PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN T.A. 2013/2014.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP
PENCAWAN MEDAN T.A 2013/2014

Oleh:
Febrina Tambunan
NIM 408311015
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2013

iv


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan
dan skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII SMP
Pencawan Medan T.A 2013/2014”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi
penulis, namun semua itu dapat diatasi karena bantuan yang tulus dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof.Dr.Sahat Saragih, M.Pd
selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam
membimbing serta memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai
dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Mulyono, S.Si, M.Si dan Ibu Dr.
Izwita Dewi, M.Pd selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan
saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu

Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta staf-staf pegawai
direktorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA UNIMED
beserta staf-stafnya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Drs.
Syafari, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si
selaku ketua Prodi dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si Selaku Sekretaris Jurusan
dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf pegawai jurusan Matematika
FMIPA UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada ayahanda Osman
Tambunan dan Ibunda Dra.Hotna Aritonang, beserta seluruh keluarga yang sudah
berdoa, memberikan kasih sayang yang dalam dan dorongan semangat demi
keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga kepada adik-adikku tersayang

v

(S.Albert Tambunan, Eddy Augusto Tambunan , dan Yunita Margaretha
Tambunan) yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru
serta-staf

Tata Usaha SMP Pencawan Medan, yang telah banyak membantu


penulis selama penelitian.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Amri Maniha Pardosi
yang selalu setia menemani dan memotivasi penulis. Terima kasih juga kepada
sahabat-sahabat tersayang Tanjung, Ecy Singarimbun, Yenni Ginting, Rita
Pakam, dan Koly Muzile yang selalu memberi semangat dan Motivasi. Terima
kasih juga kepada teman-teman seperjuangan lainnya di jurusan matematika 2008
yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan
skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
turut memberi bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan.

Medan,

Agustus 2013


Penulis,

Febrina Tambunan

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PENCAWAN MEDAN
T.A 2013/2014
Febrina Tambunan (NIM 408311015)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII SMP
Pencawan Medan melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari
2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Pencawan
Medan yang berjumlah 30 orang. Objek penelitin ini adalah pembelajaran dengan
menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan
pemecahan masalah yang berbentuk uraian yaitu tes awal sebanyak 3 soal. Tes
kemampuan pemecahan masalah siklus I sebanyak 4 soal dan tes kemampuan
pemecahan masalah siklus II terdiri dari 4 soal.
Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh pada
siklus I terdapat 16 orang siswa (53.33%) yang memperoleh kategori kemampuan
pemecahan masalah sedang atau mencapai ketuntasan belajar dengan rata-rata
kelas 61.3. Pada siklus II diperoleh 26 orang siswa (86.67%) yang memperoleh
kategori kemampuan pemecahan masalah tinggi (mencapai ketuntasan belajar)
dengan rata-rata kelas 83.8. Dari siklus I ke siklus II diperoleh peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar yaitu sebanyak 10 orang siswa
(33.33%). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer, diperoleh
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru pada siklus I dapat dikatakan
termasuk kategori sedang. Pada siklus II, tingkat kemampuan peneliti mengelola
pembelajaran termasuk kategori baik.
Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah memenuhi 85%
kriteria ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas VII SMP Pencawan Medan sehingga pembelajaran

dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini dapat dijadikan
salah satu alternatif pembelajaran.

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Problem Based
Learning

26

Tabel 3.1. Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematika

43

Tabel 3.2. Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah

44

Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal


47

Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

49

Tabel 4.3. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus

I (Memahami

Masalah)

50

Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Merencanakan
Pemecahan Masalah)


51

Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Melaksanakan
Pemecahan Masalah)

52

Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah

Matematika Siklus

I (Memeriksa

Kembali)

52

Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siklus I

53

Tabel 4.8. Kajian Hasil Refleksi pada Siklus I

58

Tabel 4.9. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

65

Tabel 4.10. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Memahami
Masalah)

67

Tabel 4.11. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Merencanakan

Pemecahan Masalah)

67

x

Tabel 4.12. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Melaksanakan
Pemecahan Masalah)

68

Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Memeriksa
Kembali)

68

Tabel 4.14. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siklus II


69

Tabel 4.15. Kajian Hasil Refleksi pada Siklus II

71

Tabel 4.16. Hasil Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Tes

76

Tabel 4.19. Peningkatan Nilai Siswa dari Siklus I ke Siklus II

80

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan matematika sebagai salah satu bidang studi yang dipelajari di
semua jenjang pendidikan mempunyai peranan yang sangat dominan dalam
mencerdaskan siswa dengan jalan mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
analisis dan logis.
Peranan Matematika yang sangat penting ini menjadi latar belakang
perlunya Matematika untuk dipelajari seperti yang dikemukakan oleh Cockroft
(dalam Abdurrahman, 2003 : 253) bahwa matematika perlu diajarkankepada siswa
karena Matematika:
“(1) Selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) Semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) Merupakan sarana
komunikasi yang kuat, ringkas dan jelas, (4) Dapat digunakan untuk
menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) Meningkatkan kemampuan
berfikir logis, ketelitian dan kesadarankeruangan, (6) Memberikan
kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yangmenantang”.
Dengan belajar matematika siswa akan lebih mudah memahami pelajaran
lainnya, khususnya pelajaran di bidang eksakta, sebab kemampuan berpikir kritis,
analisis dan keaktifan siswa belajar berkembang seiring dengan berkembangnya
kemampuan matematika siswa.
Masalah dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah rendahnya
prestasi siswa. Sejalan dengan itu, Mumun Syaban (http://educare.e-fkipunla.net)
menyatakan bahwa :
”Masalah klasik dalam pembelajaran Matematika di Indonesia adalah
rendahnya prestasi siswa dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar
matematika. Hal ini terlihat dari hasil pembelajaran di SMP dan SMA
yang ditunjukkan dengan hasil UN dari tahun ke tahun hasilnya belum
menggembirakan jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Skor ratarata yang diperoleh siswa-siswa Indonesia adalah 411. Skor ini masih jauh
dibawah rata-rata internasional yaitu 467. Selain itu, bila dibandingkan
dengan dua negara tetangga, yaitu Singapura dan Malaysia,
posisiperingkat siswa kita jauh tertinggal. Singapura berada pada peringkat
pertama dan Malaysia berada pada peringkat ke sepuluh”.

1

2

Pada umumnya di sekolah-sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang tidak
tertarik belajar matematika. Hal ini terjadi karena pada kenyataannya dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika, model pembelajaran yang ditetapkan
masih konvensional yaitu masih terpusat pada guru. Hal yang sama seperti
dikemukakan oleh Erman Suherman(http://educare.e-fkipunla.net):
“Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada
umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru
masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih,
…., dan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi.
Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan
adalah soal-soal yang itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti
pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu
dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal
pengetahuan seperti membawa wadah kosong”.
Selama ini pembelajaran matematika terkesan kurang menyentuh kepada
substansi pemecahan masalah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep
matematika sehingga kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat
kurang. Dan siswa selalu bermalas-malasan saja tidak mau mencari sendiri ideidenya hanya guru saja yang selalu berperan aktif dalam proses balajar-mengajar.
Kebanyakan guru mengajar dengan model yang kurang sesuai dengan
materi yang diajarkan. Pembelajaran matematika di sekolah, selama ini masih di
dominasi oleh pembelajaran konvensional yaitu masih terpusat pada guru. Dalam
menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling
benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu
memikirkan kemungkinan jawaban atau bermacam-macam gagasan dalam
memecahkan masalah tersebut.
Menurut Abbas (dalam http://depdiknas.go.id) menyatakan bahwa :
“Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar
matematika peserta didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan
model pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataan
menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model
pembelajaran yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh
guru”.

3

Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan
faktor penting dalam matematika. Slameto (2003:94) mengemukakan bahwa :
“Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan
kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati
sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan
menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan
dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehinggga siswa tidak
selalu menngantungkan diri kepada orang lain”.
Menurut Slameto (2003:36) menyatakan bahwa:
“Dalam proses belajar mengajar,guru perlu menimbulkan aktivitas siswa
dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan
aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi
dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.
Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi
dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah,
melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran
yang disajika oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia
memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik”.
Pada Tes awal Siswa menganggap bahwa pokok bahasan segiempat
merupakan materi pelajaran yang sulit dipelajari. Padahal konsep segiempat ini,
merupakan konsep yang mutlak harus di kuasai oleh siapapun yang mempelajari
matematika.Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, namun
belum memperlihatkan hasil yang optimal.Oleh karena itu perlu di upayakan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika terutama pada pokok bahasan Segiempat.

Rendahnya prestasi belajar pada matematika dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah kesulitan yang
dialami oleh siswa dalam mempelajari matematika. Kesulitan tersebut
terletak pada sulitnya siswa menyelesaika soal matematika serta
kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
membuat kalimat matematika. Abdurahman (2003) mengemukakan
bahwa: “dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang

4

mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan
pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tampak
terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus
ditempuh”.

Kesulitan

dalam

belajar

matematika

mengakibatkan

kemampuan pemecahan masalah siswa rendah. Siswa cenderung
menghafalkan konsep-konsep metematika sehingga kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah sangat kurang.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas VII
SMP PENCAWAN MEDAN menunjukkan bahwa:
“Kemampuan dalam belajar Matematika di dalam kelas masih rendah.
Pembelajaran Matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas guru
artinya kebanyakan siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran di dalam
kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan penjelasan materi dan
mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa ada respon, kritik, dan
pertanyaan dari siswa kepada Guru sebagai umpan balik dalam kegiatan
belajar mengajar”.
Jika permasalahan tersebut masih terus berlangsung, maka akan
mengakibatkan aktivitas siswa dalam belajar menjadi terhambat. Siswa akan
beranggapan bahwa belajar matematika bukan kebutuhan, melainkan hanya
sebagai tuntutan kurikulum saja, karena siswa merasa tidak mendapat makna dari
pelajaran matematika yang dipelajarin sehingga akan berdampak pada hasil
belajar yang diperoleh siswa. Hal itu sesuai dengan hasil wawancara pada
observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu siswa kelas VII di
SMP Pencawan Medan yang mengemukakan bahwa : “Matematika itu sulit, dan
saya belajar hanya karena materi itu diajarkan di sekolah”.
Sesuai dengan yang dikatakan oleh seorang guru matematika yang
mengajar di SMP Pencawan Medan menyatakan bahwa :
“Banyak siswa yang mengalami kesulitan memecahkan masalah yang
kebanyakan merupakan soal-soal aplikasi pokok bahasan yang membahas
Luas dan keliling Segiempat ini terasa sulit dihadapi siswa. Indikatornya,

5

siswa kurang mampu menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
keliling dan luas segiempat apabila disajikan dalam soal cerita. Karena
masalah matematika sehari-hari lebih banyak bersifat kata-kata daripada
simbol sehingga mereka mengalami kesulitan dalam memecahkannya”.
Salah satu contoh kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal dengan
menggunakan pemecahan masalah terdapat pada contoh soal berikut :
Panjang diagonal-diagonal suatu belah ketupat adalah 10cm dan
. Jika luas belah ketupat tersebut 35
. Hitunglah nilai
panjang diagonal kedua?

dan

Berikut adalah hasil pengerjaan siswa dalam kesalahan menyelesaiakan
soal uraian diatas.
No.

Hasil Pekerjaan Siswa

Analisis
Kesalahan

1.

Tidak
mampu
memahami
masalah
dalam
menuliskan apa
yang
diketahui
dan apa yang
ditanya pada soal.

2.

3.

Tidak
mampu
dalam
merencanakan
pemecahan
masalah
dalam
merencanakan
rumus yang akan
digunakan.
Tidak
mampu
dalam
menyelesaikan
masalah dimana
penyelesaian yang
dilakukan masih
salah

6

4.

Tidak
mampu
dalam memeriksa
kembali
penyelesaian atau
dalam
menyimpulkan
hasil
jawaban
masih salah.

Dari hasil observasi berupa pemberian tes awal pemecahan masalah siswa
Kelas VII SMP Pencawan Medan dalam materi Segiempat. Dari 30 siswa yang
mengikuti tes hanya 12 siswa ( 40 % ) yang memahami masalah, 10 siswa ( 33,33
% ) yang dapat merencanakan masalah, 5 siswa ( 16,66 % ) yang dapat
menyelesaikan masalah dan 4 siswa (13,3 % ) yang dapat menarik kesimpulan.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
masih rendah padahal salah satu tujuan dari pembelajaran matematika saat ini
adalah meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan masalah,
melaksanakan masalah dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Langkah

penyelesaian

soal

diatas

adalah

siswa

harus

mampu

mengindentifikasi apa saja yang diketahui dalam soal, lalu dilanjutkan dengan
langkah-langkah pemecahan masalah. Namun siswa sering mengalami kesulitan
dalam menentukan apa saja yang diketahui dalam soal dan apa yang ditanya,
sehingga siswa merasa kesulitan menentukan langkah-langkah pemecahan
masalah yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut.
Banyak guru mengalami kesulitan dalam mengajar anak bagaimana
memecahkan permasalahan (sering disebut soal cerita) sehingga banyak anak juga
kesulitan mempelajarinya.Kesulitan ini biasa muncul karena paradigma bahwa
jawaban akhir sebagai satu-satunya tujuan dari pemecahan masalah.Anak
seringkali menggunakan teknik yang keliru dalam menjawab permasalahan sebab
penekanan pada jawaban akhir. Padahal kita perlu menyadari bahwa proses dari

7

memecahkan masalah yaitu bagaimana kita memecahkan masalah jauh lebih
penting dan mendasar. Ketika jawaban akhir diutamakan, anak mungkin hanya
belajar menyelesaikan satu masalah khusus, namun ketika proses ditekankkan,
anak tampaknya akan belajar lebih bagaimana menyelesaikan masalah-masalah
lainnya.
Kondisi ini secara langsung atau tidak akan melahirkan anggapan bahwa
belajar matematika tidak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta
dan konsep, pada hal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar
siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu pemecahan
masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi dan
membutuhkan suatu proses psikologi yang tidak hanya melibatkan aplikasi dalildalil atau teorema-teorema yang dipelajari.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing
peserta didik adalah memilih model pembelajaran yang tepat.Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham
terhadap materi yang diajarkan dan akhirnya dapat menurunkan motivasi peserta
didik dalam belajar.
Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat
meningkatkan

kemampuan

pemecahan

masalah

siswa

adalah

dengan

pembelajaran berbasis masalah (Problem BasedLearning). Model Pembelajaran
Berbasis Masalah merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi aktif kepada siswa. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
pembelajaran dengan ciri utama pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan
pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja sama, dan
menghasilkan karya atau hasil peragaan. Pembelajaran Berbasis Masalah berusaha
membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri dan otonom.
Pada pembelajaran Berbasis masalah siswa dituntut melakukan pemecahan
masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyakbanyaknya. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari- hari
dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada

8

bagaimana dia membelajarkan diri. Pada intinya Pembelajaran Berbasis Masalah
merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalh dunia nyata disajikan
di awal pembelajaran. Kemudian masalah tersebut diselidiki untuk diketahui
solusi dari pemecahan masalah tersebut.
Supardi (http://supardimpd.blogspot.com) mengatakan bahwa:
“Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki lima tahapan yang ditetapkan
secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir,
menjawab

dan

saling

membantu

satu

sama

lain.

Tahap

pertama,

mengorientasikan siswa pada masalah.Tahap kedua, mengorganisasikan siswa
pada masalah.Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok.Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan karya yang
sesuai.Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah”.Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa akan dapat
memahami konsep, rumus, prinsip dan teori-teori matematika sambil belajar
memecahkan masalahnya. Intinya suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam
matematika seyogianya ditemukan kembali oleh para siswa dibawah bimbingan
guru.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan

penelitian

Pembelajaran

denganmengangkatjudul:

Berbasis

Masalah

untuk

“Penerapan

Meningkatkan

Model

Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Pencawan Medan
T.A 2013/2014”.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka diidentifikasi

beberapa masalah

sebagai berikut:
1. Kemampuan dalam belajar matematika didalam kelas masih rendah.
2. Banyak siswa
Matematika.

yang mengalami

kesulitan memecahkan masalah

9

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa, belum diterapkan dengan
semestinya.

1.3 Batasan Masalah
Dengan adanya beberapa masalah dalam identifikasi masalah di atas, dan
dengan mengingat keterbatasan penulis, akan lebih baik jika dilakukan
pembatasan masalah supaya pembahasan lebih terarah. Peneliti hanya meneliti
tentang Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Pencawan
Medan.

1.4 Rumusan masalah
Berdasarkanlatar belakang diatas, maka yang menjadi fokus permasalahan
dalam peneliti ini adalah : Apakah dengan Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Masalah dapat meningkatkan pemecahan masalah matematika siswa
SMP Pencawan Medan dalam menyelesaikan soal-soal Bilangan Pecahan.

1.5 Tujuan penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada materi Bilangan Pecahan di kelas VII
SMP Pencawan Medan.

1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model
pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika.
2. Bagi siswa, melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini dapat
membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika pada Materi Bilangan Pecahan.

10

3. Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil
kebijakan inovasi pembelajaran matematika di sekolah.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan
pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai
calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

85

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan analisis data penelitian, diperoleh gambaran bahwa Model
Pembelajaran Berbasis Masalahdapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika pada materi pokokpersamaan kuadrat,
dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilakukan.
2. Tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah matematika pada siklus I
setelah diajar dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah rendah dengan nilai rata-rata kelas 61.3 atau 16 siswa (53.33%) dari
seluruh siswa telah masuk pada kategori minimal sedang. Selanjutnya setelah
pelaksanaan tindakan pada siklus II, diketahui tingkat kemampuan siswa
memecahkan masalah adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 83.8 atau 26
siswa (86.67%) dari seluruh siswa.Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
oleh observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru
pada siklus I dengan menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dikategorikan kurang baik karena hasil nilai rata-rata observasi dari tiap
pertemuan berada pada interval 1,6-2,5. Pada awal pembelajaran, guru belum
mampu secara maksimal dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Tetapi pada siklus II, pengelolaan pembelajaran sudah maksimal
dengan rata-rata yang diperoleh pada pertemuan ketiga berada pada interval
1,6–2,5 termasuk dalam kategor sedang dan pertemuan keempat berada pada
interval 2,6-3,5 termasuk dalam kategori baik.

86

4.5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :
1.

Kepada guru matematikakhususnya guru matematika SMP Pencawan Medan,
disarankanmemperhatikankemampuansiswadalammemecahkanmasalahdanm
elibatkansiswadalam proses belajarmengajar, dan menggunakan Model
Pembelajaran Berbasis Masalahsebagai salah satu altenatif pendekatan
pembelajaran.

2.

Kepada

siswa

SMP

Pencawan

Medandisarankanlebihberanidalammenyampaikanpendapatatau
dapatmempergunakanseluruh

potensi

yang

dimiliki

dalam

ide-ide,
pelajaran

matematika.
3.

Kepada Kepala SMP Pencawan Medan, agar dapatmengkoordinasikan guruguru

untuk

menerapkan

pendekatan

yang

relevandaninovatifuntukmeningkatkankemampuanpemecahanmasalahsiswa.
Sehingga Model Pembelajaran Berbasis Masalahsebagaisalahsatunya.
4.

Kepadapenelitilanjutan

agar

hasildanperangkatpenelitianinidapatdijadikanpertimbanganuntukmenerapkan
Model Pembelajaran Berbasis MasalahpadamateriBilangan Pecahan ataupun
pokok bahasan lain yang dapatdikembangkanuntukpenelitianselanjutnya.
.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Abbas, N, dkk., (2008), Meningkatkan hasil Belajar Matematika Siswa Melalui
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Penilaian Portopolio
Di SMPN 10 Kota Gorontalo,http://www.puslitjaknov.depdiknas.go/data/f
ile/2008/makalah/peserta/25-Nurhayati%20Abbasmeningkatkan%20hasilmatematika.pdf, diakses pada tanggal 22 Juli 2012)
Arikunto, (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.
Erman,

2007,

Model

Pembelajaran

Konvensional

(http://educare.e-

fkipunla.net, diakses pada tanggal 9 Agustus 2012 )
Hudojo H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Trianto,
(2007),
Model-Model
Pembelajaran
Inovatif
Konstruktivistik,Penerbit Penerbit Prestasi Pustaka, Jakarta.

Berorientasi

Amustofa, (2012), Strategi Pemecahan Masalah Dalam Matematika,
(http://amustofa70.wordpress.com, diakses pada tanggal 23 Juli 2012)
Dimyanti dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta,
Jakarta
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika, (2001), Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sagala S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Sanjaya W., (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Sudarman, 2007, Problem Based Learning: Suatu model Pembelajaran untuk
Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah,
(http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2007/09/07-sudarman.pdf,
diakses
pada tanggal 18 Agustus 2012)
Supardi,
2009,
Tahapan
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
(http://supardimpd.blogspot.com, diakses pada tanggal 18 Agustus 2012)

45

46

Sugianto, (2009), Penerapan Problem Based Learning dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Siswa SMP Budi Murni Pintu Angin Kelas VIII Pada
Teorema Pythagoras T.A 2008/2009, FMIPA Unimed, Medan

Mumun S, 2008, Rendahnya Prestasi siswa di Indonesia
fkipunla.net, diakses pada tanggal 23 Juli 2012)

(http://educare.e-

Muhsetyo, (dalam Mustika, http://restoe-mustika.blogspot.com, diakses pada
tanggal 18 Agustus 2012)