Kualitas Sumber Daya Manusia Perdesaan Bukan Pesisir Berdasarkan Tipologi Desa (Studi Kasus di Kawasan Subosuka_Wonosraten Provinsi Jawa Tengah).

(B. Ekonomi)
Kualitas Sumber Daya Manusia Perdesaan Bukan Pesisir Berdasarkan Tipologi Desa (Studi
Kasus di Kawasan Subosuka_Wonosraten Provinsi Jawa Tengah)
Kata kunci: kualitas SDM, sistem indeks, pembangunan perdesaan, Subosuka_Wonosraten, Jawa Tengah
Mulyanto; Aliyah, Istijabatul; Prasetyani, Dwi
Fakultas Ekonomi UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Bersaing, 2012
Kawasan Subosuka_Wonosraten (Kota Surakarta, Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, Kab.
Wonogiri, Kab. Sragen dan Kab. Klaten) merupakan salah satu dari 3 (tiga) kawasan di Provinsi Jawa
Tengah; selain Kawasan Kedung_Sepur (Kab. Kendal, Kab. Demak, Ungaran (Kab. Semarang), Kota
Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi (Kab. Grobogan) dan Kawasan Bregas_Elang (Kab. Brebes, Kota
Tegal, Slawi (Kab. Tegal), dan Kab. Pemalang) yang mempunyai prospek sebagai Kawasan Metropolitan
pada masa mendatang. Untuk mempercepat kemajuan pembangunan di kawasan ini, peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya SDM tingkat perdesaan menjadi instrumen penting
yang harus diperhatikan oleh banyak pihak, baik Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, Masyarakat maupun
oleh Akademisi. Studi ini berusaha mengembangkan model untuk menilai kemajuan pembangunan SDM
perdesaan yang dilihat dari indikator dan variabel yang menentukan kualitas SDM perdesaan.
Tujuan khusus dari studi yang dilakukan pada tahun pertama (tahun 2012) adalah: (i) mengidentifikasi
variabel pembentuk kualitas SDM perdesaan yang dikelompokkan dalam indikator pendidikan, kesehatan
dan ekonomi, serta diwujudkan dalam satu-kesatuan ukuran indeks yang yang dinamakan dengan Indeks
Pembangunan Manusia Perdesaan (IPMDesa), (ii) mengkaji hubungan/keterkaitan antar IPMDesa
dengan 3 (tiga) indikator penentu/pembentuknya, dan (iii) mengkaji perbedaan IPMDesa yang dilihat

dari perbedaan tipologi desa.
Studi ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari dokumen Kecamatan Dalam Angka di
Kawasan Subosuka_Wonosraten, khususunya di 4 (empat) kabupaten percontohan, yaitu: (1) Kab.
Wonogiri, (2) Kab. Klaten, (3) Kab. Sragen, (4) Kab. Sukoharjo; yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2010 di daerah tersebut. Data ini dipakai sebagai basis untuk menemukan besaran
IPMDesa, baik besaran secara total maupun besaran IPMDesa berdasar perbedaan tipologi desa, hasil
pendataan Data Potensi Desa (Data Podes) BPS tahun 2008.
Pada tahun pertama (2012) pendekatan studi lebih dominan pada pendekatan kuantitatif, sementara
pada tahun kedua (tahun 2013) akan lebih dominan pada pendekatan kualitatif. Perpaduan kedua
pendekatan ini, diharapkan akan memberikan hasil yang optimal untuk mendukung perumusan rekayasa
sosial (social enginering) dan kebijakan pembangunan terkait dengan upaya peningkatan kualitas SDM
perdesaan.
Dengan menggunakan percontohan pada desa-desa di 4 (empat) kabupaten di Kawasan
Subosuka_Wonosraten (Kab. Wonogiri, Kab. Klaten, Kab. Sragen, dan Kab. Sukoharjo) ditemukan bahwa:
(i) Urutan kualitas SDM yang dicerminkan dengan IPMDesa dari yang tertinggi ke terendah adalah: Kab.
Klaten (IPMDesa: 3.880), yang diikuti Kab. Sukoharjo (IPMDesa: 3.710), Kab. Sragen (IPMDesa: 3.410),
dan terendah adalah Kab. Wonogiri (IPMDesa: 3.301); di mana di semua kabupaten indikator pendidikan
memberikan kontribusi yang paling besar terhadap pembentukan IPMDesa; (ii) Di Kab. Sukoharjo,
indicator kesehatan mempunyai keterkaitan / korelasi yang paling tinggi dengan IPDesa, sementara


untuk Wonogiri adalah indikator pendidikan; serta untuk Kab. Klaten dan Kab. Sragen adalah indikator
ekonomi; (iii) Pengaruh perbedaan tipologi desa sangat kuat di Kab. Wonogiri (signifikan pada 1%),
pengaruh sedang di Kab. Sragen (signifikan pada 5%), pengaruh lemah di Kab. Sukoharjo (signifikan pada
10%), serta tidak ada pengaruh di Kab. Klaten; dengan penjabaran rerata IPMDesa paling tinggi di Kab.
Wonogiri ada di Desa-Desa Pertanian Padi, di Kab. Klaten ada di Desa-desa Pertanian Palawija, di Kab.
Sragen ada di Desa-desa Sektor Lainnya, dan di Kab. Sukoharjo berada di Desa-Desa Sektor Industri
Pengolahan.
Dari serangkain hasil di atas dapat disimpulkan bahwa pembangunan kualitas SDM perdesaan
mempunyai pola yang sangat beragam. Tiga indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas SDM
perdesaan mempunyai peran terhadap pembentukan IPMDesa yang berbeda. Dari sisi kontribusi,
indikator pendidikan memberikan andil terbesar terhadap pembentukan IPMDesa, sementara dari
ukuran derajat hubungan/korelasi antara IPMDesa dengan indikator pembentuknya, indikator kesehatan
mempunyai keeratan hubungan paling tinggi di Kab. Sukoharjo; indikator pendidikan mempunyai
keeratan hubungan paling tinggi di Kab. Wonogiri; dan indikator ekonomi mempunyai keeratan
hubungan paling tinggi di Kab. Klaten dan Kab. Sragen.
Hasil kajian di atas, akan menjadi lebih bermakna lagi jika penjelasan dibalik parameter-parameter yang
ditemukan juga dibahas dari aspek pandangan beberapa pemangku kepentingan terkait (stakeholders).
Oleh karenanya, pada tahun kedua (tahun 2013) akan dilakukan beberapa langkah lanjutan berupa: (i)
usaha pemeringkatan/perankingan untuk mendapatan gambaran desa-desa yang masuk dalam
kelompok 10 besar kategori tinggi, kategori menengah dan kategori terendah; (ii) melakukan kajian

dengan pendekatan kualitatif yang sumber datanya diambil dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) terkait, untuk menangkap aspek / pandangan dari pihak terkait (human aspect) dalam
bentuk kegiatan Focus Group Discussion (FGD), survei dengan wawancaraterstruktur dan wawancara
mendalam; serta (iii) melakukan rekayasa sosial (social enginering) kebijakan pembangunan untuk
peningkatan kualitas SDM dari 4 (empat) daerah yang menjadi percontohan dari studi ini.