PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK KELOMPOK B Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Dengan Permainan Plastisin Pada Anak Kelompok B Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Kecamatan Gesi, Sragen Tahun 2014/2015.
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN
PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK KELOMPOK B
TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL
KECAMATAN GESI, SRAGEN
TAHUN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai
Derajat Sarjana S-I
Pendidikan Guru Pendidikan anak Usia Dini
TRI WAHYUNI
A53H111011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
7
ABSTRAK
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN
PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK KELOMPOK B
TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL
KECAMATAN GESI, SRAGEN
TAHUN 2014/2015
TRI WAHYUNI
A53H111011
Motorik halus sangat perlu dan salah satu aspek perkembangan anak
usia dini yang perlu dikembangkan, karena motorik halus terkait pada
persiapan kemandirian anak. Kemampuan motorik halus anak di Tk Asyiyah
Bustanul Athfal Gesi di kelompok B masih rendah dan belum optimal. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan motorik halus dalam
pembelajaran bermain dengan plastisin pada anak didik kelompok B Semester I
TK Aisyiyah Bustanul Athfal Tahun 2014/2015. Penelitian ini bersifat Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas B TK Aisyiyah
Bustanul Athafal kecamatan Gesi Kabupaten Sragen yang berjumlah 16 anak
yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Data dikumpulkan
dengan cara observasi, dokumentasi dan catatan lapangan dengan teknis analisis
komparatif dan kritis. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemamnpuan motorik
halus anak pada prasiklus sebesar 30%, setelah dilakuak tindakan siklus I
menjadi 56% dan pada siklus II menjadi 87%, total peningkatan mencapai 57%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan plastisin dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B Tk Aisyiyah
Bustanul Athfal kecamatan Gesi, Sragen tahun 2014/2015.
Kata kunci : Kemampuan motorik halus, permainan plastisin
6
PENDAHULUAN
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sebagai pendidikan yang
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok
sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut sebagai masa emas
perkembangan. Disamping itu, pada usia ini anak-anak masih sangat rentan
yang apabila penanganannya tidak tepat, justru dapat merugikan anak itu sendiri.
Oleh karena itu penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan
tahap-tahap perkembangan anak. Program PAUD tidak dimaksudkan untuk
mencuri start apaapa yang seharusnya diperoleh pada jenjang pendidikan
dasar, melainkan untuk memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai bagi anak,
agar anak pada dasarnya memiliki kesiapan baik secara fisik, mental, maupun
sosial/emosionalnya dalam rangka memasuki pendidikan lebih lanjut
Guna memperjelas pemahaman tentang konsep pendidikan anak usia
dini maka terlebih dahulu dipaparkan beberapa pengertian tentang anak usia
dini ( Hibana S. Rahman: 2005:3)
a. Pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir
delapan tahun.
b. Menurut undang - undang Republik Indonesi Nomor 21 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enak tahun yang dilakukan
melalui
pemberian rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki
kesiapan
dalam
memasuki
pendidikan lebih
lanjut.
Menyadari
pentingnya pendidikan sejak dini bagi anak maka melalui leputuan
menteri Pendidikan Nasional Nomor 015/2001 tanggal 9 April 2001
dibentuklah direktorat jendral pendidikan Luar Sekolah danPemuda
Departenab Pendidikan Nasional.
c. Menurut Hibana S. Rahman, maka pendidikan Anak Usia Dini adalah
upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau
1
pengasuh anak
0-8
tahun
dengan
tujuan
agar
anak
mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.
Motorik halus sangat perlu dan salah satu aspek perkembangan anak
usia dini yang perlu dikembangkan, karena motorik halus terkait pada
persiapan kemandirian anak. Oleh karena itu perkembangan motorik halus
anak usia dini perlu dioptimalkan dengan memberikan stimulus-stimulus
yang direfleksikan melalui kegiatan-kegiatan bermain sesuai dengan karakter
anak dini yaitu bermain sambil belajar, belajar seraya bermain. Dan kegiatan
permainan untuk mengembangkan aspek motorik halus anak usia dini sangat
beragam dan dapat dicipatakan sendiri (Addiyanah Aktavia, dkk:2011).
Penerapan media plastisin pada hakekatnya adalah aktifitas untuk
mengembangkan motorik halus pada diri individu, perubahan motorik halus
berkembang karena adanya usaha individu yang berangkutan baik yang
mencakunp pelatihan secara rutin dan aktivitas yang sesuai dengan perkembangan
dan kemampuan anak (Soelistyawati:2012).
Dini P. Daeng Sari (1996:121) menyebutkan bahwa yang disebut
motorik adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil
atau halus, gerakan ini menurut koordinasi mata dan tangan dan kemampuan
pengendalian gerak
yang
baik
yang
memungkinkan untuk
melakukan
ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya.
Menurut BB Clay Designs, 6 maret 2011, clay plastisin adalah
lilin/malam yang digunakan anak untuk bermain, plastisin dapat dig unakan
berulang – ulang karena tidak untuk dikeraskan. Dengan bermain plastisin ini,
anak
belajar meremas, menggilik, menipiskan
dan
merampingkannya,
ia
membangun konsep tentang benda, perubahannya dan sebab akibat yang
ditimbulkannya. Ia melibatkan indra tubuhnya dalam dunianya, mengembangkan
koordinasi tangan dan mata, mengenali kekekalan cara belajar benda, dan
mengeksplorasi konsep ruang dan waktu.
Beberapa asumsi tentang rendahnya kemampuan motorik pada anak-anak
disebabkan karena pembelajaran guru masih menggunakan metode konfensional
yaitu dengan kreasi dari bahan-bahan yang kurang menarik bagi anak. Sehingga
2
anak mengalami bosan dan jenuh. Keterbatasan sarana dan prasarana dengan
kurangnya kreasi seorang guru dapat menyebabkan anak pasif dalam
mengikuti pembelajaran yang tidak mau berperan aktif. Padahal dalam
pelaksanaan pembelajaran di TK harus dilakukan menarik, bervariasi dan
menyenangkan sehingga anak berperan secara aktif dan bertanggung jawab
untuk mendapatkan pengalaman secara langsung.
Melalui penerapan pembelajaran dengan menggunakan permainan
plastisin anak usia dini akan lebih tertarik dan senang dengan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Selain itu pembelajaran akan lebih mengena dan mudah
dipahami oleh anak. Sehingga anak-anak di usia dini ini dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki dengan leluasa.
Tujuan khusus penelitian ini adalah pengembangan kemampuan motorik
halus dengan permainan plastisin pada anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul
Athfal Kecamatan Gesi, Sragen Tahun 2014/2015.
METODE PENLITIAN
Penelitian dilaksanakan di TK Aisyiyah Bustanul Athafal Kecamatan
Gesi Kabupaten Sragen yang terletak di Desa Gesi RT 13, Kecamatan Gesi
Kabupaten Sragen. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan
bulan Nopember 2014.
Subjek penelitian di tetapkan pada anak kelompok B dengan jumlah
siswa 16 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Guru
kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal sebagai subyek pelaksana tindaka.
Penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur tindakan
kelas ini difokuskan pada kegiatan pokok yaitu: perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Peneliti membuat rencana pembelajaran dengan mempersiapkan rencana
bidang pengembangan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan bermain
plastisin yang akan dilaksanakan untuk memperlancar jalannya penelitian, yaitu
dengan menbuat Rencana Bidang Pengembangan (RBP), lembar observasi bagi
guru dan siswa, dan instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3
lembar observasi yang digunakan untuk mendapatkan data yang diamatinya.
Penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implememntasi
penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan kelas. Dalam pelaksanaan
penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus dan dalam setiap siklus peneliti
merencanakan 2 pertemuan dalam setiap pertemuan peneliti menggunakan satu
tema dan satu sub tema.
Kegiatan
pengamatan/observasi
dilakukan
oleh
peneliti.
Sambil
melakukan pengamatan/obsrvasi guru melakukan pencatatan semua yang terjadi
sehingga memperoleh hasil yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
Kegiatan pengamatan/observasi ini dilakukan peneliti dengan pedoman lembar
observasi menurut aspek pengamatan dan juga berpegang pada keberhasilan
dalam penelitian.
Penelitian mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan berbagai criteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan
dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya. Untuk merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu
dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi
masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang
pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu
dinalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen terkait.
Dari hasil analisis dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak
dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara
operasional agar dapat memadu usaha perbaikan pada siklus ke 2. Setelah masalah
dijabarkan langkah berikutnya adalah mencari, mengembangkan cara perbaikan
yang dilakukan dengan mengkaji teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan
pakar, serta menggali pengalaman sendiri.
Data yang diperoleh bersumber dari siswa, guru dan situasi kelas saat
pembelajaran berlangsung. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan pada
penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Sedangkan
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi untuk
kemampuan anak dan kemampuan guru dan format catatan lapangan dan foto.
4
Instrumen yang digunakan antara lain pedoman observasi peningkatan
kemampuan motorik halus yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan mengenai
aspek perkembangan pisik motorik yang berhubungan dengan kegiatan
pengembangan kemampuan motorik halus anak, menentukan skor dengan skala
penilaian sesuai TK, menentukan pedoman observasi penerapan permainan
plastisin yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan sebagai upaya mengembangkan
kemampuan motorik halus.
Keabsahan data bersumber dari sudut pandang guru, dan keabsahan
sekolah yang dilakukan secara langung pada subjek penelitian maupun kepada
guru. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis komparatif yaitu hasil
persiklus di bandingkan dengan indikator kenerja per siklus. Dan teknik analisi
kritis, yaitu mengungkap kelemahan dan kelebihan pelaksanaan tindakan.
Hasilnya untuk dasar tindakan berikutnya.
Indikator kinerja dimaksudkan sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian
yang dicapai dalam tiap siklus dengan nilai yang berbeda, dengan harapan adanya
peningkatan seperti dalam table berikut :
Table 1. Rata-Rata Prosentase Keberhasilan Tiap Siklus
Keberhasilan Penelitian
Pra Siklus
Siklus l
Siklus ll
Rata-rata prosentase kemampuan
30%
55%
85%
motorik halus
Rata-rata kinerja guru dalam
25%
60%
80%%
bermain plastisin
Dari table tersebut diatas diharapkan ada peningkatan 35 % pada siklus I,
kemudian pada siklus II meningkat 20 %.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak di TK Aisyiyah
Bustanul Athfal Gesi ,Kecamatan Gesi Kab. Sragen, maka dilaksanakan kegiatan
pra siklus yang bertujuan mendapatkan data tentang kemampuan motorik halus
anak ,sebelum tindakan diberikan. Dan hasil observasi keberhasilan hanya
mencapai 30% dari rata-rata kemampuan dalam satu kelas, hal ini berarti
perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak mulai berkembang.
5
Berdasarkan hasil diskripsi penelitian pada siklus I dan Siklus II dapat
dikatakan bahwa dengan kegiatan bermain Plastisin dapat meningkatkan motorik
halus anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gesi Kec. Gesi, Kab.
Sragen Tahun Ajaran 2014/2015.
Adapun prosentase tingkat keberhasilan dari sebelum tindakan siklus I
sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Prosentase hasil pengembangan motorik halus tiap anak
No.
Nama
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
1
Angga
70%
63%
92%
2
Ari
58%
63%
92%
3
Avi
66%
63%
88%
4
Azzam
33%
63%
88%
5
Dhia
17%
50%
79%
6
Difa
25%
50%
88%
7
Savira
21%
50%
88%
8
Ilham S
21%
58%
88%
9
Ilham P
17%
58%
88%
10
Rio
17%
58%
88%
11
Risqi
17%
58%
88%
12
Dewi
58%
58%
88%
13
Kayra
17%
54%
88%
14
Kayla
12%
54%
92%
15
Vira
21%
50%
88%
16
Suryo
25%
50%
79%
30%
56%
87%
Rata-rata kemampuan 1 kelas
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan dari
sebelum tindakan pra siklus sampai dengan siklus II. Perubahan tersebut
menunjukkan keberhasilan pembelajaran perkembangan motorik halus melalui
bermain plastisin. Sebelum melakukan tindakan siklus I, peneliti melakukan
observasi awal berupa pra siklus untuk mengetahui kondisi nyata dilapangan dan
permasalahan apa yang terjadi. Data prosentase yang diperoleh pada kondisi awal
6
indikator keberhasilan sebesar 30%, yaitu dari 16 anak, terdapat 2 anak (12%)
mayoritas anak mulai berkembang (MB). Sedangkang pada siklus I pencapaian
indikator keberhasilan sebesar 56%, dengan kemampuan Motorik halus dengan
bermain plastisin meningkat dari 30%, sehingga pada siklus I rata - rata anak
berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu sebanyak 9 anak (56%). Dan untuk
tindakan pada siklus II pencapaian indicator keberhasilan sebesar 87%, hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas anak berkembang sangat baik (BSB), yaitu
sebanyak 14 anak (87%).
Dengan demikian, hasil penelitian yang dilakukan tersebut diatas
mendukung diterimanya hipotesis bahwa dengan kegiatan bermain plastisin ini
dapat meningkatkan Motorik halus anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul
Athfal Gesi, Kec. Gesi, Kab. Sragen Tahun Ajaran 2014/2015.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
Hasil analisa data didapatkan bahwa melaksanakan kegiatan bermain
plastisin dapat mengembangkan motorik halus pada anak kelompok B TK
Aisyiyah Bustanul Athfal Kecamatan Gesi,Kabupaten Sragen
Indikator keberhasilan sebesar 30,9%, yaitu dari 16 anak, terdapat 2 anak
(12%) mayoritas anak mulai berkembang (MB). Sedangkang pada siklus I
pencapaian indikator keberhasilan sebesar 56%, dengan kemampuan Motorik
halus dengan bermain plastisin meningkat dari 30%, sehingga pada siklus I
mayoritas anak berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu sebanyak 9 anak (56%).
Dan untuk tindakan pada siklus II pencapaian indicator keberhasilan sebesar 80%,
hal ini menunjukkan bahwa mayoritas anak berkembang sangat baik (BSB), yaitu
sebanyak 14 anak (87%).
Dengan adanya kesimpulan diatas maka, implikasi yang timbul pada
penelitian ini adalah secara umum permaina plastisin dapat mengembangkan
kemampuan motorik halus anak. Secara khusus, permainan plastisin dapat
diterapkan dalam pengembangan kemamapuan motorik halus pada anak
7
kelompok B Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Kecamatan Gesi, Sragen Tahun
2014/2015.
DAFTAR PUSTAKA
Aktavia, Addiyana dkk. 2011. Mengembangkan Motorik Halus Anak Melalui
Permainan Plastisin Rasa. Penelitian Tindakan Kelas. Tidak Diterbitkan
BB Clay Designs. 2011. http:sitirochayahroin.file.wordoress.com. Diakses 9
September 2011
Dini, P. Daeng. 1996. Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Depdikbud.
Hibana, S. Rahman. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta
: PHTKL Pers
.
Soelistyawati. 2012. Penerapan media plastisin untuk meningkatkan motorik
halus anak kelompok B di TK Al Islam Kec Gunung anyar kota Sby.
Penelitian Tindakan Kelas. Tidak Diterbitkan.
8
PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK KELOMPOK B
TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL
KECAMATAN GESI, SRAGEN
TAHUN 2014/2015
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna mencapai
Derajat Sarjana S-I
Pendidikan Guru Pendidikan anak Usia Dini
TRI WAHYUNI
A53H111011
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
7
ABSTRAK
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN
PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK KELOMPOK B
TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL
KECAMATAN GESI, SRAGEN
TAHUN 2014/2015
TRI WAHYUNI
A53H111011
Motorik halus sangat perlu dan salah satu aspek perkembangan anak
usia dini yang perlu dikembangkan, karena motorik halus terkait pada
persiapan kemandirian anak. Kemampuan motorik halus anak di Tk Asyiyah
Bustanul Athfal Gesi di kelompok B masih rendah dan belum optimal. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan motorik halus dalam
pembelajaran bermain dengan plastisin pada anak didik kelompok B Semester I
TK Aisyiyah Bustanul Athfal Tahun 2014/2015. Penelitian ini bersifat Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas B TK Aisyiyah
Bustanul Athafal kecamatan Gesi Kabupaten Sragen yang berjumlah 16 anak
yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Data dikumpulkan
dengan cara observasi, dokumentasi dan catatan lapangan dengan teknis analisis
komparatif dan kritis. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemamnpuan motorik
halus anak pada prasiklus sebesar 30%, setelah dilakuak tindakan siklus I
menjadi 56% dan pada siklus II menjadi 87%, total peningkatan mencapai 57%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa permainan plastisin dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B Tk Aisyiyah
Bustanul Athfal kecamatan Gesi, Sragen tahun 2014/2015.
Kata kunci : Kemampuan motorik halus, permainan plastisin
6
PENDAHULUAN
PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sebagai pendidikan yang
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, memiliki kelompok
sasaran anak usia 0-6 tahun yang sering disebut sebagai masa emas
perkembangan. Disamping itu, pada usia ini anak-anak masih sangat rentan
yang apabila penanganannya tidak tepat, justru dapat merugikan anak itu sendiri.
Oleh karena itu penyelenggaraan PAUD harus memperhatikan dan sesuai dengan
tahap-tahap perkembangan anak. Program PAUD tidak dimaksudkan untuk
mencuri start apaapa yang seharusnya diperoleh pada jenjang pendidikan
dasar, melainkan untuk memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai bagi anak,
agar anak pada dasarnya memiliki kesiapan baik secara fisik, mental, maupun
sosial/emosionalnya dalam rangka memasuki pendidikan lebih lanjut
Guna memperjelas pemahaman tentang konsep pendidikan anak usia
dini maka terlebih dahulu dipaparkan beberapa pengertian tentang anak usia
dini ( Hibana S. Rahman: 2005:3)
a. Pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai lahir
delapan tahun.
b. Menurut undang - undang Republik Indonesi Nomor 21 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enak tahun yang dilakukan
melalui
pemberian rangsangan
pendidikan
untuk
membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki
kesiapan
dalam
memasuki
pendidikan lebih
lanjut.
Menyadari
pentingnya pendidikan sejak dini bagi anak maka melalui leputuan
menteri Pendidikan Nasional Nomor 015/2001 tanggal 9 April 2001
dibentuklah direktorat jendral pendidikan Luar Sekolah danPemuda
Departenab Pendidikan Nasional.
c. Menurut Hibana S. Rahman, maka pendidikan Anak Usia Dini adalah
upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau
1
pengasuh anak
0-8
tahun
dengan
tujuan
agar
anak
mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.
Motorik halus sangat perlu dan salah satu aspek perkembangan anak
usia dini yang perlu dikembangkan, karena motorik halus terkait pada
persiapan kemandirian anak. Oleh karena itu perkembangan motorik halus
anak usia dini perlu dioptimalkan dengan memberikan stimulus-stimulus
yang direfleksikan melalui kegiatan-kegiatan bermain sesuai dengan karakter
anak dini yaitu bermain sambil belajar, belajar seraya bermain. Dan kegiatan
permainan untuk mengembangkan aspek motorik halus anak usia dini sangat
beragam dan dapat dicipatakan sendiri (Addiyanah Aktavia, dkk:2011).
Penerapan media plastisin pada hakekatnya adalah aktifitas untuk
mengembangkan motorik halus pada diri individu, perubahan motorik halus
berkembang karena adanya usaha individu yang berangkutan baik yang
mencakunp pelatihan secara rutin dan aktivitas yang sesuai dengan perkembangan
dan kemampuan anak (Soelistyawati:2012).
Dini P. Daeng Sari (1996:121) menyebutkan bahwa yang disebut
motorik adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil
atau halus, gerakan ini menurut koordinasi mata dan tangan dan kemampuan
pengendalian gerak
yang
baik
yang
memungkinkan untuk
melakukan
ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya.
Menurut BB Clay Designs, 6 maret 2011, clay plastisin adalah
lilin/malam yang digunakan anak untuk bermain, plastisin dapat dig unakan
berulang – ulang karena tidak untuk dikeraskan. Dengan bermain plastisin ini,
anak
belajar meremas, menggilik, menipiskan
dan
merampingkannya,
ia
membangun konsep tentang benda, perubahannya dan sebab akibat yang
ditimbulkannya. Ia melibatkan indra tubuhnya dalam dunianya, mengembangkan
koordinasi tangan dan mata, mengenali kekekalan cara belajar benda, dan
mengeksplorasi konsep ruang dan waktu.
Beberapa asumsi tentang rendahnya kemampuan motorik pada anak-anak
disebabkan karena pembelajaran guru masih menggunakan metode konfensional
yaitu dengan kreasi dari bahan-bahan yang kurang menarik bagi anak. Sehingga
2
anak mengalami bosan dan jenuh. Keterbatasan sarana dan prasarana dengan
kurangnya kreasi seorang guru dapat menyebabkan anak pasif dalam
mengikuti pembelajaran yang tidak mau berperan aktif. Padahal dalam
pelaksanaan pembelajaran di TK harus dilakukan menarik, bervariasi dan
menyenangkan sehingga anak berperan secara aktif dan bertanggung jawab
untuk mendapatkan pengalaman secara langsung.
Melalui penerapan pembelajaran dengan menggunakan permainan
plastisin anak usia dini akan lebih tertarik dan senang dengan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Selain itu pembelajaran akan lebih mengena dan mudah
dipahami oleh anak. Sehingga anak-anak di usia dini ini dapat mengembangkan
potensi yang dimiliki dengan leluasa.
Tujuan khusus penelitian ini adalah pengembangan kemampuan motorik
halus dengan permainan plastisin pada anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul
Athfal Kecamatan Gesi, Sragen Tahun 2014/2015.
METODE PENLITIAN
Penelitian dilaksanakan di TK Aisyiyah Bustanul Athafal Kecamatan
Gesi Kabupaten Sragen yang terletak di Desa Gesi RT 13, Kecamatan Gesi
Kabupaten Sragen. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan
bulan Nopember 2014.
Subjek penelitian di tetapkan pada anak kelompok B dengan jumlah
siswa 16 anak yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Guru
kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal sebagai subyek pelaksana tindaka.
Penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Prosedur tindakan
kelas ini difokuskan pada kegiatan pokok yaitu: perencanaan (planning), tindakan
(acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Peneliti membuat rencana pembelajaran dengan mempersiapkan rencana
bidang pengembangan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan bermain
plastisin yang akan dilaksanakan untuk memperlancar jalannya penelitian, yaitu
dengan menbuat Rencana Bidang Pengembangan (RBP), lembar observasi bagi
guru dan siswa, dan instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
3
lembar observasi yang digunakan untuk mendapatkan data yang diamatinya.
Penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implememntasi
penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan kelas. Dalam pelaksanaan
penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus dan dalam setiap siklus peneliti
merencanakan 2 pertemuan dalam setiap pertemuan peneliti menggunakan satu
tema dan satu sub tema.
Kegiatan
pengamatan/observasi
dilakukan
oleh
peneliti.
Sambil
melakukan pengamatan/obsrvasi guru melakukan pencatatan semua yang terjadi
sehingga memperoleh hasil yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
Kegiatan pengamatan/observasi ini dilakukan peneliti dengan pedoman lembar
observasi menurut aspek pengamatan dan juga berpegang pada keberhasilan
dalam penelitian.
Penelitian mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau
dampak dari tindakan berbagai criteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan
dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya. Untuk merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu
dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi
masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang
pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu
dinalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen terkait.
Dari hasil analisis dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak
dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara
operasional agar dapat memadu usaha perbaikan pada siklus ke 2. Setelah masalah
dijabarkan langkah berikutnya adalah mencari, mengembangkan cara perbaikan
yang dilakukan dengan mengkaji teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan
pakar, serta menggali pengalaman sendiri.
Data yang diperoleh bersumber dari siswa, guru dan situasi kelas saat
pembelajaran berlangsung. Tehnik pengumpulan data yang dilakukan pada
penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Sedangkan
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi untuk
kemampuan anak dan kemampuan guru dan format catatan lapangan dan foto.
4
Instrumen yang digunakan antara lain pedoman observasi peningkatan
kemampuan motorik halus yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan mengenai
aspek perkembangan pisik motorik yang berhubungan dengan kegiatan
pengembangan kemampuan motorik halus anak, menentukan skor dengan skala
penilaian sesuai TK, menentukan pedoman observasi penerapan permainan
plastisin yang berisi tentang pelaksanaan kegiatan sebagai upaya mengembangkan
kemampuan motorik halus.
Keabsahan data bersumber dari sudut pandang guru, dan keabsahan
sekolah yang dilakukan secara langung pada subjek penelitian maupun kepada
guru. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis komparatif yaitu hasil
persiklus di bandingkan dengan indikator kenerja per siklus. Dan teknik analisi
kritis, yaitu mengungkap kelemahan dan kelebihan pelaksanaan tindakan.
Hasilnya untuk dasar tindakan berikutnya.
Indikator kinerja dimaksudkan sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian
yang dicapai dalam tiap siklus dengan nilai yang berbeda, dengan harapan adanya
peningkatan seperti dalam table berikut :
Table 1. Rata-Rata Prosentase Keberhasilan Tiap Siklus
Keberhasilan Penelitian
Pra Siklus
Siklus l
Siklus ll
Rata-rata prosentase kemampuan
30%
55%
85%
motorik halus
Rata-rata kinerja guru dalam
25%
60%
80%%
bermain plastisin
Dari table tersebut diatas diharapkan ada peningkatan 35 % pada siklus I,
kemudian pada siklus II meningkat 20 %.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak di TK Aisyiyah
Bustanul Athfal Gesi ,Kecamatan Gesi Kab. Sragen, maka dilaksanakan kegiatan
pra siklus yang bertujuan mendapatkan data tentang kemampuan motorik halus
anak ,sebelum tindakan diberikan. Dan hasil observasi keberhasilan hanya
mencapai 30% dari rata-rata kemampuan dalam satu kelas, hal ini berarti
perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak mulai berkembang.
5
Berdasarkan hasil diskripsi penelitian pada siklus I dan Siklus II dapat
dikatakan bahwa dengan kegiatan bermain Plastisin dapat meningkatkan motorik
halus anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal Gesi Kec. Gesi, Kab.
Sragen Tahun Ajaran 2014/2015.
Adapun prosentase tingkat keberhasilan dari sebelum tindakan siklus I
sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Prosentase hasil pengembangan motorik halus tiap anak
No.
Nama
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
1
Angga
70%
63%
92%
2
Ari
58%
63%
92%
3
Avi
66%
63%
88%
4
Azzam
33%
63%
88%
5
Dhia
17%
50%
79%
6
Difa
25%
50%
88%
7
Savira
21%
50%
88%
8
Ilham S
21%
58%
88%
9
Ilham P
17%
58%
88%
10
Rio
17%
58%
88%
11
Risqi
17%
58%
88%
12
Dewi
58%
58%
88%
13
Kayra
17%
54%
88%
14
Kayla
12%
54%
92%
15
Vira
21%
50%
88%
16
Suryo
25%
50%
79%
30%
56%
87%
Rata-rata kemampuan 1 kelas
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa adanya peningkatan dari
sebelum tindakan pra siklus sampai dengan siklus II. Perubahan tersebut
menunjukkan keberhasilan pembelajaran perkembangan motorik halus melalui
bermain plastisin. Sebelum melakukan tindakan siklus I, peneliti melakukan
observasi awal berupa pra siklus untuk mengetahui kondisi nyata dilapangan dan
permasalahan apa yang terjadi. Data prosentase yang diperoleh pada kondisi awal
6
indikator keberhasilan sebesar 30%, yaitu dari 16 anak, terdapat 2 anak (12%)
mayoritas anak mulai berkembang (MB). Sedangkang pada siklus I pencapaian
indikator keberhasilan sebesar 56%, dengan kemampuan Motorik halus dengan
bermain plastisin meningkat dari 30%, sehingga pada siklus I rata - rata anak
berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu sebanyak 9 anak (56%). Dan untuk
tindakan pada siklus II pencapaian indicator keberhasilan sebesar 87%, hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas anak berkembang sangat baik (BSB), yaitu
sebanyak 14 anak (87%).
Dengan demikian, hasil penelitian yang dilakukan tersebut diatas
mendukung diterimanya hipotesis bahwa dengan kegiatan bermain plastisin ini
dapat meningkatkan Motorik halus anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul
Athfal Gesi, Kec. Gesi, Kab. Sragen Tahun Ajaran 2014/2015.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
Hasil analisa data didapatkan bahwa melaksanakan kegiatan bermain
plastisin dapat mengembangkan motorik halus pada anak kelompok B TK
Aisyiyah Bustanul Athfal Kecamatan Gesi,Kabupaten Sragen
Indikator keberhasilan sebesar 30,9%, yaitu dari 16 anak, terdapat 2 anak
(12%) mayoritas anak mulai berkembang (MB). Sedangkang pada siklus I
pencapaian indikator keberhasilan sebesar 56%, dengan kemampuan Motorik
halus dengan bermain plastisin meningkat dari 30%, sehingga pada siklus I
mayoritas anak berkembang sesuai harapan (BSH) yaitu sebanyak 9 anak (56%).
Dan untuk tindakan pada siklus II pencapaian indicator keberhasilan sebesar 80%,
hal ini menunjukkan bahwa mayoritas anak berkembang sangat baik (BSB), yaitu
sebanyak 14 anak (87%).
Dengan adanya kesimpulan diatas maka, implikasi yang timbul pada
penelitian ini adalah secara umum permaina plastisin dapat mengembangkan
kemampuan motorik halus anak. Secara khusus, permainan plastisin dapat
diterapkan dalam pengembangan kemamapuan motorik halus pada anak
7
kelompok B Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Kecamatan Gesi, Sragen Tahun
2014/2015.
DAFTAR PUSTAKA
Aktavia, Addiyana dkk. 2011. Mengembangkan Motorik Halus Anak Melalui
Permainan Plastisin Rasa. Penelitian Tindakan Kelas. Tidak Diterbitkan
BB Clay Designs. 2011. http:sitirochayahroin.file.wordoress.com. Diakses 9
September 2011
Dini, P. Daeng. 1996. Metode Mengajar di Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Depdikbud.
Hibana, S. Rahman. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta
: PHTKL Pers
.
Soelistyawati. 2012. Penerapan media plastisin untuk meningkatkan motorik
halus anak kelompok B di TK Al Islam Kec Gunung anyar kota Sby.
Penelitian Tindakan Kelas. Tidak Diterbitkan.
8