Kemampuan Motorik Halus Anak Dalam Membuat Mainan (Realia) Dengan Teknik Menggunting, Melipat dan Menempel Melalui Metode Demontrasi di Kelompok B TK Bina Insan II Barabai Tahun Pelajaran 20162017

  

Kemampuan Motorik Halus Anak Dalam Membuat Mainan

(Realia) Dengan Teknik Menggunting, Melipat dan Menempel

Melalui Metode Demontrasi di Kelompok B TK Bina Insan II

Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017

  • Srie Geniawati

  

Taman Kanak-Kanak Bina Insan II Barabai

Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

  • • Terima: 10-12-2017 • Revisi: 10-02-2018 • Terbit Daring: 16-02-2018

  

Abstrak

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas dan kemampuan motorik halus anak dalam membuat mainan dengan teknik menggunting, melipat dan menempel melalui metode demonstrasi. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data melalui observasi dan hasil belajar anak pada setiap akhir siklusnya. Data dikumpulkan melalui lembar observasi aktivitas guru, anak, dan hasil belajar anak.Teknik analisis data adalah analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam membuat mainan (realia), terlihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar anak pada setiap siklusnya. Aktivitas siklus I persentasi ketuntasan 35,2% dan siklus II mencapai 100%. Hasil belajar terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II

  . © 2018 Rumah Jurnal. All rights reserved Kata-kata kunci: Motorik halus, menggunting, melipat & menempel, demonstrasi * ———

  Korespondensi. Srie Geniawati: E-mail: srigeniawati@gmail.com

1. Pendahuluan

  Taman Kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan pertama dalam jenjang Pendidikan Nasional. Sebagai lembaga pendidikan formal, Taman Kanak-kanak juga mempunyai peranan penting sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional seperti yang tertuang dalam UU tahun 2003 pasal 28 ayat 3 hal 18. Demikian juga menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 2 dinyatakan bahwa pemerintah pusat juga memiliki kewenangan menetapkan standar kompetensi anak dan warga belajar, pengertian kurikulum dan standar materi pelajaran pokok. Sementara itu sesuai dengan manajemen berbasis sekolah, penyusunan silabus merupakan kewenangan sekolah (Masitoh, 2005: 1.3).

  Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Perkembangan tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tidak berdaya. Kondisi ketidakberdayaan tersebut berubah secara cepat 4 atau 5 tahun pertama kehidupannya, anak dapat mengendalikan gerakan kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang digunakan untuk berjalan, berlari, berenang dan sebagainya. Setelah 5 tahun koordinasi otot-ototnya semakin baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih kecil, yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis dan menggunakan alat.

  Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik kasar dan gerakan motorik halus. Kemampuan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda. Ada yang lambat dan ada pula yang sesuai dengan perkembangan yang tergantung pada kematangan anak. Selaku guru atau orang tua hendaknya mengetahui masalah tersebut dan dapat memberikan solusinya. Namun kenyataannya di lapangan dalam menerapkan pembelajaran yang dijadikan dasar peningkatan motorik halus anak terkadang kurang terencana dengan baik(online). Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan selanjutnya. Masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan fisik, bahasa, kognitif, sosial-emosional, konsep diri, moral dan nilai-nilai agama

  Untuk mengoptimalkan perkembangan fisik- motorik anak usia dini, khususnya usia sampai dengan 4 tahun selain kematangan diperlukan intervensi yang tepat dengan perkembangan anak tersebut. Selain kematangan (keadaan individu dalam perkembangan sepenuhnya yang ditandai oleh kemampuan aktual), perkembangan fisik-motorik dapat dioptimalkan dengan memberikan berbagai intervensi, seperti pemberian gizi yang baik, pemenuhan berbagai kebutuhan fisik anak dan memberikan pelatihan terhadap kemampuan anak. Namun untuk dapat memberikan intervensi yang tepat bagi perkembangan anak, kita harus mengetahui dahulu karakteristik dan kebutuhan perkembangan fisik-motorik anak.

  Pengembangan kemampuan motorik halus anak dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel di kelompok B TK Bina Insan II Barabai ditujukan agar anak dapat membuat mainan (realia) dengan tepat dan benar. Namun kenyataan yang dihadapi sampai minggu ke 8 semester I tahun pelajaran 2016/2017 sebagian besar anak kelompok B TK Bina Insan II Barabai masih belum berkembang kemampuannya dalam dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel dengan tepat dan benar, hal ini terlihat dari kemampuan rata-rata anak yang hanya mendapat bintang ** (dua).

  Hasil analisis tersebut terlihat dengan jelas bahwa kemampuan motorik halus anak dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel masih sangat rendah, dari 17 orang anak hanya 4 orang (25%) yang berkembang sesuai harapan (***), masih ada 13 anak (75%) yang belum bisa mengerjakan dengan sepenuhnya dan tidak tuntas (mendapat bintang * dan **), sehingga berdampak pada hasil belajar anak.

  Kurang berhasilnya kegiatan pengembangan motorik halus dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel di kelompok B TK Bina Insan II Barabai, adalah karena cara mengajar guru yang kurang tepat, guru tidak menggunakan strategi yang sesuai dengan karakteristik belajar anak. Kegiatan guru ketika mengajarkan motorik halus anak dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel tidak terarah dengan baik, anak tidak dibimbing dengan sepenuhnya serta guru tidak maksimal melaksanakannya, akibatnya anak tidak selesai mengerjakannya. Cara mengajar guru juga terlalu banyak menggunakan metode ceramah dan metode pemberian tugas yang menyebabkan anak menjadi bosan.

  Ketidakmampuan anak dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel pada kelompok B TK Uswatun Hasanah ini, bila dibiarkan akan membawa dampak yang serius pada anak, dan akan menjadi penghambat bagi kemampuan perkembangan motorik halus anak nantinya.

  Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) - BNSP (2006) ketuntasan setiap indikator yang dikembangkan sebagai pencapaian hasil belajar dari suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator adalah 75%.

  Mengacu pada hal tersebut di atas, maka penggunaan metode pembelajaran yang sesuai sangat menunjang untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas tinggi. Metode yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan motorik harus berdasarkan asumsi bahwa kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang berbeda memerlukan metode yang berbeda serta harus mampu membawa anak kepada dunia mereka yaitu dunia bebas dan murni yang dapat menciptakan berbagai hal yang kreatif, berekspresi, bermain, dan belajar. Berdasarkan dari kenyataan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengatasi permasalahan melalui penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran Demontrasi. Metode pembelajaran Demontrasi digunakan untuk mengajarkan sesuatu materi pelajaran, namun seringkali tidak cukup hanya menjelaskan secara lisan saja, terutama dalam mengajarkan penguasaan keterampilan anak TK lebih mudah mempelajarinya dengan cara menirukan seperti apa yang dilakukan oleh gurunya. Peneliti memilih metode ini karena memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak dan dapat membantu meningkatkan daya pikir anak TK terutama daya pikir dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berpikir konvergen, dan berpikir evaluatif..

  Metodologi memberikan gambaran yang jelas terhadap pencapain tujuan penelitian (Dalle, 2010). Penelitian ini menggunakan tindakan kelas (classroom action research) adalah penelitian yang bersifat reflektif melalui beberapa tahapan dengan sistem berdaur ulang, penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and

  evaluation ), dan melakukan refleksi (reflekting), dan

  seterusnya sampai perbaikan dan peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) . Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran di kelas/kelompok (Arikunto, 2008:3).

  Penelitian tindakan kelas (Clasroom Action

  Research ) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru

  di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktek dan proses pembelajaran (Susilo, 2009: 16).

  Kemudian Arikunto (2008:2) mengemukakan bahwa inti dari batasan tindakan kelas adalah: (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas). Penelitian tindakan kelas ini merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan dari guru yang dilakukan oleh anak. Alur penelitian tersebut dapat digambarkan pada diagram siklus sebagai berikut:

  Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Bina Insan II Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B yang berjumlah 17 orang, terdiri dari 11 orang anak perempuan dan 6 orang anak laki-laki. Penelitian dilaksanakan pada semester 1 tahun Pelajaran 2016/2017.

  Alasan peneliti memilih tempat penelitian tindakan kelas pada TK Bina Insan II Barabai karena rendahnya kemampuan motorik halus dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel. Data hasil penilaian kemampuan motorik halus anak dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel pada tahun ajaran 2016/2017 adalah sebanyak 13 orang (75%) yang belum mampu dan sebanayak 4 orang (25%) yang mampu membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel tanpa bantuan guru.

  Faktor yang diteliti adalah (1) faktor guru, untuk menilai kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dari perencanaan yang dipersiapkan dan tahapan-tahapan dalam menyajikan materi membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel dengan metode

2. Metodologi

  Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017, dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran; (2) faktor anak, untuk mengamati aktivitas anak dalam hal keberanian, keaktifan, ketepatan, dan ketuntasan dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel dengan menggunakan metode demonstrasi pada anak kelompok B TK Bina Insan II Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017; dan (3) faktor peningkatan kemampuan anak, yaitu untuk mengukur kemampuan anak setelah proses belajar motorik halus dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat dan menempel dengan metode demonstrasi pada anak kelompok B TK Bina Insan II Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017.

  Skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dua kali pertemuan dengan sumber data penelitian adalah aktivitas guru, aktivitas anak dalam pembelajaran, dan peningkatan kemampuan membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat, dan menempel yang dilaksanakan di TK Bina Insan II Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai tengah Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 17 orang.

  Jenis data yang disajikan berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari (1) data kuantitatif, berupa data tentang kemampuan menggunting, melipat, dan menempel; dan (2) Data kualitatif, berupa data tentang aktivitas guru dan data Aktivitas guru dan aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan teknik prosentase, sedangkan hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan kategori symbol bintang dengan indikator keberhasilan (1) aktivitas guru dikatakan berhasil apabila guru dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak dalam mengenal sains menggunakan metode eksperimen dengan kategori rata- rata berada pada kategori minimal baik dengan skor > 80; (2) partisipasi dan aktivitas anak dikatakan berhasil apabila aktivitas anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mengenal sains menggunakan metode eksperimen memperoleh kategori Aktif ≥ 80%; dan (3) tingkat pencapaian perkembangan anak dalam mengenal sains dikatakan berhasil secara individu apabila memperoleh nilai bintang tiga atau (***) dan bintang empat (****) secara klasikal apabila mencapai > 80 % ke atas.

  3. Hasil dan Pembahasan

  Penggunaan metode demonstrasi pada proses belajar mengajar aktivitas guru semakin baik terbukti dengan penelitian ini guru dapat memperbaiki cara mengajar dan selalu membimbing anak baik individual maupun kelompok. Dalam pembelajaran guru menggunakan konsep belajar sambil bermain, karena dengan bermain anak memperoleh dan sekaligus memproses informasi belajar tentang hal- hal baru serta melatih ketrampilan yang ada, juga melalui bermain dapat mengembangkan kreativitas anak sehingga kemampuan anak dalam dalam kegiatan membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat, dan menempel yang diberikan guru semakin terarah.

  Metode demonstrasi sering dipadukan dengan metode lain, misalnya guru TK akan mengenalkan tentang bentuk sesuai dengan wadah atau cetakannya dengan menggunakan tanah liat. Dengan menggunakan bermacam-macam cetakan guru memasukan tanah liat dan guru dapat menunjukan bahwa tanah liat itu mempunyai ciri-ciri seperti bentuk cetakannya atau wadahnya. Hal ini sesuai dengan definisi Demontrasi adalah stategi pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara memperlihatkan bagaimana proses terjadinya, cara bekerjanya sesuatu dan bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan. Dalam hal ini guru Menunjukkan, Mengerjakan, dan Menjelaskan (Showing, doing, and tel-ling).

  Berdasarkan hasil penelitian metode demonstrasi merupakan kegiatan menjelaskan-menunjukan– mengerjakan. Pengajaran dikatakan efektif bila guru dapat membimbing anak-anak untuk memasuki situasi yang memberikan pengalaman-pengalaman yang menimbulkan kegiatan belajar pada anak itu. Guru secara terus menerus membimbing anak untuk berpartisipsi secara aktif dan tekun mengikuti pengajaran secara sukarela. Oleh karena itu, pengalaman belajar yang diberikan guru dalam kegiatan demonstrasi harus relevan dengan kehidupan dan berkesinambungan dengan pengalaman yang lalu maupun yang akan datang.

  Adapun aktivitas guru dalam pembelajaran yang dilakukan guru oleh observer tersebut secara jelas dapat dilihat pada persentasi grafik berikut ini:

  Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada pengembangan motorik halus diharapkan anak mampu melakukan eksplorasi dan berinteraksi dengan dunia sekitar sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya tersebut anak berani melakukan investigasi, kreasi, menemukan dan memotivasi mereka agar lebih mandiri serta semakin membuka wawasan dengan dunia sekitarnya. Dengan demikian anak mengalami secara nyata bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan dorongan emosi yang dirasakannya.

  Kemampuan motorik halus yang dikembangkan di Taman Kanak-kanak memiliki peran penting dalam kehidupan anak sehari-hari. Kemampuan motorik halus anak dapat dilaksanakan dengan kegiatan bermain, karena dengan bermain anak akan mampu mengeksplorasi segala yang ia inginkan, melakukan hal-hal yang aneh dan keinginannya kadang tidak sesuai nalar orang dewasa. Meskipun demikian sebaiknya anak tidak boleh dilarang namun tetap dalam pengawasan. Disamping itu juga anak akan berkembang kreatif, dimana anak berdaya cipta, berinisiatif sendiri, dan menggunakan aspek motorik halusnya.

  Peningkatan dari segi aktivitas anak ini disebabkan oleh ketepatan guru dalam melaksanakan dan menerapkan metode demonstrasi dalam kegiatan meniru melipat kertas sederhana. Pada pembelajaran dengan metode demonstrasi guru menggunakan media asli kertas lipat sebagai media utama dalam kegiatan pembelajaran dan merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan anak Hal ini sesuai dengan manfaat metode demonstrasi merupakan tahap yang paling penting dalam mengajar, karena dengan demontrasi guru memperoleh umpan balik tentang kualitas hasil belajar anak. Sesuai dengan pendapat (Hildebrand, 1986: 69) bahwa anak TK mempunyai dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih baik. Anak ingin memahami segala sesuatunya yang dilihat dan didengar.

  Dengan menggunakan metode demonstrasi pada pengembangan kognitif hasil belajar pada setiap pertemuan mengalami peningkatan. Hal tersebut berarti metode demonstrasi merupakan salah satu metode pembelajaran dengan prinsip bermain sambil belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat, dan menempel.

  Perkembangan motorik halus pada anak mencakup kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam mengunakan tangan dan jari jemari. Pada sisi lain, kemampuan juga menjadi jembatan bagi anak untuk aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan kinestetik tubuh yang mencakup kemampuan anak dalam kepekaan dan keterampilan dalam mengontrol dan mengordinasi gerakan-gerakan tubuh serta terampil dalam menggunakan peralatan-peralatan tertentu yang dimanfaatkan anak dalam aktivitas bermainnya.

  Keterampilan melipat membuat origami baru akan dikuasai sungguh-sungguh saat anak berusia enam tahun. Tetapi latihan dapat dimulai sejak anak berusia tiga tahun. Untuk anak-anak usia prasekolah, anda bisa melatihnya membentuk persegi panjang atau segitiga dari selembar kertas berbentuk bujur sangkar. Bila anak sudah mahir membuat lipatan sederhana, bisa diteruskan ke arah yang lebih rinci. Jari-jari anak usia prasekolah masih kerap ”terpeleset”, sehingga lipatannya pun kerap melenceng. Jadi, jangan terlalu menuntutnya membuat lipatan yang rapi.

  Selain peningkatan aktivitas anak, peningkatan hasil belajar juga dapat dilihat mulai dari siklus I sampai siklus II, Persentase ketuntasan klasikal dalam hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan. Pada siklus I pertemuan pertama persentase ketuntasan hanya mencapai 35,2%, meningkat pada pertemuan kedua menjadi 58,78%. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama persentasi ketuntasan meningkat menjadi 76,4% dan akhirnya mencapai 100% pada pertemuan kedua.

  Berdasarkan hasil observasi siklus I pada pertemuan pertama dan kedua serta siklus II juga pada pertemuan pertama dan kedua dapat diketahui bahwa aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil belajar anak telah meningkat, sehingga telah mencapai bahkan ada yang melebihi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini berhasil dan hipotesis yang menyatakan Jika digunakan metode pembelajaran

  demonstrasi maka pengembangan motorik halus

  dalam membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat, dan menempel pada anak kelompok B TK Bina Insan II Barabai Tahun

  Pelajaran 2016/2017, akan meningkatdapat diterima..

  4. Simpulan dan Saran

  Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan (1) aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada asfek motorik halus tentang kegiatan membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat, dan menempel dengan kertas pola melalui metode demonstrasi pada kelompok B TK Bina Insan II Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017 Daftar Rujukan terlaksana dengan kategori baik; (2) aktivitas anak

  Aisyah S. (2008). Perkembangan dan konsep dasar pengembangan

  dalam proses pembelajaran pada asfek motorik halus anak usia dini. Jakarta: Universitas Terbuka. anak dalam membuat mainan (realia) dengan teknik

  Arikunto, S. (2010). Penelitian tindakan. Yogyakarta: Aditya Media

  menggunting, melipat, dan menempel kertas pola

  Asmawati, L. (2008). Pengelolaan kegiatan pengembangan anak usia dini . Jakarta: Universitas Terbuka.

  melalui metode demontrasi di kelompok B TK Bina

  Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk

  Insan II Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017

  bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem

  terlaksana dengan baik dengan kategori aktif pada

  pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara akhir siklus II; dan (3) hasil belajar anak dalam Malaysia. Depdiknas. (2004). Acuan pembelajaran pada kelompok bermain. Jakarta: Direktorat

  proses pembelajaran pada asfek motorik halus anak PADU Dirjen PLSP. tentang kegiatan membuat mainan (realia) dengan

  Gunarti, W. (2008). Metode pengembangan perilaku dan

  teknik menggunting, melipat, dan menempel dengan kemampuan dasar anak usia dini. Jakarta: Universitas Terbuka. kertas pola melalui metode demonstrasi di kelompok

  Kemendiknas. (2010). Kurikulum taman kanak-

  B TK Bina Insan II Barabai Tahun Pelajaran

  kanak.pedomanpengembangan program pembelajaran di

  2016/2017 mengalami peningkatan baik secara

  taman kanak-kanak . Jakarta: Direktorat Pembinaan Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar.

  individual maupun klasikal. Adapun hasil perolehan

  Masitoh. (2008). Strategi pembelajaran tk. Jakarta: Universitas

  akhir siklus I pada hasil belajar anak secara individu Terbuka. adalah 6 anak dan mengalami peningkatan pada akhir

  Moeslichatoen, R. (2004). Metode pengajaran di taman kanak- kanak . Jakarta: Rineka Cipta siklus II menjadi 17 orang anak.

  Satori, D. (2007). Profesi keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka.

  Berdasarkan kesimpulan maka disarankan (1) Diharapkan kepada guru agar turut menggunakan metode demonstrasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas sehingga menjadikan anak lebih aktif dalam melatih kemampuan motorik halus dalam kegiatan membuat mainan (realia) dengan teknik menggunting, melipat, dan menempel dengan kertas pola; (2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif atau bahan masukan dalam pembelajaran di TK, juga dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas para pengajar / guru dengan membekali berbagai metode dan model pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar di sekolah, khususnya di TK Bina Insan II Barabai; dan (3) Kepada peneliti diharapkan dapat menjadi pelopor dalam kemajuan pendidikan di sekolah khususnya di Taman Kanak-kanak.

Dokumen yang terkait

KECUKUPAN ZAT GIZI DAN PERUBAHAN STATUS GIZI PASIEN SELAMA DIRAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR I Wayan Weta1 dan NL Partiwi Wirasamadi2

0 0 11

EFEK STATUS TIROKSINEMIA MATERNALTERHADAP TONUS DAN REFLEK BAYI: Studi kohor di daerah endemik deficiency iodium

0 0 7

THE EMERGENCE OF COMBINED STUNTING AND OBESITY AS A NUTRITIONAL THREAT TO CHILD DEVELOPMENT IN INDONESIA Atmarita1 ; Triono Soendoro2 ; Abas B Jahari1 ; Trihono1 dan Robert Tilden3

0 0 15

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI DAN KESEHATAN Rimbawan1 ; Dadang Sukandar1 ; Febrina Sulistiawati2 dan Fitrah Ernawati2

0 0 7

50 ENERGY EXPENDITURE KELOMPOK PRE LANSIA DAN LANSIA DI KOTA DAN DESA (Analisis Data Riskesdas 2007) Yuniar Rosmalina1 dan Dewi Permaesih1

0 0 9

74 PERBEDAAN POLA PERTUMBUHAN TINGGI BADAN, TINGGI DUDUK, INDEKS SKELIK ANTARA ANAK-ANAK DAERAH RURAL DAN URBAN USIA 7-15 TAHUN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Bayu Wijanarko1 ; Neni Trilusiana Rahmawati2; dan Toto Sudargo3

0 0 8

1 EFFECTS OF ORAL CLEAR KEFIR PROBIOTICS ON GLYCEMIC STATUS, LIPID PEROXIDATION, ANTIOXIDATIVE PROPERTIES OF STREPTOZOTOCIN INDUCED HYPERGLYCEMIA WISTAR RATS Judiono1 ; Djokomoeljanto2 ; dan Hadisaputro.S2

0 0 6

143 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL (Analisis Data of The Indonesian Family Life Survey 20072008) Mamat1 dan Sudikno2

0 0 7

82 PENGARUH KONSUMSI KOPI TERHADAP KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 (Studi Follow up Gangguan Toleransi Glukosa di Depok Jawa Barat Tahun 2001-2008)

0 0 14

129 HUBUNGAN PENGELUARAN ROKOK RUMAH TANGGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA RISKESDAS 2010) Sudikno1 ; Bona Simanungkalit2 ; Yekti Widodo1 dan Sandjaja2

0 0 14