Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan pada PT Astra International Tbk.

(1)

ABSTRAK

Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh setiap perusahaan, wajib membuat laporan keuangan. Laporan keuangan ini menunjukkan kondisi dari kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu, selain itu juga dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Untuk mengukur kinerja keuangan melalui analisis rasio keuangan di antaranya menggunakan rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, profitabilitas, dan pasar.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Astra International Tbk dan menggunakan data sekunder yan berupa laporan keuangan tahun 2012 hingga 2015. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan pengukuran kinerja keuangan PT Astra International Tbk dengan rasio likuiditas atas pengukuran rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio kas (cash rastio) cenderung meningkat. Rasio Aktivitas atas pengukuran perputaran piutang usaha (account receivable turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran aktiva tetap (fixed asset turnver), perpuataran total aktiva (total asset turnover) cenderung menurun. Rasio solvabilitas atas pengukuran rasio utang terhadap aset (DAR), rasio utang terhadap modal (DER), rasio kelipatan bunga yang dihasilkan (TIE) cenderung menurun. Rasio profitabilitas atas perhitungan hasil pengembalian atas aset (ROA), rasio hasil pengembalian atas ekuitas (ROE), margin laba bersih (net profit margin) cenderung menurun. Rasio pasar atas perhitungan price earning ratio (PER) cenderung menurun.

Kata kunci : Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Pasar.


(2)

ABSTRACT

Every business activity carried on by every company shall make financial reports . The financial statements show the condition of the company's financial performance during a certain period , but it also can be used for decision-making process in the future . To measure financial performance through the analysis of financial ratios of which use liquidity ratios, activity , solvency , profitability , and market .

This research was conducted at PT Astra International Tbk and using secondary data yan form of financial statements of 2012 to 2015. The results obtained after the measurement of financial performance of PT Astra International Tbk with a liquidity ratio for measuring the current ratio (current ratio), quick ratio (quick ratio), the ratio of cash (cash rastio) tends to increase. Activity Ratio on measurement receivable turnover (accounts receivable turnover), inventory turnover (inventory turnover), turnover of fixed assets (fixed assets turnver), perpuataran total assets (total asset turnover) tends to decrease. The solvency ratio for measuring the ratio of debt to assets (DAR), the debt-to-equity ratio (DER), the ratio multiple of the interest earned (TIE) tends to decrease. Profitability ratios on the calculation results of the return on assets (ROA), the ratio of the return on equity (ROE), net profit margin (net profit margin) tends to decrease. The ratio of the market on the calculation of the price earnings ratio (PER) tends to decrease.

Keywords : Liquidity Ratios , Activity Ratios , Solvency Ratios , Profitability Ratios , Ratio Market


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori ... 6

2.1.1 Laporan Keuangan ... 6

2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan ... 7

2.1.3 Pemakai Laporan Keuangan ... 8

2.1.4 Kinerja Keuangan………... 12

2.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja ... 13

2.1.6 Tujuan Penilaian Kinerja ... 14

2.1.7 Analisis Rasio Keuangan ... 14

2.1.8 Tujuan Analisis Rasio Keuangan ... 15

2.1.9 Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 15

2.1.10 Metode Analisis Rasio Keuangan ... 21

2.1.11 Riset Empiris………. 21

2.2 Rerangka Pemikiran ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Profil Perusahaan ... 25

3.2 Jenis Penelitian ... 26

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.4 Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 29

4.1.1 Rasio Likuiditas ... 29

4.1.2 Rasio Aktivitas ... 35

4.1.3 Rasio Solvabilitas ... 42

4.1.4 Rasio Profitabilitas………. 47


(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 63


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pengukuran Likuiditas... 29

Tabel 2 Pengukuran Aktivitas ... 34

Tabel 3 Pengukuran Solvabilitas ... 42

Tabel 4 Pengukuran Profitabilitas ... 47


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kinerja yang baik akan dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Semakin tinggi kinerja perusahaan, maka akan semakin baik pula nilai perusahaan di mata investor. Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan pada saat ini maupun prospek usaha yang akan datang adalah dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. “Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan”. (Syamsuddin, 2009)

PT Astra International Tbk pada kuartal III tahun 2012 berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp143,14 triliun, naik sekitar 19,75% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp119,53 triliun. Berdasarkan laporan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (31/10/2012) menyebutkan, naiknya pendapatan bersih seiring naiknya beban pokok pendapatan sekitar 21,04% menjadi Rp115,85% triliun dari Rp95,71 triliun pada kuartal III tahun lalu. Beban penjualan juga meningkat menjadi Rp5,66 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp4,74 triliun, beban umum dan administrasi naik 6,38 triliun dari Rp4,74 triliun, beban bunga bertambah menjadi Rp752 miliar dari Rp496 miliar. Perseroan mencatat kerugian dari selisih kurs senilai Rp201 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya mencatat laba Rp119 miliar. Kendati demikian penghasilan lain-lain jadi Rp2,06 triliun dari Rp1,6 triliun dan penghasilan bunga meningkat jadi Rp538 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp483 miliar. Sementara itu, laba periode berjalan bertumbuh 8,18% jadi Rp17,2


(8)

triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp15,9 triliun. Adapun laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal III tahun ini naik 9,15% jadi Rp14,67 triliun dari Rp13,44 triliun pada kuartal III tahun lalu. Positifnya kinerja perseroan menyebabkan laba per saham dasar perseroan sepanjang sembilan bulan tahun ini naik menjadi Rp362 dari Rp332 per lembar saham pada akhir September tahun lalu. Harga saham ASII pada penutupan perdagangan sore ini di lantai Bursa ditutup naik 50 poin (0,6%) menuju level Rp8.050 per lembar saham. (www.sindonews.com)

Ada beberapa faktor yang di anggap memicu sulitnya penjualan produk otomotif tanah air pada tahun 2013. Faktor pertama adalah kebijakan pemerintah tentang pengurangan subsidi untuk mobil-mobil pribadi, dan kebijakan ini nanti akan berdampak terhadap penjualan mobil. Faktor yang kedua adalah kondisi kurs rupiah yang selama ini terus melemah. Naiknya nilai tukar terhadap dolar AS terhadap rupiah ini pada akhirnya akan mempengaruhi harga penjualan yang mau tidak mau akan turut meningkat. Dan faktor yang ketiga adalah semakin banyaknya produk-produk kendaraan yang muncul di tahun lalu. Kinerja perseroan dan anak perusahaan PT Astra International Tbk (ASII) pada tahun 2013 mencatatkan laba bersih mencapai Rp13,5 triliun untuk periode Januari-September 2013. Angka perolehan laba bersih turun 8% dari periode tahun sebelumnya sebesar Rp14,7 triliun. Laba bersih Astra juga diikuti penurunan sebesar 1% untuk kuartal III pada tahun 2013. Pendapatan perseroan turun menjadi Rp141,8 triliun hingga kuartal III dari periode sebelumnya. Laba bersih per saham Astra juga turun 8% menjadi Rp333 per saham. Nilai bersih aset Rp1.913 per saham pada 30 September 2013 atau naik sebesar 9% dibandingkan tahun sebelumnya. Terjadinya penurunan salah satunya dari bisnis otomotif laba pada tahun 2013 laba bersih turun 5% menjadi Rp6,9% triliun dari Rp3,2 triliun dari perseroan


(9)

dan anak perusahaan, serta Rp3,7 triliun dari perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities di otomotif. (www.liputan6.com)

Namun pada tahun 2014 kinerja PT Asta International Tbk (ASII) laba bersih mengalami kenaikan sebesar 8% menjadi Rp14,49 triliun hingga kuartal III dari periode tahun lalu sebesar Rp13,46 triliun. Kenaikan laba bersih ini diikuti kenaikan pendapatan bersih sebesar 6% menjadi Rp150,58 triliun hingga kuartal III dari periode tahun sebelumnya Rp141,84 triliun. Dan melihat kinerja pada tahun 2014 laba bersih per saham pun naik 8% menjadi 358 pada kuartal III di bandingkan periode tahun sebelumnya 333. Kontribusi peningkatan pendapatan didorong dari sektor agri bisnis dan kontrak penambangan, pada segmen usaha mesin kontruksi, pendapatan bersih turun sebesar 3% seiring dengan penurunan volume penjualan unit Komatsu sebesar 10% menjadi 2.982 unit. Sementara itu laba bersih dari Divisi Otomotif menurun 14% menjadi Rp5,9 triliun, karena persaingan discount pada pasar mobil memberikan dampak negatif pada marjin keuntungan bisnis ini. (www.liputan6.com)

Walaupun kinerja grup Astra pada tahun 2014 secara umum cukup memuaskan, meskipun masih dihadapkan pada tantangan kompetisi yang ketat pada bisnis kendaraan roda empat dan harga batu bara turun. Namun karena melemahnya permintaan otomotif sepanjang tahun 2015 ikut mempengaruhi kinerja PT Astra Interational Tbk. Tahun 2015 penurunan laba bersih 17% menjadi Rp11,99 triliun untuk periode III dari periode sebelumnya Rp14,49. Penurunan laba juga diikuti penurunan 8% menjadi Rp138,17 triliun hingga September 2015. Dengan kondisi tersebut, laba bersih per saham turun 17% dari posisi Rp358 hingga kuartal III dari tahun sebelumnya Rp296. Sepanjang tahun 2015 lalu, penjualan mobil secara nasional memang menurun sebesar 16% menjadi 1.013.000 unit. Sementara penjualan mobil astra menurun sebesar 17% menjadi 510.000 unit, sehingga menyebabkan penurunan pangsa pasar


(10)

dari 51% menjadi 50%. Kondisi yang sama juga terjadi pada penjualan sepeda motor nasional yang turun sebesar 18% menjadi 6,5 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda Motor (AHM) juga mengalami penurunan sebesar 12% menjadi 4,5 juta unit, namun pangsa pasarnya meningkat dari 64% menjadi 69%. (www.liputan6.com)

Analisis rasio keuangan, membantu mengetahui tingkat kinerja keuangan perusahaan apakah baik atau sebaliknya. Analisis rasio dapat diklasifikasikan dalam berbagai jenis, beberapa di antaranya yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas dan pasar. Tingkat likuiditas adalah menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan jaminan harta lancar yang dimilikinya. Sedangkan tingkat solvabilitas, menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan dapat memenuhi semua kewajibannya dengan jaminan harta yang dimilikinya. Tingkat profitabilitas, menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan modal yang dimilikinya. Tingkat aktivitas, mengukur efektivitas suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Tingkat pasar, mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif terhadap bukunya. Apakah perusahaan-perusahaan yang kelihatan besar sudah bisa menyatakan keefektifan kinerja PT. Astra International Tbk .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Bagaimana mengukur kinerja keuangan PT Astra International Tbk dengan menggunakan analisis rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas dan pasar?


(11)

 Bagaimana perkembangan kinerja PT Astra International Tbk dengan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya atau biasa disebut metode analisis time series?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

 Untuk mengukur kinerja keuangan PT. Astra International Tbk menggunakan analisis rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas, dan pasar, dan

 Untuk membandingkan rasio-rasio keuangan PT. Astra International Tbk dari satu periode ke periode lainnya

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :  Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk lebih memperhatikan perkembangan kinerja keuangan perusahaan dalam rasio keuangan

 Peneliti

Dapat berguna dan bermanfaat dalam penambahan pengetahuan tentang pentingnya laporan keuangan dalam suatu perusahaan.

 Investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan investor dalam melakukan investasi pada perusahaan.


(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka terdapat beberapa simpulan yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain:

1. Rasio Likuiditas

 Rasio lancar PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 yaiu 1,38 kali dalam satu periode. Hal ini menunjukkan bahwa rasio lancar PT Astra International Tbk masih rendah kinerja perusahaan yang ditunjukkan.

 Rasio cepat PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 yaitu 1,14 kali. Hal ini menunjukkan bahwa rasio cepat PT Astra International Tbk masih rendah kinerja perusahaan yang ditunjukkan.

 Rasio kas PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 yaitu 35%. Hal ini menunjukkan bahwa rasio kas PT Astra International Tbk masih rendah kinerja perusahaan yang ditunjukkan dibandingkan standar industri yang ada. Dengan melihat rasio ini akan terlihat dalam jangka waktu beberapa hari perusahaan mampu bertahan untuk membiayai pengeluaran operasinya dengan aktiva lancar yang dimiliki, tanpa arus kas dari pihak eksternal.

2.Rasio Aktivitas


(13)

berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata penagihan piutang usaha yang masih kurang baik.  Perputaran persediaan PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 4,50 kali

untuk satu periode. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata persediaan tersimpan digudang hingga akhirnya terjual masih buruk dibandingkan dengan standar industri yang ada.

 Perputaran aktiva tetap PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 4,42 kali untuk satu periode. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengukur keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, atau dalam kata lain mengukur seberapa efektif kapasitas aset tetap turut berkontribusi menciptakan penjualan yang sudah baik karena sudah mencapai standar yang ada.

 Perputaran total aktiva PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 0,75 kali untuk satu periode. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengukur keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset masih kurang efektif.

3.Rasio solvabilitas

Solvabilitas (Daya Ungkit) yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (Leverage), yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio solvabilitas meliputi :


(14)

 Rasio utang terhadap aset PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 38% untuk satu periode. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidak mampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban perusahaannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran deviden. Dari sini dapat dilihat kinerja keuangan PT Astra International Tbk kurang baik  Rasio utang terhadap modal PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar

93,97% untuk satu periode. Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari prespektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Dari sini dapat dilihat kinerja keuangan PT Astra International Tbk kurang baik

 Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 26,76% untuk satu periode. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya beban bunga. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja keuangan PT Astra International Tbk kurang baik.

4.Rasio Profitabilitas

 Hasil pengembangan atas aset PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 6%. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan meghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Semakin tinggi rasio ini menujukkan efisiensi manjemen aset, yang


(15)

berarti efisiensi manajemen. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk tahun 2015 masih kurang efisien.

 Rasio hasil pengembangan atas ekuitas PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 12%. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk tahun 2015 dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan PT Astra tidak terpenuhi.

 Margin laba PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 8%. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan mengukur tingkat laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik pula kinerja keuangan yang dicapai suatu perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk tahun 2015 menunjukkan kemampuan perusahaan mengukur tingkat laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan yang tidak terpenuhi dari tahun sebelumnya.

5.Rasio Pasar

Earning per Share (EPS) PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 1,00 kali. Rasio ini mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia di bayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk tahun 2015 menunjukkan kemampuan investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia di bayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan PT Astra yang baik.


(16)

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka dapat di sarankan hal-hal sebagai berikut

1.Bagi PT Astra

Perusahaan harus memikirkan bagaiman meningkatkan kualitas dari laporan keuangan perusahaannya. Contohnya dengan meningkatkan nilai-nilai rasio yang ada sehingga perusahaan bisa mencapai keadaan keuangan bisa baik dan berada di angka standar industri.

2.Bagi Investor

Bagi investor disarankan untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan sebelum menentukan di mana investor akan menanamkan modalnya. Semakin besar earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) suatu entitas, maka investor dapat lebih yakin untuk menanamkan modalnya pada entitas tersebut karena entitas tersebut berarti memiliki laba yang baik sehingga pengembalian yang akan diterima investorpun lebih terjamin.

3.Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar dapat mendukung hasil penelitian ini dengan menambahkan variabel lain yang berkaitan dengan kinerja keuangan selain dari rasio keuangan dan menambah jumlah waktu yang akan diteliti.


(17)

Daftar Pustaka

Astrinika, L.A., Darminto., & Siti, R.H. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis Vol.2 (No.1)

Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan Cetakan ke – 2. Bandung: Alfabeta.

Gitosudarmo, I., & Basri. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Hanafi, 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM

Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS (enter for Academic Publishing Service).

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, M. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Marsel Pongoh. (2013). Analisis Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan PT.

Bumi Resoures Tbk. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 (669-679)

Munawir, S. (2000). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Riswan & Yolanda Fatrecia Kusuma. 2014. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar

Dalam Penilaian Kinerja Keuangan PT. Budi Satria Wahana Motor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol .5 No.1 (93-121)


(18)

Sadeli, M. (2002). Dasar – dasar Akuntansi. Jakarta: Bumi Aksara

Sudana, I Made (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga

Sugiono, A. (2009). Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: Grasindo.

Syafri, H (2008). Analisa Kritis atas Laporan Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syamsuddin, L. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http://bisnis.liputan6.com/read/571006/penjualan-otomotif-tahun-ini-hadapi-masa-suram http://bisnis.liputan6.com/read/570157/laba-bersih-astra-kuartal-i-2013-merosot-7 http://bisnis.liputan6.com/read/735103/pendapatan-astra-turun-tipis-jadi-rp-141-triliun

http://bisnis.liputan6.com/read/2126836/astra-international-cetak-pendapatan-rp-150-triliun http://bisnis.liputan6.com/read/2353069/laba-bersih-astra-turun-17-jadi-rp-1199-triliun http://www.kajianpustaka.com/2012/12/laporan-keuangan.html

http://ekbis.sindonews.com/read/684328/32/astra-international-bukukan-pendapatan-rp143-t-1351678025


(1)

berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata penagihan piutang usaha yang masih kurang baik.

 Perputaran persediaan PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 4,50 kali untuk satu periode. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu periode atau berapa lama (dalam hari) rata-rata persediaan tersimpan digudang hingga akhirnya terjual masih buruk dibandingkan dengan standar industri yang ada.

 Perputaran aktiva tetap PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 4,42 kali untuk satu periode. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengukur keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, atau dalam kata lain mengukur seberapa efektif kapasitas aset tetap turut berkontribusi menciptakan penjualan yang sudah baik karena sudah mencapai standar yang ada.

 Perputaran total aktiva PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 0,75 kali untuk satu periode. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengukur keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset masih kurang efektif.

3.Rasio solvabilitas

Solvabilitas (Daya Ungkit) yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (Leverage), yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio solvabilitas meliputi :


(2)

 Rasio utang terhadap aset PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 38% untuk satu periode. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidak mampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban perusahaannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran deviden. Dari sini dapat dilihat kinerja keuangan PT Astra International Tbk kurang baik

 Rasio utang terhadap modal PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 93,97% untuk satu periode. Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari prespektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Dari sini dapat dilihat kinerja keuangan PT Astra International Tbk kurang baik

 Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 26,76% untuk satu periode. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya beban bunga. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja keuangan PT Astra International Tbk kurang baik.

4.Rasio Profitabilitas

 Hasil pengembangan atas aset PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 6%. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan meghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Semakin tinggi rasio ini menujukkan efisiensi manjemen aset, yang


(3)

berarti efisiensi manajemen. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk tahun 2015 masih kurang efisien.

 Rasio hasil pengembangan atas ekuitas PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 12%. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk tahun 2015 dalam memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan PT Astra tidak terpenuhi.

 Margin laba PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 8%. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan mengukur tingkat laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka akan menunjukkan semakin baik pula kinerja keuangan yang dicapai suatu perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk tahun 2015 menunjukkan kemampuan perusahaan mengukur tingkat laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan yang tidak terpenuhi dari tahun sebelumnya.

5.Rasio Pasar

Earning per Share (EPS) PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 1,00 kali. Rasio ini mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia di bayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk tahun 2015 menunjukkan kemampuan investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia di bayar oleh investor


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka dapat di sarankan hal-hal sebagai berikut

1.Bagi PT Astra

Perusahaan harus memikirkan bagaiman meningkatkan kualitas dari laporan keuangan perusahaannya. Contohnya dengan meningkatkan nilai-nilai rasio yang ada sehingga perusahaan bisa mencapai keadaan keuangan bisa baik dan berada di angka standar industri.

2.Bagi Investor

Bagi investor disarankan untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan sebelum menentukan di mana investor akan menanamkan modalnya. Semakin besar earnings per share

(EPS) dan price earnings ratio (PER) suatu entitas, maka investor dapat lebih yakin untuk

menanamkan modalnya pada entitas tersebut karena entitas tersebut berarti memiliki laba yang baik sehingga pengembalian yang akan diterima investorpun lebih terjamin.

3.Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar dapat mendukung hasil penelitian ini dengan menambahkan variabel lain yang berkaitan dengan kinerja keuangan selain dari rasio keuangan dan menambah jumlah waktu yang akan diteliti.


(5)

Daftar Pustaka

Astrinika, L.A., Darminto., & Siti, R.H. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis Vol.2 (No.1)

Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan Cetakan ke – 2. Bandung: Alfabeta.

Gitosudarmo, I., & Basri. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Hanafi, 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM

Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS (enter for Academic Publishing Service).

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, M. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Marsel Pongoh. (2013). Analisis Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan PT. Bumi Resoures Tbk. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 (669-679)

Munawir, S. (2000). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Riswan & Yolanda Fatrecia Kusuma. 2014. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar Dalam Penilaian Kinerja Keuangan PT. Budi Satria Wahana Motor. Jurnal Akuntansi


(6)

Sadeli, M. (2002). Dasar – dasar Akuntansi. Jakarta: Bumi Aksara

Sudana, I Made (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga

Sugiono, A. (2009). Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: Grasindo.

Syafri, H (2008). Analisa Kritis atas Laporan Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syamsuddin, L. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http://bisnis.liputan6.com/read/571006/penjualan-otomotif-tahun-ini-hadapi-masa-suram http://bisnis.liputan6.com/read/570157/laba-bersih-astra-kuartal-i-2013-merosot-7 http://bisnis.liputan6.com/read/735103/pendapatan-astra-turun-tipis-jadi-rp-141-triliun

http://bisnis.liputan6.com/read/2126836/astra-international-cetak-pendapatan-rp-150-triliun http://bisnis.liputan6.com/read/2353069/laba-bersih-astra-turun-17-jadi-rp-1199-triliun http://www.kajianpustaka.com/2012/12/laporan-keuangan.html

http://ekbis.sindonews.com/read/684328/32/astra-international-bukukan-pendapatan-rp143-t-1351678025