungan Kerja (X5) ................................................... 88
4.4.6 Keterlibatan Pekerja dalam K3 (X6) ................................ 89
4.4.7 Kinerja Proyek Konstruksi (Y) ....................................... 90

4.5

Pengujian Asumsi Klasik ........................................................... 91

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.5.1 Uji Asumsi Autokorelasi ................................................. 91
4.5.2 Uji Asumsi Normalitas .................................................... 92
4.5.3 Uji Asumsi Multikolinieritas ........................................... 93
4.5.4 Uji Asumsi Linieritas ...................................................... 94
4.6

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ...................................... 94
4.6.1 Uji Variabel Dominan ..................................................... 96
4.6.2 Uji F ............................................................................... 96
4.6.3 Uji t ................................................................................ 99
4.6.4 Pemodelan pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan
kerja

terhadap

Kinerja

Proyek

Konstruksi

pada

Pembangunan Dermaga Multipurpose Teluk Lamong
Surabaya ......................................................................... 111
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan................................................................................. 114

5.2

Saran ........................................................................................ 115

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJ A (K3) TERHADAP KINERJ A PROYEK
KONSTRUKSI
Oleh :
ADHI NUGRAHA
1353310128

ABSTRAK
Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan
kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Secara umum dari unsur bahaya
tersebut dapat terjadi karena dua hal, yaitu pertama-kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) dan kedua-tindakan yang tidak aman (unsafe act) (Reason,
1997).
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi budaya K3 khususnya pada proyek konstruksi., (2) Mengetahui
besarnya pengaruh faktor-faktor budaya K3 terhadap kinerja proyek konstruksi.,
(3) Mengetahui pemodelan pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) terhadap kinerja proyek konstruksi. Penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek
manajerial dan non-manajerial.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam proses penelitian “Pemodelan
Pengaruh Budaya K3 terhadap Kinerja Proyek Konstruksi” ini bersifat Testing
Hypotheses dengan menggunakan Metode Survei-Kuantitatif. Untuk mengetahui
apakah variabel bebas (independen) mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel tidak bebas (dependen) digunakan metode analisis regresi linier
berganda.
Hasil penelitian secara simultan terdiri dari 6 variabel (X) berpengaruh
terhadap variabel (Y) berupa kinerja proyek konstruksi dengan kontribusi 0,586
(58,6%) (R2), dan sisanya 41,4% dijelaskan variabel (X) di luar dari yang
digunakan dalam penelitian ini. Secara parsial faktor-faktor yang berpengaruh
yaitu, Peraturan dan Prosedur K3 α (0,000 ≤0,05), (t hitung -4,286 ≤t tabel -2,002)
serta kontribusi -0,411 (-41,1%). Komunikasi Pekerja α (0,022 ≤0,05), (t hitung
2,354 ≥t tabel 2,002) serta kontribusi 0,312 (31,2%). Lingkungan Kerja α (0,005 ≤
0,05), (thitung 2,948 ≥t tabel 2,002) serta kontribusi 0,347 (34,7%). Sedangkan faktor
yang tidak mempengaruhi yaitu, Komitmen Top Management Terhadap K3 α
(0,189 ≥ 0,05), (t hitung 1,330 ≤ t tabel 2,002) serta kontribusi 0,226 (22,6%).
Kompetensi Pekerja α (0,120 ≥0,05), (t hitung 1,580 ≤t tabel 2,002) serta kontribusi
0,233 (23,3%). Keterlibatan Pekerja dalam K3 α (0,306 ≥0,05), (t hitung -1,034 ≥
ttabel -2,002) serta kontribusi -0,157 (-15,7%).
Kata Kunci: budaya keselamatan dan kesehatan kerja, kecelakaan kerja, kinerja
proyek konstruksi.

iv
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kegiatan jasa konstruksi telah terbukti memberikan kontribusi penting

dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi disemua negara di dunia
termasuk Indonesia, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta
(Kadin, 2002).
Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan
kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Situasi dalam lokasi proyek
mencerminkan karakter yang keras dan kegiatannya terlihat sangat kompleks dan
sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina yang prima dari pekerja yang
melaksanakannya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan konstruksi ini
penyumbang angka kecelakaan yang cukup tinggi. Banyaknya kasus kecelakaan
kerja serta penyakit akibat kerja sangat merugikan banyak pihak terutama tenaga
kerja yang bersangkutan (Ervianto, 2005).
Dalam menghadapi persaingan pasar bebas, perlu dilakukan langkahlangkah antisipatif yang harus dipersiapkan oleh perusahaan-perusahaan jasa
konstruksi, baik swasta maupun BUMN yang ada di Indonesia dengan melakukan
berbagai macam perbaikan guna meningkatkan kualitas kinerja manajemen,
sehingga dapat menghasilkan suatu sistem bisnis perusahaan jasa konstruksi yang
ideal (Ramli, 2009).

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Salah satu penyebab perusahaan jasa konstruksi tidak berkembang adalah
karena pengusaha dan top management tidak mau mengakui bahwa mereka perlu
membentuk kembali budaya perusahaan dan atau mengambil cara baru dalam
mengatur orang pada suatu tahap awal yang menjadi titik kritis dalam sejarah
perusahaan. Intervensi untuk mendorong perkembangan perusahaan dan sebelum
terjadinya pengaruh negatif dari perkembangan kebudayaan organisasi yang cepat
dan kepemimpinan yang dianggap dominan (Leanch and Kenny, 2000).
Di Indonesia telah ditetapkan beberapa peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja, antara lain sebagai berikut: Undang-Undang RI No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan Peraturan Menteri No: PER05/MEN/2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3). Peraturan-peraturan tersebut ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan
mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.
Ada fenomena yang menarik yang dimiliki oleh industri konstruksi, yaitu
pertama bahwa jasa industri konstruksi merupakan sebuah industri yang memiliki
resiko cukup besar, akan tetapi dapat diminimalisir dengan adanya program
keselamatan kerja melalui pembentukan budaya kerja yaitu salah satunya budaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Kedua, industri konstruksi merupakan
sebuah industri yang tidak sekedar berorientasi pada produk jadi sebagaimana
pada industri lain, akan tetapi berorientasi pada proses. Sehingga dalam penelitian
ini, akan menganalisa lebih jauh mengenai pengaruh budaya keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap kinerja dari suatu proyek konstruksi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1.

Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) khususnya pada proyek konstruksi Pembangunan
Dermaga Multipurpose Teluk Lamong Surabaya (paket A)?

2.

Bagaimana besarnya pengaruh faktor-faktor Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja proyek konstruksi khususnya pada
Pembangunan Dermaga Multipurpose Teluk Lamong Surabaya (paket A)?

3.

Bagaimana pemodelan pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) terhadap kinerja proyek konstruksi khususnya pada Pembangunan
Dermaga Multipurpose Teluk Lamong Surabaya (paket A)?

1.3.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut:

1.

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Budaya Keselamatan
dan

Kesehatan

Kerja

(K3)

khususnya

pada

proyek

konstruksi

Pembangunan Dermaga Multipurpose Teluk Lamong Surabaya (paket A).
2.

Mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja proyek konstruksi khususnya pada
Pembangunan Dermaga Multipurpose Teluk Lamong Surabaya (paket A).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

3.

Mengetahui pemodelan dari pengaruh budaya keselamatan dan kesehatan
kerja (K3)

terhadap kinerja proyek konstruksi khususnya pada

Pembangunan Dermaga Multipurpose Teluk Lamong Surabaya (paket A).

1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat kajian adalah sebagai berikut:

1.

Bagi akademisi yang berdisiplin ilmu manajemen konstruksi, diharapkan
dapat semakin memperkaya wawasan ilmu manajemen konstruksi yang
berkaitan dengan program keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu
proyek konstruksi.

2.

Bagi pihak praktisi yang bergerak di bidang konstruksi (pembangunan),
diharapkan dari hasil studi ini dapat disajikan masukan dan bahan
pemikiran untuk meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja
pada suatu proyek konstruksi dalam rangka untuk meminimalisasi
kecelakaan terhadap pekerja, sehingga tercipta lingkungan kerja yang
aman.

3.

Bagi sumber daya manusia yang terlibat dalam proyek konstruksi,
diharapkan dari hasil studi ini dapat memberikan informasi dan wacana
serta mendorong masyarakat untuk peduli dan ikut berperan aktif dalam
upaya meningkatkan penerapan budaya keselamatan dan kesehatan kerja
untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

1.5.

Batasan Masalah
Penelitian Pemodelan Pengaruh Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) terhadap Kinerja Proyek Konstruksi dibatasi pada aspek-aspek manajerial
dan non-manajerial, yaitu:
1.

Objek kajian penelitian adalah perusahaan jasa konstruksi yang sedang
melaksanakan proyek konstruksi Pembangunan Dermaga Multipurpose
Teluk Lamong Surabaya (paket A).

2.

Data-data yang digunakan merupakan data primer yang berupa data hasil
survey melalui penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap para
pekerja pada proyek konstruksi yang menjadi objek kajian.

3.

Objek kajian dalam penelitian adalah PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.,
dalam pekerjaan proyek konstruksi Pembangunan Dermaga Multipurpose
Teluk Lamong Surabaya (paket A).

4.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa statistik dengan bantuan
program SPSS versi 17.

5.

Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) hipotesis yang mewakili jawaban
sementara dari rumusan masalah penelitian yang terdiri dari:
a)

Hipotesis Nihil atau Nol Hipotesis (H0)
Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap variabel
Kinerja Proyek Konstruksi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

b)

Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Kerja (H1)
Diduga ada pengaruh yang signifikan antara variabel Budaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap variabel Kinerja
Proyek Konstruksi.

1.6.

Lokasi Penelitian

(Sumber : GoogleEarth)

Gambar 1.1 Peta Pembangunan Dermaga Multipurpose Teluk Lamong
Surabaya (paket A)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1.

Industri Konstruksi
Industri konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang

terkait dengan proses konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi
dan juga para pemasok yang bersama-sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam
industri (Hillebrandt, 1985).
Dibandingkan

dengan

industri

lain,

misalnya

industri

pabrikan

(manufacture), maka bidang konstruksi mempunyai karakteristik yang sangat
spesifik, bahkan unik. Karakteristik usaha jasa konstruksi terdiri dari
(Trisnowardono, 2002):
1.

Produk jual sebelum proses produksi dimulai;

2.

Produk bersifat “custom-made”;

3.

Lokasi produk berpindah-pindah;

4.

Proses produk berlangsung di alam terbuka;

5.

Penjualan produk dilakukan di alam terbuka;

6.

Proses produk melibatkan jenis peralatan berbagai klasifikasi dan
kualifikasi tenaga kerja, serta berbagai tingkatan teknologi;

7.

Penawaran suatu pekerjaan konstruksi umumnya berdasarkan pengalaman
melaksanakan pekerjaan sejenis;

7
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

8.

Pelaksanaan konstruksi mempunyai risiko untung rugi yang sangat
divergen yang semua baru dapat diketahui pada saat proyek selesai
dilaksanakan secara tuntas.
Jasa konstruksi tidak akan terlepas dari definisi tentang bentuk dan jenis

pekerjaan yang terkait dengan jasa konstruksi tersebut. Dalam undang-undang
jasa konstruksi dijelaskan tentang pengertian dari “pekerjaan konstruksi” yaitu
keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal,
elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain (Triwidodo, 2003).
Kata jasa konstruksi bermakna sangat luas, pada umumnya bidang-bidang
jasa konstruksi (Triwidodo, 2003) meliputi:
1.

Bidang perencanaan (design)

2.

Bidang pelaksanaan (construction)

3.

Bidang pengawasan (supervision/construction management)

4.

Bidang pengelolaan lahan (property management)

5.

Bidang pengembangan lahan (developer)
Jasa konstruksi kontraktor, sebagai pelaksana konstruksi, didefinisikan

sebagai penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli,
profesional

dibidang

pelaksanaan

jasa

konstruksi,

yang

mampu

menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan
menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya dan terikat kontrak untuk
menyelesaikan kontrak konstruksi (Triwidodo, 2003).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Usaha jasa konstruksi adalah usaha dibidang jasa yang berhubungan
dengan perencanaan pembangunan dan pemeliharaan bangunan yang dalam
pelaksanaan, penggunaan atau pemanfaatannya menyangkut kepentingan dan
keselamatan masyarakat/pemanfaat bangunan tersebut, tertib pembangunannya
serta kelestarian lingkungan hidupnya (Trisnowardono, 2002).
Proses pembangunan proyek konstruksi pada umumnya merupakan
kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan
industri konstruksi mempunyai catatan buruk dalam hal keselamatan dan
kesehatan kerja. Situasi dalam lokasi proyek mencerminkan karakter yang ‘keras’
dan kegiatannya terlihat sangat kompleks dan ‘sulit’ dilaksanakan, sehingga
dibutuhkan stamina yang prima dari pekerja yang melaksanakannya (Ervianto,
2005).
Lokasi proyek merupakan salah satu lingkungan kerja yang mengandung
resiko cukup besar (Ervianto, 2005), sehingga dapat dikatakan bahwa industri
konstruksi terbilang paling rentan terhadap kecelakaan.

2.2.

Kecelakaan Kerja
Dalam peraturan Mentri Pekerjaan Umum UU No. 09 Tahun 2008 tentang

keselamatan kerja, disebutkan:
1.

bahwa dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi, penyelenggara konstruksi wajib memenuhi syarat-syarat
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan
konstruksi;

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

2.

Bahwa agar penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja
pada tempat kegiatan konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dapat
terselenggara secara optimal, maka diperlukan suatu pedoman pembinaan
dan pengendalian sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat
kegiatan konstruksi Bidang Pekerjaan Umum;

3.

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan
butir 2, perlu menetapkan Peratuan Mentri tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
Mengingat dalam UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja,

disebutkan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pemberian
perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan
dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses
produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
Sedangkan arti kata ‘Tempat Kerja’ adalah setiap ruangan atau lapangan,
terbuka atau tertutup, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan
air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.
Kecelakaan (accident) dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang
tidak direncanakan, tidak terkontrol, dan juga tidak diinginkan, yang dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

mengacaukan fungsi-fungsi normal dari seseorang, serta dapat menyebabkan
cedera pada seseorang (Hinze, 1997).
Menurut Ramli (2010), bahwa dalam proses terjadinya kecelakaan terkait
4 (empat) faktor yaitu People, Equipment, Material, Environment (PEME) yang
saling berinteraksi ketika terjadi kontak antara manusia dengan alat, material, dan
lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau
material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh
kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan,
kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang bantas. Di samping
itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di
tempat kerja dan menangani alat atau material, seperti pada Gambar 2.1 di bawah
ini.

PERALATAN

MANUSIA

KECELAKAAN

MATERIAL

LINGKUNGA

(Sumber : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Ker ja, Ramli, 2010)

Gambar 2.1 Hubungan faktor-faktor kecelakaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Hinze (1997), mengungkapkan yang dimaksud dengan kecelakaan kerja
adalah kejadian yang tidak sengaja, seperti kejadian-kejadian yang tidak
diharapkan dan tidak terkontrol. Kecelakaan tidak selalu berakhir dengan luka
fisik dan kematian. Kecelakaan yang menyebabkan kerusakan peralatan dan
material, dan khususnya menyebabkan luka, perlu mendapatkan perhatian besar.
Kecelakaan yang tidak menyebabkan kerusakan peralatan, material dan
kecelakaan fisik dari personil kerja dapat menyebakan kecelakaan kerja lebih
lanjut.
Namun menurut Ervianto (2005), ada banyak kemungkinan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek konstruksi, salah satunya adalah
karakter dari proyek itu sendiri. Proyek konstruksi memiliki konotasi yang kurang
baik jika ditinjau dari aspek kebersihan dan kerapiannya, karena padat alat,
pekerja dan material. faktor lain penyebab timbulnya kecelakaan kerja adalah
faktor pekerja konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar
keselamatan kerja; pemilihan metoda kerja yang kurang tepat; perubahan tempat
kerja dengan karakter yang berbeda, sehingga selalu harus menyesuaikan diri;
perselisihan antara pekerja dengan tim proyek; dan masih banyak faktor lainnya.
Menurut Reason (1997), kecelakaan kerja dapat terjadi sebagai akibat
hancurnya pertahanan yang dibuat oleh manajemen organisasi, sehingga bahaya
yang timbul tidak dapat diantisipasi, sehingga pertahanan yang ada dapat berupa
tindakan pengawasan, perlengkapan pelindung, peraturan dan prosedur, dan
sebagainya. Semua pertahanan yang dibentuk oleh organisasi tersebut merupakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

perencanaan maupun tindakan untuk mengantisipasi bahaya yang mungkin
muncul.

PERTAHANAN
(Defences)

BAHAYA

Kecelakaan Kerja

(Sumber : Managing The Risk of Organizational Accident, Reason, 1997)

Gambar 2.2 Bahaya serta sistem pertahanan dan kecelakaan kerja.
Pertahanan suatu organisasi dalam mengantisipasi terjadinya kecelakaan,
secara umum hendaknya memenuhi fungsi-fungsi (Reason, 1997), sebagai
berikut:
a.

Memberikan pengertian dan kesadaran akan bahaya yang dihadapi;

b.

Memberikan panduan kegiatan operasional yang aman;

c.

Memberikan tanda bahaya atau peringatan bila timbul bahaya;

d.

Mengembalikan sistem operasional pada keadaan yang aman;

e.

Menetapkan batasan keselamatan antara bahaya dan kerugian yang
mungkin terjadi;

f.

Meminimimalkan bahaya yang terjadi apabila bahaya sudah melewati
pertahanan yang dibentuk; dan

g.

Menghindari bahaya dan melakukan tindakan penyelamatan apabila timbul
bahaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Reason (1997), menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja menjadi
dua, yaitu pertama--karena tindakan tidak aman yang dilakukan oleh pekerja dan
kedua--disebabkan oleh kondisi tidak aman pada lingkungan kerja. Sedangkan
pendorong utama munculnya tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman adalah
faktor organisasi, yang selanjutnya mempengaruhi faktor lingkungan kerja.
Faktor lingkungan kerja dapat meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
proyek konstruksi secara langsung seperti tekanan yang berlebihan terhadap
jadwal pekerjaan, peralatan dan perlengkapan keselamatan kerja yang tidak
memadai, kurangnya pelatihan keselamatan kerja yang diberikan pada pekerja,
kurangnya pengawasan terhadap keselamatan kerja para pekerja. Faktor
lingkungan kerja dapat mendorong munculnya kesalahan dan pelanggaran pada
pihak pekerja, kesalahan dan pelanggaran tersebut dapat berupa tindakan tidak
aman dari pekerja, contohnya pelanggaran terhadap peraturan dan prosedur
keselamatan kerja, dan salah satu hasil dari tindakan tidak aman adalah timbulnya
kecelakaan kerja pada pihak pekerja (Reason, 1997).
Menurut Reason (1997), disebutkan pula pada pihak yang berbeda faktor
organisasi dan faktor lingkungan kerja juga dapat menyebabkan munculnya
kondisi tidak aman berupa kondisi laten. Hal ini dikarenakan kondisi tidak aman
tersebut muncul pada lingkungan kerja yang apabila berinteraksi dengan tindakan
tidak aman dari pihak pekerja, yang kemudian dapat menyebabkan kecelakaan.
Salah satu contoh kondisi laten adalah kebijakan organisasi yang tidak
memberikan perlengkapan keselamatan kerja kepada para pekerjanya dengan
melakukan pengawasan secara ketat terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Hal ini sangat beresiko, karena bila suatu saat pengawasan tidak dilakukan, maka
dapat muncul resiko terjadinya kecelakaan kerja.

2.3.

Teori-Teori Kecelakaan Kerja
Hinze (1997), menyebutkan bahwa terdapat beberapa teori yang

dikemukakan oleh beberapa ahli seperti Dahlback, Denning dan Kerr untuk
menjelaskan dan menelusuri penyebab terjadinya kecelakaan. Teori-teori tersebut
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu (1) teori yang menggunakan
pendekatan perorangan (Personal Approach), contohnya The AccidentsProneness Theory, sedangkan (2) teori yang menggunakan pendekatan sistem
(System Approach), contohnya The Goals-Freedom-Alertness Theory, The
Adjusment-Stress Theory, The Distractions Theory, mental Stresses, the Chain-of
Events Theory dan Multiple Causation Theory.
1.

The Accidents-Proneness Theory
Teori ini menitikberatkan pada faktor perorangan (personal approach)

yang berhubungan dengan penyebab kecelakaan. The Accidents-Poreness Theory
menyatakan bahwa suatu kecelakaan disebabkan oleh faktor kondisi psikologis
yang timbul dari dalam diri pekerja atau dapat disebut sebagai “pembawaan”
pekerja, misalnya seperti sifat ceroboh, mudah gugup, dan sikap yang ‘sok
jagoan’ (macho behavior).
Setiap orang memiliki pribadi yang berbeda yang mempengaruhi dirinya
dalam melakukan setiap pekerjaan. Pekerja melakukan penjelasannya pelu
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerjanya dan mengontrol pekerjaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

yang ditangani, sehingga dapat bekerja dengan aman. Pekerja yang tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerjanya memiliki frekuensi
kecelakaan yang lebih besar (Hinze, 1997).
Vernon

(1918)

dalam

Hinze

(1997),

mengungkapkan

bahwa

kecenderungan terhadap kecelakaan dapat dilacak dari kepribadian seseorang.
Kecenderungan tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu “sifat aneh” seseorang
yang mempengaruhi individu yang memilikinya berada pada suatu tingkat yang
relatif tinggi untuk mengalami kecelakaan (Farmer & Chambers, 1929 dalam
Hinze, 1997).
Sedangkan menurut Schenk & Rausche (1979) dalam Hinze (1997),
menyatakan

bahwa

orang

yang

menunjukkan

sifat

agresif

memiliki

kecenderungan yang lebih besar untuk mendapatkan kecelakaan.
2.

The Goals-Freedom-Alertness Theory
Kerr (1950) dalam Hinze (1997), menyatakan bahwa pelaksanaan

pekerjaan yang aman merupakan hasil dari suatu penghargaan secara psikologis
terhadap lingkungan kerja, yaitu keadaan dimana pekerja didorong untuk
berpartisipasi dalam menyusun tujuan yang ingin dicapai dan memilih metode
atau cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Teori ini lebih
menekankan kepada aspek positif dari keselamatan kerja.
Menurut The Goals-Freedom-Alertness Theory, mengungkapkan bahwa
kecelakaan yang terjadi merupakan akibat dari perilaku kerja yang berkualitas
rendah yang muncul dalam suatu iklim psikologis yang tidak dihargai. Hinze
(1997), menyebutkan inti dari teori ini adalah manajemen harus memberikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

kebebasan kepada pekerja dalam usahanya mencapai tujuan dari pekerjaan,
dengan tidak dibebani oleh target-target yang memberatkan. Hasilnya adalah
bahwa pekerja akan lebih memfokuskan kerjanya yang mengarah pada tujuan
kerja.
Berdasarkan teori ini, dapat disimpulkan beberapa penyebab dari
kecelakaan yang terjadi, adalah sebagai berikut:
a.

Pekerja tidak dilibatkan dalam penyusunan tujuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3);

b.

Pekerja tidak diberi kebebasan untuk mengejar tujuan yang telah
ditetapkan;

c.

Pekerja tidak dilibatkan dalam pengidentifikasian bahaya di tempat kerja;

d.

Pekerja tidak mengetahui dengan jelas tugasnya;

e.

Pekerja kurang memiliki kewaspadaan terhadap pekerjaan dan lingkungan
kerja; dan

f.

Pekerja kurang memperhatikan resiko dari setiap pekerjaannya.

3.

The Adjusment-Stress Theory
Teori ini dibuat bertujuan untuk melengkapi The Goals-Freedom-Alertness

Theory, yang menyatakan bahwa pekerja akan merasa aman jika berada pada
lingkungan kerja yang positif. Teori ini merupakan kebalikan dari teori-teori yang
mengemukakan kondisi-kondisi yang menyebabkan seorang pekerja merasa tidak
aman.
Diungkapkan pula oleh Kerr (1957) dalam Hinze (1997), suatu keadaan
yang ‘tidak biasa, negatif, dan relatif membingungkan’ pada pekerja akan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau perilaku yang berkualitas
rendah lainnya. Teori ini dapat disebut juga sebagai Climate Theory, hal ini
dikarenakan teori ini menekankan pada suasana kondisi atau iklim kerja, baik
internal maupun eksternal sebagai faktor utama timbulnya kecelakaan. Jika
pekerja tidak dapat menyesuaikan diri dengan tekanan tersebut, maka akan
meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan.
Berdasarkan The Adjusment-Stress Theory, dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan disebabkan oleh tekanan mental (stress) yang dialami pekerja, sebagai
akibat dari beberapa kondisi sebagai berikut:
a.

b.

Faktor internal pekerja, meliputi keadaan berikut:
1.

Kelelahan

2.

Mengkonsumsi narkoba dan minuman keras

3.

Kurang tidur

4.

Mengidap penyakit

5.

Memiliki masalah keluarga

Faktor eksternal pekerja, meliputi keadaan berikut:
1.

Tekanan untuk memenuhi deadline yang ketat

2.

Tekanan untuk menekan biaya

3.

Konflik dengan manajemen (supervisor)

4.

Konflik antar pekerja

5.

Lingkungan tempat kerja yang berbahaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

4.

The Distractions Theory
The Distractions Theory merupakan teori penyebab kecelakaan yang dapat

digunakan pada situasi dimana seorang pekerja memikul suatu tugas tertentu pada
suatu lingkungan dimana diakui adanya bahaya di tempat tersebut (Hinze,1997).
Pada dasarnya teori ini menyatakan bahwa kecelakaan disebabkan oleh
situasi. Apabila tidak terdapat bahaya di tempat kerja, maka pekerja tidak akan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Demikian pula
sebaliknya, jika ada bahaya di tempat kerjanya, maka pekerja akan kesulitan dan
bahkan dapat membuat seorang pekerja mengalami frustasi. Jika seorang pekerja
mengalami tekanan mental yang cukup kritis ketika melakukan suatu pekerjaan,
maka kecelakaan hanya tinggal menunggu waktu untuk tejadi.
Berdasarkan The Dsitractions Theory, dapat disimpulkan beberapa
penyebab terjadinya kecelakaan, adalah sebagai berikut:
a.

Suasana yang membingunkan atau mengacaukan pikiran pekerja,
dikarenakan oleh hal-hal berikut:
1.

Masalah keluarga

2.

Persaingan kerja

3.

Konflik pribadi pada pekerjaan

4.

Mengkonsumsi narkoba dan minuman keras;

b.

Kurang kewaspadaan pekerja itu sendiri; dan

c.

Lingkungan tempat kerja yang berbahaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

5.

Mental Stresses
Homes & Rahe (1967) dalam Hinze (1997), menguji hubungan yang ada

antara berbagai tekanan kehidupan dan penyebab sakit yang menimpa seorang
pekerja. Penelitian tersebut memperlihatkan suatu fakta bahwa tekanan hidup
memainkan peranan penting dalam munculnya penyebab seorang pekerja
menderita sakit. Kejadian yang memberikan tekanan cenderung berubah-ubah
dalam struktur sosial kehidupan seseorang, antara lain pernikahan, pekerjaan,
pendidikan dan agama.
Berdasarkan teori Mental Stresses, dapat disimpulkan bahwa penyebab
terjadinya kecelakaan adalah tekanan atau stress yang dialami pekerja. Tekanan
mental (stress) dapat juga disebabkan oleh berbagai kejadian yang positif maupun
negatif. Kejadian positif dapat beruba kesuksesan, prestasi dan peningkatan
kualitas hidup, sedangkan kejadian negatif dapat berupa perceraian, kematian dan
masalah rumah tangga.
6.

The Chain-of Events Theory
Menurut Ridley (1986) dalam Hinze (1997), teori ini mengungkapkan

bahwa sebuah kecelakaan terjadi sebagai hasil dari urutan kerjadian-kejadian.
Kejadian-kejadian tersebut saling berkaitan satu sama lain, dimana setiap kejadian
mengikuti kejadian lain yang terjadi sebelumnya. Pada Gambar 2.2. di bawah ini,
memperlihatkan bahwa munculnya semua kejadian dalam rangkaian tersebut,
pada akhirnya akan menghasilkan sebuah kecelakaan, sebaliknya jika salah satu
kejadian tersebut tidak muncul, maka kecelakaan tidak akan terjadi (Ridley,
1986).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Kejadian A

Kejadian B

Kejadian C

KECELAKAAN

(Sumber : Construction Safety, Hinze, 1997)

Gambar 2.3 The Chain-of Events Theory.
Berdasarkan The Chain-of Events Theory, dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan terjadi disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a.

Sikap yang buruk terhadap keselamatan dan kesehatan Kerja (K3).

b.

Rendahnya moral dari pekerja;

c.

Rendahnya motivasi kerja yang dimiliki para pekerja;

d.

Kurangnya pelatihan akan Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3);

e.

Kurangnya pengetahuan terhadap bahaya yang ada di tempat kerja;

f.

Tidak tersedianya perlengkapan keselamatan yang dibutuhkan;

g.

Rumitnya akses terhadap pernggunaan peralatan keselamatan;

h.

Tidak adanya peringatan atau tanda bahaya di tempat kerja;

i.

Kondisi mekanis dan fisik dari peralatan yang digunakan;

j.

Tidak

dilakukannya

inspeksi

oleh

pihak

manajemen

untuk

mengidentifikasi bahaya di tempat kerja;
k.

Tidak tegasnya kebijakan manajemen terhadap permaslahan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3);

l.

Kegagalan manjemen untuk menegakkan prosedur Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) yang telah dibuat;

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

m.

Tidak jelasnya prosedur pelaksanaan kerja;

n.

Kurang memadainya fasilitas yang digunakan;

o.

Perencanaan dan koordinasi yang buruk;

p.

Pengawasan yang kurang memadai; dan

q.

Tidak sesuainya penempatan pekerja pada tempatnya.

7.

Multiple Causation Theory
Diungkapkan oleh Ridley (1986) dalam Hinze (1997), teori ini

menyatakan bahwa suatu kecelakaan tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja,
namun oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama
menyebabkan sebuah kecelakaan, seperti terlihat pada Gambar 2.3.
Teori ini berbeda dengan The Chain-of Events Theory, dimana kecelakaan
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor dalam suatu urutan peristiwa. Teori ini
menyatakan bahwa faktor-faktor tersebut bergabung secara acak yang akhirnya
menyebabkan suatu kecelakaan. Tiap faktor penyebab kecelakaan ini dapat
mewakili suatu tindakan yang tidak aman ataupun suatu kondisi/lingkungan kerja
yang tidak aman.

Penyebab A

Penyebab B

Penyebab C

KECELAKAAN
(Sumber : Construction Safety, Hinze, 1997)

Gambar 2.4 Multiple Causation Theory.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Berdasarkan Multiple Causation Theory, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
a.

Kecelakaan terjadi sebagai akibat dari beberapa faktor yang secara acak
bergabung dan menyebabkan timbulnya kecelakaan;

b.

Faktor-faktor tersebut berupa tindakan pekerja yang tidak aman (unsafe
act) dan kondisi fisik tempat kerja yang tidak aman (unsafe condition).

2.4.

Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Berdasarkan pada 7 (tujuh) teori kecelakaan yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli, secara umum dapat disimpulkan bahwa sebuah kecelakaan
disebabkan oleh 3 (tiga) faktor utama yaitu adalah (1) Tindakan yang tidak aman;
(2) Kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman (Ramli, 2010); dan (3)
Kombinasi dari kedua faktor tersebut (Anton, 1989; Hinze,1997).
Menurut Anton (1989), kecelakaan yang kerap terjadi banyak disebabkan
oleh kombinasi faktor antara tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak aman.
Hal ini dikarenakan tidak adanya faktor tunggal yang menjadi penyebab
terjadinya sebuah kecelakaan, yang terjadi adalah salah satu faktor penyebab
memberikan kontribusi terbesar atas terjadinya kecelakaan tersebut.
Anton (1989), membagi penyebab kecelakaan kerja menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
a.

Penyebab langsung
1)

Perbuatan yang tidak aman (unsafe act)

2)

Kondisi yang tidak aman (unsafe condition)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

b.

Penyebab tidak langsung
1)

Fungsi manajemen proyek

2)

Kondisi pekerja

2.4.1. Tindakan yang tidak aman (Unsafe act)
Anton (1989), mendefinisikan tindakan yang tidak aman atau unsafe act
sebagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya kecelakaan. Tindakan tidak aman ini dianggap sebagai
salah satu hasil dari kesalahan yang dilakukan baik oleh pekerja yang terlibat
secara langsung maupun kesalahan yang dilakukan oleh organisasi.
Hinze (1997), mengungkapkan juga bahwa tindakan yang tidak aman dari
pekerja dapat dipengaruhi oleh manajemen. Manajemen memegang peranan yang
penting dalam mempengaruhi sikap dan perilaku pekerja, sehingga timbul
tindakan yang tidak aman dari pekerja. Top management dan supervisor memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi kondisi mental/atau psikologis pekerja pada
tingkat tertentu dalam upaya untuk mencegah timbulnya tindakan yang tidak
aman. Hal ini dapat dilakukan dengan memotivasi dan memberikan perhatian
kepada pekerja.
Tindakan tidak aman dapat disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian
manusia (human-error) di dalam melakukan pekerjaannya. Kesalahan yang
dilakukan para pekerja dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) (Reason,1997),
yaitu sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

a.

Skill-based error (Slips and Lapses), kesalahan yang dilakukan yang
berhubungan dengan keahlian yang dimiliki pekerja. Pekerja yang telah
terbiasa dalam melakukan suatu pekerjaan suatu saat dapat melakukan
kesalahan tanpa disadari (slips), karena tidak sesuai dengan kebiasaannya.
Selain itu, pekerja dapat melakukan kesalahan dikarenakan lupa (lapses).

b.

Rule-based error (Mistakes), meliputi kesalahan dalam memenuhi standar
dan prosedur yang berlaku, menggunakan peraturan dan prosedur yang
salah, menggunakan peraturan dan prosedur lama.

c.

Knowledge-based error, disebabkan karena kurangnya pengetahuan
pekerja akan pekerjaan yang dilakukannya, sehingga menyeb

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

7 42 200

ANALISIS BUDAYA KESELAMATAN KERJA TERHADAP PERILAKU DAN KINERJA PEKERJA PADA PROYEK ANALISIS BUDAYA KESELAMATAN KERJA TERHADAP PERILAKU DAN KINERJA PEKERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 4 13

STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI DAERAH STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI DAERAH YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH.

0 3 13

STK STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 3 12

PENDAHULUAN STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 4 6

PENGARUH KESELAMATAN KESEHATAN KERJA K3

0 5 9

ANALISIS PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PEKERJA KONSTRUKSI (Studi kasus Proyek The Manhattan Mall and Condominium)

0 0 10

ANALISIS PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PEKERJA KONSTRUKSI (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN THE PARK SOLO BARU)

0 0 8

PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI TUGAS AKHIR - PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI

0 1 16

PENGARUH PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI PADA PEMBANGUNAN PASAR PROJO AMBARAWA, JAWA TENGAH

0 0 17