Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

(1)

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA (K3) MANAJER KONSTRUKSI TERHADAP

KEBERHASILAN PELAKSANAAN SUATU PROYEK DILIHAT

DARI SISI PENINGKATAN KINERJA WAKTU DAN BIAYA

PELAKSANAAN PROYEK DI PT. WASKITA KARYA

(PERSERO) MEDAN

TESIS

Oleh

SARIATY SEBAYANG

NIM 087019126/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

(3)

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA (K3) MANAJER KONSTRUKSI TERHADAP

KEBERHASILAN PELAKSANAAN SUATU PROYEK DILIHAT

DARI SISI PENINGKATAN KINERJA WAKTU DAN BIAYA

PELAKSANAAN PROYEK DI PT. WASKITA KARYA

(PERSERO) MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SARIATY SEBAYANG

NIM 087019126/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

(5)

Judul Tesis : PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

MANAJER KONSTRUKSI TERHADAP KEBERHASILAN PELAKSANAAN SUATU PROYEK

DILIHAT DARI SISI PENINGKATAN KINERJA WAKTU DAN BIAYA PELAKSANAAN PROYEK DI PT. WASKITA KARYA (PERSERO) MEDAN

Nama Mahasiswa : Sariaty Sebayang Nomor Pokok : 087019126

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sumono, MS.) (Prof. Dr. Rismayani, SE, MS.)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.)


(6)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sumono, MS. Anggota : 1. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS.

2. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA. 3. Drs. Syahyunan, M.Si.


(7)

Telah diuji pada Tanggal 18 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sumono, MS. Anggota : 1. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS.

2. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE, MBA. 3. Drs. Syahyunan, M.Si.


(8)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :

“Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 18 April 2012 Yang membuat pernyataan,

(Sariaty Sebayang) NIM 087019126/IM


(9)

ABSTRAK

Sektor industri konstruksi memiliki resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Hal ini sangat memprihatinkan karena rendahnya kesadaran pekerja di Indonesia tentang perlunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3 diterapkan dengan tujuan untuk melindungi para pekerja dan proyek dari kerugian. Oleh karena itu implementasi K3 menjadi hal yang penting bagi keberhasilan suatu proyek.

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, teori tentang manajemen proyek, serta teori tentang kinerja Manajer Konstruksi.

Pendekatan penelitian adalah survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai PT. Waskita Karya (Persero) Medan yang berjumlah 43 Orang.

Hasil penelitian uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Artinya, keberhasilan proyek PT. Waskita Karya (Persero) Medan dapat dipengaruhi oleh pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi. Pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel masa kerja berpengaruh lebih dominan daripada variabel pendidikan. Artinya, variabel masa kerja lebih berperan dalam menentukan pemahaman Manajer Konstruksi dibandingkan dengan variabel pendidikan. Hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Kontruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel waktu berpengaruh lebih dominan daripada variabel biaya. Artinya variabel waktu lebih berperan dalam menentukan kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan dibandingkan dengan variabel biaya.

Kesimpulan penelitian ini adalah; pada hipotesis pertama, secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan, pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan, dan pada hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan.


(10)

Sector of construction industry has a high risk of occupational accidents. In Indonesia, one case of occupational accident occurs once in seven seconds. It is very alarming that this occurred because of the low awareness of Indonesian workers in the importance of the application of Occupational Health and Safety to protect the workers and projects from damages.

The theory used in this study was the one related to occupational health and safety, project management, and the performance of Construction Manager.

The data of this descriptive quantitative survey study were analyzed through simple linier regression and multiple linier regression analysis methods. All of the 43 employees of PT. Waskita Karya (Persero) Medan were selected to be the samples for this study through census sampling method.

The result of the first hypothesis test showed that, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the succsess of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan which means the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan can be influenced by the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager. The result of the second hypothesis test showed that, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of length of service had a more dominant influence compared to the variable of education which means that the variable of length of service played more roles in determining the understanding of the Construction Manager compared to the variable of education. The result of the third hypothesis showed that, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of time had a more dominant influence compared to the variable of cost which means that the variable of time played more roles in determining the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan compared to the variable of cost.

The conclusion drawn from this study is: in the First hypothesis, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan; In the Second hypothesis, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan; and in the Third hypothesis, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan.


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala berkat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul Penelitian yang dilakukan penulis adalah “Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan”. Selama melakukan penelitian ini dan selama mengikuti proses perkuliahan, penulis banyak memperoleh bantuan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti proses perkuliahan maupun pada saat penulis melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan setinggi-tinginya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(12)

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi pengarahan dan bimbingan kepada penulis demi kesempurnaan tesis ini.

6. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE, MS selaku Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi pengarahan, bimbingan dan motivasinya kepada penulis demi kesempurnaan tesis ini.

7. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA, Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, Msi, selaku Komisi Pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

8. Selurah Staf Pengajar Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis, dan seluruh staf pegawai administrasi Magister Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Teristimewa untuk orang tua tercinta Bapak S. Sebayang (alm.), yang saat mengenangnya memberikan semangat kepada penulis dan Ibu S br. Sinulingga yang dengan tulus berdoa untuk penulis.

10.Mutiara hidupku Elizabeth Mutiara Harty dan suami terkasih Ir. Budi Haryono Notosaputro atas dukungannya.


(13)

12.Seluruh staf PT. Waskita Karya (Persero) Medan atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis.

13.Sahabat Penulis Afrita Abduh, SH, MH yang tidak pernah bosan memberikan semangat dan motivasinya.

14.Seluruh rekan mahasiswa Angkatan XV di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya Dina Rosmaneliana, SE, MSi atas bantuan dan dukungannya selama penulisan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan, namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi pengembangan serta penelitian dalam bidang Ilmu Manajemen. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, 18 April 2012 Penulis,

(Sariaty Sebayang) NIM 087019126/IM


(14)

RIWAYAT HIDUP

Sariaty Sebayang, lahir di Medan, Provinsi Sumatera Utara tanggal 8 April 1971. Anak ketujuh dari tujuh bersaudara, dari pasangan Ayahanda S. Sebayang (alm.) dan Ibunda S.Br.Sinulingga. Menikah pada tanggal 9 Februari 2005 dengan Ir. Budi Haryono Notosaputro dan dikaruniai satu orang putri yaitu Elizabeth Mutiara Harty.

Pendidikan dimulai dari tahun 1977 di Sekolah Dasar Katolik St. Antonius IV Medan, tamat dan lulus pada tahun 1983. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Medan, tamat dan lulus pada tahun 1986. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA PKMI I Hang Tuah Medan, tamat dan lulus pada tahun 1989. Menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S-1) di Fakultas Teknik jurusan Arsitektur Universitas Katolik St. Thomas Medan, tamat dan lulus pada tahun 1996. Tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2) Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

Tahun 1997 bekerja sebagai staf teknik di PT. Pisma Gajah Putra Pekalongan, Jawa Tengah. Tahun 1998 bekerja sebagai staf umum di PT. Indorama Tbk Jakarta. Tahun 2000 bekerja di PT. Karyaputra Aditama, Medan, perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan perencanaan gedung. Tahun 2010 Penulis bekerja sebagai wiraswasta.


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT……….... ii

KATA PENGANTAR………... iii

RIWAYAT HIDUP………... vi

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………... xi

DAFTAR GAMBAR………..…... xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….….... xv

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Perumusan Masalah………... 6

1.3. Tujuan Penelitian……….…... 7

1.4. Manfaat Penelitian………... 7

1.5. Kerangka Berpikir………... 8

1.6. Hipotesis………..……….. .... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………..………... 16

2.1. Penelitian Terdahulu………...………... 16

2.2. Teori tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).……... 16

2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)…... 16

2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)……... 22

2.3. Teori tentang Manajemen Konstruksi………... 24

2.3.1. Pengertian tentang Manajemen………... 24

2.3.2. Prinsip Dasar Manajemen..……….………... 25

2.3.3. Pengertian Manajemen Konstruksi………... 27

2.3.4. Fungsi-fungsi Manajemen Konstruksi.………... 31

2.3.5. Tujuan dan Manfaat Manajemen Konstruksi.……... 32

2.4. Tahapan Proyek Konstruksi………... 35

2.4.1. Peran dan Tanggung Jawab Manajemen Konstruksi dalam Tahap Perencanaan ………... 39

2.4.2. Peran dan Tanggung Jawab Manajemen Konstruksi dalam Tahap Pelelangan...………... 42

2.4.3. Peran dan Tanggung Jawab Manajemen Konstruksi Konstruksi dalam Tahap Pelaksanaan Konstruksi.…... 47


(16)

2.6.1. Faktor Pendidikan………...………….…... 57

2.6.2. Faktor Masa Kerja.……….……... 59

2.7. Keberhasilan Proyek………... 60

2.7.1. Faktor-faktor Keberhasilan Proyek...………... 63

2.7.1.1. Faktor Biaya.………... 64

2.7.1.2. Faktor Waktu.………... 67

2.8. Kinerja...………... 70

2.8.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja…... 71

2.8.2. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja...………... 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 75

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian………... 75

3.2. Metode Penelitian…………..………... 75

3.2.1. Pendekatan Penelitian………... 75

3.2.2. Jenis Penelitian………... 75

3.2.3. Sifat Penelitian………... 76

3.3. Populasi dan Sampel……..………... 76

3.4. Teknik Mengumpulkan Data.………... 76

3.5. Jenis dan Sumber Data……..………... 77

3.6. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel... 77

3.6. 1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama……….…... 77

3.6. 2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua..…... 79

3.6. 3. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Ketiga..……….…... 81

3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas..………... 82

3.7.1. Uji Validitas………... 82

3.7.1.1.Uji Validitas Hipotesis I………... 83

3.7.1.2.Uji Validitas Hipotesis 2………... 84

3.7.1.3.Uji Validitas Hipotesis 3…………... 86

3.7.2. Uji Reliabilitas.………... 88

3.8. Model Analisis Data………... 89

3.8.1. Analisis Data Hipotesis Pertama.………... 89

3.8.2. Analisis Data Hipotesis Kedua………... 90

3.8.3. Analisis Data Hipotesis Ketiga………... 91

3.9. Pengujian Asumsi Klasik.………... 91

3.9.1. Uji Normalitas……….………... 91

3.9.2. Uji Multikolinieritas…………....………... 92


(17)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.………... 93

4.1. Hasil Penelitian………….…….………... 93

4.1.1.Gambaran Umum PT. Waskita Karya (Persero) Medan... 93

4.1.1.1.Sejarah Singkat PT. Waskita Karya (Persero) Medan 93 4.1.1.2.Visi dan Misi PT. Waskita Karya (Persero) Medan.. 95

4.1.1.2.1.Visi..………... 95

4.1.1.2.2.Misi..………... 96

4.1.1.3.Struktur Organisasi, Tugas dan Wewenang... 96

4.1.1.3.1. Struktur Organisasi…………... 96

4.1.1.3.2. Tugas dan Wewenang….……... 97

4.1.2. Karakteristik Responden…………... 101

4.1.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…....……... 101

4.1.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 102

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan.. 103

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja.. 104

4.1.3. Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian... 105

4.1.3.1. Hipotesis I…..…………... 105

4.1.3.2. Hipotesis 2…..…………... 109

4.1.3.3. Hipotesis 3…..…………... 114

4.1.4. Pengujian Hipotesis Pertama.……... 119

4.1.4.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama... 119

4.1.4.2. Hasil Analisis Regresi Sederhana Hipotesis Pertama.…... 120

4.1.4.3. Koefisien Determinasi (R-Square)... 121

4.1.4.4. Uji Parsial Hipotesis Pertama………... 122

4.1.5. Pengujian Hipotesis Kedua………... 123

4.1.5.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Kedua... 123

4.1.5.2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis Kedua.. 125

4.1.5.3. Koefisien Determinasi (R-Square)... 126

4.1.5.4. Uji Serempak Hipotesis Kedua…... 126

4.1.5.5. Uji Parsial Hipotesis Kedua….…... 127

4.1.6. Pengujian Hipotesis Ketiga………... 128

4.1.6.1. Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Ketiga... 128

4.1.6.2. Hasil Analisis Regresi Berganda Hipotesis Ketiga.. 130

4.1.6.3. Koefisien Determinasi (R-Square)... 131

4.1.6.4. Uji Serempak Hipotesis Ketiga…... 131

4.1.6.5. Uji Parsial Hipotesis Ketiga…... 131

4.2. Pembahasan………... 133

4.2.1. Pengaruh Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajer Konstruksi terhadap Keberhasilan Proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan………... 133


(18)

(Persero) Medan………..………. ... 136

4.2.3. Pengaruh Waktu dan Biaya terhadap Kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan... 139

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...………... 142

5.1. Kesimpulan…………...………... 142

5.2. Saran..………... 143


(19)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Data Kecelakaan Kerja………... 3

2.1 Tujuan dan Motivasi Sasaran Proyek……….…... 36

2.2 Peran Manajemen Konstruksi pada Tahap Pelaksanaan... 49

3.1 Identifikasi, Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Hipotesis Pertama... 79

3.2 Identifikasi, Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Hipotesis Kedua... 80

3.3 Identifikasi, Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Hipotesis Ketiga... 82

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajer Konstruksi... 83

3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Keberhasilan Proyek... 84

3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pendidikan………... 85

3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Masa Kerja... 85

3.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Pemahaman Manajer Konstruksi... 86

3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Waktu... 87

3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Biaya... 87

3.11 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja... 88

3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel……... 89

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………... 101

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………... 102

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... ... 103


(20)

4.6 Penjelasan Responden atas Ketersediaan Rambu Bahaya dalam Lingkungan Pekerja di Proyek untuk Menghindari Terjadinya

Kecelakaan Kerja………... 106 4.7 Penjelasan Responden atas Kewajiban Penggunaan Alat Pelindung

bagi Seluruh Pekerja Proyek pada saat Berada di Lokasi Proyek……… 106 4.8 Penjelasan Responden atas Kesesuaian antara Biaya yang

Digunakan untuk Menyelesaikan Suatu Proyek dengan Biaya yang

Dianggarkan…………..………. ... 107 4.9 Penjelasan Responden atas Kesesuaian antara Waktu yang

Digunakan dalam Penyelesaian Proyek dengan Waktu yang

Direncanakan….…………..………... 108 4.10 Penjelasan Responden atas Kesesuaian antara Mutu Pekerjaan yang

Diselesaikan dengan Mutu yang Diinginkan Owner ………..…... 108 4.11 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam

Penguasaan Teori yang Berkaitan dengan Pekerjaannya... 109 4.12 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam

Membuat Keputusani yang Berkaitan dengan Pekerjaannya... 110 4.13 Penjelasan Responden atas Pengaruh Rentang Waktu Kerja

Terhadap Hasil Pekerjaan Manajer Konstruksi………... 110 4.14 Penjelasan Responden atas Hubungan antara Peningkatan

Keahlian Manajer Konstruksi dengan Masa Kerja Seorang Manajer.…. 111 4.15 Penjelasan Responden atas Kompetensi Akademis Yang Dimiliki

Manajer Konstruksi………... 112 4.16 Penjelasan Responden atas Pengalaman yang Dimiliki Manajer

Konstruksi dalam Menyelesaikan Suat Proyek…... 112 4.17 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam

Beradaptasi dengan Lingkungan Sosial Ekonomi Suatu Proyek………. 113 4.18 Penjelasan Responden atas Pelaksanaan Jadwal Pekerjaan Proyek

yang Dilakukan Manajer Konstruksi………... 114 4.19 Penjelasan Responden atas Pelaksanaan Laporan Kemajuan Proyek


(21)

yang Dilakukan Manajer Konstruksi…….……..…... 115

4.20 Penjelasan Responden atas Ketepatan Estimasi Biaya Suatu Proyek... 115

4.21 Penjelasan Responden atas Ketepatan Penganggaran Yang Digunakan pada Suatu Proyek………..……….. ... 116

4.22 Penjelasan Responden atas Pengendalian Biaya yang Dilakukan dalam Suatu Proyek……….…………... 117

4.23 Penjelasan Responden atas Kemampuan Manajer Konstruksi dalam Menyelesaikan Suatu Proyek………... 117

4.24 Penjelasan Responden atas Pengetahuan yang Dimiliki Manajer Konstruksi Berkaitan denganPekerjaannya……...…... 118

4.25 Penjelasan Responden atas Motivasi Manajer Konstruksi dalam Menyelesaikan Suatu Proyek.…….…………..………... 119

4.26 Koefisien Regresi Sederhana Hipotesis Pertama….…….…... 120

4.27 Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama……... 121

4.28 Hasil Uji Parsial Hipotesis Pertama………..…... 122

4.29 Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua.…... 124

4.30 Koefisien Regresi Berganda Hipotesis Kedua.…………... 125

4.31 Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua.………... 126

4.32 Hasil Uji F Hipotesis Kedua.………..………... 126

4.33 Hasil Uji Parsial Hipotesis Kedua.………..…………... 127

4.34 Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Ketiga.…..….……... 129

4.35 Koefisien Regresi Berganda Hipotesis Ketiga.………….…... 130

4.36 Koefisien Determinasi Hipotesis Ketiga………... 131

4.37 Hasil Uji F Hipotesis Ketiga………....………... 132


(22)

No Judul Halaman

1.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama.………... 15 1.2 Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua...………... 15 1.3 Kerangka Berpikir Hipotesis Ketiga...………... 15 2.1 Siklus P-D-C-A………... 20 2.2 Elemen Kunci Sistem Manajemen K3………... 22 2.3 Proses Manajemen Konstruksi………... 28 2.4 Tiga Kendala………... 36 2.5 Linear Nature of The Project Life Cycle………... 37 2.6 Sistem Manajemen Waktu………... 68 4.1 Struktur Organisasi PT. Waskita Karya (Persero)... 97 4.2 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama………... 120 4.3 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua..………... 123 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua..……... 124 4.5 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Ketiga………..……... 128 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Ketiga……... 130


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Kuesioner...………... 149 2 Karakteristik Responden...………... 156 3 Uji Validitas dan Reliabilitas...………... 157 4 Deskriptif Variabel………... 162 5 Pengujian Regresi Hipotesis...………... 168


(24)

Sektor industri konstruksi memiliki resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja. Hal ini sangat memprihatinkan karena rendahnya kesadaran pekerja di Indonesia tentang perlunya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). K3 diterapkan dengan tujuan untuk melindungi para pekerja dan proyek dari kerugian. Oleh karena itu implementasi K3 menjadi hal yang penting bagi keberhasilan suatu proyek.

Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, teori tentang manajemen proyek, serta teori tentang kinerja Manajer Konstruksi.

Pendekatan penelitian adalah survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh, dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Sampel penelitian ini adalah seluruh pegawai PT. Waskita Karya (Persero) Medan yang berjumlah 43 Orang.

Hasil penelitian uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Artinya, keberhasilan proyek PT. Waskita Karya (Persero) Medan dapat dipengaruhi oleh pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi. Pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel masa kerja berpengaruh lebih dominan daripada variabel pendidikan. Artinya, variabel masa kerja lebih berperan dalam menentukan pemahaman Manajer Konstruksi dibandingkan dengan variabel pendidikan. Hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Kontruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Secara parsial variabel waktu berpengaruh lebih dominan daripada variabel biaya. Artinya variabel waktu lebih berperan dalam menentukan kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan dibandingkan dengan variabel biaya.

Kesimpulan penelitian ini adalah; pada hipotesis pertama, secara parsial pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proyek pada PT. Waskita Karya (Persero) Medan, pada hipotesis kedua, secara serempak pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan, dan pada hipotesis ketiga, secara serempak waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya (persero) Medan.


(25)

ABSTRACT

Sector of construction industry has a high risk of occupational accidents. In Indonesia, one case of occupational accident occurs once in seven seconds. It is very alarming that this occurred because of the low awareness of Indonesian workers in the importance of the application of Occupational Health and Safety to protect the workers and projects from damages.

The theory used in this study was the one related to occupational health and safety, project management, and the performance of Construction Manager.

The data of this descriptive quantitative survey study were analyzed through simple linier regression and multiple linier regression analysis methods. All of the 43 employees of PT. Waskita Karya (Persero) Medan were selected to be the samples for this study through census sampling method.

The result of the first hypothesis test showed that, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the succsess of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan which means the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan can be influenced by the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager. The result of the second hypothesis test showed that, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of length of service had a more dominant influence compared to the variable of education which means that the variable of length of service played more roles in determining the understanding of the Construction Manager compared to the variable of education. The result of the third hypothesis showed that, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan. Partially, the variable of time had a more dominant influence compared to the variable of cost which means that the variable of time played more roles in determining the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan compared to the variable of cost.

The conclusion drawn from this study is: in the First hypothesis, partially, the understanding of occupational health and safety management of Construction Manager had significant influence on the success of the project done by PT. Waskita Karya (Persero) Medan; In the Second hypothesis, simultaneously, education and length of service had influence on the understanding of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan; and in the Third hypothesis, simultaneously, time and cost had influence on the performance of Construction Manager of PT. Waskita Karya (Persero) Medan.


(26)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proyek konstruksi merupakan sektor industri dengan resiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus kecelakaan kerja (dikutip dari Berbagai penyebab utamanya adalah karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik dengan tingkat kesulitan yang berbeda di setiap proyek, lokasi kerja dengan kondisi yang tidak dapat ditentukan, bersifat terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, tenaga kerja yang tidak terlatih dan manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3 ) yang sangat lemah.

Kewajiban untuk menyelenggarakan sistem manajemen K3 pada perusahaan-perusahaan besar melalui Undang-undang Ketenagakerjaan, baru menghasilkan 2,1% saja yang sudah menerapkan sistem manajemen K3 dari 15.000 lebih perusahaan berskala besar di Indonesia. Minimnya jumlah itu sebagian besar disebabkan oleh masih adanya anggapan bahwa program K3 hanya akan menjadi tambahan beban biaya perusahaan. Padahal jika diperhitungkan besarnya dana kompensasi santunan untuk korban kecelakaan kerja sebagai akibat diabaikannya sistem manajemen K3, yang besarnya mencapai lebih dari 190 milyar rupiah di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 tidak selayaknya diabaikan (dikutip dari 20 Maret 2012)


(27)

2

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat hingga tahun 2010, kecelakaan kerja masih didominasi bidang jasa konstruksi (31,9%), disusul industri (31,6%), transport (9,3%), pertambangan (2,6%), kehutanan (3,8%), dan lain-lain (20%). Tingginya angka kecelakaan kerja di sektor jasa konstruksi itu karena kesadaran dari penyedia jasa terhadap keselamatan kerja masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah anggota yang memiliki sertifikat Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) baru sekitar 5%. (dikutip dari http://soklin-soklin. blogspot.com/2011/04/angka-kecelakaan-kerja-jasa-konstruksi.html-angka kecelakaan

kerja jasa konstruksi tinggi, 18 April 2011).

Masalah K3 secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (A2K4) Indonesia Anas Zaini Z Iksan mengatakan, “setiap tahun terjadi 96.000 kasus kecelakaan kerja”. Dari jumlah ini, sebagian besar kecelakaan kerja terjadi pada proyek jasa konstruksi dan sisanya terjadi di sektor Industri manufaktur (dikutip dari http://www.its.ac.id/personal/files/pub

Berdasarkan laporan PT. Jamsostek dari tahun 2000 sampai tahun 2011, jumlah angka kecelakaan sebagai berikut :


(28)

Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja

Tahun

Angka Kasus Kecelakaan (Jumlah kecelakaan kerja

yang terjadi per tahun) 2000 98.902

2001 104.774

2002 103.204

2003 105.846

2004 95.418 2005 99.023 2006 95.624 2007 83.714 2008 58.600 2009 54.398 2010 98.711 2011 99.941 Sumber: Jamsostek, 2012

Berdasarkan data yang tercatat di PT. Jamsostek, menunjukkan bahwa untuk tahun 2002 terdapat 103.204 kasus kecelakaan kerja di Indonesia dan 1.253 kasus kecelakaan kerja tersebut terjadi pada sektor jasa konstruksi dan pada periode tahun 2007 sedikitnya terjadi 65.000 kasus. Namun data tersebut diyakini bukan jumlah sebenarnya, hanya 50% saja perusahaan yang mengasuransikan pekerjanya pada Jamsostek, sedangkan data tersebut diambil dari jumlah klaim kepada Jamsostek.Seperti diakui oleh berbagai kalangan di lingkungan Departemen Tenaga Kerja, angka kecelakaan kerja yang tercatat dicurigai hanya mewakili tidak lebih dari setengah saja dari angka kecelakaan kerja yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain rendahnya kepentingan masyarakat untuk melaporkan kecelakaan kerja kepada pihak yang berwenang, khususnya PT. Jamsostek. Pelaporan kecelakaan kerja sebenarnya diwajibkan


(29)

4

oleh undang-undang, namun terdapat dua hal penghalang yaitu prosedur administrasi yang dianggap merepotkan dan nilai klaim asuransi tenaga kerja yang kurang memadai. Di samping itu, sanksi bagi perusahaan yang tidak melaporkan kasus kecelakaan kerja sangat ringan.

Berdasarkan data PT. Jamsostek, kerugian langsung yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja mencapai 300 miliar pada tahun 2008 (dikutip dari

bisa sekitar 15 kalinya kerugian langsung, sehingga estimasi kerugian bisa mencapai 40-50 triliun per tahun atau setara dengan satu persen GDP nasional setiap tahunnya (dikutip dari vivanews.com, 6 November 2010). Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja meningkat di tahun 2010 dan tahun 2011 masing-masing sebesar Rp 401,237 miliar di tahun 2010 dan Rp 504,029 miliar di tahun 2011(Jamsostek, 2012)

Di samping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan kerja di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan. Kecelakaan kerja bersumber dari faktor-faktor organisasi dan manajemen, bukan dari kesalahan pekerja. Para pegawai dan pekerja mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen agar tercipta suatu aktivitas kerja yang aman. Pihak manajemen harus bertanggung jawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya dengan menjalankan peran Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) secara benar dan bertanggung jawab.


(30)

Manajemen yang tepat pada setiap tahapan kegiatan konstruksi sangat diperlukan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang optimal dalam aspek biaya, mutu dan waktu. Manajemen konstruksi mempunyai peranan mencapai empat sasaran keberhasilan proyek yaitu tepat waktu, biaya sesuai anggaran, kualitas yang memenuhi spesifikasi yang disyaratkan, dan terjaminnya keselamatan kerja.

Pelaku dari manajemen konstruksi dalam pembahasan ini adalah Manajer Konstruksi sebagai orang yang bertanggung jawab dalam merencanakan, menjalankan dan mengendalikan sebuah proyek. Manajer Konstruksi adalah suatu kesatuan organisasi yang terdiri dari personel/orang-orang yang memiliki keahlian dalam managemen konstruksi. Keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi akan sangat ditentukan oleh kualitas dari Manajer Konstruksi yang dapat dilihat dari pendidikan dan pengalaman atau masa kerjanya. Seorang Manajer Konstruksi mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memastikan proyek tersebut berjalan sesuai dengan rencana dan dapat menggunakan sumber daya yang tersedia dengan optimal dan bertanggung jawab juga terhadap perencanaan proyek manajemen, manajemen harga, manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan praktik profesional. Seorang Manajer Konstruksi harus mempunyai kualifikasi tertentu seperti jiwa kepemimpinan yang berorientasi pada pencapaian sasaran, memiliki kredibilitas secara teknis, latar belakang pengalaman yang cukup dan pendidikan yang memadai, yang mempengaruhi kemampuan Manajer Konstruksi dalam pemahamannya terhadap tugas dan tanggung jawabnya di lapangan.


(31)

6

Kinerja kontraktor dalam melaksanakan proyek tidak terlepas dari peran sumber daya manusia yang dimilikinya, dimana jika sumber daya manusia ini berhasil dimanfaatkan semaksimal mungkin, akan sangat menentukan keberhasilan suatu proyek. Semakin tinggi kinerja kontraktor dalam pelaksanaan proyek akan menurunkan biaya proyek atau meningkatkan keuntungan, menghindari keterlambatan, dan kualitas proyek dapat terpenuhi.

Untuk menghasilkan kinerja yang baik, sebuah proyek harus dimanage dengan baik oleh Manajer Konstruksi yang berkualitas baik serta memiliki kompetensi yang disyaratkan, yaitu yang mencakup unsur ilmu pengetahuan (knowledge), kemampuan (skill) dan sikap (attitude). Ketiga unsur ini merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan keberhasilan proyek. Sebuah proyek dinyatakan berhasil apabila proyek dapat diselesaikan dengan waktu, ruang lingkup dan biaya yang telah direncanakan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Sejauhmana pengaruh pemahaman manajemen atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi terhadap keberhasilan suatu proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan?

2. Bagaimana pengaruh pendidikan dan masa kerja, terhadap tingkat pemahaman Manajer Konstruksi atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. Waskita Karya (Persero) Medan?


(32)

3. Bagaimana pengaruh waktu dan biaya terhadap kinerja Manajer Konstruksi di PT. Waskita Karya (Persero) Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari tingkat pemahaman manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi terhadap keberhasilan suatu proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendidikan dan masa kerja, terhadap tingkat pemahaman Manajer Konstruksi di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh waktu dan biaya terhadap kinerja Manajer Konstruksi di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Perusahaan konstruksi khususnya PT. Waskita Karya (Persero) Medan, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengelola manajemen konstruksi pada pelaksanaan proyek dan dalam memilih Manajer Konstruksi sebagai penanggung jawab pelaksanaan proyek.


(33)

8

2. Ilmu pengetahuan, sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya bagi program studi Ilmu Manajemen.

3. Masyarakat, sebagai informasi khususnya bagi yang bekerja pada bidang konstruksi tentang pentingnya diterapkannya program sistem manajemen K3 untuk pencegahan kecelakaan pada saat bekerja dan memberikan motivasi pada para pekerja konstruksi untuk senantiasa menerapkan disiplin kerja yang tinggi untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja.

4. Peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai manajemen K3, dan pengaruhnya terhadap keberhasilan proyek.

5. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa mendatang.

1.5. Kerangka Berpikir

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian material dan penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat (Pusat Kesehatan Kerja, 2008).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil.

Menurut Per 03/Men/1994 mengenai Program Jamsostek, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang


(34)

timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas (Depkes RI, 2008).

Menurut Notoatmodjo (2003), terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor utama yaitu fisik dan faktor manusia. Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia) yang tidak memenuhi keselamatan misalnya karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan dan sebagainya. Faktor fisik yaitu kondisi lingkungan kerja yang tidak aman (unsafety condition) misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, dan sebagainya.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produkitivitas kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja.

Selanjutnya menurut Dewi (2006), dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit, cacat kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja. Kesehatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja

Bambang (2004) menyatakan bahwa keselamatan kerja adalah usaha-usaha yang dapat menjamin keadaan dan kesempurnaan pekerja (baik jasmaniah maupun rohaniah)


(35)

10

beserta hasil karyanya dan alat-alat kerjanya di tempat kerja. Usaha-usaha tersebut harus dilakukan oleh semua unsur yang terlibat dalam proses kerja yaitu pekerja itu sendiri, pengawas (kepala kelompok kerja), perusahaan, pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Tanpa ada kerjasama yang baik antara semua unsur tersebut mustahil keselamatan kerja dapat diwujudkan secara maksimal.

Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.

Keselamatan juga dapat diartikan sebagai kebebasan dari bahaya akibat resiko dari suatu pekerjaan dan terhindar dari bahaya cedera fisik dan resiko dari kerugian kesehatan diluar periode waktu. Kemampuan memprediksi potensi bahaya, melakukan pencegahan dan penanggulangannya merupakan kunci utama dari upaya peningkatan Keselamatan dan Kesehatan kerja.

Secara filosofi K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

K3 ditinjau berdasarkan aspek secara yuridis adalah upaya perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat


(36)

dipergunakan secara aman dan efisien. Peninjauan dari aspek teknis K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penerapan K3 dijabarkan ke dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang disebut SMK3 (Soemaryanto, 2002).

Santoso (2004) menyatakan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan. Pencapaian pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja. Guna tercapainya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

UU Ketenagakerjaan Nomor 5 tahun 1996 pasal 3 mewajibkan setiap perusahaan yang memiliki lebih dari 100 pekerja, atau kurang dari 100 pekerja tetapi dengan tempat kerja yang beresiko tinggi, untuk mengembangkan SMK3 dan menerapkannya di tempat kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu perusahaan secara keseluruhan. SMK3 mencakup hal-hal berikut: struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Kepmenkes RI, 2007).


(37)

12

Proyek adalah suatu kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan dalam suatu periode tertentu (Bappenas TA-SRRP, 2003)

Menurut Gould (2002) proyek konstruksi dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja, material dan peralatan. Proyek konstruksi dilakukan secara detail dan tidak dilakukan berulang.

Manajer Konstruksi adalah suatu organisasi (proyek) multi disiplin profesional, tangguh dan independen, yang bekerja untuk pemilik proyek dari saat awal perencanaan sampai pengoperasian proyek, mampu bekerja sama dengan pihak arsitek terkait guna mencapai hasil yang optimal dalam aspek waktu, dan kualitas seperti yang telah ditetapkan sebelumnya, serta perubahan kondisi lingkungan internal maupun eksternal

proyek (dikutip dari

Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan bahwa ada tujuh kategori utama tanggung jawab seorang Manajer Konstruksi, yaitu perencanaan proyek manajemen, manajemen harga, manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan praktik profesional (dikutip dari

Menurut Robins (2001), bahwa kemampuan intelektual atau fisik khusus yang diperlukan untuk kinerja yang memadai pada suatu pekerjaan, bergantung pada persyaratan kemampuan yang diminta dari pekerjaan itu. Persyaratan kemampuan ini


(38)

biasanya diakui apabila seorang individu telah melewati jenjang pendidikan tertentu. Secara umum kemampuan individu akan meningkat sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah dilaluinya.

Masa kerja seseorang juga menunjukkan hubungan secara positif terhadap kinerja seseorang. Masa kerja yang lama menunjukkan pengalaman yang lebih seseorang dibandingkan rekan kerja yang lain, sehingga sering masa kerja/pengalaman kerja menjadi pertimbangan suatu perusahaan dalam mencari pegawai (Robbins, 2001).

Sebagai lini terdepan dalam pelaksanaan proyek konstruksi, Manajer Konstruksi harus berusaha secara optimal untuk memenuhi seluruh kriteria output dari proyek dan dapat sepenuhnya berfungsi sebagai penanggung jawab untuk tercapainya tujuan fungsional proyek yaitu keberhasilan proyek.

Dipohusodo (1996) menyatakan bahwa, faktor-faktor biaya, waktu dan mutu membentuk suatu tata hubungan yang saling mempengaruhi pada saat proyek berlangsung. Faktor waktu dan biaya merupakan dua unsur kunci yang menentukan selesainya sebuah proyek dengan baik, sesuai keinginan pemilik.

Keberhasilan proyek adalah proyek bisa diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan anggaran, spesifikasi teknik dan bisa menjawab kepuasan klien (Takim et al, 2002).

Biaya adalah sumber daya yang harus dikorbankan untuk mencapai tujuan spesifik atau untuk mendapat sesuatu sebagai gantinya. Manajemen biaya proyek termasuk di dalamnya adalah proses yang dibutuhkan untuk menjamin bahwa proyek dapat diselesaikan sesuai dengan budget yang telah disepakati (dikutip dari


(39)

14

Oktober 2010).

Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung, dalam hal ini skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaan/kejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997).

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Sedangkan Casio (2003) menyatakan, kinerja merupakan suatu jaminan bahwa seseorang pekerja atau kelompok mengetahui apa yang diharapkannya dan memfokuskan kepada kinerja yang efektif.

Keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi akan sangat ditentukan oleh kualitas dari orang-orang yang menanganinya, yaitu dari pendidikannya dan pengalaman atau masa kerjanya, terutama mereka yang memegang posisi kunci seperti Manajer Konstruksi. Manager Konstruksi mempunyai tugas dan tanggung jawab memimpin pelaksanaan proyek sesuai perencanaan dalam upaya meningkatkan kinerja proyek.

Dari berbagai teori di atas maka Manager Konstruksi sebagai penanggung jawab pelaksanaan proyek harus dapat dievaluasi tingkat pemahamannya dalam menjalankan suatu proyek konstruksi. Pada penelitian ini yang dibahas adalah pemahaman terhadap manajemen K3 berdasarkan latar belakang akan pentingnya manajemen K3 dalam suatu pelaksanaan proyek konstruksi.


(40)

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama

Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua

Gambar 1.3. Kerangka Berpikir Hipotesis Ketiga

1.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir yang disusun dari literatur dihipotesiskan sebagai berikut ;

1. Tingkat pemahaman manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajer Konstruksi berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

2. Pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi atas K3 di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

3. Waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi di PT. Waskita Karya (Persero) Medan.

Pemahaman Manajemen K3 Manajer Konstruksi

Keberhasilan Proyek

Masa Kerja

Pemahaman Manajer Konstruksi

tentang K3 Pendidikan

Biaya

Kinerja Manajer Konstruksi Waktu


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Akbar (2006) meneliti dengan judul “Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Resiko dan Manajemen Keselamatan Kerja oleh Manajer Konstruksi terhadap Peningkatan Kinerja Waktu & Biaya Pelaksanaan Proyek”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis pengaruh dari tingkat pemahaman manajemen resiko (Risk Management) dan manajemen keselamatan kerja (Safety Management) oleh manajer konstruksi pada tahap pelaksanaan kegiatan konstruksi terhadap kinerja waktu dan biaya. Dari hasil analisa korelasi, serta pembahasan berdasarkan kajian literature, disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan proyek konstruksi terjadi keterkaitan (hubungan antar ilmu pengetahuan) yang harus diaplikasikan dalam tahap pelaksanaan proyek, dan harus dikuasai/dipahami oleh Manajer Konstruksi dalam meningkatkan kinerja proyek.

2.2. Teori tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan pengertian pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09, 2008).


(42)

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan (Suma’mur, 2001).

Sedangkan menurut Mathias dan Jackson (2002), keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia K3 adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan.

OHSAS 18001:2007 mendefinisikan K3 sebagai kondisi dan faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja.

Mangkunegara (2002), K3 adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Penyebab kecelakaan kerja pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua yaitu (Santoso, 2004):

1. Tindakan membahayakan (Unsafe Practices/Actions) a. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan


(43)

18

c. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya d. Memakai alat pelindung diri hanya berpura-pura

e. Menggunakan peralatan yang tidak layak

f. Pengerusakan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi manusia g. Bekerja berlebihan/melebihi jam kerja di tempat kerja

h. Mengangkat/mengangkut beban yang berlebihan 2. Kondisi yang membahayakan;

a. Dalam keadaan pengaman yang berlebihan b. Alat dan peralatan yang sudah tidak layak c. Terjadi kemacetan

d. Sistem peringatan yang berlebihan e. Ada api di tempat yang berbahaya

f. Alat penjaga/pengaman gedung kurang standar

g. Kondisi suhu yang membahayakan seperti terdapat gas dan lain-lain h. Terpapar bising

Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan program K3 yang berkesinambungan. Penerapan K3 merupakan jaminan terhadap setiap sumber produksi agar dapat dipakai secara aman, efisien dan proses kerja dapat berjalan dengan lancar. Kelalaian dalam penerapannya akan mengakibatkan kerugian secara ekonomis. Dari segi keselamatan dapat menyebabkan kecelakaan terhadap manusia dan kerusakan properti, sedangkan dari segi kesehatan dapat menyebabkan berbagai penyakit


(44)

bagi pekerja maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu, implementasi K3 menjadi bagian yang penting bagi berlangsungnya suatu pekerjaan dan kesuksesan dari pekerjaan tersebut.

Dalam pelaksanaan K3 dibutuhkan kebijakan dari manajemen perusahaan, sehingga sekali kebijakan telah ditetapkan akan menjadi pedoman pelaksanaan K3 dalam lingkungan perusahaan sampai diterbitkannya kebijakan lain yang menggantikan kebijakan terdahulu.

Menurut Muhammad (2005), kebijakan K3 merupakan komponen dasar kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09, 2008).

Sistem manajemen K3 yang baik terdiri dari Plan, Do, Check, Action (PDCA), yaitu empat langkah siklus peningkatan kualitas yang melibatkan perbaikan berkesinambungan berdasarkan analisis, pelaksanaan desain, dan evaluasi, dan menekankan perhatian konstan dan reaksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas (dikutip dari September 2010).


(45)

20

Plan atau rencana adalah tahapan merancang atau merencanakan dan merevisi atau memperbaiki aktivitas tertentu. Do yang merupakan implementasi dari plan adalah tahapan pelaksanaan dari proyek konstruksi tersebut. Check atau study adalah tahapan dalam mengevaluasi performa atau kinerja dari semua tahapan yang sudah dilakukan sebelumnya. Sedangkan Act adalah tahapan dalam membuat perubahan disegala tahapan untuk menciptakan perbaikan jika terjadi penyimpangan dalam proyek konstruksi (Maylor, 1996).

Sumber: Shewhart, Statistical Method from the Viewpoint of Quality Control, New York, 1939

Gambar 2.1 Siklus P-D-C-A

Plan, do, check, action, diterjemahkan dalam lima unsur penunjang yaitu : 1. Penetapan kebijakan (policy)

Kebijakan adalah langkah awal perusahaan dalam mendukung pekerja di semua tingkatan dari top management sampai bottom management agar dapat merasa aman dan terlindungi saat bekerja. Kebijakan perusahaan menjadi dasar dari pelaksanaan sistem manajemen K3, yang umumnya memuat pernyataan umum perusahaan

Do : Project execution

Check/Study : Evaluated performance of all

phases Act :

Make Changes in all phases to provide for improvement

Plan : Formulation and

revision of intendend activity


(46)

seputar K3, detail tanggung jawab setiap level manajemen tentang K3, dan detail proses manajemen K3 perusahaan (Holt, 2005)

2. Koordinasi (organizing)

Setelah melakukan penetapan kebijakan, diperlukan keterlibatan dan komitmen pekerja agar kebijakan yang telah ditetapkan dapat efektif. Budaya K3 yang positif harus dapat dimengerti dan dapat dijalankan oleh semua pekerja di setiap level manajemen yang ada. Setiap pekerja harus memiliki komitmen untuk dapat menciptakan budaya K3 positif (David, 2002). Oleh karena itu perlu adanya koordinasi dari pihak manajemen untuk mendukung terciptanya budaya K3 yang positif.

3. Perencanaan dan pelaksanaan (planning and implementing)

Langkah perencanaan meliputi pengaturan sasaran terhadap aktifitas yang ada, identifikasi bahaya, memperkirakan resiko yang timbul, realisasi dan implementasi standar K3 dan pengembangan budaya K3 yang positif. Standar yang dihasilkan dari proses perencanaan harus dapat diukur, dicapai dan realistis. Proses perencanaan standar dan pelaksanaan secara garis besar dibagi menjadi dua proses besar untuk mengantisipasi perilaku tidak aman (unsafe act) dan keadaan tidak aman (unsafe condition) pada tempat kerja (Ridley, 1986).

4. Pengukuran Kinerja (measure performance)

Pengukuran Kinerja Reaktif (PKR) berfungsi untuk mengukur hasil keluaran dari sistem manajemen K3 seperti jumlah kecelakaan yang terjadi, jam kerja yang hilang


(47)

22

akibat kecelakaan dan sebagainya atau dengan kata lain pengukuran ini dilakukan terhadap kecelakaan yang terjadi (Holt, 2005)

5. Pemeriksaan dan peninjauan kembali (reviewing performance)

Dari informasi hasil pengukuran kinerja, proses pemeriksaan dan peninjauan kembali akan mengidentifikasi situasi di lapangan terhadap resiko kecelakaan dan melakukan tindakan perbaikan serta pencegahan terhadap situasi tersebut. Hal ini juga dilakukan untuk peningkatan kinerja perusahaan nantinya.

Gambar 2.2. Elemen Kunci Sistem Manajemen K3

(Health and Safety Executive UK, 2001)

2.2.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Tujuan dari penerapan K3 adalah sebagai berikut: - Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja

- Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien Policy Organizing Planning and Implementing Measuring Performance Reviewing Performance Auditing Organisational development Developing Techniques of planning Measuring and reviewing

Feedback loop to improve performance Key Element

Safety and Health Management System


(48)

- Menjamin proses produksi berjalan lancar

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan disebutkan bahwa Kesehatan Kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja secara optimal yang meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja.

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari K3 adalah sebagai berikut: a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan K3 baik secara fisik, sosial, dan psikologis. b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seselektif

mungkin

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindung dalam bekerja Tujuan K3 menurut ILO dan WHO antara lain:

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi tingginya baik jasmani maupun rohani

b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang timbul akibat pekerjaan

d. Menempatkan tenaga kerja pada suatu lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisik, faal tubuh dan mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.


(49)

24

Sesuai dengan Pasal 2 Permennaker No. 05/MEN/1996, tujuan dan sasaran penerapan Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Pelaksanaan Sistem Manajemen K3 bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman, serta terbebas dari resiko bahaya yang mungkin timbul dan pada gilirannya perusahaan akan memperoleh pekerja yang sehat dan produktif (Depnaker RI, 2000).

2.3. Teori Tentang Manajemen Konstruksi 2.3.1. Pengertian tentang Manajemen

Ernie & Kurniawan (2005) menyatakan pengertian manajemen sebagai seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan.

Manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumber daya organisasi (Daft, 2003)

Manullang (2002) mendefinisikan manajemen sebagai seni ilmu pengetahuan, pengorganisasian, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Plunket (2005), manajemen merupakan satu atau lebih manajer yang secara individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dengan


(50)

melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi, material, uang dan orang).

Sedangkan Lewis (2005) mendefinisikan manajemen sebagai proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi.

2.3.2. Prinsip Dasar Manajemen

Prinsip-prinsip manajemen adalah dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.

Menurut Henry Fayol (1997) 14 prinsip manajemen :

1. Pembagian pekerjaan (division of work) yaitu suatu pembagian pekerjaan atau tugas yang mengarah pada pertumbuhan spesialisasi di segenap bidang yang diperlukan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas penggunaan tenaga kerja.

2. Kewenangan dan tanggung jawab (authority and responsibility) yaitu perlunya keseimbangan harmonis antara wewenang dan tanggung jawab dimana keduanya tak dapat dipisahkan.

3. Disiplin (discipline) yaitu suasana tertib dan teratur, dimana orang yang berada dalam organisasi tunduk, patuh dan taat pada norma atau ketentuan yang ada tanpa unsur paksaan.

4. Kesatuan komando (unity of command) yaitu segenap anggota organisasi hanya menerima perintah dan melaporkan pelaksanaan perintah atau hasil pekerjaan serta mempertanggungjawabkannya kepada seorang pemimpin.


(51)

26

5. Kesatuan arah (unity of direction) yaitu setiap kelompok yang melakukan kegiatan bertujuan sama harus memiliki seorang pemimpin dan memiliki satu rencana.

6. Kepentingan individu harus tunduk kepada kepentingan umum (subordination of individual interest to general interest) yaitu kepentingan umum ditempatkan diatas segala kepentingan, baik kelompok maupun pribadi.

7. Gaji (remuneration of personel) yaitu sistem dan metode penggajian bersifat adil dan memberikan kepuasan maksimal bagi buruh dan majikan.

8. Pemusatan wewenang (centralization) yaitu pemusatan kekuasaan dalam kelompok tunggal dan kepemimpinannya diserahkan pada satu orang pemimpin agar anggota atau pegawai tidak dibingungkan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan.

9. Jenjang bertangga (hierarchy) merupakan garis tingkatan wewenang dan tanggung jawab dari tingkatan tertinggi hingga terendah dan tidak boleh ada penyimpangan. 10. Ketertiban (order) yaitu keteraturan dan kelancaran organisasi dimana setiap anggota

mematuhi dan mentaati segala ketentuan yang menyangkut kondisi yang baik dalam pencapaian tujuan.

11. Keadilan (equity) yaitu pemimpin tidak boleh memperlakukan anggota dengan semena-mena, menghargai setiap prestasi, memberikan kesempatan untuk menyampaikan saran dan kritik dan informasi yang membangun dalam upaya pengambilan keputusan yang lebih tepat.

12. Stabilitas jabatan pegawai (stability of tenure of personel) yaitu memelihara dan menjaga kestabilan kondisi kerja, memelihara hubungan yang harmonis, menjaga


(52)

keselamatan kerja dan sebagainya yang dapat menimbulkan kelancaran dan kelangsungan proses kegiatan manajemen.

13. Prakarsa (inisiative) yaitu penghargaan atas saran, ide, gagasan, kritik dan informasi yang dikemukakan anggota atau bawahan sehingga menciptakan cara kerja baru yang lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.

14. Kesatuan (esprit de corps) yaitu pembinaan, bimbingan dan motivasi yang menerus terhadap anggota atau pegawai agar memiliki jiwa kesatuan dan rasa setia kawan.

Manajemen digunakan dalam segala bentuk kegiatan, dari kegiatan profesi maupun organisasi swasta, maka manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan berikut (Hasibuan, 2005):

1. Manajemen tingkat pertama (manajemen lini) yaitu tingkat yang paling rendah dalam suatu organisasi, dimana seorang bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain. 2. Manajemen menengah (middle manager), yaitu mencakup lebih dari satu tingkatan

didalam organisasi.

3. Manajemen puncak (top manager), yaitu terdiri atas kelompok yang relatif kecil yang bertanggung jawab atas manajemen dari keseluruhan organisasi.

2.3.3. Pengertian Manajemen Konstruksi

Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek dapat diaplikasikan secara tepat. Manajemen konstruksi merupakan pengelolaan sumber daya manusia yang dikelompokkan dalam 5M (manpower, material, machines, money and methode). Teamworking yang tidak solid, komunikasi yang buruk, tidak matangnya


(53)

28

perencanaan dan kurangnya dukungan manajemen dapat berakibat gagalnya suatu proyek.

Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification). Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan.

Manajemen konstruksi adalah suatu pendekatan inovatif dan ilmiah untuk pengerjaan suatu proyek konstruksi. Manajemen konstruksi telah berkembang menjadi metode pengelolaan proyek seiring dengan semakin berkembangnya jenis dan lingkup proyek konstruksi. Gambaran tentang kegiatan manajemen konstruksi dapat dilihat pada gambar berikut;

Sumber : Ritz J. George, Total Construcion Project Management, Mc Graw Hill Inc, Singapore, 1994, pg 14

Gambar 2.3 Proses Manajemen Konstruksi

Beberapa definisi dari Manajemen Konstruksi, yaitu :

1. Manajemen konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktekkan aspek-aspek manajerial dan teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi juga dapat

Construction Management Team(plan, Organize, Control) INPUTS Personel Money Materials Policies Procedure Plans

Specification System & Report Information

Organizations Personel Resources Work Activities OUTPUT Facilities Services Schedules Budgets Activities Data Feedback


(54)

diartikan sebagai sebuah model bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasehat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan (dikutip dari

2. Suatu Team Management yang bertugas menjalankan Planning, Design and Construction yang terintegrasi sebagai suatu sistem. Konsultan manajemen konstruksi bertugas sejak tahap perencanaan sampai serah terima kedua pekerjaan konstruksi fisik, dan berfungsi melakukan pengendalian pada tahap perencanaan hingga konstruksi baik di tingkat program maupun tingkat operasional. (Krisna Mochtar, Diktat Kuliah Manajemen Konstruksi, 2003, Undang-undang No.18 tahun 1999)

3. Suatu disiplin dan sistem manajemen, yang bertujuan untuk mensukseskan pelaksanaan proyek sesuai dengan keinginan Owner. Agency CM (Konsultan Manajemen Konstruksi), bertanggung jawab kepada Owner pada setiap tahapan pelaksanaan proyek. (Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia - HAMKI)

4. Manajemen konstruksi adalah mengatur desain dan konstruksi dari suatu proyek untuk memenuhi program arsitektural dan konstruksi pada biaya yang minim bagi owner dengan kerangka kerja keuntungan bagi para partisipan. (IAI)

5. Konsultan manajemen konstruksi yang bertugas sejak tahap perencanaan sampai serah terima kedua pekerjaan konstruksi fisik, dan berfungsi melakukan pengendalian pada tahap perencanaan dan tahap konstruksi, baik di tingkat program maupun di tingkat operasional. (Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana


(55)

30

Wilayah No.332/KPTS/M/2002, tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara)

6. Suatu metode dimana dalam implementasinya pemilik mengkomunikasikan dan mengintegrasikan seluruh proses pelaksanaan proyek, mulai dari tahap pendefinisian dan penyusunan program; pengembangan desain dan review; pelelangan; pelaksanaan; penyelesaian dan penggunaan fasilitas dengan tujuan untuk memperkecil waktu dan biaya proyek serta mempertahankan kualitas proyek (Widadi, Sulistijo, 1986).

7. Manajemen konstruksi adalah sebuah disiplin dan sistem manajemen yang secara spesifik diciptakan untuk mendapatkan kesuksesan pelaksanaan dari biaya proyek untuk owner (“What is Construction Management?”, Construction Management Assosiation of America, websites WWW.CMAA.COM)

Dalam pendefinisian manajemen konstruksi selalu terdapat unsur-unsur (Soeharto, 1999):

- Dilaksanakan dalam waktu tertentu - Mempunyai tujuan yang jelas

- Manajemen proyek mengelola kegiatan yang tidak biasa dan tidak rutin serta terasa asing.

Konsep manajemen konstruksi mengandung hal-hal pokok sebagai berikut :

- Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan berupa manusia dan material.


(56)

- Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasran yang telah digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode pengelolaan yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.

- Memakai pendekatan sistem (System approach to management)

- Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horisontaldisamping hierarki vertikal (Soeharto, 1999).

2.3.4. Fungsi-fungsi Manajemen Konstruksi

Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi :

1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan, mengontrol pekerjaan yang dilakukan organisasi proyek apakah perkembangan pekerjaan sesuai dengan jalur yang direncanakan ataukah ada penyimpangan.

2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak pasti dan mengatasi kendala terbatasnya waktu pelaksanaan

3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan.

4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi yang baik untuk menganalisis performa dilapangan (dikutip dari: http://www.artikelteknik.com/


(57)

32

Sasaran manajemen konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (specification). Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan juga mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan biaya (cost control), dan pengawasan waktu pelaksanaan (time control).

2.3.5. Tujuan dan Manfaat Manajemen Konstruksi

Sistem manajemen dalam konstruksi bertujuan untuk dapat menjalankan setiap proyek secara efektif dan efisien sehingga dapat memberikan pelayanan maksimal bagi semua pelanggan. Sistem manajemen diterapkan dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional di bidang-bidang yang dibutuhkan dalam menjalankan setiap proyek.

Manfaat manajemen konstruksi dapat dilihat dar beberapa segi; 1. Segi Biaya Proyek

- Biaya optimal proyek dapat dicapai karena tim manajemen konstruksi sedang berpartisipasi pada tahap perencanaan.

- Biaya pembangunan keseluruhan proyek dapat dihemat dibandingkan dengan sistem tradisionil karena tidak ada pembebanan ganda dari keuntungan Kontraktor dan Sub kontraktornya.

2. Segi Waktu


(58)

- Waktu yang dipergunakan untuk perencanaan dan rancangan bangunan dapat lebih panjang sehingga kualitas desain semakin sempurna

- Pengadaan material/peralatan impor dapat diukur secara dini sehingga kemungkinan terlambat karena proses impor dapat dihindarkan

3. Segi Kualitas

- Mutu lebih terjamin karena tim manajemen konstruksi ikut membantu kontraktor dalam hal metode pelaksanaan, implementasi, dan Quality Control

- Mutu dan kemampuan kontraktor spesialis lebih terseleksi oleh pemilik proyek dibantu dengan tim manajemen konstruksi

- Kesempatan untuk penyempurnaan rancangan relative banyak karena paket yang dilelang dilakukan secara bertahap paket per paket

4. Segi Program Pemerintah

- Pemerataan kesempatan pekerjaan dengan paket-paket kepada pengusaha kontraktor yang baru berkembang dapat direalisir

- Pemilik proyek tidak perlu menyediakan banyak staf karena praktis semua keinginannya dapat ditangani dengan baik melalui pendekatan metode manajemen konstruksi.

Komponen utama Manajemen Konstruksi adalah :

1. Brainstorming Season, adalah waktu dimana semua pihak yang terkait dalam suatu proyek bertemu untuk memecahkan permasalahan dalam proyek, seperti siapa yang akan melaksanakan proyek tersebut, mengemukakan permasalahan yang unik, merancang kerjasama yang kooperatif, dan menetapkan tujuan umum dari proyek.


(59)

34

2. Responsibility Matrix Chart, adalah suatu matrik yang berisi tanggung jawab dari setiap team proyek, antara lain A/E, CM, Owner dan kontraktor. Responsibility Matrix Chain ini dimaksudkan untuk menegaskan tugas masing-masing team proyek.

3. Program Schedule, adalah alat dari manajemen dalam menjalankan proyek dari

permulaan (start) sampai occupancy (pemakaian oleh pemilik). Semua fase dalam proyek adalah penting, kekurangan waktu dalam fase manapun merupakan kekurangan waktu dalam urutan pekerjaan.

4. Management Options, berkaitan dengan pengambilan keputusan. Pengambilan

keputusan ini diambil oleh organisasi MK pada fase-fase proyek, yaitu fase perencanaan, fase pembuatan dokumen pelaksanaan, fase pelelangan dan fase pelaksanaan pekerjaan.

5. The Project Management Plan, adalah upaya dari team untuk melaksanakan proyek

step by step dari awal (desain) sampai akhir (serah terima/kepemilikan). Dalam komponen ini akan banyak management plan yang akan dipakai, dan memperlihatkan aktifitas yang akan terjadi.

6. Construction Management Project Manual, berisi kesepakatan antara A/E-owner,

CM-owner, dan owner-konsultan lainnya, responsibility chart, management plan, dan prosedur pelaksanaan setiap perencanaan. Komponen ini juga memuat solusi dari permasalahan yang mungkin terjadi.

7. Exit Meeting, yaitu pertemuan yang membahas tentang perjalanan proyek, dan cara meningkatkan kualitas pekerjaan proyek untuk proyek yang sama pada waktu yang akan datang.


(60)

8. Other Meeting, semua komunikasi dari team merupakan hal yang penting yang harus dibuat salinannya untuk pihak ketiga. Pertemuan langsung dari setiap team membahas setiap item pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan membicarakan hal-hal yang terjadi menjadi hal-hal yang penting dalam pelaksanaan dan dalam mencapai tujuan proyek tersebut (Project Management-Conception to Completion, Engineering Education Australia,1999)

2.4. Tahapan Proyek Konstruksi

Proyek adalah sebuah kegiatan yang bersifat sementara yang telah ditetapkan awal pekerjaannya dan waktu selesainya (dan biasanya selalu dibatasi oleh waktu, dan seringkali juga dibatasi oleh sumber pendanaan), untuk mencapai tujuan dan hasil yang spesifik dan unik, dan pada umumnya untuk menghasilkan sebuah perubahan yang bermanfaat atau yang mempunyai nilai tambah (Nokes, 2007)

Azwaruddin (2008) menyatakan bahwa, proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas.

Selanjutnya menurut Lewis (2005), proyek adalah suatu usaha yang dilakukan secara bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu produk, jasa, atau hasil tertentu.

Proyek memiliki ciri-ciri pokok yaitu :

- Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir.

- Jumlah biaya, kriteria mutu dalam proses mencapai tujuan telah ditentukan terbatas. - Mempunyai awal kegiatan dan mempunyai akhir kegiatan yang telah ditentukan atau


(61)

36

- Rangkaian kegiatan hanya dilakukan sekali (non rutin), tidak berulang-ulang, sehingga menghasilkan produk yang bersifat unik (tidak identik tapi sejenis).

- Jenis dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.

Tantangan utama sebuah proyek adalah mencapai sasaran-sasaran dan tujuan proyek dengan menyadari adanya batasan-batasan yang telah dipahami sebelumnya (Ireland, 2006).

Tabel 2.1

Tujuan dan motivasi sasaran proyek

SASARAN

PROYEK PEMILIK KONTRAKTOR

Jadwal penyelesaian

Cepat selesai, agar hasil proyek dapat segera dipergunakan

Cepat selesai, minimal sesuai kontrak

Biaya Proyek Harga terendah memenuhi persyaratan teknik. Minimal tidak melewati anggaran

Mendapat keuntungan sebaik mungkin

Mutu pekerjaan dan peralatan

Berfungsi sesuai harapan, minimal sesuai spesifikasi

Memenuhi kriteria dan spesifikasi dalam kontrak

Dalam proses mencapai tujuan, suatu proyek memilik batasan yang sering disebut sebagai sasaran proyek. Batasan tersebut yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal/waktu yang ditentukan dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan tersebut dinamakan juga Tiga Kendala atau Tiga batasan (triple constraint) yang merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek.

Gambar 2.4 Tiga Kendala

WAKTU

MUTU


(1)

Variables Entered/Removedb

Masa_ Kerja, Pendidika na

. Enter Model

1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: PMK b.

Model Summaryb

.831a .690 .675 1.252

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Masa_Kerja, Pendidikan

a.

Dependent Variable: PMK b.

ANOV Ab

139.730 2 69.865 44.579 .000a

62.688 40 1.567

202.419 42

Regres sion Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), Mas a_K erja, Pendidikan a.

Dependent Variable: PMK b.

Coefficientsa

3.881 1.614 2.404 .021

.622 .202 .329 3.080 .004 .678 1.476

1.179 .211 .598 5.599 .000 .678 1.476

(Constant) Pendidikan Masa_Kerja Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: PMK a.


(2)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

Dependent Variable: PMK

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

2 1

0 -1

-2 -3

Regression Standardized Predicted Value

2

1

0

-1

-2

-3

R

egressi

on

S

tudent

iz

ed

D

el

et

ed

(P

ress)

R

esi

dual

Dependent Variable: PMK Scatterplot


(3)

2 1

0 -1

-2 -3

Regression Standardized Residual

12

10

8

6

4

2

0

Frequency

Mean = 1.01E-15 Std. Dev. = 0.976 N = 43

Dependent Variable: PMK Histogram

HIPOTESIS 3:

Descriptive Statistics

12.42 1.789 43

8.35 1.494 43

12.19 2.119 43

Kinerja Waktu Biaya

Mean Std. Deviation N

Correl ations

1.000 .603 .544

.603 1.000 .295

.544 .295 1.000

. .000 .000

.000 . .027

.000 .027 .

43 43 43

43 43 43

43 43 43

Kinerja W aktu Biaya Kinerja W aktu Biaya Kinerja W aktu Biaya Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Kinerja W aktu Biaya


(4)

Va riables Entere d/Re moved

Biaya,

W aktua . Enter

Model 1

Variables Entered

Variables

Removed Method

All reques ted variables ent ered. a.

Dependent Variable: K inerja b.

Model Summaryb

.715a .511 .486 1.282

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Biaya, Waktu

a.

Dependent Variable: Kinerja b.

ANOV Ab

68.680 2 34.340 20.880 .000a

65.785 40 1.645

134.465 42

Regres sion Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), Biay a, W akt u a.

Dependent Variable: Kinerja b.

Coefficientsa

3.442 1.408 2.444 .019

.581 .139 .485 4.188 .000 .913 1.095

.339 .098 .401 3.467 .001 .913 1.095

(Constant) W aktu Biaya Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Kinerja a.


(5)

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

E

xpect

ed

C

um

P

rob

Dependent Variable: Kinerja

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

1 0

-1 -2

Regression Standardized Predicted Value

4

3

2

1

0

-1

-2

-3

R

egressi

on

S

tudent

iz

ed

D

el

et

ed

(P

ress)

R

esi

dual

Dependent Variable: Kinerja Scatterplot


(6)

4 3 2 1 0 -1 -2 -3

Regression Standardized Residual

15

12

9

6

3

0

Frequency

Mean = 1.39E-16 Std. Dev. = 0.976 N = 43

Dependent Variable: Kinerja Histogram


Dokumen yang terkait

Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Waskita Karya Medan

16 160 138

MODEL MANAJEMEN RISIKO TERHADAP KINERJA BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN MODEL MANAJEMEN RISIKO TERHADAP KINERJA BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI.

0 3 13

STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI DAERAH STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI DAERAH YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH.

0 3 13

STK STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 3 12

PENDAHULUAN STUDI PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI.

0 4 6

Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu - Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksana

0 2 59

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (

0 0 15

Pengaruh Tingkat Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajer Konstruksi Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan suatu Proyek Dilihat dari Sisi Peningkatan Kinerja Waktu dan Biaya Pelaksanaan Proyek di PT. Waskita Karya (Persero) Medan

0 0 23

PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI TUGAS AKHIR - PEMODELAN PENGARUH BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA PROYEK KONSTRUKSI

0 1 16